Anda di halaman 1dari 7

ARTIKEL

“GAYA KEPEMIMPINAN DALAM SUATU ORGANISASI”


TIARA ANDINY
2110102010046
Program Studi Ilmu Komunikasi-FISIP, Universitas Syiah Kuala

PENDAHULUAN

Berbicara tentang kepemimpinan memang sangat menarik, kepemimpinan dan


sifat kepemimpinan dapat dilihat dari berbagai sudut. Seiring berjalannya waktu, hal
tersebut menjadi perhatian banyak orang, ada yang mengatakan bahwa masalah
kepemimpinan itu sama dengan sejarah manusia. Kepemimpinan manusia diperlukan,
karena ada batasan dan kelebihan pada manusia. Di satu sisi masyarakat memiliki
kapasitas kepemimpinan yang terbatas, di sisi lain terdapat masyarakat yang memiliki
kapasitas kepemimpinan yang berlebihan. Di sinilah kebutuhan akan pemimpin dan
pemimpin muncul. Oleh karena itu, jelas bahwa di mana ada sekelompok orang, di situ
dibutuhkan seorang pemimpin yang gaya dan sikap kepemimpinannya mungkin
berbeda, tetapi berorientasi agar kelompok orang ini secara teratur mendapatkan apa
yang mereka inginkan dan tujuan bersama.

PEMBAHASAN

Gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan untuk mengarahkan dan


mempengaruhi bawahan. Gaya kepemimpinan adalah perilaku khas seorang pemimpin
ketika mempengaruhi anak-anak karyawan. Dengan kata lain, cara pemimpin bertindak
untuk mempengaruhi anggota tim akan membentuk gaya kepemimpinan. Gaya
kepemimpinan yang selama ini diteorikan selama ini lebih menitikberatkan pada
bagaimana pemimpin dapat mempengaruhi pengikutnya untuk secara sukarela
melakukan berbagai tindakan bersama yang diperintahkan oleh pemimpin, tidak merasa
tertekan untuk mencapai tujuan organisasi.
Gaya kepemimpinan adalah bagaimana seorang pemimpin berperilaku konsisten
dengan bawahannya sebagai anggota tim. Gaya berarti sikap, gerakan, perilaku, sikap
yang baik, gerak tubuh yang baik, kekuatan, kemampuan untuk berbuat baik.
Sedangkan gaya kepemimpinan adalah seperangkat karakteristik yang digunakan oleh
seorang pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya untuk mencapai tujuan
organisasi.strategi yang disukai dan sering digunakan oleh pemimpin.

Seorang pemimpin harus memikirkan gaya kepemimpinan yang paling cocok,


yaitu yang dapat memaksimalkan kinerja dan mudah beradaptasi dengan segala situasi
dan kondisi dalam organisasi. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi tujuan
organisasi, memotivasi pengikut untuk mencapai tujuan tersebut, dan mempengaruhi
peningkatan tim dan budayanya. Selain itu, ia memengaruhi interpretasi peristiwa oleh
pengikutnya, organisasi dan kegiatan untuk mencapai tujuan, memelihara hubungan
kerja sama dan kerja tim, menerima dukungan dan kerja sama dari pihak luar.

Pendekatan perilaku membahas orientasi atau identifikasi pemimpin. Aspek


pertama pendekatan perilaku kepemimpinan menekankan pada fungsi-fungsi yang
dilakukan pemimpin dalam kelompoknya. Agar kelompok berialan dengan efektif,
seseorang harus melaksnakan dua fungi utama:

a. Fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas atau pemecahan masalah


b. Fungsi-fungsi Pemeliharaan kelompok atau sosial.

Fungsi pertama menyangkut pemberian saran penyelesaian, informasi dan


pendapat. Fungsi kedua mencakup segala sesuatu yang dapat membantu kelompok
berialan lancar - persetujuan kelompok lain, penengahan perbedaan pendapat dan
sebagainya. Selanjutnya pandangan kedua tentang perilaku kepemimpinan memusatkan
pada gaya pemimpin dalam hubungannya dengan bawahan. Para peneliti telah
mengidentifikasikan dua gaya kepemimpinan yaitu :

a. Gaya dengan orientasi tugas


b. Gaya dengan orientasi karyawan.

Pemimpin yang berorentasi tugas mengarahkan dan mengawasi bawahan secara


tertutup untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang diinginkannya.
Pemimpin dengan gaya kepemimpinan ini lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan
daripada pengembangan dan pertumbuhan karyawan.

Mary Parker Follett yang mengembangkan hukum situasi, mengatakan Bahwa


ada tiga variabel kritis yang mempengaruhi gaya kepemimpinan, yaitu:

a. Pemimpin
b. Pengikut atau bawahan dan
c. Situasi.

