Anda di halaman 1dari 9

Bahan Presentasi

 Tipe – tipe Kepemimpinan


Tipe-tipe kepemimpinan dapat diartikan sebagai cara seseorang dalam memimpin
orang lain. Cara memimpin yang paling tepat bergantung pada fungsi sang pemimpin,
orang-orang yang dipimpinnya, serta situasi dalam lingkungan kerja.
Dalam setiap realitasnya atau kenyataanya bahwa pemimpin dalam melaksanakan
proses kepemimpinannya terjadi adanya suatu permbedaan antara pemimpin yang satu
dengan yang lainnya, hal sebagaimana menurut G. R. Terry yang dikutip Maman Ukas,
bahwa pendapatnya membagi tipe-tipe kepemimpinan menjadi 6, yaitu :

1. Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam sistem kepemimpinan


ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi.
Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh
pemimpin yang bersangkutan.
Jadi, pemimpin ini selalu mengadakan kontak langsung dengan bawahan. Dia
dapat mengetahui setiap masalah yang dihadapai bawahan sehingga dia dapat
segera memberikan petunjuk untuk menyelesaikan masalah. Melalui kontak
langsung pemimpin dan bawahan dapat menanamkan pengaruh dan ide-idenya
kepada bawahan. Karena bawahan merasa diperhatikan, dibimbing, dan
diarahkan menuju kemajuan.
2. Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership). Segala sesuatu
kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non
pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan. Pemimpin tipe ini
dilakukan melaui media non-pribadi seperti perintah tertulis, surat keputusan,
dan pengumuman-pengumuman. Misalnya pemimpin ingin memberi tugas
kepada bawahan nah pemimpin melakukan dengan perantara memberi surat
tugas, tidak berbicara secara langsung.
3. Tipe kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership). Pemimpin otoriter
biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut
peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya harus
ditaati. Dalam kepemimpinan otokriter ini juga biasanya terlihat bahwa dalam
melaksanakan kepemimpinannya, pemimpin bertindak sebagai penguasa
sehingga segala tindakan dan keputusan atas suatu masalah sesuai dengan
kehendak pemimpin. Dalam tipe kepemimpinan yang seperti ini, setiap bawahan
harus taat dan patuh dengan aturan dan kebijakan yang dibuat oleh
pemimpinnya.
4. Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership).
Dari kata “demokratis” ini tergambar bahwa apa yang akan kita putuskan dan
laksanakan itu disepakati dan dilakukan bersama-sama. Tipe demokratis
berlandaskan pada pemikiran bahwa aktifitas dalam organisasi akan dapat
berjalan lancar dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan apabila
berbagai masalah yang timbul diputuskan bersama antara pejabat yang
memimpin maupun para pejabat yang dipimpin. Seorang pemimpin yang
demokratis menyadari bahwa organisasi harus disusun sedemikian rupa
sehingga mengambarkan secara jelas beragam tugas dan kegiatan yang harus
dilaksanakan demi tercapainya tujuan organisasi
Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari
kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung
jawab tentang terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota turut
bertanggung jawab, maka seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan,
perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota
dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usahan pencapaian tujuan.
5. Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis leadership). Kepemimpinan ini
dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan
pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk
memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya.
Seorang pemimpin paternalistik memiliki gaya memimpin yang kebapakan,
melindungi tapi juga menggurui. Dalam menjalankan tugasnya, seorang
paternalistik selalu mengutamakan kepentingan bersama/kebersamaan. Ia selalu
memperlakukan setiap orang dalam organisasinya sama, tidak ada yang lebih
menonjol. Artinya seorang paternalistik berusaha memperlakukan semua orang
dan semua satuan kerja yang terdapat dalam organisasi seadil dan semerata
mungkin.
6. Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya timbul
dari kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih
dengan adanya system kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari
kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang
mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam kelempok tersebut menurut
bidang keahliannya di mana ia ikur berkecimpung. Kepemimpinan Alamiah,
pemimpin seperti ini timbul dengan sendirinya secara spontan, bukan karena
pengangkatan yang diterima serta dituruti oleh orang lain. Kepemimpinan jenis
ini sangat berpengaruh. Agar organisasi berhasil, manajemen harus
memanfaatkan para pemimpin alamiah.

