Anda di halaman 1dari 4

1.

Apabila dalam pengambilan pemimpin berdasarkan Tradisi/Keturunan, dan ternyata


pemimpin tersebut gagal memenuhi tugas dan fungsinya sebagai pemimpin, apakah
bisa langsung dilengserkan? Ataukah harus melalui tahap-tahap tertentu
2. Apa faktor-faktor yang menghambat seorang pemimpin dalam melaksanakan strategi
dan bagaimana mengantisipasinya?
3. Seorang pemimpin harus memiliki peran sebagai agen perubahan. Apa yang dilakukan
pemimpin jika didalam perusahaan terdapat karyawan yang mendukung perubahan
dan ada yang menentang perubahan ?
 Mendukung
Terus dipertahankan dan selalu dipupuk agar tetap terbuka akan perubahan yang
berarah positif
 Menentang
1) Pendidikan dan Komunikasi. Berikan penjelasan secara tuntas tentang latar
belakang, tujuan, akibat, dari diadakannya perubahan kepada semua pihak.
Komunikasikan dalam berbagai macam bentuk. Ceramah, diskusi, laporan,
presentasi, dan bentuk-bentuk lainnya.
2) Partisipasi. Ajak serta semua pihak untuk mengambil keputusan. Pimpinan hanya
bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Biarkan anggota organisasi yang
mengambil keputusan.
3) Memberikan kemudahan dan dukungan. Jika pegawai takut atau cemas, lakukan
konsultasi atau bahkan terapi. Beri pelatihan-pelatihan. Memang memakan waktu,
namun akan mengurangi tingkat penolakan.
4) Negosiasi. Cara lain yang juga bisa dilakukan adalah melakukan negosiasi dengan
pihak-pihak yang menentang perubahan. Cara ini bisa dilakukan jika yang
menentang mempunyai kekuatan yang tidak kecil. Misalnya dengan serikat pekerja.
Tawarkan alternatif yang bisa memenuhi keinginan mereka.
5) Manipulasi dan Kooptasi. Manipulasi adalah menutupi kondisi yang sesungguhnya.
Misalnya memelintir (twisting) fakta agar tampak lebih menarik, tidak mengutarakan
hal yang negatif, sebarkan rumor, dan lain sebagainya. Kooptasi dilakukan dengan
cara memberikan kedudukan penting kepada pimpinan penentang perubahan dalam
mengambil keputusan.
6) Paksaan. Taktik terakhir adalah paksaan. Berikan ancaman dan jatuhkan hukuman
bagi siapapun yang menentang dilakukannya perubahan.

Kebutuhan akan manajer yang efektif menjadi dasar apakah organisasi dapat mencapai
tujuan baik atau tidak. Dalam hal ini salah satunya dibutuhkan kompetensi dibidang
komunikasi, jelaskan ini pada jenjang kepemimpinan (puncak,menengah,bawah) dijenjang
mana kompetensi ini paling di butuhkan
Bagaimana cara komunikasi pemimpin kepada bawahan ketika harus menghadapi masalah
yang bersinggungan dengan prinsip pribadinya sendiri, disini semisal seorang pemimpin yang
berpegang teguh tidak melakukan KKN di perusahaannya dihadapkan pada suatu kondisi
bawahannya melakukan tindakan tersebut ?.

Sebagai seorang pemimpin orang tersebut harus bijak, tegas, netral dan emosinya harus
stabil. Apa yang dapat dilakukan pemimpin untuk dapat menerapkan hal-hal tersebut dengan
profesional?

 Membuat peraturan-peraturan untuk keberlangsungan perusahaan dengan adil dan


bijaksana
 Menyelesaikan setiap permasalahan dengan bijaksana, tegas, dan adil

Apakah perbedaan dari kepemimpinan otoriter atau demokratis? Lalu dalam sebuah
organisasi gaya kepemimpinan apa yang lebih cocok antara otoriter atau demokratis?