Ketiganya saling berhubungan dan berintaraksi. Follett juga mengatakan bahwa para
pemimpin seharusnya berorientasi pada kelompok dan bukan pada kekuasaan.
Selanjutnya Robert Tannembaum dan Warren H. Schmidt menguraikan berbagai faktor
yang mempengaruhi pilihan gaya kepemimpinan, antara lain harus menpertimbangkan
tiga kumpulan “kekuatan” sebelum melakukan pemilihan gaya kepemimpinan, yaitu
Kekuatan-kekuatan dalam diri pemimpin mencakup:

a. sistem nilai,
b. kepercayaan terhadap bawahan,
c. kecenderungan kepemimpinannya sendiri dan
d. perasaan aman dan tidak aman.

Kekuatan-kekuatan dalam diri bawahan, meliputi:

a. kebutuhan mereka akan kebebasan,


b. kebutuhan mereka akan peningkatan tanggungjawab,
c. apakah mereka tertarik dalam dan memiliki keahlian untuk penanganan masalah
dan 4) harapan mereka mengenai keterlibatan dalam pembuatankeputusan.
Kekuatan-kekukatan dari situasi, mencakup tipe organisasional, efektifitas
kelompok, desakan waktu dan sifat masalah itu sendiri.

Agar organisasi dapat mengoptimalkan tujuan yang telah ditentukan, diperlukan


pemimpin yang mampu memotivasi anggota kelompoknya mencapai tujuan tersebut.
Penerapan gaya kepemimpinan yang keliru akan berakibat pada keefektifan organisasi.
Oleh karena itu gaya kepemimpinan harus disesuaikan dengan pemimpin, bawahan dan
situasi yang melingkupi organisasi itu sendiri.
Lee Thayer dalam artikelnya yang berjudul Leadership/Communication : A
Critical Review and a Modest Proposal dalam Goldhaber & Bernett (1995) Handbook
of Organizational Communication, menyatakan mengenai kepemimpinan, yaitu:

a. Pemahaman umum tentang kehidupan manusia dan sosial serta saran-saran


kepemimpinan yang paling membumi dan bermanfaat.
b. Penelitian tentang pendekatan kepemimpinan merekomendasikan hal-hal yang
tidak biasa dan tidak begitu kuat untuk mempelajari kepemimpinan

Deskripsi meliputi:

 Gagasan kepemimpinan terkait dengan cara kita melihat masa lalu, sekarang,
dan masa depan.
 Kepemimpinan pada kondisi-kondisi tertentu atau seorang pemimpin adalah
seorang yang dapat mewujudkan impian jadi sesuatu.
 Apa sebab seseorang dapat menjadi pemimpin, pertentangan antara konsep sains
dan sosial dalam kepemimpinan.

Pada bagian ini akan dibahas perbedaan gaya kepemimpinan menurut beberapa ahli
seperti yang dijelaskan dalam Thoha (2007:50) khususnya sebagai berikut:

 Gaya kepemimpinan berkelanjutan

Gaya ini sebenarnya termasuk gaya klasik, yang pertama memperkenalkannya adalah
Robert Tannenbaun dan Warren Schmidt. Gagasan dalam gaya ini adalah bahwa ada
dua bidang pengaruh yang ekstrem. Pertama, lingkup pengaruh pemimpin dan Kedua,
lingkup pengaruh bawahan. Di area pertama, pemimpin menggunakan otoritasnya
dalam gaya kepemimpinannya, sedangkan di area kedua, pemimpin menunjukkan gaya
demokratisnya. Kedua lingkup pengaruh terpengaruh ketika pemimpin terlibat dalam
kegiatan pengambilan keputusan.

 Gaya kisi manajemen

Dalam pendekatan jaringan manajemen ini, manajer menghadapi dua masalah, produksi
di satu sisi dan manusia di sisi lain. Seperti keinginan Blake dan Mounton, jaringan
manajemen menekankan bagaimana manajer berpikir tentang produksi dan hubungan
dengan manajer dan berpikir tentang produksi dan hubungan kerja dengan orang. Alih-
alih menekankan berapa banyak output yang dihasilkan dan berapa lama, hubungi
bawahan Anda.

 Gaya Dimensi Reddin

Jika dalam jaringan manajemen Blake dan Mounton mengidentifikasi gaya


kepemimpinan yang tidak terkait langsung dengan efektivitas, Reddin menambahkan
ketiga dimensi ini ke dalam model mereka. Selain kembali ke dua dasar, yaitu hubungan
antara pemimpin dengan tugas dan hubungan kerja. Oleh karena itu, model yang
dibangun oleh Reddin adalah gaya kepemimpinan yang adaptif dan berpengaruh
terhadap lingkungan.

 Sistem Manajemen dari Likert

Gaya lain yang sangat menarik adalah pendapat Rensis Likert. Menurut Likert,
pemimpin bisa sukses jika memiliki gaya manajemen partisipatif. Gaya ini
mengidentifikasi bahwa keberhasilan seorang pemimpin didorong oleh advokasi dan
didasarkan pada komunikasi. Selain itu, semua bagian organisasi, bawahan, dan
pemimpin mengadopsi hubungan yang mendukung atau hubungan.

Berikut pendapat Putti dalam Prasetyo (2006: 29) menjelaskan gaya


kepemimpinan secara lebih rinci sebagai berikut:

 Gaya otoriter atau otokratis, gaya kepemimpinan ini dibangun berdasarkan


otoritas. Pelanggan sering didorong oleh rasa takut. Dengan gaya ini pemimpin
memerintahkan bawahannya untuk melakukan suatu tugas dan bawahan
diharapkan menyelesaikan tugas itu tanpa ragu-ragu. Gaya ini mengakui sangat
sedikit pendelegasian dan pemimpin tidak memberikan penjelasan tentang apa
yang perlu dilakukan. Pemimpin otoriter seringkali sangat jauh dari
pengikutnya, dan gaya kepemimpinan ini sering menimbulkan kebencian
terhadap pemimpinnya.
 Gaya demokratis atau partisipatif, pemimpin yang menggunakan gaya ini
mendorong bawahannya untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok yang
dekat. Di bawah jenis kepemimpinan ini, ada ikatan yang kuat antara anggota
tim. Pemimpin memegang jabatannya karena setia kepada kelompok dan sangat
berkepentingan dengan kepentingan anggota.
 Gaya kepemimpinan lebih berorientasi pada karyawan daripada berorientasi
pada produksi. Dalam gaya yang berpusat pada karyawan, pelanggan memiliki
kebebasan untuk melakukan pekerjaan sesuka mereka. Pemimpin hanya
menjelaskan tujuan dan apa yang perlu dilakukan, kemudian membiarkan
bawahan bebas melakukan pekerjaan.
 Gaya kepemimpinan yang menguntungkan, yang sering diidentikkan dengan
gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan. Dalam gaya
kepemimpinan ini, pemimpin mencari dukungan psikologis dari pengikutnya.
Hubungan antara pemimpin dan pengikut didasarkan pada saling pengertian dan
saling mendukung. Ketika saling pengertian dan saling mendukung ini terjalin,
pengikut akan menyelesaikan tugas mereka baik pemimpin hadir atau tidak.
 Gaya fungsional atau instrumental, ahli organisasi tradisional berasumsi bahwa
seorang individu sudah memiliki kualitas kepemimpinan ketika mampu
menjalankan fungsi tertentu. Fungsi atau kegiatan instrumental dalam organisasi
meliputi: perencanaan, pengarahan, pengalokasian personel sesuai dengan
kemampuan dan keterampilannya, pengawasan dan pengorganisasian. • Gaya
kepemimpinan terfokus, sebenarnya gaya kepemimpinan ini didasarkan pada
teori situasional bahwa pemilihan gaya kepemimpinan harus didasarkan pada
diagnosis aktual atau situasi aktual yang harus dipimpin oleh pemimpin. .
 Teori X dan Teori Y, yang dikemukakan oleh McGregor. Pandangan ini
menyatakan bahwa pada umumnya semua individu tidak suka bekerja dan
karena itu terpaksa bekerja. Orang-orang ini juga suka menghindari tanggung
jawab dan kepemilikan

KESIMPULAN

Gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan untuk mengarahkan dan


mempengaruhi bawahan. Gaya berarti sikap, gerakan, perilaku, sikap yang baik, gerak
tubuh yang baik, kekuatan, kemampuan untuk berbuat baik. Sedangkan gaya
kepemimpinan adalah seperangkat karakteristik yang digunakan oleh seorang pemimpin
untuk mempengaruhi bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Seorang
pemimpin harus memikirkan gaya kepemimpinan yang paling cocok, yaitu yang dapat
memaksimalkan kinerja dan mudah beradaptasi dengan segala situasi dan kondisi dalam
organisasi. Agar organisasi dapat mengoptimalkan tujuan yang telah ditentukan,
diperlukan pemimpin yang mampu memotivasi anggota kelompoknya mencapai tujuan
tersebut. Penerapan gaya kepemimpinan yang keliru akan berakibat pada keefektifan
organisasi. Oleh karena itu gaya kepemimpinan harus disesuaikan dengan pemimpin,
bawahan dan situasi yang melingkupi organisasi itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Nurjaya, Mukhtar, A., & UA, N. A. (2020, Januari-Juni ). Gaya Kepemimpinan


Pengaruh Terhadapnya Kinerja Pegawai. Balanca: Jurnal Ekonomi dan Bisnis,
2(1), 25-36.
Pace, R. W. (2001). Komunikasi Organisasi. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Rohaeni, H. (2009, September ). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dalam Sebuah
Organisasi. Cakrawala, 9(2), 52-56.

Anda mungkin juga menyukai