Selanjutnya menurut Kurt Lewin yang dikutip oleh Maman Ukas mengemukakan tipe-
tipe kepemimpinan menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Otokratis, pemimpin yang demikian bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan
tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan instruksi-
instruksinya harus ditaati. 11 12 sama otoriter
2. Demokratis, pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian
dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha
bertanggung jawab tentang pelaksanaan tujuannya. Agar setiap anggota turut
serta dalam setiap kegiatan-kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan,
pengawasan dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang
berharga dalam usaha pencapaian tujuan yang diinginkan.
3. Laissezfaire, pemimpin yang bertipe demikian, segera setelah tujuan diterangkan
pada bawahannya, untuk menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannya untuk
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ia hanya
akan menerima laporan-laporan hasilnya dengan tidak terlampau turut campur
tangan atau tidak terlalu mau ambil inisiatif, semua pekerjaan itu tergantung
pada inisiatif dan prakarsa dari para bawahannya, sehingga dengan demikian
dianggap cukup dapat memberikan kesempatan pada para bawahannya bekerja
bebas tanpa kekangan.
Pemimpin laissez faire ini memberi kekuasaan sepenuhnya kepada anggota atau
bawahan. Bawahan dapat mengembangkan sarannya sendiri, memecahkan
masalahnya sendiri dan pengarahan tidak ada atau hanya sedikit.
Adapun sifat kepemimpinan laissez faire seolah-olah tidak tampak, sebab pada
tipe ini seorang pemimpin memberikan kebebasan penuh kepada para
anggotanya dalam melaksanakan tugasnya. Disini seorang pemimpin
mempunyai kenyakinan bahwa dengan memberikan kebebasan yang seluas-
luasnya terhadap bawahan maka semua usahanya akan cepat berhasil. Tingkat
keberhasilan organisasi atau lembaga yang dipimpin dengan gaya laissez faire
semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota
kelompok dan bukan karena pengaruh dari pemimpinnya.
Pemimpin tipe laissez faire biasanya menjadikan bawahan itu sebagai rekan
kerja karena bersama-sama melaksanakan tugasnya sampai kepada tujuan yang
diinginkan.

Artinya, Suatu organisasi akan berhasil atau gagal sebagian besar ditentukan
oleh kepemimpinan lembaga itu sendiri termasuk lembaga pendidikan.
Kepemimpinan yang dimiliki setiap pemimpin akan berpengaruh besar terhadap
pencapaian tujuan pendidikan. Ada banyak tipe kepemimpinan yang ada
dalam manajemen sebagaimana yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya.
Tipe kepemimpinan ini juga dipengaruhi oleh gaya seseorang yang memimpin
itu. Tipe kepemimpinan adalah gaya atau corak kepemimpinan yang dibawakan
oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya. Gaya seorang
pemimpin dalam menjalankan kepemimpinan dipengaruhi oleh berbagai faktor
antara lain faktor pendidikan, pengalaman, usia, karakter tabiat atau sifat yang
ada pada diri pemimpin tersebut. Orang yang ambisius untuk menguasai setiap
situasi apabila menjadi pemimpin cenderung akan bersifat otoriter. Orang yang
mempunyai sifat kebapakan apabila menjadi pemimpin cenderung akan
menjalankan kepemimpinan yang bertipe paternalistik sedangkan pemimpin
yang tidak menguasai bidang tugas yang menjadi wewenangnya akan
menyerahkan segala sesuatunya pada bawahan sehingga gaya kepemimpinannya
cenderung bersifat laissez faire.

Untuk memiliki tipe kepemimpinan yang ideal, seseorang biasanya perlu melalui
beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut dipengaruhi oleh pengalaman bekerja
serta kepribadian yang dimiliki.
Tahap pertama untuk menemukan tipe kepemimpinan adalah dengan cara percobaan.
Kamu bisa melakukan pendekatan dan mengaplikasikan tipe kepemimpinan yang
dirasa cocok dengan kepribadianmu. Setelah itu, lihat dampaknya pada lingkungan
sekitar dan anggota tim terhadap gaya kepemimpinan tersebut.
Diharapkan kamu bisa fleksibel dan menyesuaikan respon dari gaya kepemimpinan
yang dijalankan. Lanjutkan hal-hal yang dirasa berdampak positif, dan tinggalkan
apabila negatif.
Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan mencari mentor terkait gaya
kepemimpinan. Dengan memiliki mentor, kamu bisa berkonsultasi secara langsung dan
menambah wawasan bagaimana menjadi pemimpin ideal dari yang sudah memiliki
pengalaman.
Nah, setelah melihat tipe-tipe kepemimpinan ini, manakah yang paling mendekati
atasan kamu? Pahamilah bahwa mungkin tidak ada satu tipe pemimpin yang benar-
benar sempurna. Ada kelebihan dan kekurangan tipe tipe kepemimpinan yang saling
berbeda.
Beberapa orang mungkin tidak bisa memimpin dengan optimal saat dihadapkan
dengan anggota yang terlalu aktif dalam mengambil keputusan. Sebaliknya, orang-
orang tertentu bisa saja menjadi pasif saat dipimpin oleh seorang bos yang otoriter.
Tipe-tipe kepemimpinan ada untuk menyesuaikan perbedaan tersebut. Dengan
berbagai tipe yang ada, setiap pemimpin maupun anggota kelompok dapat berfungsi
optimal guna mencapai tujuan bersama.

Pertanyaan Lutpia
1. Mengenai kepemimpinan teraktual atau terbaru. Pemimpin disini menjadi kunci
penting dalam mencapai keberhasilan sebuah perusahaan. Diskriminasi gender
dahulu masih dialami oleh perempuan. Hal ini bisa saja dikarenakan publik
masih memiliki mindset yang sama dengan sebelum terjadinya emansipasi
wanita. Terdapat anggapan bahwa kepemimpinan lebih cocok diduduki oleh
laki-laki dan perempuan sebagai pengikutnya. Tetapi saat ini perempuan sudah
mulai menunjukkan kemampuannya dalam memimpin. Setiap pemimpin baik itu
laki-laki atau perempuan memiliki karakteristik dan gaya kepemimpinan
masing-masing. Pertanyaannya setelah penyaji memaparkan materi mengenai
gaya dan tipe kepemimpinan, apakah gaya dan tipe kepemimpinan yang
pemimpinannya adalah seorang perempuan, itu menerapkan gaya memimpin
yang sama atau berbeda? Jika iya kenapa, jika berbeda kenapa?
Jawab : Penelitian yang menghubungkan gender dengan gaya kepemimpinan
umumnya mengarah ke gaya kepemimpinan tertentu yang terlihat khas
perempuan. Berdasarkan studi menyimpulkan adanya perbedaan jenis kelamin
dalam gaya kepemimpinan yakni maskulin dan feminim. Bahwa laki-laki
cenderung memiliki gaya kepemimpinan maskulin sedangkan perempuan lebih
cenderung memiliki gaya kepemimpian feminim. Ada juga yang berpendapat
bahwa wanita cenderung memiliki gaya kepemimpinan yang lebih kooperatif
dan partisipatif. Sementara pria cenderung lebih banyak memberi perintah dan
mengontrol. Mereka lebih berorientasi pada tugas dan pengarahan, sementara
wanita lebih demokratis.

