Anda di halaman 1dari 6

Nama : Nur Chasanah

NIM : 1811021
Tugas : Manajemen Keperawatan

MANAJEMEN KONFLIK
A. Definisi.
1. Gareth R. Jones
mendefinisikan konflik organisasi sebagai “perbenturan yang muncul
kala perilaku mencapai tujuan tertentu yang ditunjukan suatu kelompok
dirintangi atau digagalkan oleh tujuan kelompok lain.” Karena tujuan, pilihan,
dan kepentingan kelompok-kelompok pemangku kepentingan (stake holder) di
dalam organisasi berbedamaka konflik adalah suatu yang tidak terelakkan di
setiap organisasi.
2. Jones
beranggapan bahwa beberapa jenis konflik justru mampu memberi
kontribusiterhadap peningkatan efektivitas organisasi. Alasan Jones bahwa
konflik punya kontribusi positif karena ia mengungkap kelemahan suatu
organisasi sehingga membuka jalan dalamupaya mengatasinya. Dengan
demikian, konflik membimbing pada proses pembelajarandan perubahan
organisasi.
3. M. Aflazur Rahim mende
finisikan konflik organisasi sebagai “proses interaktif yang
termanifestasi dalam hal-hal seperti ketidakcocokan, ketidaksetujuan, atau
kejanggalan baik di intra individu maupun inter entitas sosial seperti individu,
kelompok, ataupunorganisasi. Rahim menyebut konflik sebagai proses
interaktif bukan dengan maksudhendak membatasi kemungkinan konflik di
dalam diri individu, karena seringkaliseseorang mengalami konflik dengan
dirinya sendiri.
B. Sumber Konflik
Konflik di dalamorganisasisecara sederhana dapat disebabkan oleh
faktor-faktor sebagai berikut:
1. Faktor Manusia
a. Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya kepemimpinannya.
b. ersonil yang mempertahankan peraturan-peraturan secara kaku.
c. Timbul karena ciri-ciri kepriba-dian individual, antara lain sikap
egoistis,temperamental, sikap fanatik, dan sikap otoriter.
2. Faktor Organisasi
a. Persaingan dalam menggunakan sumberdaya.Apabila sumberdaya baik
berupa uang, material, atau sarana lainnya terbatas ataudibatasi, maka
dapat timbul persaingan dalam penggunaannya. Ini merupakan
potensiterjadinya konflik antar unit/departemen dalam suatu organisasi.
b. Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi.Tiap-tiap unit dalam
organisasimempunyai spesialisasi dalam fungsi, tugas, dan bidangnya.
Perbedaan ini sering mengarah pada konflik minat antar unit tersebut
c. Interdependensi tugas.Konflik terjadi karena adanya saling
ketergantunganantara satu kelompok dengankelompok lainnya. Kelompok
yang satu tidak dapat bekerja karena menunggu hasilkerja dari kelompok
lainnya.
d. Perbedaan nilai dan persepsi.Suatu kelompok tertentu mempunyai persepsi
yang negatif, karena merasa mendapat
e. perlakuan yang tidak “adil”. Para manajer yang relatif muda memiliki
presepsi bahwamereka mendapat tugas-tugas yang cukup berat, rutin dan
rumit, sedangkan paramanajer senior men¬dapat tugas yang ringan dan
sederhana.
f. Kekaburan yurisdiksional. Konflik terjadi karena batas-batas aturan tidak
jelas, yaituadanya tanggung jawab yang tumpang tindih.
g. Masalah “status”. Konflik dapat terjadi karena suatu unit/departemen
mencoba
h. memperbaiki dan meningkatkan status, sedangkan unit/departemen yang
lain
C. Unsur-Unsur Manajemen
1. Human (Manusia)
Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan.
Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses
untuk mencapai tujuan. Tanpa adanya manusia maka tidak ada proses kerja,
sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja.
2. Money (Uang)
Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang
merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan
dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu
uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena
segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan
dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja,
alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai
dari suatu organisasi.
3. Materials (Bahan)
Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi.
Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang
ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi
sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidak dapat dipisahkan,
tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
4. Machines (Mesin)
Dalam kegiatan perusahaan, mesin sangat diperlukan. Penggunaan
mesin akan membawa kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih
besar serta menciptakan efisiensi kerja.
5. Methods (Metode)
Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Suatu tata
cara kerja yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah metode
dapat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja dengan
memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan dari sasaran, fasilitas-
fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha.
Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya
tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan
memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap
manusia itu sendiri.
6. Market (Pasar)
Memasarkan produk tentu sangat penting sebab bila barang yang
diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya,
proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam
arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor yang menentukan dalam
perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus
sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen.
D. Sumber Konflik
1. Teori hubungan masyarakat. Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh
polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan di antara
kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat. Sasaran: meningkatkan
komunikasi dan saling pengertian antara kelompok yang mengalami konflik, serta
mengusahakan toleransi dan agar masyarakat lebih bisa saling menerima
keragaman yang ada didalamnya.
2. Teori kebutuhan manusia. Menganggap bahwa konflik yang berakar disebabkan
oleh kebutuhan dasar manusia (fisik, mental dan sosial) yang tidak terpenuhi atau
dihalangi. Hal yang sering menjadi inti pembicaraan adalah keamanan, identitas,
pengakuan, partisipasi, dan otonomi. Sasaran: mengidentifikasi dan
mengupayakan bersama kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi, serta
menghasilkan pilihan-pilihan untuk memenuhi kebutuhan itu.
3. Teori negosiasi prinsip. Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi
yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak
yang mengalami konflik. Sasaran: membantu pihak yang berkonflik untuk
memisahkan perasaan pribadi dengan berbagai masalah dan isu dan memampukan
mereka untuk melakukan negosiasi berdasarkan kepentingan mereka daripada
posisi tertentu yang sudah tetap. Kemudian melancarkan proses kesepakatan yang
menguntungkan kedua belah pihak atau semua pihak.
4. Teori identitas. Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh identitas yang
terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa
lalu yang tidak diselesaikan. Sasaran: melalui fasilitas lokakarya dan dialog antara
pihak-pihak yang mengalami konflik, sehingga dapat mengidentifikasi ancaman
dan ketakutan di antara pihak tersebut dan membangun empati dan rekonsiliasi di
antara mereka.
5. Teori kesalahpahaman antarbudaya. Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh
ketidakcocokan dalam cara-cara komunikasi di antara berbagai budaya yang
berbeda. Sasaran: menambah pengetahuan kepada pihak yang berkonflik
mengenai budaya pihak lain, mengurangi streotip negatif yang mereka miliki
tentang pihak lain, meningkatkan keefektifan komunikasi antarbudaya.
6. Teori transformasi konflik. Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-
masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah sosial,
budaya dan ekonomi.
E. Pengelolaan Konflik :
Banyak istilah tentang pengelolaan konflik namun fisher menggunkan istilah
transformasi konflik sebagai padanannya. (fisher,2001) . istilah lain yang sering
muncul selain pengelolaan konflik dan transformasi konflik antara lain : pencegahan
konflik, penyelesaian konflik, dan resolusi konflik. Masing-masing mempunyai
makna yang berbeda tipis dalam fase penerapannya.
Beberapa pendekatan konflik yaitu :
1. Pencegahan konflik : tujuannya mencegah munculnya konflik yang keras
2. Penyelesaian konflik : tujuannya mengakhiri prilaku kekerasan melalui suatu
persetujuan perdamaian
3. Pengelolaan konflik : tujuannya membatasi dan menghindari kekerasan dengan
mendorong perubahan prilaku yang positif bagi pihak yang terlibat
4. Resolusi konflik : tujuannya menangani nsebab konflik dan berusaha
membangun hubungan baru yang bisa tahen lama antar kelompok-kelompok
yang bermusuhan
5. Transformasi konflik : tujuannya mengatasi sumber-sumber konflik yang lebih
luas dan berusaha mengubah kekuatan negatif dari peperangan menjadi yang
positif.
F. Aspek-Aspek Dalam Manajemen Konflik
Dalam Manajemen konflik ada 2 aspek yang bisa muncul yaitu aspek
positif dan aspek negatif.
1. Aspek Positif
Konflik bisa jadi merupakan sumber energi dan kreativitas yang positif apabila
dikelola dengan baik. Misalnya, konflik dapat menggerakan suatu perubahan :
a. Membantu setiap orang untuk saling memahami tentang perbedaan pekerjaan
dan tanggung jawab mereka.
b. Memberikan saluran baru untuk komunikasi.
c. Menumbuhkan semangat baru pada staf.
d. Memberikan kesempatan untuk menyalurkan emosi.
e. Menghasilkan distribusi sumber tenaga yang lebih merata dalam organisasi.
2. Aspek Negatif
Apabila konflik mengarah pada hal negatif dan kondisi destruktif baik untuk
perorangan maupun kelompok, maka hal ini dapat berdampak :
a. Penurunan efektivitas kerja;
b. Adanya penolakan;
c. Resistensi terhadap perubahan;
d. Apatis,
e. Acuh tak acuh,
f. Bahkan mungkin muncul luapan emosi destruktif, berupa demonstrasi.
g. Konflik bisa di sebabkna oleh beberapa hal yang mengakibatkan ke dua
aspek (posif/negatif) tersebut bisa terjadi, diantaranya :
 Batasan pekerjaan yang tidak jelas
 Hambatan komunikasi
 Tekanan waktu
 Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal
 Pertikaian antar pribadi
 Perbedaan status
 Harapan yang tidak terwujud

Anda mungkin juga menyukai