Anda di halaman 1dari 3

Jawablah pertanyaan berikut :

1. Jelaskan karakteristik komunikasi yang efektif!

2. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi konflik, tipe konflik, dan cara mengatasi konflik

3. Jelaskan tipe-tipe negosiasi

Jawaban:
1. Karakteristik komunikasi yang efektif
Agar tercapainya komunikasi efektif, maka Lima Hukum komunikasi efektif (REACH) menjadi
wajib dijadikan pegangan oleh seorang fasilitator ketika mendampingi suatu kelompok
masyarakat, yaitu :
Respect (menghormati) : 
sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran dari pesan yang disampaikan
Empathy (empati) : 
kemampuan komunikator untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh
orang lain
Audible (dapat didengar) : 
dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik
Clarity (kejelasan) : 
kejelasan pesan sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang
berlainan
Humble (rendah hati) : 
membangun komunikasi dengan sikap rendah hati
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi konflik, tipe konflik, dan cara mengatasi konflik
Di antara situasi yang bisa menimbulkan konflik baik konflik fungsional maupun konflik
disfungsional adalah sebagai berikut.
a. Kepribadian atau sistem nilai yang tidak cocok.
b. Deskripsi kerja yang tumpang tindih atau tidak jelas
c. Bersaing untuk memperebutkan sumber daya yang terbatas jumlahnya.
d. Kompetisi antardepartemen atau antarkelompok.
e. Kemandekan komunikasi.
f. Tugas yang saling tergantung (yakni seseorang tidak bisa merampungkan tugasnya sampai
orang lain menyelesaikannya).
g. Kompleksitas organisasi.
h. Standard, kebijakan atau aturan yang tidak jelas atau tidak masuk akal
i. Batas waktu penyelesaian tugas yang terlalu pendek.
j. Pengambilan keputusan secara kolektif (semakin banyak orang berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan semakin tinggi potensi terjadinya konflik).
k. Pengambilan keputusan berdasarkan konsensus.
1. Tidak terpenuhinya sebuah harapan (karyawan terlalu berharap ).
m. Konflik yang tidak terselesaikan.

Tipe konflik :
- Konflik Kepribadian
Setiap individu pasti memiliki kekhasan yang tidak mudah berubah. Karakteristik individu yang
tidak mudah berubah ini sering kali menjadi salah satu sebab ketidakharmonisan dalam
berinteraksi.
- Konflik Antarkelompok
Konflik tidak hanya terjadi antarindividu, tetapi juga antarkelompok. Konflik antarkelompok
kerja, tim kerja atau antardepartemen kadang-kadang tidak hanya bersifat fungsional, tetapi juga
mengancam daya kompetisi organisasi. Di antara penyebabnya adalah rebutan sumber daya yang
terbatas jumlahnya. Di samping itu, bibit konflik yang paling sering justru tingkat kohesivitas
kelompok atau tim. Sebagaimana kita ketahui, kohesivitas kelompok atau tim sangat baik bagi
mulusnya kerja kelompok atau tim. Namun, perasaan "kekaitan" yang berlebihan menyebabkan
timbulnya groupthink -pikiran kelompok yang menganggap bahwa kelompoknya yang paling
benar, paling hebat, dan paling segalanya sehingga tidak sensitif terhadap kelompok lain.
- Konflik Lintas Budaya
Konflik lebih disebabkan karena perbedaan budayakedua belah pihak yang berinteraksi. Pada
umumnya, konflik semacam ini muncul ketika dua belah pihak yang berbeda latar belakang
budaya saling berinteraksi, misalnya melakukan transaksi bisnis antamegara baik dalam bentuk
Joint Venture, aliansi strategis, merger maupun akuisisi.

- Cara mengatasi konflik


Konflik disfungsional dapat dikelola melalui 5 pendekatan berbeda
yaitu: integrasi, akomodasi, dorninasi, menghindarkan dan kompromi.
Integrasi :
Gaya ini menunjukkan bahwa seseorang memiliki kepentingan yang tinggi untuk memenuhi
tujuannya, tetapi pada saat bersamaan ia juga bersedia membantu orang lain memenuhi
kebutuhannya. Oleh karena itu, ia bersedia secara kooperatif untuk mengidentifikasi dan
mendiskusikan masalah, menemukan dan mengajukan alternatif solusi, serta memilih solusi
terbaik.
Akomodasi :
akomodasi berarti seseorang mengabaikan kepentingan dirinya demi untuk memenuhi
kepentingan pihak lain. Jika konflik diselesaikan dengan pendekatan ini mau tidak mau
seseorang harus mau bekerja sama dengan pihak lain. Semua perbedaan harus dikesampingkan
dan perhatian harus difokuskan pada hal-hal yang memiliki kesamaan.
Dominasi :
Gaya ketiga sering disebut "win-lose solution" atau kadang-kadang disebut gaya menekan.
Disebut demikian karena lebih mempedulikan kepentingan dirinya dan mengabaikan
kepentingan pihak lain. Oleh sebab itu, dengan gaya dominasi ada pihak yang merasa menang
dan pihak lain merasa kalah. Memanfaatkan otoritas formal biasanya digunakan dalam gaya ini
utamanya untuk menekan pihak lain agar mau mengikuti keinginan pihak pertama.
Menghindarkan :
Jika Anda tidak memberi perhatian pada kepentingan diri sendiri, namun juga tidak memberi
perhatian pihak lain untuk memenuhi tujuannya maka taktik yang bisa Anda lakukan adalah
menghindari konflik, baik dengan cara menarik diri dari semua persoalan secara pasif maupun
dengan cara menekan isu secara aktif. Cara ini cukup efektif untuk mengatasi isu-isu sepele atau
jika berkonfrontasi langsung persoalan malah menjadi semakin buruk.
Kompromi :
Sering disebut sebagai take-and-give approach karena kedua belah pihak hanya secara moderat
mempedulikan dirinya dan mempedulikan pihak.
3. Tipe-tipe negosiasi
Secara tradisional ada dua tipe negosiasi, yaitu tipe distributif dan integratif. 
- Tipe pertama - distributif adalah mekanisme pengambilan keputusan dalam negosiasi yang
tujuannya untuk memenangkan tawarmenawar. Dalam hal ini, salah satu pihak berusaha untuk
memenangkan tawar-menawar tanpa mempedulikan apakah pihak lawan merasa menang atau
kalah. Oleh karena itu, tidak jarang negosiator bersikukuh pada pendirian awal (sebelum
negosiasi) dan bergeming terhadap alternatif penyelesaian. Akibatnya, proses negosiasi biasanya
tidak bertele-tele dan pihak lain dipaksa untuk kalah (win-lose) atau jika pihak lain juga
bersikukuh pada pendiriannya bukan tidak mungkin terjadi situasi di mana kedua-duanya kalah
(lose-lose) atau tidak terjadi kesepakatan.
- Tipe kedua adalah integratif. Berbeda tipe pertama, dalam tipe ini negosiator berusaha secara
optimal untuk mencapai kesepakatan. Untuk itu, tidak jarang kedua belah pihak mau
berkolaborasi untuk mencapai kesempatan yang sesungguhnya bukan kesepakatan semu seperti
pada tipe distributif. Layaknya dalam rebutan kue, kalau perlu kuenya yang diperbesar agar
kedua belah pihak mendapat porsi yang besar dan kedua-duanya tidak ada yang merasa rugi.
Dengan kata lain, tipe integratif merupakan tipikal negosiasi di mana kedua belah pihak merasa
menang (win-win).

Anda mungkin juga menyukai