Dalam rangka memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, diperlukan manajemen keperawatan yang efektif dan efesien. Untuk mampu melaksanakan manajemen secara efektif dan efesien berbagai ketrampilan dibutuhkan dan salah satu diantaranya adalah ketrampilan kepemimpinan. Kepemimpinan diperlukan dalam setiap kegiatan keperawatan. Setiap perawat, apakah staf, ketua tim, kepala ruangan, pengawas atau kepala bidang keperawatan perlu memiliki ketrampilan kepemimpinan sehingga efektif dalam mengelola pelayanan dan asuhan keperawatan. Kepemimpinan merupakan penggunaan ketrampilan seseorang, dalam mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya. Kepemimpinan merupakan interaksi antar kelompok, proses mempengaruhi kegiatan suatu organisasi dalam pencapain tujuan (surlati, 2010). Melalui kepemimpinan yang efektif setiap perawat berupaya memberikan kontribusi dalam kegiatan-kegiatan yang ada dalam organisasinya untuk pencapain tujuan. Agar perawat mempunyai ketrampilan kepemimpinan diperlukan pemahaman tentang teori, gaya dan cara-cara bagaimana seorang dapat berperan sebagai pemimipin yan efektif.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah perbedaan masing-masing dari 9 gaya kepemimpina tersebut? 2. Berikan 1 contoh ilustrasi kasus dari masing-masing gaya kepemimpinan ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui perbedaan masing-masing dari 9 gaya kepemimpina tersebut 2. Untuk mengetahui contoh ilustrasi kasus dari masing-masing gaya kepemimpinan
1.4 Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa mengetahui apa perbedaan masing-masing dari 9 gaya kepemimpina 2. Mahasiswa mengetahui contoh ilustrasi kasus dari masing-masing gaya kepemimpinan BABII
PEMBAHASAN
2.1 Perbedaan Masing-Masing Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan dalam suatu organisasi mempunyai peranan yang sangat penting yang menentukan keberhasilan pencapaian tujuan suatu organisasi. 2.1.1 Gaya Kepemimpinan Otoriter Gaya kepemimpinan agresif ini didasarkan pada kontrol. Kaum otokrat jarang disukai, dan seorang pemimpin otokratis menggunakan gaya yang seperti militan. Autokrat memberi perintah dan mengharapkan eksekusi cepat, dengan umpan balik atau masukan yang sedikit dari pekerja. Gaya kepemimpinan ini dapat bekerja di lingkungan tipe produksi yang menuntut keluaran maksimal dalam peran pekerjaan yang sederhana dan berulang. Lingkungan kerja dengan gaya kepemimpinan ini membuat kreativitas kurang berkembang. Autokrat mendorong karyawan dengan keras; seringkali, dia tidak mendapatkan kesetiaan dan komitmen jangka panjang sebagai balasannya. Omset tinggi dan kepuasan rendah diharapkan, sebagai tanggapan terhadap gaya kepemimpinan ini. Namun ada kalanya kepemimpinan otokratik efektif. Militer adalah contoh utama. Setiap individu didorong untuk tampil di bawah pemimpin yang ketat dan otokratis, karena peran pekerjaan mereka memiliki konsekuensi hidup atau mati. Berkinerja baik di militer di bawah gaya kepemimpinan ini juga menjamin promosi untuk posisi peringkat yang lebih tinggi.
2.1.2 Gaya Kepemimpinan Demokrasi
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan. Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi. Pemimpin menempatkan dirinya sebagai pengontrol, pengatur dan pengawas dari organisasi tersebut dengan tidak menghalangi hak-hak bawahannya untuk berpendapat. Dia juga berfungsi sebagai penghubung antar departemen dalam suatu organisasi. Organisasi yang dibuat dengan teori demokratis ini pun memiliki suatu kelebihan, dimana setiap tugas dan wewenang dari pengurus organisasi tersebut diatur sedemikian rupa, sehingga jelas bagian-bagian tugas dari masing-masing pengurus, yang mana nantinya tidak akan terjadi campur tangan antar bagian dalam organisasi tersebut. Pembagian tugas ini juga sangat efisien dan efektif bila diterapkan dalam suatu organisasi dimana tujuan utama dari organisasi adalah tercapainya tujuan dan kepentingan bersama.
