Anda di halaman 1dari 8

MANAJEMEN

DISUSUN OLEH :

YUSUF HALWAN HAIKAL

6661200063

1D

ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

2020/2021
KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan didefinisikan secara luas sebagai proses-proses mempengaruhi,


yang memepengaruhi interpretasi mengenai pristiwa-pristiwa para pengikut, pilihan
dari sasaran-sasaran bagi kelompok atau organisasi, pengorganisasian dari aktifitas-
aktifitas tersebut untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut, motivasi dari para pengikut
untuk mencapai sasaran, pemeliharaan hubungan kerja sama dan teamwork, serta
perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-orang yang berada di luar kelompok
atau organisasi.

Syarat-syarat Kepemimpinan
Dalam menentukan arah kepemimpinan, diperlukan sebuah fungsi transformasi
kepemimpinan. Transformasi menjadi sebuah kebutuhan mendasar walaupun sulit dan
memerlukan investasi waktu yang panjang; tetapi merupakan faktor penentu
keberhasilan dan keefektifan eksistensi kepemimpinan Anda. Proses transformasi
kepemimpinan dapat membawa hasil yang efektif jika ada unsur-unsur sebagai
berikut:
1. Kepemimpinan yang kuat. Seorang pemimpin bukanlah seorang diktator/otoriter,
tetapi pemimpin team yang bekerja habis-habisan untuk organisasi dan dengan berani
mempertaruhkan jabatan dan kedudukannya untuk menghadapi fakta-fakta brutal.
Kepemimpinan yang kuat juga bukanlah seorang populis yang cenderung mencari
aman dan menghindari tekanan-tekanan.
2. Dukungan bawahan. Pemimpin yang kuat tidak ada artinya jika tidak didukung oleh
bawahan-bawahannya yang rela mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, dan masa
depannnya. Mereka rela menghadapi masa-masa sulit, stress, masa-masa yang penuh
dengan ketidakpastian, dan mungkin pula komentar-komentar yang tidak sehat dari
berbagai pihak. Mereka bertarung di antara teman-teman, melewati konflik demi
konflik, sampai akhirnya menemukan jalan.
3. Komunikasi yang jelas. Pemimpin harus punya seni dalam berkomunikasi, baik verbal
maupun non-verbal. Kepemimpinan memerlukan komunikasi massa yang melibatkan
banyak orang. Tanpa kepiawaian komunikasi dan dukungan team komunikasi yang
baik, kepemimpinan tidak akan efektif.
4. Komitmen pemimpin. Pemimpin juga harus membangun komitmen yang harus
dimulai dari dirinya sendiri.

Konsep Gaya Kepemimpinan


1. Gaya Kepemimpinan Kontinum
Gaya ini pertama sekali dikembangkan oleh Robert Tannenbaum dan warren
Schmidt. Menurut kedua ahli ini ada dua bidang pengaruh yang ekstrim, yaitu:
a. Bidang pengaruh pimpinan, pemimpin menggunakan otoritasnya.
b. Bidang pengaruh kebebasan bawahan, menekankan gaya demokratis.
2. Gaya Managerial Grid
Robert R. Blake dan Jane S. mouton mengidentifikasikan gaya kepemimpinan
yang diterapkan di dalam manajemen yang disebut dengan gaya managerial grid.
Sesungguhnya, gaya managerial grid lebih menekankan kepada pendekatan dua aspek
yaitu aspek produksi di satu pihak, dan orang-orang di pihak lain. Blake dan Mouton
menghendaki bagaimana perhatian pemimpin terhadap produksi dan bawahannya
(followers).
3. Dimensi Gaya Model Reddin
William J Reddin, seorang Professor dan konsultan dari Kanada mengetengahkan
tiga dimensi gaya kepemimpinan dengan efektivitas dalam modalnya. Selain itu dia
juga menekankan pada dua hal yang mendasar yaitu hubungan pemimpin dengan
tugas dan hubungan kerja. Gaya kepemimpinan dari Reddin ini tidak terpengaruh
kepada lingkungan sakitarnya.

Dialektika Gaya Kepemimpinan


1. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis menempatkan manusia sebagai faktor utama dan
terpenting dalam setiap kelompok/organisasi. Gaya kepemimpinan demokratis
diwujudkan dengan dominasi perilaku sebagai pelindung dan penyelamat dan perilaku
yang cenderung memajukan dan mengembangkan organisasi/ kelompok. Di samping
itu diwujudkan juga melalui perilaku kepemimpinan sebagai pelaksana (eksekutif).
Dengan didominasi oleh ketiga perilaku kepemimpinan tersebut, berarti gaya ini
diwarnai dengan usaha mewujudkan dan mengembangkan hubungan manusiawi
(human relationship) yang efektif, berdasarkan prinsip saling menghormati dan
menghargai antara yang satu dengan yang lain. Pemimpin memandang dan
menempatkan orang-orang yang dipimpinnya sebagai subjek, yang memiliki
kepribadian dengan berbagai aspeknya, seperti dirinya juga. Kemauan, kehendak,
kemampuan, buah pikiran, pendapat, minat/perhatian, kreativitas, inisiatif, dan lain-
lain yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain selalu dihargai dan
disalurkan secara wajar.
Kepemimpinan dengan gaya demokratis dalam mengambil keputusan sangat
mementingkan musyawarah, yang diwujudkan pada setiap jenjang dan di dalam unit
masingmasing. Dengan demikian dalam pelaksanaan setiap keputusan tidak dirasakan
sebagai kegiatan yang dipaksakan, justru sebaliknya semua merasa terdorong
mensukseskannya sebagai tanggung jawab bersama. Setiap anggota
kelompok/organisasi merasa perlu aktif bukan untuk kepentingan sendiri atau
beberapa orang tertentu, tetapi untuk kepentingan bersama.
2. Gaya Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan otoriter merupakan gaya kepemimpinan yang paling tua dikenal
manusia. Oleh karena itu gaya kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di tangan
satu orang atau sekelompok kecil orang yang di antara mereka tetap ada seorang yang
paling berkuasa. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Orang-orang yang
dipimpin yang jumlahnya lebih banyak, merupakan pihak yang dikuasai, yang disebut
bawahan atau anak buah. Kedudukan bawahan semata-mata sebagai pelaksana
keputusan, perintah, dan bahkan kehendak pimpinan. Pemimpin memandang dirinya
lebih, dalam segala hal dibandingkan dengan bawahannya. Kemampuan bawahan
selalu dipandang rendah, sehingga dianggap tidak mampu berbuat sesuatu tanpa
perintah.
Perintah pemimpin sebagai atasan tidak boleh dibantah, karena dipandang sebagai
satu-satunya yang paling benar. Pemimpin sebagai penguasa merupakan penentu nasib
bawahannya. Oleh karena itu tidak ada pilihan lain, selain harus tunduk dan patuh di
bawah kekuasaan sang pemimpin. Kekuasaan pimpinan digunakan untuk menekan
bawahan, dengan mempergunakan sanksi atau hukuman sebagai alat utama. Pemimpin
menilai kesuksesannya dari segi timbulnya rasa takut dan kepatuhan yang bersifat
kaku.
3. Gaya Kepemimpinan Bebas dan Gaya Kepemimpinan Pelengkap
Pemimpin berkedudukan sebagai simbol. Kepemimpinannya dijalankan dengan
memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan
dan melakukan kegiatan (berbuat) menurut kehendak dan kepentingan masing-masing,
baik secara perseorangan maupun berupa kelompok-kelompok kecil. Pemimpin hanya
memfungsikan dirinya sebagai penasihat, yang dilakukan dengan memberi
kesempatan untuk berkompromi atau bertanya bagi anggota kelompok yang
memerlukannya. Kesempatan itu diberikan baik sebelum maupun sesudah anggota
yang bersangkutan menetapkan keputusan atau melaksanakan suatu kegiatan.
Kepemimpinan dijalankan tanpa berbuat sesuatu, karena untuk bertanya atau tidak
(kompromi) tentang sesuatu rencana keputusan atau kegiatan, tergantung sepenuhnya
pada orang-orang yang dipimpin. Dalam keadaan seperti itu setiap terjadi kekeliruan
atau kesalahan, maka pemimpin selalu berlepas tangan karena merasa tidak ikut serta
menetapkannya menjadi keputusan atau kegiatan yang dilaksanakan
kelompok/organisasinya. Pemimpin melepaskan diri dari tanggung jawab (deserter),
dengan menuding bahwa yang salah adalah anggota kelompok/organisasinya yang
menetapkan atau melaksanakan keputusan dan kegiatan tersebut. Oleh karena itu
bukan dirinya yang harus dan perlu diminta pertanggungjawaban telah berbuat
kekeliruan atau kesalahan.

BUDGETING

Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis meliputi


seluruh kegiatan perusahaan. Anggaran mencakup semua kegiatan yang akan
dilakukan oleh semua unit-unit atau bagian-bagian yang ada dalam
perusahaan. Dinyatakan dalam kesatuan unit. Seluruh anggaran dalam kegiatan
perusahaan yang telah direncanakan dan ditetapkan untuk dijalankan diukur dalam
kesatuan unit atau satuan uang yang dapat ditetapkan pada berbagai kegiatan
perusahaan yang beraneka ragam. 

Anggaran yang dibuat berlaku untuk waktu tertentu dimasa yang akan datang, dengan
demikian anggaran merupakan taksiran, ramalan tentang apa yang akan terjadi, berapa
jumlah uang yang sesungguhnya yang akan terpakai, serta apa yang akan dilakukan
diwaktu yang akan datang. Anggaran realistis sebaiknya anggaran yang disusun
berdasarkan kondisi pada saat yang bersangkutan, artinya berdasarkan kepada harga
yang belaku pada saat itu dengan memasukan unsur estimasi terhadap kenaikan harga
dimasa datang. Atau dapat juga dikatakan anggaran yang disusun tidak terlalu optimis
dan tidak pula terlalu pesimis. Angaran bersifat luwes Anggaran yang disusun
mempunyai ruang untuk dilakukan perubahan, perbaikan, penyesuaian dengan kondisi
atau keadaan yang mungkin berubah.

Dengan demikian anggaran yang disusun tidak kaku. Anggaran yang sustainable


Anggaran yang disusun membutuhkan perhatian secara terus menerus dan merupakan
usaha yang insidentil. Dalam penyusunan anggaran perusahaan mempunyai keyakinan
bahwa perusahaan mempunyai kemampuan untuk mengendalikan berbagai relevan
variabel dalam mencapai tujuan, untuk melaksanakan sistem manajemen ilmiah, untuk
berkomunikasi secara efektif, untuk memberi motivasi kepada anggotanya, untuk
mendorong adanya partisipasi. Anggaran menyeluruh , anggaran menyeluruh meliputi
seluruh aktivitas perusahaan dibidang produksi, marketing, pembelanjaan /
keuangan, personalia, dan tertib administrasi.

Dalam kenyataannya seringkali perusahaan tidak memakai cara yang pertama karena
segi pembiayaan dan tehnisnya. Anggaran dapat digunakan sebagai pedoman kerja
Anggaran yang telah dibuat dijadikan sebagai pedoman, acuan kerja yang harus diikuti
kedepan, dan arah serta target yang harus dicapai oleh kegiatan perusahaan diwaktu
yang akan datang. Anggaran dapat digunakan sebagai alat pengkoordinasian kerja
Agar semua bagian-bagian yang terdapat didalam perusahaan saling bekerja sama
dengan baik, saling menunjang agar kelangsungan dan kelancaran jalannya
perusahaan terjamin, sehingga akan mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Anggaran
dapat digunakan sebagai alat pengawasan kerja Anggaran yang disusun digunakan
sebagai tolok ukur, pembanding untuk menilai, evaluasi realisasi kegiatan
perusahaan, seperti yang dianggarkan dengan kenyataannya sesungguhnya.

