Anda di halaman 1dari 20

4

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Sambiloto

a. Taksonomi Tanaman

Divisi: Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Subkelas : Gamopetalae

Ordo : Personales

Famili : Acanthaceae

Subfamili : Acanthoidae

Genus : Andrographis

Spesies : Andrographis paniculata, Ness

(Ivan & Lukito, 2003)

b. Diskripsi Tanaman

Nama ilmiah sambiloto atau Andrographis paniculata, Nees. memiliki

beberapa sinonim, yakni Justicia paniculata, Burm., Justicia stricta, Lamk.,

dan Justicia latebrosa, Russ (Ivan & Lukito, 2003). Tanaman ini memiliki

nama lokal : Ki oray, ki peurat, takilo (Sunda), bidara, sadilata, sambilata,

takila (Jawa), pepaitan (Sumatra), Chuan xin lian, yi jian xi, lan he lian
5

(China), xuyen tam lien, cong cong (Vietnam), kirata, mahatitka

(India/Pakistan), Creat, green chiretta, halviva, kariyat (Inggris).(Anonim,

2004b)

Sambiloto merupakan jenis tanaman perdu atau semak. Tanaman ini

tumbuh di daerah tropis pada ketinggian mencapai 700 m di atas permukaan

laut, tumbuh subur pada tempat terbuka dan tanah yang gembur (Bambang,

2000).

Sambiloto merupakan tanaman terna semusim, dengan ketinggian 50-

90 cm, batang bercabang-cabang berbentuk segi empat (kwadrangularis)

dengan nodus yang membesar. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak

berhadapan bersilang, bentuk lanset (pedang), pangkal runcing, ujung

meruncing, tepi rata, permukaan atas hijau tua, bagian bawah hijau muda,

panjang 2-8 cm, lebar 1-3 cm. Bunga berbibir berbentuk tabung, kecil-kecil,

warnanya putih bernoda ungu. Buah sambiloto berbentuk jarang (bulat

panjang), panjang sekitar 1,5 cm, lebar 0,5 cm, pangkal dan ujung tajam,

bila masak akan pecah membujur menjadi empat keping. Biji gepeng, kecil-

kecil, warnanya coklat muda (Anonim, 2004b).

c. Kandungan Kimia dan Manfaat

Daun dan percabangannya mengandung laktone yang terdiri dari

deoksiandrografolid, andrografolid (zat pahit), neoandrografolid, 14-deoksi-

11,12-dehidroandrografolid, dan homoandrografolid (Dalimartha, 1999).


6

Laktone berfungsi sebagai antiradang dan antipiretik. Zat andrografolid

menghasilkan rasa pahit yang luar biasa pada sambiloto. Umumnya zat ini

mengandung racun (Ivan & Lukito, 2003). Juga terdapat flavonoid, alkana,

keton, aldehid, dan mineral seperti kalium, kalsium, natrium, dan asam

kersik (Dalimartha, 1999). Dalam 15,9 gram sambiloto kering terkandung

417 mg kalium, sementara kandungan natriumnya hanya 26 mg. Untuk

penyakit darah tinggi, kalium yang bersifat diuretik memang diperlukan

untuk membantu tubuh mengeluarkan air dan natrium agar bisa menurunkan

tekanan darah. Sedangkan Flavonoid berfungsi untuk mencegah dan

menghancurkan penggumpalan darah (Ivan & Lukito, 2003).

Berdasarkan berbagai kandungan zat aktif tersebut dapat diketahui

secara pasti efek farmakologis dari sambiloto (Ivan & Lukito, 2003), yaitu :

a. Antiinflamasi, antiinfeksi, antihistamin, dan detoksikasi.

b. Merangsang daya tahan sel darah putih.

c. Antibakteri pada Staphilococcus aureus, Pseudomonas aerogenosa,

Proteus vulgaris, dan Shigella dysenteriae.

d. Mampu melawan bakteri Salmonella dan Escherichia coli pada

penderita tifoid dan disentri.

e. Penghambat reaksi imunitas (imunosupresi) dan penghilang bengkak.

f. Menghambat pertumbuhan trofosit plasenta.

g. Meningkatkan sekresi empedu.


