Anda di halaman 1dari 20

Jelaskan seni mempengaruhi dalam kepemimpinan

Dalam menjalankan sebuah kepemimpinan banyak hal yang harus di persiapkan oleh seorang
pemimpin,, agar seorang leader tersebut bisa membawa organisasinya kea rah yang lebih baik ,
Namun sebelumnya kita harus mengetahui apa itu kepemimpinan

Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan
pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya
(Joseph C. Rost, 1993).
Unsur kunci dari definisi ini dirangkum pada gambar dibawah ini. Kepemimpinan melibatkan
hubungan pengaruh yang mendalam, yang terjadi di antara orang-orang yang menginginkan
perubahan signifikan dan perubahan tersebut mencerminkan tujuan yang dimiliki bersama oleh
pemimpin dan pengikutnya (bawahan). Pengaruh (influence) dalam hal ini berarti hubungan di
antara pemimpin dan pengikut sehingga bukan sesuatu yang pasif, tetapi merupakan suatu
hubungan timbal balik dan tanpa paksaan. Dengan demikian kepemimpinan itu sendiri merupakan
proses yang saling mempengaruhi.

Unsur-unsur pokok dalam kepemimpinan


Pemimpin mempengaruhi bawahannya, demikian sebaliknya. Orang-orang yang terlibat dalam
hubungan tersebut menginginkan sebuah perubhan sehingga pemimpin diharapkan mampun
menciptakan perubahan yang signifikan dalam organisasi dan bukan mempertahankan status quo.
Selanjutnya, perubahan tersebut bukan merupakan sesuatu yang diinginkan pemimpin, tetapi lebih
pada tujuan (purposes) yang diinginkan dan dimiliki bersama. Tujuan tersebut merupakan sesuatu
yang diinginkan, yang diharapkan, yang harus dicapai dimasa depan sehingga tujuan ini menjadi
motivasi utama visi dan misi organisasi. Pemimpin mempengaruhi pengikutnya untuk mencapai
perubahan berupa hasil yangdiinginkan bersama. Kepemimpinan merupakan aktivitas orang-orang,
yang terjadi di antara orang-orang, dan bukan sesuatu yang dilakukan untuk orang-orang sehingga
kepemimpinan melibatkan pengikut (followers). Proses kepemimpinan juga melibatkan keinginan
dan niat, keterlibatan yang aktif antara pemimpin dan pengikut untuk mencapai tujuan yang
diinginkan bersama. Dengan demikian, baik pemimpin atau pun pengikut mengambil tanggung
jawab pribadi (personal responsibility) untuk mencapai tujuan bersama tersebut.
Dalam bahasa Indonesia "pemimpin" sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina,
panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya.
Sedangkan istilah Memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang
berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara.
Istilah pemimpin, kemimpinan, dan memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang sama
yaitu "pimpin". Namun demikian ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda.
Pemimpin adalah suatu lakon/peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam peran
formal belum tentu memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin.
Istilah Kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan tingkat
pengaruh yang dimiliki seseorang; oleh sebab itu kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang yang
bukan "pemimpin".

Arti pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya
kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk
bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.
Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan - khususnya kecakapan-
kelebihan di satu bidang , sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan. (Kartini Kartono,
1994 : 181).
Pemimpin jika dialihbahasakan ke bahasa Inggris menjadi "LEADER", yang mempunyai tugas
untuk me-LEAD anggota disekitarnya. Sedangkan makna LEAD adalah :
 Loyality
Seorang pemimpin harus mampu membagnkitkan loyalitas rekan kerjanya dan memberikan
loyalitasnya dalam kebaikan.
 Educate
Seorang pemimpin mampu untuk mengedukasi rekan-rekannya dan mewariskan
pengetahuan pada rekan-rekannya.
 Advice
Memberikan saran dan nasehat dari permasalahan yang ada
 Discipline
Memberikan keteladanan dalam berdisiplin dan menegakkan kedisiplinan dalam setiap
aktivitasnya..

Terdapat 4 tingkah laku pada model kepemimpinan ini:


a.Supporive leadership (menunjukkan perhatian terhadap kesejahteraan bawahan dan
menciptakan iklim kerja yang bersahabat.

b.Directive leadership (mengarahkan bawahan untuk bekerja sesuai dengan peraturan, prosedur
dan petunjuk yang ada.
c. Participative leadership (konsultasi terhadap bawahan dalam pengambilan keputusan
Achivement-oriented leadership (menentukan tujuan organisasi yang menantang dan
d.
menekankan perlunya kinerja memuaskan.
1. Kepemimpinan transformasional
Pada hakekatnya model ini menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para
bawahannya untuk melakukan tanggung jawab merekan lebih dari yang diharapkan.[3]

A. Kepemimpinan Efektif
Kepemimpinan berlangsung dalam kehidupan manusia sehari-hari. Kepemimpinan
sebagai suatu proses dapat berlangsung di dalam dan di luar suatu organisasi. Kepemimpinan
yang efektif merupakan proses yang dinamis, karena berlangsung di lingkungan suatu organisasi
sebagai sistem kerjasama sejumlah manusia untuk mencapai tujuan tertentu, yang bersifat
dinamis pula.

1. Berani dan penuh percaya diri


Agar seorang atasan memiliki cahaya yang terang, ia harus memiliki keberanian untuk
melakukan
sebuah tantangan besar. Saat akan mengambil sebuah tantangan, seorang pemimpin
harus berani mengambil risiko dan harus terus berjalan, tak peduli yang dikatakan orang lain. Di
sini karakter yang kuat sangat diperlukan oleh seorang pemimpin.Ia harus memiliki kepercayaan
diri yang tinggi bahwa apa yang akan dilakukannya ialah sesuatu yang benar dan akan
mendatangkan sebuah keuntungan bagi perusahaan. Inti dari gaya kepemimpinan ini ialah,
jangan pernah takut mengambil risiko dan jangan pernah takut melakukan kesalahan.

Untuk memunculkan sifat ini, sebaiknya atasan melakukan evaluasi, hal penting dan
menantang apa yang bisa dilakukannya. Selain itu, setiap hari selama satu minggu, buatlah tiga
sampai lima hal tentang gaya kepemimpinan yang efektif jika diterapkan, kemudian terapkan
gaya tersebut pada minggu berikutnya

2. Mempertajam kekuatan
Seorang ahli di bidang emotional intelligence, Daniel Goleman, melakukan penelitian
terhadap gaya kepemimpinan di 500 perusahaan dan menemukan beberapa tipe kepemimpinan
yang menonjol, misalnya melihat jauh ke depan (visionary), demokratis, dan senang melatih.
Nah, carilah keahlian atau kekuatan Anda dan jadikan hal tersebut sebagai gaya kepemimpinan
Anda. Gaya kepemimpinan tersebut nantinya bisa menjadi ciri khas Anda. Gaya tersebut juga
akan menjadi kekuatan yang akan mengantarkan Anda pada kesuksesan di dunia karier.
3. Padukan beberapa gaya kepemimpinan
Meski memiliki ciri khas gaya kepemimpinan, sebaiknya seorang pemimpin juga bisa
memadukan beberapa gaya kepemimpinan sekaligus dalam dirinya. Dalam penelitiannya,
Goleman juga menegaskan bahwa para pemimpin yang sukses umumnya memadukan beberapa
gaya kepemimpinan pada dirinya karena satu gaya saja tidak pernah cukup mengatasi masalah
yang banyak.
Jika misalnya seorang atasan pria harus banyak berinteraksi dengan karyawan yang
kebanyakan perempuan atau sebaliknya, gunakan pendekatan dengan gaya kepemimpinan yang
lembut dan penuh perhatian. Tapi di saat tertentu, gunakan gaya kepemimpinan maskulin yang
tegas.
Untuk bisa memadukan beberapa gaya kepemimpinan dengan tepat, identifikasi wilayah
dan karyawan yang ada di bawah atasan, kemudian carilah gaya kepemimpinan yang tepat untuk
dipadukan dengan gaya kepemimpinan yang menjadi ciri khasnya. Setelah itu, lihat hasilnya dan
lakukan evaluasi jika hasilnya belum maksimal.

4. Ciptakan tujuan
Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, seseorang harus bisa mengomunikasikan
tujuan, visi, dan misi yang ingin dicapai oleh timnya. Dengan mengomunikasikan, ini akan
membuat bawahan merasa terpacu untuk mencapai target, dan atasan sang pemimpin juga bisa
melihat bahwa pemimpin ini bisa membimbing anak buahnya.

Untuk bisa menemukan tujuan dan visi yang tepat, pelajarilah semua hal yang terjadi di
luar perusahaan. Setelah itu, tentukan tujuan, bangun kerja tim, dan gerakkan mereka semua untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

5. Pemberi semangat
Pemimpin yang terbaik adalah manusia karena manusia bisa memberikan semangat dan
mampu memotivasi karyawannya. Pemimpin haruslah bisa menempatkan dirinya sebagai seorang
motivator saat karyawannya menemui halangan.Seorang pemimpin harus bisa melihat potensi
setiap karyawannya hingga tiap karyawan bisa memberikan yang terbaik bagi perusahaan. Karena
itulah, seorang pemimpin yang baik seharusnya selalu bertanya pada dirinya sendiri, ”apa yang
bisa saya berikan pada tim saya hari ini?”

6. Seimbang
Setiap pemimpin harus bisa mengukur risiko yang dihadapinya. Selain itu, ciptakan
waktu yang tepat untuk menikmati hidup di luar pekerjaan.

7. Menjadi diri sendiri


Tak ada yang lebih baik selain menjadi diri sendiri. Karena itulah, jadilah pemimpin yang
sesuai dengan kepribadian Anda, jangan berusaha untuk menjadi orang lain yang bukan diri
Anda.

B. 9 Gaya Kepemimpinan dalam Organisasi


1. Kepemimpinan Otokratis
Pemimpin sangat dominan dalam setiap pengambilan keputusan dan setiap kebijakan,
peraturan, prosedur diambil dari idenya sendiri.Kepemimpinan jenis ini memusatkan kekuasaan
pada dirinya sendiri. Ia membatasi inisiatif dan daya pikir dari para anggotanya.Pemimpin yang
otoriter tidak akan memperhatikan kebutuhan dari bawahannya dan cenderung berkomunikasi satu
arah yaitu dari atas (pemimpin) ke bawah (anggota).Jenis kepemimpinan ini biasanya dapat kita
temukan di akademi kemiliteran dan kepolisian.

2. Kepemimpinan Birokrasi
Gaya kepemimpinan ini biasa diterapkan dalam sebuah perusahaan dan akan efektif
apabila setiap karyawan mengikuti setiap alur prosedur dan melakukan tanggung jawab rutin
setiap hari.Tetap saja dalam gaya kepemimpinan ini tidak ada ruang bagi para anggota untuk
melakukan inovasi karena semuanya sudah diatur dalam sebuah tatanan prosedur yang harus
dipatuhi oleh setiap lapisan.

3. Kepemimpinan Partisipatif
Dalam gaya kepemimpinan partisipatif, ide dapat mengalir dari bawah (anggota) karena
posisi kontrol atas pemecahan suatu masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara
bergantian.Pemimpin memberikan ruang gerak bagi para bawahan untuk dapat berpartisipasi
dalam pembuatan suatu keputusan serta
adanya suasana persahabatan dan hubungan saling percaya antar pimpinan dan anggota.

4. Kepemimpinan Delegatif
Gaya kepemimpinan ini biasa disebut Laissez- faire dimana pemimpin memberikan
kebebasan secara mutlak kepada para anggota untuk melakukan tujuan dan cara mereka masing-
masing. Pemimpin cenderung membiarkan keputusan dibuat oleh siapa saja dalam kelompok
sehingga terkadang membuat semangat kerja tim pada umumnya menjadi rendah.

Jenis kepemimpinan ini akan sangat merugikan apabila para anggota belum cukup
matang dalam melaksanakan tanggung jawabnya dan memiliki motivasi tinggi terhadap
pekerjaan.Namun sebaliknya dapat menjadi boomerang bagi perusahaan bila memiliki karyawan
yang bertolak belakang dari pernyataan sebelumnya.

5. Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan jenis ini cenderung terdapat aksi transaksi antara pemimpin dan bawahan
dimana pemimpin akan memberikan reward ketika bawahan berhasil melaksanakan tugas yang
telah diselesaikan sesuai kesepakatan. Pemimpin dan bawahan memiliki tujuan, kebutuhan dan
kepentingan masing-masing.

6. Kepemimpinan Transformasional
Gaya kepemimpinan transformasional dapat menginspirasi perubahan positif pada
mereka (anggota) yang mengikuti. Para pemimpin jenis ini memperhatikan dan terlibat langsung
dalam proses termasuk dalam hal membantu para anggota kelompok untuk berhasil
menyelesaikan tugas mereka.
Gaya kepemimpinan transformasional adalah sebuah gaya kepemimpinan dimana kepala
sekolah mampu melakukan perubahan dalam diri individu untuk mencapai performa terbaik
melalui kharisma, pemberian stimulasi intelektual, motivasi, dan perhatian pada individu.
Gaya kepemimpinan ini diyakini mampu memberikan dampak baik terhadap manajemen
dan pengelolaan sekolah. Hanya saja, fakta awal menunjukkan bahwa belum semua kepala
sekolah di SMKS kelompok bisnis manajemen ini yang mampu menunjukkan secara optimal
gaya kepemimpinan transformasional yang dimaksud pada sekolah mereka masing-masing. Hal
ini ditunjukkan oleh beberapa fenomena berikut:
1. Kepalasekolah masih belum dapat menjadikan dirinya sebagai panutan atau teladan yang baik
bagi warga sekolahnya dimana kepala sekolah masih datang terlambat ke sekolah sehingga kurang
dapat menunjukkan kewibawaannya sebagai seorang kepala sekolah.

2. Kepala sekolah belum optimal dalam melakukan tanggung jawabnya misalnya dalam
pelaksanaan supervisi akademik, kepala sekolah masih hanya sekedar melihat dari luar kelas.

3. Kepala sekolah belum maksimal dalam pemberian motivasi kepada para guru, baik motivasi
yang berupa material maupun motivasi yang immaterial.

4. Kepala sekolah masih belum optimal dalam memberikan perhatian kepada warga sekolahnya.
Hal ini terlihat dari masih kurangnya kepedulian kepala sekolah terhadap guru dimana masih
minimnya teguran yang diberikan oleh kepala sekolah kepada guru yang indisipliner.
5. Kepala sekolah masih belum optimal dalam mendengarkan keluhan guru, misalnya keluhan
tentang sarana pembelajaran yang belum lengkap.

6.Kepala sekolah belum memberdayakan guru dengan sebaik mungkin terbukti dengan minimnya
keterlibatan guru dalam mengambil keputusan dan kurangnya partisipasi guru dalam memberikan
ide dan saran.

7. Kepala sekolah belum mampu untuk membangkitkan kreativitas guru.

8. Masih minimnya bimbingan dan latihan yang diberikan oleh kepala sekolah kepada
guru-guru.
9. Komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah cenderung menggunakan instruksi atau
perintah.
Bila fenomena-fenomena tersebut dibiarkan begitu saja, maka akan berdampak kurang
baik terhadap kemajuan sekolah sehingga akan menjadi pengahalang dalam mewujudkan sekolah
efektif.Pemimpin cenderung memiliki semangat yang positif untuk para bawahannya sehingga
semangatnya tersebut dapat berpengaruh pada para anggotanya untuk lebih energik. Pemimpin
akan sangat mempedulikan kesejahteraan dan kemajuan setiap anak buahnya.

7. Kepemimpinan Melayani (Servant)


Hubungan yang terjalin antara pemimpin yang melayani dengan para anggota berorientasi
pada sifat melayani dengan standar moral spiritual. Pemimpin yang melayani lebih mengutamakan
kebutuhan, kepentingan
dan aspirasi dari para anggota daripada kepentingan pribadinya.
8. Kepemimpinan Karismatik
Pemimpin yang karismatik memiliki pengaruh yang kuat atas para pengikut oleh karena
karisma dan kepercayaan diri yang ditampilkan.Para pengikut cenderung mengikuti pemimpin
karismatik karena kagum dan secara emosional percaya dan ingin berkontribusi bersama dengan
pemimpin karismatik.Karisma tersebut timbul dari setiap kemampuan yang mempesona yang ia
miliki terutama dalam meyakinkan setiap anggotanya untuk mengikuti setiap arahan yang ia
inginkan

9. Kepemimpinan Situasional
Pemimpin yang menerapkan jenis kepemimpinan situasional lebih sering menyesuaikan
setiap gaya kepemimpinan yang ada dengan tahap perkembangan para anggota yakni sejauh
mana kesiapan dari para anggota melaksanakan setiap tugas.

Setelah mengetahui aspek-aspek dalam seni kepemimpinan horizontal, maka


bagaimanakah aspek-aspek tersebut apabila diterapkan dalam kehidupan berorganisasi. Karena
aspek yang dikemukakan oleh Ardhi Ridwansyah lebih lengkap, kita akan membahas keenam
aspek tersebut apabila diterapkan dalam organisasi.
1. Aspek fisik
Kita harus akui bahwa penilaian awal seseorang atas kecerdasan, karakter, sifat dan segala
atribut internal yang dimiliki kita seringkali didasarkan pada evaluasi aspek yang tampak
diluar (eksternal). Kecenderungan ini juga berlaku pada kemampuan kepemimpinan
seseorang. Penampilan fisik tetap penting untuk diperhatikan oleh para
pemimpin, dengan penampilan yang meyakinkan orang lainpun akan
mudah untuk diyakinkan. Aspek fisik disini bukan hanya tentang fisik seseorang yang sudah
secara kodrat kita miliki seperti wajah, tinggi badan atau warna kulit, aspek fisik disini adalah
tentang self care. Yaitu dengan cara:
2. Cara berpakaian
Perhatikan bagaimana pemimpin dunia kalau sedang tampil di depan publik, presiden husni
mubarak mempunyai ciri pakaian yang khas yang memancarkan seorang pemimpin diktator,
begitu juga
dengan presiden soekarno berpakaian layaknya panglima jenderal yang menggambarkan
kegagahan dan kebesarannya. Ataupun kita sebagai birokrat yang telah memiliki modal
berpakaian dengan seragam, orang umum akan dengan mudah mengenali kita jadi pakaian
merupakan identitas. Meskipun ada banyak PNS yang tidak memakai atribut seragam
lengkap tapi kita senantiasa harus berpakaian yang rapi saat ke kantor, tidak memakai celana
bahan jeans atau baju yang berbahan kaos, peka terhadap keadaan (moment) jangan sampai
salah kostum, selain itu juga harus diperhatikan kenyamanan, dan kesesuaian dengan postur
tubuh. Selain menjaga image sebagai PNS tentunya masyarakatpun akan merasa senang
dilayani oleh sosok PNS yang berpakaian rapi dan sopan.
3. Kebugaran tubuh
Kebugaran tubuh tidak kalah pentingnya, persepsi orang terhadap orang yang sakit-sakitan
cenderung akan dinilai tidak pantas untuk menjadi seorang pemimpin, atau misal ketika kita
ke kantor mata kita merah, atau batuk pilek, selain mengganggu konsentrasi juga
mengganggu kepercayaan diri ketika berhadapan dengan orang lain. Maka dari itu setiap kita
ke kantor harus dalam keadaan prima. Kebugaran tubuh bisa dijaga dengan cara berolahraga,
makan dengan pola lebih sehat dan banyak minum air putih.
4. Posisi postur tubuh
Posisi postur tubuh juga sangat mempengaruhi orang lain dalam menilai kita. Postur tubuh
tegap lurus saat berbicara memancarkan wibawa bagi yang melihatnya, cara duduk dan
menaatap harus mencerminkan kepercayaan diri dengan begitu orang akan dengan mudah
kita pengaruhi.
Posisi duduk saat rapat, posisi badan saat melayani masyarakat harus kita atur sedemikan
rupa. Di kantor Berposelah layaknya pemimpin walau kita bukan pemimpin karena
menurut penelitian itu berpengaruh lebih besar terhadap sense of power dibandingkan
dengan jabatan yang resmi dimiliki. Pose itu disarankan beberapa menit kita lakukan
sebelum melakukan aktivitas yang memerlukan power dan kepercayaan
diri misal sebelum rapat, presentasi, memberikan sambutan, mengarahkan masyarakat dan
lain sebagainya.
5. Kebersihan dan kerapihan anggota tubuh

Bayangkan apabila kita saat dikantor harus berjabat tangan dengan seseorang yang
tangannya kotor dan kukunya panjang tentunya penilaian kita langsung jelek terhadap
orang itu, begitu juga apabila kita ketemu dengan orang yang rambutnya berantakan
asosiasi negatif langsung ada dipikiran kita seperti pemalas, cuek, ceroboh dan lain
sebagainya.begitu juga dengan aroma tubuh kita itu akan menjadi identitas. Jadi
kebersihan dan kerapihan anggota tubuh harus senantiasa kita jaga selama berada
dilingkungan kerja kita.
6. Audio aspek

Kekuatan suara tidak kalah pentingnya dalam memberikan pengaruh pada orang lain.
Suara yang indah diyakini bisa mensugesti bagi mereka yang mendengarnya. Ada istilah
bahwa suara adalah wajah kedua kita, banyak penelitian yang dilakukan menyangkut
aspek suara berpengaruh pada persepsi kepemimpinan hasilnya adalah bahwa
responden lebih menyukai suara dalam yaitu suara yang keluar dari dalam perut kita,
suara dalam seolah-olah mengirimkan pesan
bahwa yang bicara adalah sosok yang kuat dan berwibawa.
7. Aspek intelektual
Aspek intelektual bukanlah aspek tentang nilai IQ kita tetapi lebih pada kemampuan
intelektual kita dapat mempengaruhi orang lain yaitu dengan cara:
a. Logical Thinking
Logical thingking penting untuk seorang pemimpin untuk mempengaruhi orang lain
karena ide harus disampaikan dengan jelas sehingga apa yang ada dipikiran kita bisa
pindah kepikiran yang kita ingin pengaruhi. Bisa dilakukan dengan cara: rapikan ide
yang acak dan susun secara sistematis agar leebih mudah dipahami oleh pendengar
misal dalam suatu rapat di kantor kita ingin menyampaikan program-prigram
kegiatan selama 1 bulan kedapan, maka akan mudah bila kita sajikan dengan pointer.
Kemudian kelompokan ide kita dengan logis dan tidak asal- asalan. Terakhir
sederhanakan hal-hal yang rumit kemas bahasa dengan sedemikian rupa agar mudah
dimengerti oleh orang lain
b. Creative Thingking
Kreativitas ibarat aktivitas investasi yaitu membeli ide-ide yang terbuang dengan
harga murah kemudian menjual mahal berarti mengubah ide-ide yng terbuang
tersebut menjadi ide-ide yang bermanfaat besar. Bisa dilakukan dengan cara: ajukan
pertanyaan-pertanyaan yang tidak biasa dan tidak terpikirkan orang lain, menyikapi
masalah yang sama namun dengan kacamata yang berbeda dan menemukan jawaban
yang tidak biasa dari permasalahan-
permasalahan yang sama. Jadi dapatkan ide-ide murah dan ssederhana, ide yang
sering terlewatkan oleh mata dan telinga orang-orang biasa, gali dengan pertanyaan
yang tidak biasa dan dapatkan jawaban yang tidak biasa juga.
c. Practical Thingking Implementasikan ide-ide kita dengan praktis dan
kemudian membumikan ide-ide kita itu agarpemanfaatannya
lebih optimal. Bisa dilakukan dengan 4W (Why, Who, Where, When) dan 1H (How)
terhadap ide kita.
8. Aspek Emosional
Emosi memegang peranan penting dalam perilaku seseorang, karenanya untuk
mempengaruhi perilau seseorang kita tidak akan cukup menyentuh rasio nya saja tapi juga
perlu mempengaruhi emosi mereka. Empati, menghargai anak buah kestabilan emosi dan
lain sebagainya akan membuat kita dicintai banyak orang, yaitu dengan cara:
a. Pengenalan emosi
Dari hasil penelitian rendahnya kecerdasan emosi seseorang adalah dikarenakan
kurang kesadaran. Misal dikantor kita ada pegawai yang tetap saja mempertahankan
kebiasaan buruknya dalam bekerja karena tidak pernah
menyadari efek dari perbuatan-perbuatannya tadi. Pegawai seperti ini memerlukan
bantuan kacamata orang lain untuk memahami dirnya.
b. Kenali dan kembangkan emosi Untuk mengetahui kekeurangan- kekurangan kita
dalam bekerja dan bersikap maka kita harus lebih proaktif jangan menunggu orang
lain untuk memberi saran tetapi mengembangkan metode yang sederhana, yaitu:
1) Sosok pemimpin/emosi apa yang dicita-citakan.

Dengan mengetahui tentang bagaimana sosok kita yang diinginkan dimasa yang
akan datang maka kita akan menyadari tentang aspek- aspek emosional yang
sesungguhnya penting namun sering diabaikan baik didalam kehidupan
bekerja maupun kehidupan pribadi.
2) Sosok pemimpin/emosi kita saat ini seperti apa.

Saatnya melakukan penilaian yang jujur terhadap gaya kepemimpinan dan emosi kita
saat ini yaitu perlu feedback 360 drajat dari rekan, atasan atau tim di kantor. Untuk
mengkritisi kekeurangan kita ataupun kelebihan kita.
3) Bagaimana bisa berubah dari sosok pemimpin/emosi saat ini menjadi sosok yang
dicita-citakan.

Setelah tahu profil emosi yang dicita-sitakan dengan profil emosi kita saaat ini
tentunya akan ketahuan adanya gap antara kenyataan dan yang dicita-citakan. Maka
diperlukan menyusun program pribadi untuk meningkatkan kualitas
emosi, meluangkan waktu untuk merenungkan dan menuliskan perkembangan
emosinya, meminta
dukungan teman-teman terdekat untuk membimbing juga senantiasa harus
punya cermin yang bisa memberi peringatan yang bersifat konstruktif.
c. Pengungkapan emosi

Kita jangan menjadi manusia es yang datar, dingin dan tanpa


ekspresi. Bagaimana mau mempengaruhi orang lain apabila emosi kita datar saja dan
bagaimana orang mau mengerti atas instruksi tugas-tugas yang kita berikan. Dengan
ekspresi emosi kata-ka dan tindakan yang kita lakukan akan lebih bernyawa dan
lawan bicara kita dari sekedar tahu menjadi mau melakukan apa yang kita
instruksikan. Ekspresi emosi disini bukan yang meledak atau berlebihan tetapi emosi
yang stabil dan juga memiliki ekspresi wajah yang elegan tidak kaku seperti robot.
Menurut penelitian emosi bisa ditularkan jadi dengan ita membahagiakan orang lain,
teman sekantor kita, bawahan kita maka mereka akan menularkannya lagi pada orang
lain. Namun ada kalanya juga kita dihadapkan pada keadaan yang memancing emosi
apalagi dikantor berbeda pendapat atau tersinggung dengan kata-kata rekan sejawat,
atasan atau bawahan sering terjadi, yang harus kita lakukan adalah menkan tombol
“pause” yaitu berhenti sejenak semuanya harus dipikirkan dengan kepala dingin agar
kita bisa mengambil langkah yang tepat dengan pikiran sehat tindakan apa yang akan
diambil bukan hanya sekedar mengikuti luapan emosi saja.
d. Manajemen emosi
Melalui cerita-cerita yang mengisnpirasi dan menyentuh, emosi kita bisa
mempengaruhi orang-orang, dan orang-orang akan menyebarkan pengaruh cerita
tersebut kepada sekitarnya. Cara bercerita kita sangat mempengaruhi pendengar,
contohlah cara berbicara motivator yang selalu antusias.
Selain cerita, gambarpun memiliki efek yang luar biasa, kita bisa dibantu
dengan penggunaan gambar-gambar dalam bercerita.
9. Aspek Kemampuan Sosial
Pondasi untuk seseorang memulai hubungan dengan orang lain dengan area
bahasan eksternal. Komponennya adalah:
a. Pemahaman situasi sosial
Dalam skala mikro berarti memahami apa yang dirasakan orang lain, dalam
skala makro berarti memahami apa yang ada disekeliling kita maupun orang
lain. Dengan itu kita bisa memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap orang-
orang disekeliling kita.
b. Empati
Untuk menajamkan social awareness kita maka kita harus punya rasa empati,
memahami apa yang orang lain rasakan, memahami kegelisahan yang terjadi di
kantor dan mengetahui apa keinginan mereka. Yaitu dengan berbaur dan terlibat
secara langsing dengan mereka atau dengan orang yang ingin kita pengaruhi.
c. Kemampuan membangun hubungan

Network sangat penting, dengan jaringan yang banyak walau kita tidak punya
jabatan namun orang-orang akan mudah terpengaruh oleh orang yang
mempunyai jaringan yang luas. Namun dalam membangun hubungan dengan
seseorang kita jangan terjebak dengan kesamaan dan kedekatan tetapi apabila
kita berteman dengan orang yang latar belakangnya berbeda maka wawasan kita
akan semakin luas. Maka apabila di kantor maka interaksi tidak hanya dilakukan
pada satu bagian saja tetapi kita harus berinteraksi dengan semua bagian yang ada
agar perspektif kita semakin luas.
d. Kemampuan memecahkan masalah

Untuk merencanakan pemecahan suatu masalah mungkin kita bisa melakukannya


sendiri misal di kantor ada masalah macet nya suatu program maka kita sendiri bisa
merencanakan step-step apa yang harus dilakukan tapi pada saat implementasi kita
tidak bisa lakukan sendiri kita membutuhkan orang lain untuk
merealisasikannya, bahkan mungkin tim. Kemampuan menyelesaikan masalah
yang berhubungan dengan antar manusia memerlukan skill tersendiri dan jam terbang
yang banyak jadi sering-seringlah menjadi problem solver baik di lingkungan kerja
maupun masyarakat.
10. Aspek Kepribadian
Seorang pemimpin bisa lahir dari seorang pribadi yang mengalami pencerahan. Dialog
dengan dirinya sendiri menghasilkan sebuah misi hidup yang ia yakini dan menjadi
landasan setiap perbuatan yang terdiri dari:
a. Kesadaran diri
Dengan mempertanyakan hal-hal mendasar apa tujuan hidup kita, siapa kita, untuk apa
kita ada. Dengan begitu apapun pekerjaan kita harus sejalan dengan misi dan tujuan
hidup kita . Bisa saja pekerjaan yang sama namun dihayati secara berbeda-beda oleh
tiap orang berdasar tujuan hidup dan misinya masing-masing. Maka jangan heran kalau
ada pemimpin yang hidup sederhana dan mati- matian membela kebenaran itulah
berdasar misi dan tujuan yang diembannya.
b. Keprcayaan diri
Percaya diri disini adalah teguh pada misi dan visi yang diyakininya, tak gentar dalam
menghadapi tantangan. Di kehidupan organisasi kita memerlukan pemimpin yang
tegas tidak plin plan dalam pengambilan keputusan dan mempunyai prinsip.
c. Memotivasi diri
Seorang pemimpin harus bisa memotivasi orang lain namun sebelum pada orang lain
dia harus mampu memotivasi dirinya untuk maju dan untuk bangkit yaitu dengan
mensugesti diri sendiri, hindari pikiran negatif temukan solusi saat gagal tetap fokus
dan tenang.
12. Aspek Moral
Pemimpin perlu memperhatikan aspek moral sebagai pondasi model kepemimpinannya
agar tidak menjadi pemimpin yang hanya ingin mendapatkan kekuasaan saja. Ada tiga
aspek yang harus diperhatikan yaitu:
a. Integritas (jujur dan konsisten) Integritas adalah
satunya kata dengan perbuatan,
dalam mempertahankan kebenaran tidak tergoda materi dan jabatan. Hal ini
sangat penting apalagi di lingkungan
pemerintahan yang banyak sekali godaan
dan mendorong kita untuk korupsi. Dengan integritas kejujuran dan konsisten
maka selain akan terhindar juga
akan menjadi kepribadian yang melekat dengan kita dan menjadi identitas kita. Saat
itulah kita secara tida langsung mampu mempengaruhi persepsi dan
perilaku orang sekitar karena mereka pasti melihat tindakan
kita.
b. Bertanggung jawab
Semakin besar kekuasaan yang kita miliki semakin besar pula tanggung jawab yang
melekat padanya. Rasa tanggung jawab pada saat ita melakukan kesalahan ternyata
juga mampu meningkatkan leadership seseorang karena rasa
bersalah ini adalah refleksi dari rasa tanggung jawab menjadikan seseorang
memperbaiki kesalahan.
c. Murah hati
Kebahagian seringkali kita dapatkan apabila kita memberikan kebahagian pada
orang lain. Selain itu sikap murah hati seperti itu juga bisa menjadi inspirasi bagi
orang-orang sekitar kita, sehingga menggerakan mereka untuk mengikuti apa yang
kita lakukan. Kemurahan hati bukan hanya dalam bentuk materi namun bisa dengan
sumbangan tenaga dan pikiran kita berbagi dengan sesama. Dengan kepeduliannya
untuk berbagi tenaga dan pikiran banyak contoh seseorang menjadi sosok yang
berpengaruh ditengah masyarakat seperti Ibu Theresa, Dalai Lama, Mario Teguh,
Ary Ginanjar dan lain sebagainya dimana mereka tanpa titel atau jabatan tapi bisa
berpengaruh dan merubah pandangan banyak orang sehingga bisa mendapatkan
kehidupan yang lebih baik.

Keduabelas aspek tersebut apabila


diterapkan dalam kehidupan berorganisasi oleh semua pegawai tidak hanya
pimpinannya saja maka akan tercipta motivasi kerja yang tinggi juga kepuasan kerja
pegawai akan tercapai. Baik itu pimpinan maupun bawahan akan menjadi teladan dan
contoh yang baik dalam berkinerja dan akan menampilkan best performance. Hal ini telah
ditunjukan oleh Guru-guru Sekolah Dasar di Klaten yang menerapkan Leadership 3.0
dimana
hasil penelitian Tukiyo menunjukan kinerja tinggi dari guru-guru, kemampuan, inisiatif dan
produktivitas melampaui persyaratan bidang kinerja, selain itu guru-guru puas akan kebijakan
sekolah, supervisi, hubungan interpersonal, kesempatan promosi, kondisi kerja,
prestasi juga pengakuan dan tanggungjawab. Dengan kepuasan itu maka guru-guru akan
mengembangkan dan mempertahankan kinerja yang tinggi tersebut dan pada akhirnya akan
mencetak peserta didik yang berdaya saing tinggi

dari berbagai macam aspek di atas dapat kita simpulakn bawah gaya atau seni dalam
memimpin adalah ujung tombak dari seorang leader, agar bawahan dapat bekerja dengan
nyaman sehingga mendapatkan team work yang solid,
seni dalam memimpin itu mengambil andil bahwa seseorang perlu melakukan berbagai
macam revolusi dalam memimpin dampak pengaruh dari seni seorang pemimpin adalah
kemajuan sebuah oraganisasi, seni dalam memimpin memberikan pengaruh besar sehingga
semua permasalahan dapat teratasi dengan baik .

Anda mungkin juga menyukai