NIM : 6111191045
Kelas : B2
Mata Kuliah : Manajemen Resolusi Konflik
Dosen Pengampu : : Zaenal Abidin AS, S.IP., M.Sc
Kekerasan
Definisi Kekerasan Di dalam World report on violence and health (WRVH) WHO
menyebutkan bahwasanya penggunaan kekuatan fisik atau kekuatan yang disengaja,
terancam atau aktual, terhadap diri sendiri, orang lain, atau terhadap kelompok atau
komunitas, yang beroleh hasil atau memiliki kemungkinan tinggi mengakibatkan luka,
kematian, bahaya psikologis, pembangunan yang tidak benar, atau kekurangan.
Istilah kekerasan didefinisikan sebagai“perilaku seseorang terhadap orang lain yang
dapat menyebabkan kerusakan fisik atau psikis”(Children and Violence, 2010)
Dalam kamus Bahasa Indonesia, kekerasan diartikan dengan perihal yang bersifat,
berciri khas, perbuatan seseorang yang menyebabkan cidera atau matinya orang lain atau
menyebabkan kerusakan fisik, karena adanya paksaan, kekerasan fisik seperti penganiayaan,
pembunuhan, perampokan, hologanisme, pemerkosaan terhadap anak gadis di bawah umur,
bahkan hingga sodomi. Kekerasan merupakan perilaku yang tidak sah atau perlakuan yang
salah.
Kekerasan dapat diartikan sebagai perbuatan yang menyebabkan cedera atau matinya
orang lain dan menyebabkan kerusakan fisik pada orang lain. Kekerasan yang mengakibatkan
terjadinya kerusakan adalah kekerasan yang bertentangan dengan hokum (Kamus Besar
Bahasa Indonesia). Oleh karena itu, kekerasan dapat dikatakan sebuah tindak kejahatan.
Bentuk-bentuk Kekerasan dari berbagai bentuk kekerasan itu sebenarnya dapat digolongkan
ke dalam dua bentuk, yaitu:
• Kekerasan langsung (direct violent) adalah suatu bentuk kekerasan yang dilakukan secara
langsung terhadap pihakpihak yang ingin dicederai atau dilukai. Bentuk kekerasan ini
cenderung ada pada tindakan-tindakan, seperti melukai orang lain dengan sengaja,
membunuh orang lain, menganiaya, dan memperkosa.
• Kekerasan tidak langsung (indirect violent) adalah suatu bentuk kekerasan yang dilakukan
seseorang terhadap orang lain melalui sarana. Bentuk kekerasan ini cenderung ada pada
tindakantindakan, seperti mengekang, meniadakan atau mengurangi hakhak seseorang,
mengintimidasi, memfitnah, dan perbuatanperbuatan lainnya.
Dalam konteks sosial munculnya teori kekerasan dapat terjadi oleh beberapa hal yaitu sebagai
berikut :
1. Situasi sosial yang memungkinkan timbulnya kekerasan yang disebabkan oleh struktur
sosial tertentu.
2. Tekanan sosial, yaitu suatu kondisi saat sejumlah besar anggota masyarakat merasa bahwa
banyak nilai dan norma yang sudah dilanggar. Tekanan ini tidak cukup menimbulkan
kerusuhan atau kekerasan, tetapi juga menjadi pendorong terjadinya kekerasan.
3. Berkembangnya perasaan kebencian yang meluas terhadap suatu sasaran tertentu. Sasaran
kebencian itu berkaitan dengan faktor pencetus, yaitu peristiwa yang memicu kekerasan.
4. Mobilisasi untuk beraksi, yaitu tindakan nyata berupa pengorganisasian diri untuk
bertindak. Tahap ini merupakan tahap akhir dari akumulasi yang memungkinkan terjadinya
kekerasan.
5. Kontrol sosial, yaitu tindakan pihak ketiga seperti aparat keamanan untuk mengendalikan,
menghambat, dan mengakhiri kekerasan. Selain itu, KUHP telah mengklasifikasikan
beberapa pasal yang berkaitan dengan penganiayaan dan juga jenis ataupun bentuk
penganiayaan yang tentu memiliki kosekuensi pemidanaan yang berbeda pula. Dalam
pandangan klasik, suatu tindak kekerasan (violence) menunjuk pada tingkah laku yang
pertama-tama harus bertentangan dengan undang-undang, baik berupa ancaman saja maupun
sudah merupakan tindakan nyata dan memiliki akibat-akibat kerusakan terhadap harta benda
atau fisik atau dapat mengakibatkan kematian pada seseorang karena menyangkut pula
perbuatan “mengancam” di samping suatu tindakan nyata.
Jenis kekerasan
Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik berat berupa penganiayaan berat seperti menendang, memukul,
membenturkan kebenda yang lain, bahkan sampai melakukan percobaan pembunuhan atau
melakukan pembunuhan dan semua perbuatan yang dapat mengakibatkan, antara lain:
Kekerasan fisik ringan seperti menampar, menarik rambut, mendorong, dan perbuatan lain
yang mengakibatkan, antara lain:
Cidera ringan.
Rasa sakit dan luka fisik yang tidak termasuk dalam kategori berat.
Kekerasan Psikis
Kekerasan psikis atau kekerasan mental adalah kekerasan yang mengarah pada serangan
terhadap mental/psikis seseorang, bisa berbentuk ucapan yang menyakitkan, berkata dengan
nada yang tinggi, penghinaan dan ancaman.
Sedangkan di dalam UU No. 23 tahun 2004 tentang P-KDRT dijelaskan bahwa, “Kekerasan
Psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri,
hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan atau penderitaan psikis berat
pada seseorang”. (Pasal 7).
Kekerasan seksual
meliputi pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam
lingkup rumah tangga tersebut, pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam
lingkup rumah tangga dengan orang lain untuk tujuan komersial dan atau tujuan tertentu.
( Pasal 8 ).
Kata ‘ Pemaksaan hubungan seksual ‘ disini lebih diuraikan untuk menghindari penafsiran
bahwa pemaksaan hubungan seksual hanya dalam bentuk pemaksaan fisisk semata ( harus
adanya unsur penolakan secara verbal atau tindakan ), tetapi pemaksaan juga dapat terjadi
dalam tataran psikis (dibawah tekanan sehingga tidak bisa melakukan penolakan dalam
bentuk apapun).
Kekerasan Ekonomi
Pasal 9 menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan penelantaran rumah tangga atau
dapat diartikan sebagai kekerasan ekonomi terhadap rumah tangga, antara lain:
1. Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya padahal
menurut hokum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian, dia
wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut.
2. Penelantaran sebagaimana dimaksud ayat (1) juga berlaku bagi setiap orang yang
mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan atau melarang
untuk bekerja yang layak didalam atau diluar rumah sehingga korban berada dibawah
kendali orang tersebut.