2.1.3 Gaya Kepemimpinan Partisipasif
Kepemimpinan partisipatif didefinisikan sebagai persamaan kekuatan dan sharing dalam pemecahan masalah dengan bawahan dengan melakukan konsultasi dengan bawahan sebelum membuat keputusan. Kepemimpinan partisipatif berhubungan dengan penggunaan berbagai prosedur keputusan yang memperbolehkan pengaruh orang lain mempengaruhi keputusan pemimpin. Istilah lain yang biasa digunakan untuk mengacu aspek - aspek kepemimpinan partisipatif termasuk konsultasi, pembuatan keputusan bersama, pembagian kekuasaan, desentralisasi, dan manajemen demokratis. Kepemimpinan partisipatif menyangkut usaha - usaha oleh seorang manajer untuk mendorong dan memudahkan partisipasi orang lain dalam pengambilan keputusan yang jika tidak akan dibuat tersendiri oleh manajer tersebut. Kepemimpinan ini mencakup aspek - aspek kekuasaan seperti bersama - sama menanggung kekuasaan, pemberian kekuasaan, dan proses - proses mempengaruhi yang timbal balik. Sedangkan yang menyangkut aspek - aspek perilaku kepemimpinan seperti prosedur - prosedur spesifik yang digunakan untuk berkonsultasi dengan orang lain untuk memperoleh gagasan dan saran - saran, serta perilaku spesifik yang digunakan untuk proses pengambilan keputusan dan pendelegasian kekuasaan. 2.1.4 Gaya Kepemimpinan Karismatik Seorang pemimpin yang memiliki kemampuan pribadi yang luar biasa atau biasa disebut dengan pemimpin yang karismatik merupakan pemimpin yang memiliki daya tarik yang tidak dapat dibeli dengan uang. Itu adalah suatu energy yang tidak nampak namun efeknya dapat dirasakan (Marriane Williamson). Hal ini membuat para karyawan atau staf dalam organisasi menjadi tertarik dan meyakini bahwa pemimpinnya memiliki kelebihan yang luar biasa. Menurut Max Weber, konsep pemimpin yang karismatik lebih ditekankan pada kemampuan pemimpin yang memiliki kekuatan luar biasa. Pemimpin yang berkarisma sering dikatakan pandai dalam menyuarakan ideologinya yang berhubungan dengan tujuan organisasi, sehingga dapat menciptakan aspirasi bersama para karyawan. Jiwa kepemimpinan karismatik yang dimiliki oleh seseorang akan memberikan contoh-contoh perilaku yang baik agar dapat ditiru oleh para karyawannya, dan mampu memotivasi para karyawannya dengan memberikan beberapa pujian. Hal ini akan senantiasa menumbuhkan rasa percaya diri oleh karyawan dan secara tidak langsung menghidupkan jiwa karismatik seorang pemimpin.
2.1.5 Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
Kebalikan dari kepemimpinan otokratik adalah Laissez-Faire, yang dipahami berarti dan untuk melakukan apa yang Anda mau atau pilih dalam bahasa Prancis. Apa artinya dalam istilah ekonomi adalah bahwa “doktrin yang menentang campur tangan pemerintah dalam urusan ekonomi di luar minimum yang diperlukan untuk pemeliharaan perdamaian dan hak milik,” menurut Merriam Webster. Gaya ini memiliki beberapa manfaat utama dalam lingkungan kreatif, tetapi juga kurang disiplin dan struktur yang sering diperlukan dalam lingkungan bisnis. Kelemahan lain dari gaya Laissez-Faire adalah pendekatan pembelajaran yang tidak terstruktur. Itu sangat bergantung pada bakat, pengalaman yang ada dan kreativitas untuk mendorong hasil. Jika tenggat waktu yang keras, produksi dan keuntungan tidak selalu menjadi faktor utama, Laissez-Faire adalah pendekatan yang santai dan mudah untuk menjalankan sebuah toko. Ini juga dapat bekerja ketika karyawan sudah memiliki motif untuk dimasukkan ke dalam usaha. Seorang pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan bebas tindak, menyerahkan perannya sebagai pimpinan kepada bawahannya, dengan bimbingan yang minimal atau tidak ada sama sekali. Kepercayaan diberikan kepada bawahan untuk melaksanakan tugasnya dengan cara yang sesuai dengan pola kerja. Gaya kepemimpinan ini efektif bila bawahan mempunyai kemampuan dan tanggung jawab yang tinggi. Gaya kepemimpinan ini akan menimbulkan keresahan bawahan bila kurang mempunyai kemampuan dan tanggung jawab karena mereka tidak dapat menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