7

h. Mencegah penggumpalan darah (antitrombosis) dan trombolisis.

i. Menurunkan kadar glukosa dalam darah.

j. Hepatoprotektor.

k. Membantu tubuh menghancurkan inti sel kanker.

l. Berperan dalam kondensasi sitoplasma sel tumor.

2. Kalium

a. Pengertian

Kalium adalah unsur logam putih seperti perak dan tidak pernah

didapatkan sebagai logam murni tetapi selalu bergabung dengan unsur lain

(Soen, 1994). Unsur logam ini meleleh pada suhu 580o F dengan nomor

atom 19, berat atom 39,102, dan berat jenis 0,87 (Dorland, 1998). Dalam

tubuh kita, kalium adalah unsur ketiga yang terbanyak setelah kalsium dan

fosfor, juga dua kali lebih banyak daripada konsentrasi natrium (Soen,

1994). Kalium terdapat dalam bentuk ion dalam sel tubuh sedangkan

natrium terdapat dalam cairan di sekeliling sel (Gaman & Sherington, 1992).

Kalium merupakan 5% dari total mineral yang terkandung dalam

tubuh (Kischmann, 1979). Kalium merupakan kation utama yang ditemukan

di dalam sel, yaitu sekitar 98% dari 120 gram kalium yang ada dalam tubuh.

Serum darah mengandung sekitar 4-5 mg (per 100 ml) dari total kalium dan
8

sel darah merah mengandung 420 mg (Elson, 2004). Kalium dalam cairan

ekstraseluler sekitar 1,5 % (Woodley & Whelan, 1995).

b. Fungsi Kalium

Secara kimiawi kalium adalah suatu mineral yang penting untuk

pemeliharaan tubuh (Soen, 1994). Peranan kalium mirip dengan natrium,

yaitu kalium bersama-sama dengan klorida membantu menjaga tekanan

osmotik dan keseimbangan asam basa. Bedanya kalium menjaga tekanan

osmotik dalam cairan intraseluler dan sebagian terikat dengan protein.

Kalium juga membantu mengaktivasi reaksi enzim, seperti piruvat kinase

yang dapat menghasilkan asam piruvat dalam proses metabolisme

karbohidrat (Winarno, 2002). Kalium merupakan mineral penting dalam

menjalankan fungsi tubuh yang meliputi otot, kardiovaskuler, respirasi,

ginjal, endokrin, dan sistem saraf (Sadler, et al., 1995). Pada pengobatan,

kalium merupakan salah satu mineral yang umum digunakan, karena kalium

penting sekali dalam menjalankan fungsi kardiovaskuler dan sistem saraf,

dan juga untuk terapi edema atau hipertensi (Elson, 2004).

Makanan yang mengandung banyak kalium dan sedikit natrium akan

memberikan kesempatan bagi ginjal bekerja secara lebih efisien dalam

memproses dan mengeluarkan kalium serta menghemat natrium. Menurut


9

K.T. Khaw dan Elizabeth Barret-Connor yang melaporkan dalam majalah

New England Journal of Medicine, tentang “Dietary Potassium and Stroke

Associatad Mortality” bahwa data percobaan klinis dan epidemiologis

membuktikan bahwa mengkonsumsi makanan yang mengandung kalium

dapat menurunkan tekanan darah.

George R. Meneely menyatakan, telah terbukti pada binatang bahwa

hipertensi yang disebabkan karena kebanyakan garam dapat dilawan dengan

makanan tambahan yang banyak mengandung kalium, dan telah banyak

penelitian yang menunjukkan bahwa pengaruh yang sama terhadap manusia

(Soen, 1994).

c. Efek Antihipertensi dari Kalium

Efek anti hipertensi dari kalium ini utamanya terlihat pada penderita

dengan asupan natrium yang tinggi. Pada suatu penelitian ditemukan

bahwa suplemen kalium tidak mempunyai efek pada tekanan darah selama

asupan natrium rendah, sedang pada penelitian lain bahwa suplemen

kalium tidak mempunyai efek terhadap tekanan darah pada penderita

hipertensi yang mendapat diuretik tiazid.

Efek hipotensif dari kalium diduga melalui mekanisme-mekanisme :

a. Kalium mempunyai efek diuretik pada ginjal

b. Kalium meningkatkan respon baroreseptor.


10

c. Kalium dapat menurunkan aktivitas simpatis dan sensitivitas pembuluh

darah substansi vasopressor (khususnya norepineprin).

d. Kalium merangsang/mengaktifkan kembali pompa natrium (Na-pump)

yang terhambat oleh Circulating inhibitor of sodium transfort pada

penderita-penderita esensial.

e. Suplemen kalium dapat merupakan konsentrasi natrium intraseluler

melalui aktivasi dari Na-K-Adenosine Triphosphatase Pump.

f. Kalium menekan sekresi renin dan angiotensin.

(Syakib & Ariadnyana, 1991)

d. Distribusi, Absorpsi, dan Ekskresi

Dalam keadaan normal, ginjal memegang peranan penting dalam

pengaturan kandungan kalium pada tubuh (Beck, 1995). Sekitar 10%

kalium tubuh total terikat dan 90% sisanya dapat dipertukarkan (Ganong,

1992). Seperti halnya natrium, kalium mudah sekali diserap tubuh.

Diperkirakan 90% dari yang dicerna akan diserap dalam usus kecil

(Winarno, 2002).

Sebagian besar kalium diekskresi bersama urin, yaitu sekitar 65

mmol kalium per hari. Sedangkan kehilangan kalium melalui tinja kira-

kira 10% dari seluruh kalium yang ada dalam pencernaan. Namun jumlah

ini dapat berubah sesuai dengan keadaan tubuh, misalnya diare dan muntah

bisa menyebabkan peningkatan kehilangan kalium. Selain itu kehilangan


11

kalium dapat juga berasal dari desquamasi sel, sekresi mukus, dan keringat.

Namun kehilangan kalium dalam keringat tidak begitu mempengaruhi

total ekskresi kalium selama suhu tubuh tetap normal (Sadler, et al., 1999).

e. Kebutuhan Kalium

Kebutuhan kalium yang diperkirakan cukup dan aman adalah sebagai

berikut :

Tabel 2.1. Kebutuhan Kalium yang Aman

Kelompok Umur Kalium (mg/hari)


Bayi 0-6 bulan 350-925
6-12 bulan 425-1275

Anak dan Remaja 1-3 tahun 550-1650


4-6 tahun 775-2325
7-10 tahun 1000-3000
11 tahun 1525-4575
Dewasa >12 tahun 1875-5625

(Soen, 1994)

f. Abnormalitas Kalium

a. Hipokalemia

Hipokalemia adalah suatu keadaan di mana konsentrasi kalium

dalam darah rendah dan tidak normal, yaitu kurang dari 2,5 mEq/liter

(Woodley & Whelan, 1995). Kekurangan kalium jarang sekali

disebabkan oleh kurangnya asupan kalium. Biasanya disebabkan sakit


12

hati, cirrhosis, terlalu banyak muntah-muntah, luka bakar, atau KKP

(Kurang Kalori Protein) yang berat (Winarno, 2002). Gejalanya

meliputi malaise, kelelahan, gangguan neuromuskuler (misalnya

kelemahan, hiporefleksi, kejang otot, sindroma tungkai yang bergerak

terus, rabdomiolisis, paralisis), kelainan gastrointestinalis berupa

konstipasi dan ileus, dan memburuknya ensefalopatia hepatik. Kelainan

kardiovaskuler dapat berupa hipotensi ortostatik, memburuknya

hipotensi, dan aritmia. Selain itu dapat terjadi kelainan ginjal dan

elektrolit yang meliputi alkalosis metabolik, gangguan pemekatan urin

dengan poliuria dan berakibat polidipsi dan intoleransi glukosa

(Woodley & Whelan, 1995).

b. Hiperkalemia

Hiperkalemia yaitu kalium serum lebih dari 6,5 mEq/liter.

Manifestasi neuromuskuler meliputi kelemahan, perestesia, arefleksi,

paralisis asendens, dan kegagalan pernafasan. Sedangkan manifestasi

jantung meliputi bradikardi yang berkembang menjadi asistole,

pemanjangan hantaran atrioventrikularis yang dapat menyebabkan

hambatan jantung total, dan fibrilasi ventrikularis (Woodley & Whelan,

1995). Penyebabnya adalah mengkonsumsi kalium dalam bentuk pil

lebih dari takaran per hari yang dibutuhkan, dan pada umumnya karena

adanya kegagalan pada ginjal. (Soen, 1994).


13

3. Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS)

4. Prinsip

Atomic Absorption Spectrophotometry merupakan teknik analisa

yang digunakan untuk mengukur berbagai elemen pada material seperti

logam ataupun gelas. Sampel ditimbang secara tepat dan dilarutkan,

biasanya dengan menggunakan asam kuat. Hasilnya disebarkan ke dalam

bagian nyala dari instrumen dan dijadikan partikel-partikel kecil. Cahaya

dari elemen tertentu dipancarkan melalui nyala sesuai dengan panjang

gelombang dan beberapa berkas cahaya ini diserap oleh atom sampel.

Jumlah cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi elemen itu dalam

larutan dan mengacu pada objek asli. Pengukuran dilakukan secara terpisah

untuk setiap elemen yang dikehendaki hingga mencapai analisa lengkap dari

objek dan teknik ini relatif lambat dilakukan. Teknik ini sangat sensitif dan

dapat melacak elemen sampai level sepersejuta sebaik kemampuannya

mengukur elemen dalam jumlah kecil maupun besar (Anonim, 2004a)

b. Instrumentasi AAS

c. Sumber radiasi

Sumber radiasi ini disebut dengan Hollow Chatode Lamp atau lampu

katode cekung, yang terdiri dari elektroda katode yang berbentuk

cekung dilapisi dengan logam murni dan elektroda anoda yang terbuat
14

dari wolfram, kedua elektroda tersebut berada dalam tabung gelas yang

tertutup, terisi dengan gas mulia pada tekanan rendah.

2) Sistem Pengatoman

Yaitu mengubah unsur dari keadaan semula (larutan) ke dalam bentuk

uap atom bebas yang siap untuk dianalisa. Proses atomisasi pada AAS

dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu dengan nyala dan

atomisasi tanpa nyala.

a) Atomisasi dengan nyala

Atomisasi dengan nyala terdapat 2 bagian utama yaitu

nebulizer dan burner. Pada nebulizer terjadi pengubahan larutan

menjadi aerosol yang siap untuk dimasukkan ke burner untuk

selanjutnya terjadi proses atomisasi dengan nyala. Berbagai nyala

dapat dihasilkan dari pembakaran gas bakar (fuel) dan oksidan pada

burner, dan pada setiap pasangan kedua bahan tersebut akan

dihasilkan nyala dengan temperatur tertentu. Keuntungan dengan

menggunakan sistem atomisasi dengan nyala antara lain :

· Sistemnya relatif mudah

· Dapat memilih temperatur yang dikehendaki

· Sensitifitasnya tinggi

Namun ada beberapa kelemahan, antara lain :


15

· Memerlukan jumlah larutan yang relatif cukup besar (10-15

mL)

· Efisiensi nebulizer untuk membentuk aerosol rendah

· Sistem atomisasi tidak mampu mengatomkan secara langsung

sampel padat

b) Atomisasi tanpa nyala

Pada sistem ini sejumlah kecil (ml, mg) sampel ditempatkan

dalam tungku mini (grafit) yang terbuat dari bahan penghantar

listrik, kemudian tungku tersebut dipanaskan secara elektrik dengan

melewatkan arus listrik melalui tungku, maka sampel mengalami

proses penguapan, pengabuan dan atomisasi sehingga diperoleh

atom-atom logam yang siap untuk diukur dengan AAS. Sistem

tersebut lebih dikenal dengan sistem atomosasi elektrotermal atau

lebih populer lagi dikenal dengan AAS tungku grafit.

3) Monokromator

Fungsi monokromator adalah untuk mengisolasi salah satu garis

resonansi dari sekian banyak garis resonansi yang dihasilkan oleh

sumber sinar.

4) Detektor
16

Fungsi detektor adalah untuk mengibah energi sinar menjadi energi

listrik, energi listrik ini akan menggerakkan jarum yang akan

mengeluarkan angka digital/grafik.

(Robinson, 1995)

B. Kerangka Pemikiran

Herba sambiloto
mengandung kalium

Perebusan dalam air volume


600 ml menjadi 200 ml

Kalium larut
ke dalam air rebusan

Kadar kalium pada herba


sambiloto berkurang

C. Hipotesis
Perebusan menurunkan kadar kalium pada herba sambiloto.
17

a. Prinsip
AAS merupakan suatu alat pengukur yang berdasarkan pada jumlah
radiasi yang diserap oleh atom-atom bebas bila sejumlah radiasi yang
karakteristik dilewatkan melalui sistem yang mengandung atom-atom
tersebut. Jumlah radiasi yang terserap sangat tergantung pada jumlah atom-
18

atom yang terlibat dan kemampuan atom-atom tersebut untuk menyerap


radiasi, sehingga untuk keperluan ananlisis kimia sangat tergantung kepada
faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan atom bebas serta
hilangnya atom-atom bebas tersebut dari sistem pengukuran.
Apabila seberkas radiasi cahaya dengan intensitas Io dilewatkan pada
suatu media yang mengandung spesies yang dapat menyerap radiasi, maka
menyebabkan penurunan intensitas, apabila setelah melewati medium
intensitas radiasi adalah I, maka transmitansi T didefinisikan sebagai T = I/Io,
selanjutnya absorbansi A didefinisikan sebagai -log T.
Maka: A = -log T = log Io/I.
Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi spesies dinyatakan
dengan Persamaan Lambert-Beer berikut:
A = S b.c
A : absorbansi
S : koefisien absorptivitas molar
b : tebal medium
c : konsentrasi (Molar, M)
Secara eksperimen ternyata hubungan linier antara absorbansi dengan
konsentrasi pada tebal medium konstan tidak selalu dipenuhi, penyimpangn
yang terjadi disebabkan karena terlalu pekatnya konsentrasi, radiasi
polikromatis dan adanya hamburan radiasi, karena Hukum Lambert-Beer
hanya dipenuhi untuk larutan yang sangat encer (ppm,ppb), sumber sinar
yang digunakan benar-benar monokromatis dan tidak terjadi hamburan radiasi
selama pengukuran.
Pada suatu sistem yang terdiri dari atom-atom dilewati radiasi yang
karakteristik, maka atom-atom tersebut akan menyerap radiasi dengan
panjang gelombang yang karakteristik sehingga akan menyebabkan terjadinya
eksitasi (transisi elektronik) dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang
19

lebih tinggi. Elektron pada keadaan tereksitasi tersebutkurang stabil, karena


menempati tingkat energi tereksitasi dalam periode yang sangat pendek dan
akan segera kembali ke tingkat energi dasar disertai dengan pancaran
kuantum radiasi yang besarnya tepat sama dengan selisih kedua tingkat energi
yang terlibat dalam perpindahan tersebut.
Spektra serapan atom suatu unsur dalam sistem atomisasi nyala terdiri
atas garis-garis sempit yang ditimbulkan oleh karena transisi elektronik dari
tingkat energi dasar ke tingkat energi di atasnya, garis-garis tersebut disebut
dengan garis resonansi (resonance lines).
b. Instrumentasi AAS
Ada 5 bagian utama dalam setiap peralatan AAS yaitu :
1) Sumber radiasi (monokromator) untuk AAS
Garis spektra serapan atom atau emisi atom mempunyai lebar spektra
yang sangat sempit yaitu 10-4 A sehingga sulit mendapatkan
monokromator biasa yang dapat memberikan sinar dengan lebar pita
gelombang tersebut. Apabila digunakan sumber sinar kontinu seperti
wolfram atau hydrogen maka hanya sebagian kecil sinar yang akan
diserap oleh atom logam yang dianalisis akibatnya perubahan intensitas
sinar akan sangat kecil sehingga Hukum Lambert Beer tidak akan
dipenuhi serta kepekaan analisis sangat kecil. Kesulitan itu dapat diatasi
dengan menggunakan sumber sinar khusus yang memancarkan spektrum
garis yang salah satu garis spektranya mempunyai panjang gelombang
yang sama dengan panjang gelombang yang akan digunakan pada analisis
tersebut sehingga akan diperoleh kepekaan yang tinggi dan Hukum
Lambert Beer dapat dipenuhi. Sumber radiasi ini disebut Hollow Chatode
Lamp atau lampu katode cekung, yang terdiri dari elektroda katode yang
berbentuk cekung dilapisi dengan logam murni dan elektroda anoda yang
20

terbuat dari wolfram, kedua elektroda tersebut berada dalam tabung gelas
yang tertutup, terisi dengan gas mulia pada tekanan rendah.
2) Sistem Pengatoman
Yaitu mengubah unsur dari keadaan semula (larutan) ke dalam
bentuk uap atom bebas yang siap untuk dianalisa. Proses atomisasi pada
AAS dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu dengan nyala dan
atomisasi tanpa nyala.
a) Atomisasi dengan nyala
Atomisasi dengan nyala terdapat 2 bagian utama yaitu nebulizer dan
burner. Pada nebulizer
B. Kerangka Pemikiran

Herba sambiloto
mengandung kalium

Perebusan dalam air volume


600 ml menjadi 200 ml

Kalium larut
ke dalam air rebusan

Kadar kalium pada herba


sambiloto berkurang

C. Hipotesis
Kadar kalium pada herba sambiloto segar lebih besar daripada herba sambiloto
rebus.
21

1. Diuretik
Diuretik ialah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin.
Istilah diuretik mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya
penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah
pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dan air. Fungsi utama diuretik adalah untuk
memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian
rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali normal (Sunaryo, 1995). Diuretik
digunakan untuk menurunkan volume darah dan cairan interstisial dengan cara
meningkatkan ekskresi natrium klorida dan air.
Secara umum diuretik dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu :
a. Diuretik osmotik
Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretik osmotik apabila memenuhi 4 syarat,
yaitu:
1) difiltrasi secara bebas oleh glomerulus
2) tidak atau hanya sedikit direabsorbsi sel tubuli ginjal
3) secara farmakologis merupakan zat yang inert
4) resisten terhadap perubahan-perubahan metabolik
Contoh golongan ini adalah manitol, urea, gliserin dan isosorbid.
Adanya zat tersebut dalam cairan tubuli, meningkatkan tekanan osmotik,
sehingga jumlah air dan elektrolit yang diekskresi bertambah besar.
b. Penghambat mekanisme transpor elektrolit di dalam tubuli ginjal :
1) penghambat karbonik anhidrase
2) benzotiadiazid
3) diuretik hemat kalium
4) diuretik kuat
(Sunaryo, 1995)
22

Diuretik hemat kalium bekerja dengan mengantagonis efek aldosteron pada


tubulus kolektivus kortikal dan tubulus distal akhir (Katzung, 1999). Asupan kalium
yang tinggi dan asupan natrium yang rendah menyebabkan bertambahnya sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal, di mana peranan aldosteron ialah memperbesar
reabsorpsi natrium dan klorida di tubuli serta memperbesar ekskresi kalium (Sunaryo,
1995).

4. Efek Antihipertensi dari Kalium


Efek anti hipertensi dari kalium ini utamanya terlihat pada penderita dengan
asupan natrium yang tinggi. Pada suatu penelitian ditemukan bahwa suplemen kalium
tidak mempunyai efek pada tekanan darah selama asupan natrium rendah, sedang
pada penelitian lain bahwa suplemen kalium tidak mempunyai efek terhadap tekanan
darah pada penderita hipertensi yang mendapat diuretik tiazid.
Efek hipotensif dari kalium diduga melalui mekanisme-mekanisme :
a. Kalium mempunyai efek saluretik langsung pada ginjal
b. Kalium meningkatkan respon baroreseptor.
c. Kalium dapat menurunkan aktivitas simpatis dan sensitivitas pembuluh darah
substansi vasopressor (khususnya norepineprin).
d. Kalium merangsang/mengaktifkan kembali pompa natrium (Na-pump) yang
terhambat oleh Circulating inhibitor of sodium transfort pada penderita-
penderita esensial.
e. Suplemen kalium dapat merupakan konsentrasi natrium intraseluler melalui
aktivasi dari Na-K-Adenosine Triphosphatase Pump.
f. Kalium menekan sekresi renin dan angiotensin.
(Syakib & Ariadnyana, 1991)

Anda mungkin juga menyukai