K011181537
NO.URUT 7
1.Gaya kepemimpinan
Gaya demokratis berarti mencari kolaborasi dan konsensus. Anggota tim adalah bagian
dari proses pengambilan keputusan. Arus komunikasi naik, turun, dan melintasi bagan
organisasi. Gaya demokratis itu kolaboratif. Penulis dan pembicara motivasi Simon Sinek
adalah contoh dari seorang pemimpin yang tampaknya memiliki gaya kepemimpinan
yang demokratis
Kepemimpinan otokratis disebut juga kepemimpinan diktator atau direktif. Orang yang
menganut pendekatan ini mengambil keputusan tanpa berkonsultasi dengan para
karyawan yang harus melaksanakannya atau karyawan yang dipengaruhi keputusan
tersebut. Mereka menentukan apa yang harus dilakukan orang lain dan mengharapkan
mereka mematuhinya. Kritik yang muncul adalah bahwa pendekatan ini tidak akan
efektif dalam jangka panjang.
Kepemimpinan partisipatif juga dikenal dengan istilah kepemimpinan terbuka, bebas atau
nondirective. Orang yang menganut pendekatan ini hanya sedikit memegang kendali
dalam proses pengambilan keputusan. Ia hanya menyajikan informasi mengenai suatu
permasalahan dan memberikan kesempatan kepada anggota tim untuk mengembangkan
strategi dan pemecahannya. Disini tugas pemimpin adalah mengarahkan tim kepada
tercapainya consensus. Asumsi yang mendasari gaya kepemimpinan ini adalah bahwa
para karyawan akan lebih siap menerima tanggungjawab terhadap solusi, tujuan, dan
strategi di mana mereka diberdayakan untuk mengembangkannya.
Dalam beberapa pembahasan, gaya kepemimpinan konsultatif ini menjadi bagian tidak
terpisahkan dari gaya kepemimpinan partisipatif. Pasalnya gaya kepemimpinan
partisipatif menghendaki adanya peran aktif dari bawahan untuk mendukung atasan.
Keterlibatan bawahan dalam hal ini anak buah sangat besar dalam proses pengambilan
keputusan hingga apapun yang ditentukan oleh atasan. Namun penerapan gaya
kepemimpinan konsultatif ini lebih kepada atasan yang meminta pendapat bawahan atas
keputusan yang akan diambil.
Gaya kepemimpinan selanjutnya adalah visioner. Dalam hal ini, seorang pemimpin perlu
menjadi individu yang visioner, dimana dirinya mampu untuk merancang tujuan dan visi
misi yang jelas, serta meyakinkan seluruh anggotanya bahwa mereka sedang menuju
jalan keberhasilan. Selain itu, mereka juga mampu untuk mempertimbangkan dan
mengintegrasikan berbagai perspektif orang lain dengan pemikiran original yang mereka
miliki. Tidak hanya itu, sebagai pemimpin yang visioner, mereka mampu bekerja dengan
baik dalam tim dan membimbing anggotanya untuk menuju visi misi yang diharapkan.
9) Gaya Kepemimpinan ala Arsitek
Untuk jenis ini, para pemimpin ahli dalam merancang masa depan, mendesain organisasi
menjadi sebuah sistem yang transparan dan canggih. Selain itu, para pemimpin juga
diharapkan secara berkala memeriksa desain inti dari dasar organisasi tersebut. Misalnya,
mengecek kembali tentang bagaimana produk-produk organisasi dapat diproduksi secara
efisien, bagaimana jumlah penjualan dapat ditingkatkan, bagaimana cara meningkatkan
produktivitas dan motivasi karyawan, dan lain-lain.
Kepemimpinan dalam organisasi akan terasa tidak lengkap jika pemimpinnya tidak
bertindak sebagai pelatih (coach) bagi para karyawan atau anggota timnya. Ketika
seorang pemimpin berhasil membimbing para anggotanya untuk mencapai tujuan
organisasi yang diharapkan, maka secara otomatis organisasi tersebut akan lebih mudah
untuk mencapai kesuksesan. Tidak hanya itu, para karyawannya juga akan berpikir lebih
strategis dan mencoba mengasah kemampuan mereka untuk bekerja lebih baik dalam
kolaborasi yang harmonis.
Gaya kepemimpinan ini dikenal pula sebagai kepemimpinan tak tetap(fluid) atau
kontingensi. Asumsi yang digunakan dalam gaya ini adalah bahwa tidak ada satupun
gaya kepemimpinan yang tepat bagi setiap manajer dalam segala kondisi. Oleh karena itu
gaya kepemimpinan situasional akan menerapkan suatu gaya tertentu berdasarkan
pertimbangan atas factor-faktor sep[erti pemimpin, pengikut, dan situasi( dalam arti
struktur tugas, peta kekuasaan, dan dinamika kelompok ). Hal ini sering dikenal dengan
istilah hukum situasi (law of the situation).
Gaya kepemimpinan instruktif adalah gaya yang menekankan instruksi atau pengarahan
langsung dari atasan pada bawahan (-bawahan baru). Biasanya sifat instruksi atau
pengarahan itu sendiri sangat spesifik. Seperti tugas apa yang harus dilakukan,
bagaimana hingga kapan harus dilakukan.
Seorang pemimpin yang egaliter adalah seorang pemimpin yang mampu mendudukkan
diri sebagai kawula, bukan sebagai elit. Egaliter melekatkan makna bahwa seorang
pemimpin itu mampu memposisikan dirinya sebagai bagian dari rakyat kebanyakan.
Kepemimpinan gaya egaliter banyak diminati oleh bawahan karena sekat antara
pemimpin dan yang dipimpin seaka-akan tidak ada.
Kekuatan.
Kekuatan badaniah dan rohaniah merupakan syarat yang pokok bagi pemim-pin sehingga
ia mempunyai daya tahan untuk menghadapi berbagai rintangan.
Stabilitas emosi.
Pemimpin dengan emosi yang stabil akan menunjang pencapaian lingkungan sosial yang
rukun, damai, dan harmonis.
Pengetahuan tentang relasi insani.
Pemimpin memiliki pengetahuan tentang sifat, watak, dan perilaku bawahan agar bisa
menilai kelebihan/kelemahan bawahan sesuai dengan tugas yang diberikan.
Kejujuran.
Pemimpin yang baik harus mempunyai kejujuran yang tinggi baik kepada diri sendiri
maupun kepada bawahan.
Obyektif.
Pemimpin harus obyektif, mencari bukti-bukti yang nyata dan sebab musabab dari suatu
kejadian dan memberikan alasan yang rasional atas penolakannya.
Dorongan pribadi.
Keinginan dan kesediaan untuk menjadi pemimpin harus muncul dari dalam hati agar
ikhlas memberikan pelayanan dan pengabdian kepada kepentingan umum.
Keterampilan berkomunikasi.
Pemimpin diharapkan mahir menulis dan berbicara, mudah menangkap maksud orang
lain, mahir mengintegrasikan berbagai opini serta aliran yang berbeda-beda untuk
mencapai krukunan dan keseimbangan.
Kemampuan mengajar.
Pemimpin diharapkan juga menjadi guru yang baik, yang membawa orang belajar pada
sasaran-sasaran tertentu untuk menambah pengetahuan, keterampilan agar bawahannya
bisa mandiri, mau memberikan loyalitas dan partisipasinya.
Keterampilan sosial.
Dia bersikap ramah, terbuka, mau menghargai pendapat orang lain, sehingga ia bisa
memupuk kerjasama yang baik.
Kecakapan teknis atau kecakapan manajerial.
Penguasaan kecakapan teknis agar tercapai efektifitas kerja dan kesejahteraan.
3. Fungsi Kepemimpinan
2) Merancang Taktik.
Kepemimpinan sangat identik dengan peluang dan risiko. Nah, disinilah fungsi
kepemimpinan memainkan perannya. Salah satu fungsi kepemimpinan akan
memudahkan kita untuk merancang taktik yang tepat dalam meraih peluang baru dan
mengendalikan risiko yang datang.
Fungsi kepemimpinan lain adalah membantu para pemimpin dalam membangun relasi
yang kuat, memperluas network, membina hubungan yang baik, serta menghubungkan
satu grup dengan grup lainnya.