Ada pendapat dari para ahli, bahwa ada gaya tersendiri dari pemimpin
perempuan yaitu Empat gaya kepemimpinan perempuan yaitu gaya
kepemimpinan maskulin, gaya kepemimpinan feminim, gaya kepemimpinan
transformasional, dan gaya kepemimpinan transaksional.
- Kepemimpinan maskulin merupakan kepemimpinan yang bernuansa power
over yang memiliki arti gaya kepemimipinannya menonjolkan kekuasaan
untuk memimpin para bawahannya
- Gaya Kepemimpinan Feminim, kepemimpinan feminim merupakan suatu
bentuk kepemimpinan aktif. Kepemimpinan semacam ini merupakan satu
dari sebuah proses dimana pemimpin adalah pengurus bagi orang lain,
penanggung jawab aktivitas (steward) atau pembawa pengalaman (carrier of
experience).
- Gaya Kepemimpinan Transformasional Pemimpin transformasional adalah
pemimpin yang merangsang dan memberikan inspirasi (transformasi)
pengikut untuk mencapai hasil yang luar biasa ). Kepemimpinan
transformasional sebagai proses yang dimana para pemimpin terlibat dengan
pengikut dan mengembangkan hubungan yang meningkatkan moral dan
motivasi pengikut dan pemimpin.
- Gaya Kepemimpinan Transaksional, kepemimpinan transaksional
menekankan pada pertukaran antara pengikut dan pemimpin. Pemimpin
transaksional mengenali kebutuhan dan keinginan pengikut dan kemudian
mengklarifikasi bagaimana kebutuhan dan keinginan tersebut akan dipenuhi
sebagai pertukaran untuk memenuhi tujuan tertentu atau melakukan tugas-
tugas tertentu.
Maskulin dan Feminim adalah dua perilaku yang dapat dimiliki oleh laki-laki maupun
perempuan dan perilaku tersebut memiliki pengaruh yang besar terhadap gaya
kepemimpinan yang akan diterapkan oleh setiap individu baik laki-laki maupun
perempuan. Pertanyaannya adalah, apakah ada perbedaan perilaku didalam memimpin
antara laki-laki dan perempuan yang nantinya dapat mempengaruhi gaya kepemim-
pinan, metode-metode dan pendekatan kepada bawahan.
Ditunjukkan bahwa gaya kepemimpinan perempuan lebih cenderung melakukan
pendekatan yang melaksanakan tugas agar mencapai tujuan, sedangkan berbeda
dengan kaum laki-laki yang memiliki gaya kepemimpinan yang cenderung hanya
hubungan atasan dan bawahan yang dimana bawahan mela- kukan apa yang
diperintahkan oleh atasan tanpa adanya pendekatan emosional antara bawahan dan
atasan.
Berdasarkan dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa pemimpin perempuan
dianggap lebih memikirkan tugas-tugas yang bersifat praktik, kontras dengan sudut
pandang peran jenis kelamin tradisional yang stereotip.
Seperti yang dikemukakan oleh Eagly dan Johnson (1990) pada meta-analysis yang
mereka lakukan bahwa berdasarkan dari perbedaan sifat-sifat dasar gender, Eagly dan
Johnson merumuskan gaya kepemimpinan otokratik dan demokratik adalah yang
paling representatif didalam membedakan gaya kepemimpinan antara laki-laki dan
perempuan yang mana apabila di lihat dari sudut pandang stereotip tentang gender
maskulin yang menggam barkan sosok individu yang kuat, tegas dan berani adalah
gambaran dari gaya kepemimpinan otokratik, sedangkan gender feminin yang
menggambarkan sosok yang memperlihatkan sifat-sifat yang hangat dalam hubungan
personal, lebih suka berafiliasi dengan orang lain dari pada mendominasi adalah
gambaran dari gaya kepemimpinan demokratik, maka yang perlu dipahami adalah
kembali pada sudut pandang stereotip tentang perbedaan gender yang menganggap
laki-laki adalah masukulin sedangkan perempuan adalah feminim. Berdasarkan dari
pemahaman tersebut bahwa gaa kepemimpinan laki-laki cenderung otokratik dan
perempuan cenderung demkratik.

Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu dua gaya yang dipunyai pemimpin perempuan,
bisa saja seorang pemimpin perempuan memiliki kombinasi dari dua gaya tersebut
karena menyesuaikan dengan karakteristik atau tuntutan pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai