Anda di halaman 1dari 4

Tugas 2

1. Jelaskan hubungan antara motivasi, perilaku dan kinerja?


Jawaban:

Hubungan antara motivasi, perilaku, dan kinerja dapat digambarkan seperti diatas. Gambar
tersebut menunjukkan hubungan antara motivasi, perilaku,dan kinerja dimana perilaku seseorang
tidak semata-mata dipengaruhi motivasi,tetapi juga dua variabel lain yakni latarbelakang individu
seseorang, seperti keterampilan, kepribadian, dan persepsi, dan lingkungan organisasi –
termasuk didalamnya lingkungan kerja. Tampak pada gambar bahwa hasil akhir dari proses
motivasi adalah kinerja. Hal ini bisa diinterpretasikan bahwa ketika seorang manajer memotivasi
karyawan tujuannya tidak lain agar organisasi bisa mencapai kinerja yang diharapkan. Dengan
bahasa berbeda bisa dikatakan bahwa untuk memotivasi karyawan maka kinerja harus terlebih
dahulu ditetapkan. Dengan demikian, kinerja sesungguhnya berfungsi sebagai alat ukur,
pedoman atau standaruntuk mengetahui apakah seorang karyawan termotivasi dan
menunjukkan perilaku kerja yang diharapkan. Proses mengevaluasi sejauh mana seorang
karyawan menunjukkan perilaku kerja biasa disebut sebagai pengukuran kinerja. Berkaitan
dengan pengukuran kinerja, ada dua persoalan yang biasanya dihadapi para manajer, dan
persoalan ini sesungguhnya juga tercermin dari gambar diatas. Kedua persoalan tersebut adalah
pertama karakteristik kinerja yang bersifat multi dimensional dan kedua motif seseorang
berperilaku juga sangat variatif.

2. Jelaskan macam-macam gaya komunikasi antar individu?


Jawaban :
McCallister sebagaimana dikutip Greenberg and Baron membedakan gaya komunikasi
seseorang menjadi 5 macam, yaitu:
o Gaya Ningrat
Seseorang dengan gaya ningrat cenderung mengatakan apa adanya, tanpa disaring,
terhadap apa yang ada di pikirannya. Orang seperti ini biasanya hanya sedikit mengeluarkan
kata-kata,tetapi apa yang dikatakannya langsung pada pokok persoalan yang mendasar.
o Gaya Socrates
Orang dengan gaya socrates lebih suka mendiskusikannya terlebih dahulu dengan lawan
bicara sebelum membuat keputusan. Bagi seorang socrates, ia sangat menikmati berdebat
dengan lawan bicara meski harus berdiskusi dalam waktu yang cukup lama. Ia suka pada
hal-hal yang detail.
o Gaya Reflektif
Seseorang dengan gaya reflektif sangat peduli terhadap aspek interpersonal dalam
berkomunikasi. Biasanya orang ini tidak suka menyerang pihak lain dan cenderung menjadi
pendengar yang baik. Pada akhirnya,orang ini kadang tidak mengatakan sesuatu kecuali
yang ingin didengar oleh lawan bicara bukan yang ingin dibicarakan. Tujuannya untuk
menghindari konflik.
o Gaya Seorang Hakim
Gaya seorang hakim adalah gaya komunikasi yang memadukan gaya ningrat dengan gaya
socrates. Seorang hakim menyampaikan apa yang dia pikirkan dan menjelaskannnya secara
detail kepada pihak lawan bicara. Seorang hakim cenderung sering merasa dirinya lebih
superior dan cenderung mendominasi dalam komunikasi.
o Gaya Seorang Kandidat
Gaya seorang kandidat merupakan perpaduan antara gaya socrates dengan gaya reflektif.
Oleh karenaitu, seorang kandidat biasa sangat hangat dan suportif dalam berkomunikasi
namun di saat yang sama dia juga suka berlama-lama ngobrol dalam rangka menganalisis
semua pembicaraan.
o Gaya Senator
Seorang senator biasanya mengembangkan gaya ningrat dan gaya reflektif.
Meskipundemikian,dia tidak menggabungkan kedua gaya tersebut seperti halnya pada gaya
seorang hakim atau seorang kandidat, melainkan menggunakan kedua gaya tersebut secara
bergantian sesuai dengan kebutuhan. Kadang-kadang, kalau dianggap perlu, digunakan
gaya ningrat namun pada saat lain digunakan gaya refleksi.

3. Negosiasi bisa terjadi dimana saja dan setiap orang sangat potensial untuk terlibat dalam
proses negosiasi, hanya saja kadang-kadang ada orang yang gagal dalam bernegosiasi
tetapi ada juga yang berhasil.
Menurut saudara :
1. Apa yang dimaksud dengan negosiasi?
2. Jelaskan Tipe negosiasi?
3. Tipe negosiasi mana yang lebih ideal untuk diterapkan?
Jawaban:
1. Negoisasi adalah proses pengambilan keputusan dengan cara saling menerima dan memberi
(take-and-give) antara pihak-pihak yang saling bergantung, tetapi masing-masing pihak
memiliki preferensi berbeda. Dalam bahasa yang lebih sederhana, inti dari negosiasi adalah
tarik ulur atau tawar menawar menuju sebuah kesepakatan, meski dalam dunia politik sering
didengar istilah kesepakatannya adalah tidak sepakat. Penjelasan ini memberi kesan seolah-
olah negosiasi tidak beda dengan resolusi konflik atau manajemen konflik seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya. Pada umumnya,pandangan kebanyakan orang memang demikian
meski sesungguhnya negosiasi bukan sekedar resolusi konflik. Negosiasi lebih luas dari
sekedar resolusi konflik. Contohpaling sederhana adalah perselisihan antara serikat buruh
dan manajemen misalnya berkaitan dengan persoalan jam kerja, upah kerja, atau kondisi
kerja. Kedua belah pihak sesungguhnya menginginkan persoalan ini segera terselesaikan
karena bagi manajemen berlarut-larutnya persoalan akan mengganggu jalannya perusahaan
dan bagi serikat buruh ketidakpastian masalah ini akan mengurangi kesejahteraan mereka.
Itulah sebabnya kedua belah pihak mengadakan negosiasi meskipunkadang-kadang tidak
tercapai kesepakatan - semuanya kalah lose-lose situation.

2. Tipe Negosiasi :
Secara tradisional,ada dua tipe negosiasi, yaitu:
a. Tipe Distributif
adalah mekanisme pengambilan keputusan dalam negosiasi yang tujuannya untuk
memenangkan tawar menawar. Dalam hal ini salah satu pihak berusaha untuk
memenangkan tawar menawar tanpa mempedulikan apakah pihak lawan merasa
menang atau kalah. Oleh karena itu,tidak jarang negosiator bersikukuh pada pendirian
awal (sebelum negosiasi) dan bergeming terhadap alternatif penyelesaian. Akibatnya,
proses negosiasi biasanya tidak bertele-tele dan pihak lain dipaksa untuk kalah (win-lose)
atau jika pihak lain juga bersikukuh pada pendiriannya bukan tidak mungkin terjadi situasi
dimana kedua-duanya kalah (lose-lose) atau tidak terjadi kesepakatan. Tipe ini, layaknya
dua orang rebutan kue, satupihak menginginkan bagian yang lebih besar dari pihak lain
atau jika tidak mungkin kuenya justru yang dihancurkan agar keduanya tidak menikmati
apa-apa. Oleh karena itu,salah satu pihak, jika harapannya tidak terpenuhi, tidak sungkan
untuk meninggalkan proses negosiasi atau walk out.
b. Tipe Integratif
dalam tipe ini negosiator berusaha secara optimal untuk mencapai kesepakatan. Untuk
itu,tidak jarang kedua belah pihak mau berkolaborasi untuk mencapai kesepakatan yang
sesungguhnya bukan kesepakatan semu, seperti pada tipe distributif. Layaknya dalam
rebutan kue, kalau perlu kuenya yang diperbesar agar kedua belah pihak mendapat porsi
yang besar dan kedua-duanya tidak ada yang merasa rugi. Atau dengan kata lain, tipe
integratif merupakan tipikal negosiasi dimana kedua belah pihak merasa menang (win-
win).

3. Tipe yang lebih ideal untuk diterapkan adalah tipe negoisasi Integratif karena tipe negoisasi
ini merupakan tipikal negoisasi dimana kedua belah pihak berkolaborasi agar kedua belah
pihak merasa menang (win-win) dan tidak ada yang dirugikan. Dengan begitu , tipe negoisasi
membuat kedua belah pihak akan merasa sama-sama diuntungkan dan secara tidak
langsung bisa menjaga hubungan baik denggan partner sehingga kemungkinan kerjasama
bisa dilakukan lagi dimasa mendatang. Tipe negoisasi integratif juga bertujuan untuk
berkolaborasi dan menghasilkan banyak pilihan atau solusi yang dilaksanakan dengan
terbuka, komunikatif, kreatif dan mau melakukan perubahan.

Anda mungkin juga menyukai