Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : AGUS HARIYANTO

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 041788256

Kode/Nama Mata Kuliah : EKMA4158/Perilaku Organisasi

Kode/Nama UPBJJ : 51/TARAKAN

Masa Ujian : 2020/21.2 (2022.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
JAWABAN :
1. Motivasi, perilaku, dan kinerja adalah tiga istilah dalam bidang studi perilaku organisasi yang sering
disalah artikan seolah-olah mempunyai pengertian yang sama. Sesungguhnya ketiganya mempunyai
pengertian berbeda meskipun secara konsep saling terkait. Secara definitif, motivasi adalah proses
psikologis yang menyebabkan tergerak, terarahkan, dan terpeliharanya secara terus-menerus tindakan-
tindakan sukarela yang berorientasi pada satu tujuan tertentu. Definisi ini jelas menegaskan bahwa
wujud dari proses motivasi adalah tindakan yang tidak lain perilaku berorientasi tujuan. Penjelasan ini
sekaligus menegaskan pula bahwa motivasi tidak sama dengan perilaku, bahkan tidak semua perilaku
diakibatkan oleh motivasi. Hanya perilaku yang berorientasi tujuan yang terkait dengan motivasi.
Selanjutnya, jika perilaku tersebut terakumulasi dalam jangka waktu lama – tercermin dari persistensi
atau keajegan perilaku maka hasilnya adalah kinerja. Dengan kata lain, kinerja hanyalah hasil akhir
dari perilaku yang bersumber pada motivasi. Keterkaitan inilah yang menyebabkan kajian tentang
pengaruh motivasi terhadap kinerja begitu banyak karena kinerja merupakan topik yang sangat
diperhatikan para manajer. Hubungan antara motivasi, perilaku, dan kinerja pada dasarnya, kinerja
merupakan akumulasi perilaku yang terjadi dalam kurun waktu lama, dalam konteks berbeda dan
melibatkan banyak pihak. Sedangkan perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh motivasi dan dua faktor
lain, yaitu latar belakang individu dan lingkungan organisasi.
Sumber : BMP EKMA4158 modul 4

2. McCallister sebagaimana dikutip Greenberg and Baron membedakan gaya komunikasi seseorang
menjadi 5 macam, yaitu gaya seorang ningrat, socrates, reflektif, hakim, kandidat dan senator.
➢ Gaya Ningrat. Seseorang dengan gaya ningrat cenderung mengatakan apa adanya, tanpa
disaring, terhadap apa yang ada di pikirannya. Orang seperti ini biasanya hanya sedikit
mengeluarkan kata-kata, tetapi apa yang dikatakannya langsung pada pokok persoalan yang
mendasar.
➢ Gaya Socrates. Orang ini lebih suka mendiskusikannya terlebih dahulu dengan lawan bicara
sebelum membuat keputusan. Bagi seorang socrates, ia sangat menikmati berdebat dengan
lawan bicara meski harus berdiskusi dalam waktu yang cukup lama. Ia suka pada hal-hal yang
detail.
➢ Gaya Reflektif. Seseorang dengan gaya reflektif sangat peduli terhadap aspek interpersonal
dalam berkomunikasi. Biasanya orang ini tidak suka menyerang pihak lain dan cenderung
menjadi pendengar yang baik. Pada akhirnya, orang ini kadang tidak mengatakan sesuatu
kecuali yang ingin didengar oleh lawan bicara bukan yang ingin dibicarakan. Tujuannya untuk
menghindari konflik.
➢ Gaya Seorang Hakim. Gaya seorang hakim adalah gaya komunikasi yang memadukan gaya
ningrat dengan gaya socrates. Seorang hakim menyampaikan apa yang dia pikirkan dan
menjelaskannnya secara detail kepada pihak lawan bicara. Seorang hakim cenderung sering
merasa dirinya lebih superior dan cenderung mendominasi dalam komunikasi.
➢ Gaya Seorang Kandidat. Gaya seorang kandidat merupakan perpaduan antara gaya socrates
dengan gaya reflektif. Oleh karena itu, seorang kandidat biasa sangat hangat dan suportif dalam
berkomunikasi namun di saat yang sama dia juga suka berlama-lama ngobrol dalam rangka
menganalisis semua pembicaraan.
➢ Gaya Senator. Seorang senator biasanya mengembangkan gaya ningrat dan gaya reflektif.
Meskipun demikian, dia tidak menggabungkan kedua gaya tersebut seperti halnya pada gaya
seorang hakim atau seorang kandidat, melainkan menggunakan kedua gaya tersebut secara
bergantian sesuai dengan kebutuhan. Kadang-kadang, kalau dianggap perlu, digunakan gaya
ningrat namun pada saat lain digunakan gaya refleksi.
Sumber : BMP EKMA4158 modul 5