2.1.6 Gaya Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpina transformasional merupakan suatu jenis kemampuan untuk memberikan inspirasi dan memotivasi para pengikut untuk mencapai hasil-hasil yang lebih baik besar dari pada yang direncanakan secara orisinil dan untuk imbalan internal guna mencapai suatu visi, pemimpin transformasi membuat perubahan-perubahan utama dalam misi, cara melakukan bisnis dan bagaimana sumber daya mansusia dikelolah. Kepemimpinan transformasional adalah seorang pemimpin yang mempimpin orang lain untuk memimpin diri mereka sendiri. Pelayanan kesehatan di rumah sakit selalu berorientasi kepada kepuasan pasien, dikenal dengan pelayanan prima. Pelayanan prima adalah pelayanan kepada pasien yang berdasarkan standar kualitas untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan.Perubahan yang cepat dan dramatis akan berlanjut dalam keperawatan dan industri pelayanan kesehatan, terdapat tuntutan yang semakin besar terhadap pelaku pemberi pelayanan kesehatan untuk mengembangkan kemampuan dan peran kepemimpinan dan fungsi manajemen. Pemimpin di Rumah Sakit dan Puskesmas harus berusaha mengintegrasikan karakteristik kepemimpinan . Pada akhirnya tingkat kepuasan pasien akan menjadi sebuah tantangan dalam upaya pemberian pelayanan kesehatan yang sesuai harapan dan tuntutan publik. 2.1.7 Gaya Kepemimpinan Transaksional Kepemimpinan Transaksional adalah pemimpin mengenalkan apa yang diinginkan atau disenangi para pengikut dam membantu mereka mencapai tingkat pelaksanaan yang menghasilkan penghargaan yang memuaskan. Kepemimpinan transaksional melibatkan pertukaran peran dimana pemimpin akan membantu pengikutnya mencapai sasaran yang bermakna guna mencapai imbalan yang memuaskan.
2.1.8 Gaya Kepemimpinan Caring Leadership
Caring leadership, adalah suatu konsep yang merupakan perluasan dari transformasional yang menyatakan : manajemen yang baik sebagian besar adalah urusan caring, karena manajemen yang tepat melibatkan caring untuk orang lain, tidak memanipulasi mereka. Caring leadership mengenali pentingnya caring dalam praktik keperawatan yang mengkombinasikan konsep teori caring dan teori keperawatan .
2.1.9 Gaya Kepemimpinan Servant Leadership
Servant Leadership merupakan suatu kepemimpinan yang berawal dari perasaan tulus yang timbul dari dalam hati yang berkehendak untuk melayani, yaitu untuk menjadi pihak pertama yang melayani. Servant leadership merupakan seorang pemimpin yang menggunakan kekuatan dan kendali institusional yang lebih sedikit sambil menggeser otoritas tersebut ke mereka yang dipimpin. Servant leadership menghargai komunitas karena hal ini memberi peluang bagi individu untuk langsung mengalami saling ketergantungan, penghargaan, kepercayaan dan pertumbuhan individual. Servant leadership berkomunikasi dengan mendengarkan dulu.
2.2 Ilustrasi Contoh Kasus Dari Masing-Masing Gaya Kepemimpinan
2.2.1 Gaya Kepemimpinan Otoriter Contoh ilustrasi kasus : Perewat B telah menjabat sebagai kepala ruangan di ruangan RSUD Badung selama 10 tahun. Keputusan yang diambil tidak pernah dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan perawata yang ada di ruangan dan tidak boleh ada bawahan yang boleh menolak keputusan tersebut.
2.2.2 Gaya Kepemimpinan Demokrasi
Contoh ilustrasi kasus : Perawat A baru menjabat sebagai kepala ruangan di RSUD gianyar selama 1 tahun, dalama bekerja perawat A sangat efisien dan efektif. Perawat A selalu mengontrol,mengatur dan mengawas dengan tidak menghalangi hak-hak bawahannya untuk berpendapat.