DELEGASI

Pada dasarnya, pendelegasian Wewenang ini terdiri dari dua kata yaitu


pendelegasian dan wewenang. Dari definisi dua kata tersebut, kita dapat
menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Pendelegasian wewenang
atau delegation of authority adalah pembagian wewenang dan kekuasaan
kepada orang untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Namun hal
yang perlu diingat bahwa meskipun wewenangnya telah didelegasikan kepada
bawahannya, manajer yang bersangkutan tetap bertanggung jawab atas
semua hasil pekerjaan yang didelegasikannya tersebut.
Definisi Delegasi Wewenang Menurut Tokoh:
(1) Hasibuan (2007:68), pendelegasian wewenang adalah memberikan sebagian
pekerjaan atau wewenang oleh delegator (pemberi wewenang) kepada delegate
(penerima wewenang) untuk dikerjakannya atas nama delegator.
Elemen-Elemen Delegasi Wewenang :
- Wewenang atau Authority
Wewenang atau Otoritas dalam konteks organisasi bisnis dapat didefinisikan
sebagai kekuasaan dan hak seseorang untuk menggunakan dan mengalokasikan
sumber daya secara efisien, untuk mengambil keputusan dan memberi perintah agar
dapat mencapai tujuan organisasinya. Oleh karena itu, wewenang atau otoritas harus
didefinisikan dengan baik agar orang-orang yang memegang jabatan tertentu
mengetahui dengan jelas ruang lingkup wewenang mereka dan mereka tidak boleh
salah mengartikannya. Dengan kata lain, wewenang atau otoritas adalah hak untuk
memberikan perintah, pesan atau instruksi untuk menyelesaikan segala sesuatu yang
ditugaskannya. Manajemen Tingkat Atas merupakan tingkat manajemen yang
memiliki wewenang terbesar.

- Tanggung Jawab atau Responbillity


Tanggung Jawab tanpa wewenang atau otoritas yang memadai dapat menyebabkan
ketidakpuasan dan kesulitan dalam melaksanakan tugasnya. Seseorang memiliki
tanggung jawab atas pekerjaan yang dibebankannya. Jika melakukan tugasnya
dengan baik maka orang yang bersangkutan akan mendapatkan pujian ataupun
penghargaan. Namun apabila tidak menyelesaikan tugas yang ditetapkan seperti
yang diharapkan, maka dia juga bertanggungjawab sepenuhnya.

- Akuntabilitas atau Accountabillity


Accountability adalah kewajiban seseorang atau organisasi untuk
mempertanggungjawabkan aktivitasnya dan mengungkapkan hasilnya secara
transparan. Dapat dikatakan bahwa Akuntabilitas merupakan peningkatan dari rasa
tanggung jawab, suatu yang lebih tinggi mutunya dari tanggung jawab (responsibility)
sehingga memuaskan atasan.

MOTIVASI

Teori – teori Motivasi


- Hierarki Teori Kebutuhan (Hierarchical of Needs Theory)
Menurut Abraham Maslow bahwa pada setiap diri manusia itu terdiri atas lima
kebutuhan yaitu Kebutuhan Fisik terdiri dari kebutuhan akan perumahan, makanan,
minuman, dan kesehatan. Kebutuhan rasa aman dalam dunia kerja, pegawai
menginginkan adanya jaminan sosial tenaga kerja, pensiun, perlengkapan keselamatan
kerja, dan kepastian dalam status kepegawaian. Kebutuhan sosial, kebutuhan ini
berkaitan dengan menjadi bagian dari orang lain, dicintai orang lain, dan mencintai
orang lain. Kebutuhan pengakuan, kebutuhan yang berkaitan tidak hanya menjadi
bagian dari orang lain. Sedangkan kebutuhan untuk aktualisasi diri, yaitu kebutuhan
untuk menggunakan kemampuan, skill, dan potensi.

- Teori X dan Y Mc. Gregor


Teori X dan Y, Douglas McGregor yang dikutip oleh Malayu S.P Hasibuan
(2003:160) mengajukan dua pandangan yang berbeda tentang manusia, negatif dengan
tanda label x dan positif dengan tanda label y.
a. Teori X (negatif) merumuskan asumsi-asumsi sebagai berikut:
1. Rata-rata karyawan malas dan tidak suka bekerja.
2. Umumnya karyawan tidak berambisi mencapai prestasi yang optimal dan selalu
menghindari tanggung jawabnya dengan cara mengkambinghitamkan orang lain.
3. Karyawan lebih suka dibimbing, diperintah, dan diawasi dalam melaksanakan
pekerjaannya.
4. Karyawan lebih mementingkan diri sendiri dan tidak memperdulikan tujuan
organisasi.
b. Teori Y (positif) memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut :
1. Rata-rata karyawan rajin dan menganggap sesungguhnya bekerja, sama wajarnya
dengan bermain-main dan beristirahat. Pekerjaan tidak perlu dihindari dan dipaksakan,
bahkan banyak karyawan tidak betah dan merasa kesal tidak bekerja.
2. Lazimnya karyawan dapat memikul tanggung jawab dan berambisi untuk maju dengan
mencapai prestasi kerja yang optimal.
3. Karyawan selalu berusaha mencapai sasaran organisasi dan mengambangkan dirinya
untuk mencapai sasran itu. Organisasi seharusnya memungkinkan karyawan
mewujudkan potenisnya sendiri dengan memberikan sumbangan pada tercapainya
sasaran perusahaan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi


Motivasi sebagai proses batin atau proses psikologis dalam diri seseorang,
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain:
Faktor ekstern:
a. Lingkungan kerja
b. Pemimpin dan kepemimpinannya
c. Tuntutan perkembangan organisasi atau tugas
d. Dorongan atau bimbingan atasan
Faktor intern:
a. Pembawaan individu
b. Tingkat pendidikan
c. Pengalaman masa lampau
d. Keinginan atau harapan masa depan

REPORTING

Reporting (pelaporan) menurut Luther M. Gullick dalam bukunya Papers


on the Science of Administration merupakan salah satu fungsi manajemen
berupa penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian
keterangan mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas dan fungsi-
fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi. Pelaporan merupakan suatu kegiatan
yang dilakukan bawahan untuk menyampaikan hal-hal yang berhubungan
dengan hasil pekerjaan yang telah dilakukan selama satu periode tertentu.
Pelaporan dilakukan kepada atasan kepada siapa bawahan tersebut
bertanggung jawab. Pelaporan adalah aktivitas yang berlawanan arah dari
pengawasan, Jika pengawasan dilakukan oleh pihak atasan untuk mengetahui
semua hal yang menyangkut pelaksanaan kerja bawahan, maka pelaporan
merupakan jawaban dari kegiatan pengawasan tersebut.

TUJUAN REPORTING
Tujuan Pencatatan dan Pelaporan menurut Potter dan Perry dalam Sutomo,
2010 adalah:
- komunikasi
Bertujuan sebagai alat komunikasi yang efektif antar petugas kesehatan
sehingga kesinambungan informasi dan upaya pelayanan kesehatan dapat
tercapai.
- Pendidikan
Bertujuan sebagai informasi tentang gambaran penyakit atau masalah
kesehatan dan pemecahannya.
- Pengalokasian dana
Dapat digunakan untuk merencanakan tindakan dan kegiatan yang tepat
dengan dana yang tersedia.
- Dana
Sebagai dasar untuk melakukan evaluasi terhadap hasil intervensi yang
diberikan.
- Dokumen yang sah
Bertujuan sebagai bukti nyata dan legal yang dapat digunakan bila didapatkan
adanya penyimpangan serta bila diperlukan untuk keperluan pengadilan.
- Jaminan mutu
Bertujuan agar dapat memberikan jaminan kepada masyarakat terhadap mutu
layanan kesehatan yang diberikan.

MANFAAT REPORTING
Manfaat pencatatan sebagai dasar untuk pelaporan adalah sebagai berikut
(Manullang, 2006):
1. Memberi informasi tentang keadaan masalah/kegiatan.
2. Sebagai bukti dari suatu kegiatan/peristiwa.
3. Bahan proses belajar dan bahan penelitian.
4. Sebagai pertanggung jawaban.
5. Bahan pembuatan laporan.
6. Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
7. Bukti hukum.
8. Alat komunikasi dalam penyampaian pesan serta meningkatkan kegiatan
peristiwa khusus.

Anda mungkin juga menyukai