3. 1. Apa yang dimaksud dengan negosiasi ?


Jawab :
Negosiasi sering didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan dengan cara saling menerima
dan memberi (take-and-give) antara pihakpihak yang saling bergantung, tetapi masing-masing pihak
memiliki preferensi berbeda. Oleh karena itu, negosiasi sering disebut sebagai proses tarik ulur atau
tawar menawar menuju sebuah kesepakatan. Sementara itu, manajemen konflik adalah uapaya untuk
mengelola konflik baik konflik fungsional maupun disfungsional. Jadi, bisa dikatakan bahwa negosiasi
lebih luas dari sekedar resolusi konflik. Negosiasi bisa dibedakan menajdi dua, yaitu tipe distributif
dan integratif. Tipe pertama – distributif adalah mekanisme pengambilan keputusan dalam negosiasi
yang tujuannya untuk memenangkan tawar menawar. Sedangkan tipe kedua negosiator berusaha secara
optimal untuk mencapai kesepakatan.
2. Jelaskan Tipe negosiasi ?
Jawab :
Secara tradisional, ada dua tipe negosiasi, yaitu tipe distributif dan integratif.
• Tipe pertama–distributif adalah mekanisme pengambilan keputusan dalam negosiasi yang
tujuannya untuk memenangkan tawar menawar. Dalam hal ini salah satu pihak berusaha untuk
memenangkan tawar menawar tanpa mempedulikan apakah pihak lawan merasa menang atau
kalah. Oleh karena itu, tidak jarang negosiator bersikukuh pada pendirian awal (sebelum
negosiasi) dan bergeming terhadap alternatif penyelesaian. Akibatnya, proses negosiasi
biasanya tidak bertele-tele dan pihak lain dipaksa untuk kalah (winlose) atau jika pihak lain
juga bersikukuh pada pendiriannya bukan tidak mungkin terjadi situasi di mana kedua-duanya
kalah (lose-lose) atau tidak terjadi kesepakatan. Tipe ini, layaknya dua orang rebutan kue, satu
pihak menginginkan bagian yang lebih besar dari pihak lain atau jika tidak mungkin kuenya
justru yang dihancurkan agar keduanya tidak menikmati apa-apa. Oleh karena itu, salah satu
pihak, jika harapannya tidak terpenuhi, tidak sungkan untuk meninggalkan proses negosiasi
atau walk out.
• Tipe kedua adalah integratif. Berbeda tipe pertama, dalam tipe ini negosiator berusaha secara
optimal untuk mencapai kesepakatan. Untuk itu, tidak jarang kedua belah pihak mau
berkolaborasi untuk mencapai kesepakatan yang sesungguhnya bukan kesepakatan semu,
seperti pada tipe distributif. Layaknya dalam rebutan kue, kalau perlu kuenya yang diperbesar
agar kedua belah pihak mendapat porsi yang besar dan kedua-duanya tidak ada yang merasa
rugi. Atau dengan kata lain, tipe integratif merupakan tipikal negosiasi di mana kedua belah
pihak merasa menang (win-win).
3. Tipe negosiasi mana yang lebih ideal untuk diterapkan?
Jawab :
Tipe Negosiasi Integratif.
Sumber BMP EKMA4158 modul 6

Anda mungkin juga menyukai