 Perbedaan
1. Kepemimpinan otoriter atau bisa di sebut kepemimpinan otokratis atau
kepemimpinan diktator adalah suatu kepemimpinan dimana seorang pemimpin ber
tindak sebagai diktator, pemimpin adalah penguasa, semua kendali ada di tangan
pemimpin. Seorang diktator jelas tidak menyukai adanya meeting, rapat apalagi
musyawarah karena bagi seorang diktator tidak menghendaki adanya perbedaan
dan pastinya suka dg memaksakan kehendaknya. Dengan kepemimpinan diktator
semua kebijakan ada di tangan pemimpin, semua keputusan ada di tangan
pemimpin, semua bentuk hukuman, larangan peraturan dpt juga brubah sesuai dg
suasana hati pemimpin. Tipe kepemimpinan otoriter jika di terapkan sekarang
mungkin kurang relevan, namun jika kita lihat lagi menurut gaya kepemimpinan
situasional tipe kepemimpinan ini bisa di terapkan terhadap anggota atau bawahan
dengan tingkat kematangan rendah yaitu ketika seorang pemimpin menghadapi
bawahan yang belum bisa atau belum menguasai hampir semua bidang yang
menjadi tanggung jawabnya.
2. Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya sebagai
indikator, hubungan dengan bawahannya bukan sebagai majikan terhadap
pembantunya, melainkan sebagai saudara tua diantara temen-teman sekerjanya.
Pemimpin yang demokratis selalu berusaha menstimulasi bawahannya agar bekerja
secara kooperatif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan usaha-
usahanya, selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, serta
mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan kelompoknya. Tipe
kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting
dalam organisasi. Tipe ini diwujudkan dengan dominasi perilaku sebagai pelindung
dan penyelamat dari perilaku yang ingin memajukan dan mengembangkan
organisasi. Di samping itu, diwujudkan juga melalui perilaku pimpinan sebagai
pelaksana. Dalam melaksanakan tugasnya, pemimpin yang demokratis mau
menerima bahkan mengharapkan pendapat dan saran-saran dari bawahannya, juga
kritik-kritik yang dapat membangun dari para bawahan yang diterimanya sebagai
umpan balik dan dijadikan bahan pertimbangan dalam tindakan-tindakan
berikutnya.
 Lebih cocok gaya kepemimpinan yang demokratis karena kita berorganisasi bukan hanya
mencari laba semata melainkan guna mensejahterakan karywan dan juga dalam
berorganisasi sangat perlu menyelesaikan sesuatu dengan musyawarah agar semua
keputusan yang diambil adil, karena organisasi yang baik adalag organisasi yang bersifat
kekeluargaan dan tipe kempemimpinan demokratis yang cocok

Jelaskan tentang tiga teori kepemimpinan

1. Pendekatan Berdasarkan Ciri


Pendekatan ini menekankan kepada atribut-atribut pribadi para pemimpin. Dasar
dari pendekatan ini adalah asumsi bahwa beberapa orang merupakan pemimpin dengan
beberapa ciri yang tidak dimiliki oleh orang lain. Teori-teori kepemimpinan ini pada tahap
awal (1930-1940) gagal menemukan garansi mengenai ciri-ciri kepemimpinan yang
berhasil, karena hanya mengacu kepada unsur-unsur yang alamiah. Teori-teori selanjutnya
menekankan kepada upaya untuk mencari korelasi yang signifikan tentang atribut
pemimpin dan kriteria keberhasilan seorang pemimpin. Dalam kelompok ini antara lain
terdapat teori kepemimpinan karismatik dan transformasional.

2. Pendekatan Berdasarkan Perilaku

Pendekatan ini merupakan kritisi terhadap generasi pertama pendekatan


berdasarkan ciri. Sebagaimana namanya, pendekatan ini sangat diwarnai oleh psikologi
dengan fokus menemukan dan mengklasifikasikan perilaku-perilaku yang membantu
pengertian kita tentang kepemimpinan. Di dalam pendekatan ini terdapat antara lain teori-
teori tentang kepemimpinan kelompok. Pendekatan pengaruh kekuasaan. Pendekatan ini
mencoba memperoleh pengertian tentang kepemimpinan dengan mempelajari proses
mempengaruhi antara para pemimpin dan para pengikutnya. Para teoritikus dalam
lingkungan pendekatan ini mencoba menjelaskan efektivitas kepemimpinan dalam
kaitannya dengan jumlah dan jenis kekuasaan yang dipunyai seorang pemimpin dan cara
kekuasaan tersebut. Dalam kelompok ini terdapat antara lain teori-teori kepemimpinan
otoriter-demokratik-bebas (laizes faire).

3. Pendekatan Situasional

Pendekatan ini menekankan pada pentingnya faktor-faktor kontekstual seperti sifat


pekerjaan yang dilaksanakan oleh unit pemimpin, sifat lingkungan eksternal, dan
karakteristik para pengikut. Teori-teori dalam kelompok ini sering diidentifikasi ke dalam
teori kontijensi yang dapat dikontraskan dengan teori universal tentang kualitas umum
kepemimpinan yang efektif.

4. Pendekatan Krisis

Seorang pemimpin dalam masa krisis harus melakukan konsentrasi untuk


mengonsolidasikan seluruh sumber dayanya agar tidak tercerai-berai. Ini menjadi pelajaran
yang baik, karena tidak jarang terjadi kita melihat bahwa pada waktu mengalami krisis,
terdapat pemimpin yang justru berlarian ke sana kemari dan tidak fokus pada konsolidasi
sumber daya organisasi.

Anda mungkin juga menyukai