2.2.3 Gaya Kepemimpinan Partisipasif
Contoh ilustrasi kasus : Perawat C sebagai kepala ruangan di RSUD Badung, dalam mengambil keputusan perawat C selalu bermusyawarah kepada derektur, sharing dalam pemecahan masalah dengan bawahan dengan melakukan konsultasi dengan bawahan sebelum membuat keputusan
2.2.4 Gaya Kepemimpinan Karismatik
Contoh ilustrasi kasus : Perawat E sebagai perawat primer dalam melakukan tindakan perawat E selalu percaya diri kepada kemampuanya memiliki daya tarik, pandai dalam menyuarakan ideology yang berhubungan dengan pekerjaannya, memotivasi para karyawan dengan memberikan pujian. Perawat E menjadi contoh role model karena daya tarik yang dimiliki.
2.2.5 Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
Contoh ilustrasi kasus : Perawat B menjabat sebagai kepala ruangan selama 5 bulan di RS wangaya, perawat B akhir-akhir ini sering terlambat akibatnya dari itu struktur kinerja selalu di limpahkan ke bawahanya dan tidak pernah dikontrol sehingga kurang efektif. Perawat B belum memiliki pengalaman yang matang 2.2.6 Gaya Kepemimpinan Transformasional Contoh ilustrasi kasus : Perawat K menjabat sebagai kepala ruang di RS medika selama 17 tahun, perawat K selalu memberikan inspirasi dan motivasi pada perawat lainnya untuk mencapai suatu visi, membuat perubahan-perubahan utamanya dalam misi dan mengelola ruangan tersebut dengan baik
2.2.7 Gaya Kepemimpinan Transaksional
Contoh ilustrasi kasus : Perawat T Menjabat sebagai perawat primer di RS bali mandala, perawat T memerintahkan ke perawat pelaksanan tetang tugas yang akan dilakukan perawatan pelaksanan melakukan tugas dengan baik, perawat T memberika penghargaan dengen memuji perawat pelaksanan, perawat T juga membantu perawat pelaksana dalam mencapai tujuan dan saran yang ingin dicapai
2.2.8 Gaya Kepemimpinan Caring Leadership
Contoh ilustrasi kasus : Perawat C menjabat sebagai perawat pelaksana di ruang buang di RS bali mandala, perawat T sedang merawat pasien terminal, perawat T membantu memotivasi, memberikan pengertian, pengetahuan dan meningkatkan kesehatan pasien agar pasien lebih semangat dalam menjalankan hidupnya.
2.2.9 Gaya Kepemimpinan Servant Leadership
Contoh ilustrasi kasus : Perawat K menjabat sebagai perawat primer di ruangan drupati, RS wangaya, perawat K sedang menangani pasien komplien perawat K mendengarkan dengan penuh perhatia tanpa emosi. Memiliki sifat empati, jeli atau teliti dalam mengambil keputusan dan bisa membangun kepercayaan pasien maupun perawat. BAB II
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain dalam
mencapai tujuan suatu organisasi. Kepemimpinan merupakan inti manajemen, oleh karena itu setiap manajer keperawatan berkewajiban mempengaruhi perawat-perawat dibawah pengawasannya untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya secara bersama sehingga tujuan keperawatan dapat tercapai. Dalam melaksanakan kepemimpinan, seorang manajer keperawatan dapat menggunakan gaya otokratik, demokratik atau bebas tidak tergantung pada situasi termasuk kemampuan perawat yang dipimpinnya. perawat dalam melaksanakan tugasnya diharapkan tidak saja menjadi manajer tetapi juga menjadi pemimpin yang efektif.Untuk menjadi pemimpin yang efektif seorang perawat perlu memiliki inteligensi, dalam arti harus cerdas, mempunyai kepribadian yang mantap artinya percaya diri, kreatif dan tidak tergantung pada orang lain. Disamping itu juga mempunyai kemampuan bekerja sama dan hubungan antar manusia yang baik.
3.2 Saran
Gaya kepemimpinan memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja
ada baiknya kita harus memilik sifat yang baik dan bertangguang jawab terhadap pekerjaan kita degan di buatnya makalah ini agar pembaca dapat memahami macam-macam gaya kepemimpinan yang berguna untuk di masa mendatang. DAFTAR PUSTAKA
Nusalam, Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Edisi
3. Jakarta: Salemba Medika, 2011. Saebani, Beni Ahmad dan Ii Sumantri.2014.Kepemimpinan.Bandung:CV Pustaka Setia.
Suarli, Yanyan Bahtiar, Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan Praktis. Jakarta: