Anda di halaman 1dari 11

PAPER MANAJEMEN KEPERAWATAN I

GAYA KEPEMIMPINAN

OLEH :

KELOMPOK 5

I GEDE WAHYU SEPTIANA (17.321.2720)

NI KADEK DWINITA PURNAMAYANTI (17.321.2728)

NI KETUT NOPIA ANTARI (17.321.2731)

NI KOMANG LINDA RAHMAYANTI (17.321.2732)

NI LUH JULIANTARI (17.321.2740)

NI NYOMAN DESY CANDRA SARI (17.321.2748)

NI PUTU HEPINA TRESNAYANTI (17.321.2749)

NI WAYAN WENA WARDANI (17.321.2757)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Dalam rangka memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan,
diperlukan manajemen keperawatan yang efektif dan efesien. Untuk mampu
melaksanakan manajemen secara efektif dan efesien berbagai ketrampilan dibutuhkan
dan salah satu diantaranya adalah ketrampilan kepemimpinan. Kepemimpinan
diperlukan dalam setiap kegiatan keperawatan. Setiap perawat, apakah staf, ketua tim,
kepala ruangan, pengawas atau kepala bidang keperawatan perlu memiliki
ketrampilan kepemimpinan sehingga efektif dalam mengelola pelayanan dan asuhan
keperawatan. Kepemimpinan merupakan penggunaan ketrampilan seseorang, dalam
mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan kemampuannya. Kepemimpinan merupakan interaksi antar kelompok, proses
mempengaruhi kegiatan suatu organisasi dalam pencapain tujuan (surlati, 2010).
Melalui kepemimpinan yang efektif setiap perawat berupaya memberikan kontribusi
dalam kegiatan-kegiatan yang ada dalam organisasinya untuk pencapain tujuan. Agar
perawat mempunyai ketrampilan kepemimpinan diperlukan pemahaman tentang teori,
gaya dan cara-cara bagaimana seorang dapat berperan sebagai pemimipin yan efektif.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah perbedaan masing-masing dari 9 gaya kepemimpina tersebut?
2. Berikan 1 contoh ilustrasi kasus dari masing-masing gaya kepemimpinan ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui perbedaan masing-masing dari 9 gaya kepemimpina tersebut
2. Untuk mengetahui contoh ilustrasi kasus dari masing-masing gaya kepemimpinan

1.4 Manfaat Penulisan


1. Mahasiswa mengetahui apa perbedaan masing-masing dari 9 gaya kepemimpina
2. Mahasiswa mengetahui contoh ilustrasi kasus dari masing-masing gaya
kepemimpinan
BABII

PEMBAHASAN

2.1 Perbedaan Masing-Masing Gaya Kepemimpinan


Gaya kepemimpinan dalam suatu organisasi mempunyai peranan yang
sangat penting yang menentukan keberhasilan pencapaian tujuan suatu
organisasi.
2.1.1 Gaya Kepemimpinan Otoriter
Gaya kepemimpinan agresif ini didasarkan pada kontrol. Kaum
otokrat jarang disukai, dan seorang pemimpin otokratis menggunakan gaya
yang seperti militan. Autokrat memberi perintah dan mengharapkan
eksekusi cepat, dengan umpan balik atau masukan yang sedikit dari
pekerja. Gaya kepemimpinan ini dapat bekerja di lingkungan tipe produksi
yang menuntut keluaran maksimal dalam peran pekerjaan yang sederhana
dan berulang. Lingkungan kerja dengan gaya kepemimpinan ini membuat
kreativitas kurang berkembang. Autokrat mendorong karyawan dengan
keras; seringkali, dia tidak mendapatkan kesetiaan dan komitmen jangka
panjang sebagai balasannya. Omset tinggi dan kepuasan rendah
diharapkan, sebagai tanggapan terhadap gaya kepemimpinan ini. Namun
ada kalanya kepemimpinan otokratik efektif. Militer adalah contoh utama.
Setiap individu didorong untuk tampil di bawah pemimpin yang ketat dan
otokratis, karena peran pekerjaan mereka memiliki konsekuensi hidup atau
mati. Berkinerja baik di militer di bawah gaya kepemimpinan ini juga
menjamin promosi untuk posisi peringkat yang lebih tinggi.

2.1.2 Gaya Kepemimpinan Demokrasi


Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan
mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan
ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan. Pemimpin yang
demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan
integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi. Pemimpin
menempatkan dirinya sebagai pengontrol, pengatur dan pengawas dari
organisasi tersebut dengan tidak menghalangi hak-hak bawahannya untuk
berpendapat. Dia juga berfungsi sebagai penghubung antar departemen
dalam suatu organisasi. Organisasi yang dibuat dengan teori demokratis ini
pun memiliki suatu kelebihan, dimana setiap tugas dan wewenang dari
pengurus organisasi tersebut diatur sedemikian rupa, sehingga jelas
bagian-bagian tugas dari masing-masing pengurus, yang mana nantinya
tidak akan terjadi campur tangan antar bagian dalam organisasi tersebut.
Pembagian tugas ini juga sangat efisien dan efektif bila diterapkan dalam
suatu organisasi dimana tujuan utama dari organisasi adalah tercapainya
tujuan dan kepentingan bersama.

2.1.3 Gaya Kepemimpinan Partisipasif


Kepemimpinan partisipatif didefinisikan sebagai persamaan
kekuatan dan sharing dalam pemecahan masalah dengan bawahan dengan
melakukan konsultasi dengan bawahan sebelum membuat keputusan.
Kepemimpinan partisipatif berhubungan dengan penggunaan berbagai
prosedur keputusan yang memperbolehkan pengaruh orang lain
mempengaruhi keputusan pemimpin. Istilah lain yang biasa digunakan
untuk mengacu aspek - aspek kepemimpinan partisipatif termasuk
konsultasi, pembuatan keputusan bersama, pembagian kekuasaan,
desentralisasi, dan manajemen demokratis.
Kepemimpinan partisipatif menyangkut usaha - usaha oleh seorang
manajer untuk mendorong dan memudahkan partisipasi orang lain dalam
pengambilan keputusan yang jika tidak akan dibuat tersendiri oleh manajer
tersebut. Kepemimpinan ini mencakup aspek - aspek kekuasaan seperti
bersama - sama menanggung kekuasaan, pemberian kekuasaan, dan proses
- proses mempengaruhi yang timbal balik. Sedangkan yang menyangkut
aspek - aspek perilaku kepemimpinan seperti prosedur - prosedur spesifik
yang digunakan untuk berkonsultasi dengan orang lain untuk memperoleh
gagasan dan saran - saran, serta perilaku spesifik yang digunakan untuk
proses pengambilan keputusan dan pendelegasian kekuasaan.
2.1.4 Gaya Kepemimpinan Karismatik
Seorang pemimpin yang memiliki kemampuan pribadi yang luar
biasa atau biasa disebut dengan pemimpin yang karismatik merupakan
pemimpin yang memiliki daya tarik yang tidak dapat dibeli dengan uang.
Itu adalah suatu energy yang tidak nampak namun efeknya dapat dirasakan
(Marriane Williamson). Hal ini membuat para karyawan atau staf dalam
organisasi menjadi tertarik dan meyakini bahwa pemimpinnya memiliki
kelebihan yang luar biasa. Menurut Max Weber, konsep pemimpin yang
karismatik lebih ditekankan pada kemampuan pemimpin yang memiliki
kekuatan luar biasa.
Pemimpin yang berkarisma sering dikatakan pandai dalam
menyuarakan ideologinya yang berhubungan dengan tujuan organisasi,
sehingga dapat menciptakan aspirasi bersama para karyawan. Jiwa
kepemimpinan karismatik yang dimiliki oleh seseorang akan memberikan
contoh-contoh perilaku yang baik agar dapat ditiru oleh para karyawannya,
dan mampu memotivasi para karyawannya dengan memberikan beberapa
pujian. Hal ini akan senantiasa menumbuhkan rasa percaya diri oleh
karyawan dan secara tidak langsung menghidupkan jiwa karismatik
seorang pemimpin.

2.1.5 Gaya Kepemimpinan Laissez Faire


Kebalikan dari kepemimpinan otokratik adalah Laissez-Faire,
yang dipahami berarti dan untuk melakukan apa yang Anda mau atau pilih
dalam bahasa Prancis. Apa artinya dalam istilah ekonomi adalah bahwa
“doktrin yang menentang campur tangan pemerintah dalam urusan
ekonomi di luar minimum yang diperlukan untuk pemeliharaan
perdamaian dan hak milik,” menurut Merriam Webster. Gaya ini memiliki
beberapa manfaat utama dalam lingkungan kreatif, tetapi juga kurang
disiplin dan struktur yang sering diperlukan dalam lingkungan bisnis.
Kelemahan lain dari gaya Laissez-Faire adalah pendekatan pembelajaran
yang tidak terstruktur. Itu sangat bergantung pada bakat, pengalaman yang
ada dan kreativitas untuk mendorong hasil. Jika tenggat waktu yang keras,
produksi dan keuntungan tidak selalu menjadi faktor utama, Laissez-Faire
adalah pendekatan yang santai dan mudah untuk menjalankan sebuah toko.
Ini juga dapat bekerja ketika karyawan sudah memiliki motif untuk
dimasukkan ke dalam usaha. Seorang pemimpin yang menggunakan gaya
kepemimpinan bebas tindak, menyerahkan perannya sebagai pimpinan
kepada bawahannya, dengan bimbingan yang minimal atau tidak ada sama
sekali. Kepercayaan diberikan kepada bawahan untuk melaksanakan
tugasnya dengan cara yang sesuai dengan pola kerja. Gaya kepemimpinan
ini efektif bila bawahan mempunyai kemampuan dan tanggung jawab yang
tinggi. Gaya kepemimpinan ini akan menimbulkan keresahan bawahan
bila kurang mempunyai kemampuan dan tanggung jawab karena mereka
tidak dapat menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

2.1.6 Gaya Kepemimpinan Transformasional


Kepemimpina transformasional merupakan suatu jenis kemampuan
untuk memberikan inspirasi dan memotivasi para pengikut untuk mencapai
hasil-hasil yang lebih baik besar dari pada yang direncanakan secara
orisinil dan untuk imbalan internal guna mencapai suatu visi, pemimpin
transformasi membuat perubahan-perubahan utama dalam misi, cara
melakukan bisnis dan bagaimana sumber daya mansusia dikelolah.
Kepemimpinan transformasional adalah seorang pemimpin yang
mempimpin orang lain untuk memimpin diri mereka sendiri.
Pelayanan kesehatan di rumah sakit selalu berorientasi kepada kepuasan
pasien, dikenal dengan pelayanan prima. Pelayanan prima adalah
pelayanan kepada pasien yang berdasarkan standar kualitas untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien sehingga pasien dapat
memperoleh kepuasan.Perubahan yang cepat dan dramatis akan berlanjut
dalam keperawatan dan industri pelayanan kesehatan, terdapat tuntutan
yang semakin besar terhadap pelaku pemberi pelayanan kesehatan untuk
mengembangkan kemampuan dan peran kepemimpinan dan fungsi
manajemen. Pemimpin di Rumah Sakit dan Puskesmas harus berusaha
mengintegrasikan karakteristik kepemimpinan . Pada akhirnya tingkat
kepuasan pasien akan menjadi sebuah tantangan dalam upaya pemberian
pelayanan kesehatan yang sesuai harapan dan tuntutan publik.
2.1.7 Gaya Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan Transaksional adalah pemimpin mengenalkan apa
yang diinginkan atau disenangi para pengikut dam membantu mereka
mencapai tingkat pelaksanaan yang menghasilkan penghargaan yang
memuaskan. Kepemimpinan transaksional melibatkan pertukaran peran
dimana pemimpin akan membantu pengikutnya mencapai sasaran yang
bermakna guna mencapai imbalan yang memuaskan.

2.1.8 Gaya Kepemimpinan Caring Leadership


Caring leadership, adalah suatu konsep yang merupakan perluasan
dari transformasional yang menyatakan : manajemen yang baik sebagian
besar adalah urusan caring, karena manajemen yang tepat melibatkan
caring untuk orang lain, tidak memanipulasi mereka. Caring leadership
mengenali pentingnya caring dalam praktik keperawatan yang
mengkombinasikan konsep teori caring dan teori keperawatan .

2.1.9 Gaya Kepemimpinan Servant Leadership


Servant Leadership merupakan suatu kepemimpinan yang berawal
dari perasaan tulus yang timbul dari dalam hati yang berkehendak untuk
melayani, yaitu untuk menjadi pihak pertama yang melayani. Servant
leadership merupakan seorang pemimpin yang menggunakan kekuatan
dan kendali institusional yang lebih sedikit sambil menggeser otoritas
tersebut ke mereka yang dipimpin. Servant leadership menghargai
komunitas karena hal ini memberi peluang bagi individu untuk langsung
mengalami saling ketergantungan, penghargaan, kepercayaan dan
pertumbuhan individual. Servant leadership berkomunikasi dengan
mendengarkan dulu.

2.2 Ilustrasi Contoh Kasus Dari Masing-Masing Gaya Kepemimpinan


2.2.1 Gaya Kepemimpinan Otoriter
Contoh ilustrasi kasus :
Perewat B telah menjabat sebagai kepala ruangan di ruangan RSUD
Badung selama 10 tahun. Keputusan yang diambil tidak pernah
dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan perawata yang ada di ruangan
dan tidak boleh ada bawahan yang boleh menolak keputusan tersebut.

2.2.2 Gaya Kepemimpinan Demokrasi


Contoh ilustrasi kasus :
Perawat A baru menjabat sebagai kepala ruangan di RSUD gianyar selama
1 tahun, dalama bekerja perawat A sangat efisien dan efektif. Perawat A
selalu mengontrol,mengatur dan mengawas dengan tidak menghalangi
hak-hak bawahannya untuk berpendapat.

2.2.3 Gaya Kepemimpinan Partisipasif


Contoh ilustrasi kasus :
Perawat C sebagai kepala ruangan di RSUD Badung, dalam mengambil
keputusan perawat C selalu bermusyawarah kepada derektur, sharing
dalam pemecahan masalah dengan bawahan dengan melakukan konsultasi
dengan bawahan sebelum membuat keputusan

2.2.4 Gaya Kepemimpinan Karismatik


Contoh ilustrasi kasus :
Perawat E sebagai perawat primer dalam melakukan tindakan perawat E
selalu percaya diri kepada kemampuanya memiliki daya tarik, pandai
dalam menyuarakan ideology yang berhubungan dengan pekerjaannya,
memotivasi para karyawan dengan memberikan pujian. Perawat E menjadi
contoh role model karena daya tarik yang dimiliki.

2.2.5 Gaya Kepemimpinan Laissez Faire


Contoh ilustrasi kasus :
Perawat B menjabat sebagai kepala ruangan selama 5 bulan di RS
wangaya, perawat B akhir-akhir ini sering terlambat akibatnya dari itu
struktur kinerja selalu di limpahkan ke bawahanya dan tidak pernah
dikontrol sehingga kurang efektif. Perawat B belum memiliki pengalaman
yang matang
2.2.6 Gaya Kepemimpinan Transformasional
Contoh ilustrasi kasus :
Perawat K menjabat sebagai kepala ruang di RS medika selama 17 tahun,
perawat K selalu memberikan inspirasi dan motivasi pada perawat lainnya
untuk mencapai suatu visi, membuat perubahan-perubahan utamanya
dalam misi dan mengelola ruangan tersebut dengan baik

2.2.7 Gaya Kepemimpinan Transaksional


Contoh ilustrasi kasus :
Perawat T Menjabat sebagai perawat primer di RS bali mandala, perawat T
memerintahkan ke perawat pelaksanan tetang tugas yang akan dilakukan
perawatan pelaksanan melakukan tugas dengan baik, perawat T
memberika penghargaan dengen memuji perawat pelaksanan, perawat T
juga membantu perawat pelaksana dalam mencapai tujuan dan saran yang
ingin dicapai

2.2.8 Gaya Kepemimpinan Caring Leadership


Contoh ilustrasi kasus :
Perawat C menjabat sebagai perawat pelaksana di ruang buang di RS bali
mandala, perawat T sedang merawat pasien terminal, perawat T membantu
memotivasi, memberikan pengertian, pengetahuan dan meningkatkan
kesehatan pasien agar pasien lebih semangat dalam menjalankan hidupnya.

2.2.9 Gaya Kepemimpinan Servant Leadership


Contoh ilustrasi kasus :
Perawat K menjabat sebagai perawat primer di ruangan drupati, RS
wangaya, perawat K sedang menangani pasien komplien perawat K
mendengarkan dengan penuh perhatia tanpa emosi. Memiliki sifat empati,
jeli atau teliti dalam mengambil keputusan dan bisa membangun
kepercayaan pasien maupun perawat.
BAB II

PENUTUP

3.1 Simpulan

Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain dalam


mencapai tujuan suatu organisasi. Kepemimpinan merupakan inti manajemen,
oleh karena itu setiap manajer keperawatan berkewajiban mempengaruhi
perawat-perawat dibawah pengawasannya untuk melaksanakan tugas dengan
sebaik-baiknya secara bersama sehingga tujuan keperawatan dapat tercapai.
Dalam melaksanakan kepemimpinan, seorang manajer keperawatan dapat
menggunakan gaya otokratik, demokratik atau bebas tidak tergantung pada
situasi termasuk kemampuan perawat yang dipimpinnya. perawat dalam
melaksanakan tugasnya diharapkan tidak saja menjadi manajer tetapi juga
menjadi pemimpin yang efektif.Untuk menjadi pemimpin yang efektif seorang
perawat perlu memiliki inteligensi, dalam arti harus cerdas, mempunyai
kepribadian yang mantap artinya percaya diri, kreatif dan tidak tergantung pada
orang lain. Disamping itu juga mempunyai kemampuan bekerja sama dan
hubungan antar manusia yang baik.

3.2 Saran

Gaya kepemimpinan memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja


ada baiknya kita harus memilik sifat yang baik dan bertangguang jawab
terhadap pekerjaan kita degan di buatnya makalah ini agar pembaca dapat
memahami macam-macam gaya kepemimpinan yang berguna untuk di masa
mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Nusalam, Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Edisi


3. Jakarta: Salemba Medika, 2011.
Saebani, Beni Ahmad dan Ii Sumantri.2014.Kepemimpinan.Bandung:CV Pustaka Setia.

Suarli, Yanyan Bahtiar, Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan Praktis. Jakarta:


Erlangga 2010.

Anda mungkin juga menyukai