Hubungan antara motivasi, perilaku, dan kinerja dapat digambarkan seperti diatas. Gambar
tersebut menunjukkan hubungan antara motivasi, perilaku,dan kinerja dimana perilaku seseorang
tidak semata-mata dipengaruhi motivasi,tetapi juga dua variabel lain yakni latarbelakang individu
seseorang, seperti keterampilan, kepribadian, dan persepsi, dan lingkungan organisasi –
termasuk didalamnya lingkungan kerja. Tampak pada gambar bahwa hasil akhir dari proses
motivasi adalah kinerja. Hal ini bisa diinterpretasikan bahwa ketika seorang manajer memotivasi
karyawan tujuannya tidak lain agar organisasi bisa mencapai kinerja yang diharapkan. Dengan
bahasa berbeda bisa dikatakan bahwa untuk memotivasi karyawan maka kinerja harus terlebih
dahulu ditetapkan. Dengan demikian, kinerja sesungguhnya berfungsi sebagai alat ukur,
pedoman atau standaruntuk mengetahui apakah seorang karyawan termotivasi dan
menunjukkan perilaku kerja yang diharapkan. Proses mengevaluasi sejauh mana seorang
karyawan menunjukkan perilaku kerja biasa disebut sebagai pengukuran kinerja. Berkaitan
dengan pengukuran kinerja, ada dua persoalan yang biasanya dihadapi para manajer, dan
persoalan ini sesungguhnya juga tercermin dari gambar diatas. Kedua persoalan tersebut adalah
pertama karakteristik kinerja yang bersifat multi dimensional dan kedua motif seseorang
berperilaku juga sangat variatif.
3. Negosiasi bisa terjadi dimana saja dan setiap orang sangat potensial untuk terlibat dalam
proses negosiasi, hanya saja kadang-kadang ada orang yang gagal dalam bernegosiasi
tetapi ada juga yang berhasil.
Menurut saudara :
1. Apa yang dimaksud dengan negosiasi?
2. Jelaskan Tipe negosiasi?
3. Tipe negosiasi mana yang lebih ideal untuk diterapkan?
Jawaban:
1. Negoisasi adalah proses pengambilan keputusan dengan cara saling menerima dan memberi
(take-and-give) antara pihak-pihak yang saling bergantung, tetapi masing-masing pihak
memiliki preferensi berbeda. Dalam bahasa yang lebih sederhana, inti dari negosiasi adalah
tarik ulur atau tawar menawar menuju sebuah kesepakatan, meski dalam dunia politik sering
didengar istilah kesepakatannya adalah tidak sepakat. Penjelasan ini memberi kesan seolah-
olah negosiasi tidak beda dengan resolusi konflik atau manajemen konflik seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya. Pada umumnya,pandangan kebanyakan orang memang demikian
meski sesungguhnya negosiasi bukan sekedar resolusi konflik. Negosiasi lebih luas dari
sekedar resolusi konflik. Contohpaling sederhana adalah perselisihan antara serikat buruh
dan manajemen misalnya berkaitan dengan persoalan jam kerja, upah kerja, atau kondisi
kerja. Kedua belah pihak sesungguhnya menginginkan persoalan ini segera terselesaikan
karena bagi manajemen berlarut-larutnya persoalan akan mengganggu jalannya perusahaan
dan bagi serikat buruh ketidakpastian masalah ini akan mengurangi kesejahteraan mereka.
Itulah sebabnya kedua belah pihak mengadakan negosiasi meskipunkadang-kadang tidak
tercapai kesepakatan - semuanya kalah lose-lose situation.
2. Tipe Negosiasi :
Secara tradisional,ada dua tipe negosiasi, yaitu:
a. Tipe Distributif
adalah mekanisme pengambilan keputusan dalam negosiasi yang tujuannya untuk
memenangkan tawar menawar. Dalam hal ini salah satu pihak berusaha untuk
memenangkan tawar menawar tanpa mempedulikan apakah pihak lawan merasa
menang atau kalah. Oleh karena itu,tidak jarang negosiator bersikukuh pada pendirian
awal (sebelum negosiasi) dan bergeming terhadap alternatif penyelesaian. Akibatnya,
proses negosiasi biasanya tidak bertele-tele dan pihak lain dipaksa untuk kalah (win-lose)
atau jika pihak lain juga bersikukuh pada pendiriannya bukan tidak mungkin terjadi situasi
dimana kedua-duanya kalah (lose-lose) atau tidak terjadi kesepakatan. Tipe ini, layaknya
dua orang rebutan kue, satupihak menginginkan bagian yang lebih besar dari pihak lain
atau jika tidak mungkin kuenya justru yang dihancurkan agar keduanya tidak menikmati
apa-apa. Oleh karena itu,salah satu pihak, jika harapannya tidak terpenuhi, tidak sungkan
untuk meninggalkan proses negosiasi atau walk out.
b. Tipe Integratif
dalam tipe ini negosiator berusaha secara optimal untuk mencapai kesepakatan. Untuk
itu,tidak jarang kedua belah pihak mau berkolaborasi untuk mencapai kesepakatan yang
sesungguhnya bukan kesepakatan semu, seperti pada tipe distributif. Layaknya dalam
rebutan kue, kalau perlu kuenya yang diperbesar agar kedua belah pihak mendapat porsi
yang besar dan kedua-duanya tidak ada yang merasa rugi. Atau dengan kata lain, tipe
integratif merupakan tipikal negosiasi dimana kedua belah pihak merasa menang (win-
win).
3. Tipe yang lebih ideal untuk diterapkan adalah tipe negoisasi Integratif karena tipe negoisasi
ini merupakan tipikal negoisasi dimana kedua belah pihak berkolaborasi agar kedua belah
pihak merasa menang (win-win) dan tidak ada yang dirugikan. Dengan begitu , tipe negoisasi
membuat kedua belah pihak akan merasa sama-sama diuntungkan dan secara tidak
langsung bisa menjaga hubungan baik denggan partner sehingga kemungkinan kerjasama
bisa dilakukan lagi dimasa mendatang. Tipe negoisasi integratif juga bertujuan untuk
berkolaborasi dan menghasilkan banyak pilihan atau solusi yang dilaksanakan dengan
terbuka, komunikatif, kreatif dan mau melakukan perubahan.