Anda di halaman 1dari 3

NAMA : SANG AYU NYOMAN ANGGI TRIHAPSARI

NIM/NO : 2202014630/32
KELAS : IIIC MANAJEMEN PAGI

UAS ORGANIZATIONAL BEHAVIOUR

1. Motivasi sendiri akan tercipta bila ada kemauan, kemampuan dan kesempatan. b) Dalam proses
motivasi, dorongan dalam diri seseorang menghasilkan upaya untuk melakukan sesuatu. Upaya itu
dilakukan bila seseorang merasa mampu dan begitu tujuan tercapai, maka motivasi akan menurun.
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik yaitu : (1) adanya hasrat dan keinginan
berhasil,
(2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar,
(3) adanya harapan dan cita-cita masa depan ,
(4) adanya penghargaan dalam belajar.
2. Pemimpin yang visioner memiliki fokus pada menciptakan dan menyampaikan visi jangka
panjang untuk organisasi. Mereka cenderung memiliki pandangan jauh ke depan dan memotivasi
tim dengan arah strategis yang jelas. Sementara itu, pemimpin yang karismatik menonjol dengan
daya tarik personal dan kemampuan untuk memotivasi melalui kepribadian yang kuat dan inspiratif.
Peran pemimpin visioner melibatkan mengembangkan visi, merumuskan strategi, dan memastikan
keselarasan antara tujuan individu dan tujuan organisasi. Pemimpin karismatik, di sisi lain, sering
berperan sebagai pendorong semangat, membangun koneksi emosional, dan memimpin dengan
pesona pribadi untuk memotivasi tim. Keduanya dapat berkolaborasi, di mana pemimpin visioner
memberikan arah strategis sementara pemimpin karismatik membantu membangun semangat dan
keterlibatan tim. Namun, perlu diingat bahwa setiap pemimpin

memiliki gaya unik, dan kombinasi visioner dan karismatik dapat memberikan dampak positif pada
keberhasilan organisasi.
3. Meningkatkan kemampuan interpersonal SDM (Sumber Daya Manusia) perusahaan dapat
memberikan sejumlah dampak positif. Cara untuk meningkatkan kemampuan interpersonal SDM
melibatkan pelatihan, pengembangan keterampilan komunikasi, dan membangun hubungan yang
lebih baik antara anggota tim. Dampak yang dirasakan oleh perusahaan melibatkan peningkatan
produktivitas, kolaborasi yang lebih efektif, dan lingkungan kerja yang lebih harmonis. Karyawan
yang memiliki kemampuan interpersonal yang baik cenderung dapat berkomunikasi dengan lebih
efisien, menyelesaikan konflik dengan lebih baik, dan bekerja sama dalam tim secara lebih efektif.
Selain itu, hubungan interpersonal yang kuat dapat menciptakan atmosfer kerja yang positif,
meningkatkan kepuasan karyawan, dan mengurangi tingkat turnover. Secara keseluruhan, investasi
dalam meningkatkan kemampuan interpersonal SDM perusahaan dapat membawa dampak positif
dalam meningkatkan kinerja organisasi dan membangun budaya kerja yang positif.
4. Pernyataan "Kekuasaan ibarat pisau bermata dua bagi seorang pemimpin" mencerminkan bahwa
kekuasaan, seperti pisau, bisa digunakan untuk kebaikan atau keburukan. Seorang pemimpin
memiliki tanggung jawab besar dalam menggunakan kekuasaannya untuk memimpin dengan
integritas dan memberikan dampak positif pada organisasi dan anggota timnya. Kekuasaan yang
disalahgunakan dapat menyebabkan ketidakstabilan, ketidakpuasan, dan konflik. Pernyataan
"Politik menjadi suatu kodrat dalam organisasi" menggambarkan bahwa politik organisasi
merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari. Politik dalam konteks ini bukan hanya tentang
kebijakan atau perebutan kekuasaan, tetapi juga melibatkan dinamika hubungan antarindividu dan
kelompok dalam mencapai tujuan organisasi. Politik dapat menjadi alat untuk mencapai
kesepakatan, mengelola konflik, dan membangun aliansi. Dengan demikian, kedua pernyataan
tersebut menyiratkan bahwa pemimpin perlu bijak menggunakan kekuasaannya dan memahami
dinamika politik dalam organisasi untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan

produktif. Kekuasaan dan politik, ketika dikelola dengan bijak, dapat menjadi sarana untuk
mencapai tujuan bersama dan memperkuat organisasi.
5. Anggota organisasi dapat mempelajari budaya organisasi melalui beberapa cara:
a) Observasi: Perhatikan norma-norma, nilai-nilai, dan perilaku yang mendominasi di lingkungan
kerja. Amati bagaimana keputusan diambil, bagaimana komunikasi dilakukan, dan bagaimana
konflik diatasi.
b) Interaksi dengan Rekan Kerja: Berinteraksi dengan rekan kerja dari berbagai tingkatan dan
departemen dapat memberikan wawasan tentang budaya organisasi. Diskusi informal dan
keterlibatan dalam proyek bersama membantu memahami dinamika internal.
c) Partisipasi dalam Kegiatan Organisasi: Ikut serta dalam kegiatan organisasi seperti acara kantor,
pelatihan, atau seminar dapat memberikan pemahaman lebih dalam tentang nilai dan ekspektasi
yang diterapkan.
d) Membaca Materi Organisasi: Studi materi resmi seperti pedoman etika, kebijakan perusahaan,
dan dokumen lainnya dapat membantu memahami nilai-nilai inti yang diterapkan oleh organisasi.
e) Wawancara dengan Pimpinan dan Karyawan: Berbicara langsung dengan pemimpin dan
karyawan dapat memberikan pandangan yang lebih mendalam tentang budaya organisasi, serta
membuka peluang untuk mendiskusikan ekspektasi dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi.
f) Pengalaman Kerja: Melalui pengalaman kerja sehari-hari, anggota organisasi dapat belajar
bagaimana tugas-tugas dijalankan, bagaimana keputusan dibuat, dan bagaimana kolaborasi
diimplementasikan.
g) Bergabung dalam Proyek atau Tim: Menjadi bagian dari proyek atau tim kerja sama memberikan
kesempatan untuk bekerja dengan berbagai individu, yang dapat menggambarkan budaya
organisasi dari berbagai perspektif. Dengan menggabungkan beberapa cara ini, anggota organisasi
dapat mendapatkan pemahaman yang lebih holistik tentang budaya organisasi dan bagaimana
mereka dapat beradaptasi untuk berkontribusi secara lebih efektif.

6. Kekuasaan dalam suatu organisasi tidak selalu terikat pada jabatan tertentu. Meskipun jabatan
atau posisi formal seringkali memberikan kekuasaan, individu juga dapat memiliki kekuasaan tanpa
menduduki posisi manajerial. Kekuasaan informal dapat muncul melalui faktor seperti
pengetahuan, keterampilan, jaringan sosial, atau pengaruh pribadi. Seseorang yang memiliki
keahlian khusus, memiliki hubungan yang kuat dengan rekan kerja, atau memahami dinamika
organisasi dapat memengaruhi keputusan dan arah kerja tanpa harus menjadi pemimpin formal.
Pentingnya kekuasaan informal semakin diakui dalam konteks organisasi yang dinamis dan
kolaboratif. Pemimpin tanpa otoritas formal dapat memimpin melalui pengaruh, sementara individu
dengan keterampilan yang diakui dapat menjadi sumber kekuatan dalam tim. Dengan demikian,
seseorang tidak harus menduduki jabatan tertentu untuk memiliki kekuasaan dalam organisasi;
kekuasaan dapat berasal dari berbagai sumber dan melibatkan berbagai peran dalam struktur
organisasional.
7. Persepektif dana terhadap suatu perubahan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman,
kepentingan, persepsi, dan sikap positif atau negatif terhadap perubahan. Sebagai seseorang yang
menerima atau resisten terhadap perubahan, penting untuk memahami cara mengatasi penolakan
terhadap perubahan. Berikut ini beberapa strategi yang dapat Anda terapkan:
• Pengidentifikasi resisten: Tentukan siapa yang resisten terhadap perubahan dan mengidentifikasi
penyebab resisten tersebut.
• Komunikasi yang efektif: Jelaskan tujuan, manfaat, dan bagaimana perubahan akan
mempengaruhi kepentingan mereka. Sesuaikan informasi yang diberikan dengan kebutuhan
informasi karyawan.
• Mengelola perubahan dengan kebersadaran: Memastikan semua pemangku kepentingan mulai
bekerja sesuai praktik yang disepakati dan mengharapkan perubahan.
• Mengatasi resistensi dengan komunikasi: Melakukan komunikasi yang transparan dan terbuka
untuk mengatasi resistensi karyawan. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi resistensi,

seperti kepercayaan, persepsi terhadap informasi, dan sikap positif atau negatif terhadap perubahan.
• Mengembangkan dukungan sosial: Membangun dukungan sosial yang kuat antara karyawan dan
manajer tim, serta memastikan lingkungan kerja yang aman dan mendukung.
• Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi resistensi: Memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi resistensi individu, seperti keahlian kerja, ekonomi, persepsi terhadap informasi,
hubungan dengan orang lain, ideology atau nilai-nilai, dan loyalitas terhadap organisasi. Dengan
menerapkan strategi-strategi ini, Anda dapat mengurangi resistensi terhadap perubahan dan
menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif dan efektif.
8. Konflik di dalam organisasi, meskipun pada awalnya dapat menimbulkan ketidaknyamanan, juga
memiliki beberapa potensi manfaat.
- Pertama, konflik dapat merangsang inovasi dan kreativitas, memaksa anggota tim untuk mencari
solusi baru. Sebagai contoh, perselisihan pendapat dalam tim pengembangan produk bisa
memunculkan ide-ide inovatif.
- Kedua, konflik dapat memperbaiki komunikasi dan memperjelas ekspektasi di antara anggota tim.
Misalnya, konflik yang diatasi dengan dialog terbuka dapat meningkatkan pemahaman bersama
tentang tujuan dan peran masing-masing individu di dalam organisasi.
- Ketiga, konflik dapat meningkatkan keterlibatan karyawan karena mereka merasa didengar dan
memiliki peran dalam proses pengambilan keputusan. Sebagai contoh, dalam diskusi konflik,
karyawan mungkin merasa lebih termotivasi untuk memberikan masukan mereka. Namun
demikian, perlu diingat bahwa pengelolaan konflik dengan bijak sangat penting agar manfaat ini
dapat direalisasikan.

Anda mungkin juga menyukai