Anda di halaman 1dari 14

Konflik dalam Relasi

dan Negosiasi

Prayudi, SIP, MA, Ph.D


Negotiation Skill
Melia Purosani Hotel
3-6 April 2012
tentang topik ini

MATERI YANG DIBERIKAN:


 Isu dalam negosiasi.
 Definisi dan identifikasi konflik.
 Ragam gaya pengelolaan konflik.
 Suasana dalam konflik

TUJUAN:
 Memiliki pengetahuan dasar untuk mengenali konflik;
 Mampu menjabarkan ragam pengelolaan konflik;
 Memiliki pengetahuan dasar untuk mengelola konflik.
Kebanyakan orang menganggap mengenali
karakter kepribadian seseorang dapat membantu
dalam memprediksi hasil akhir negosiasi.
Riset membuktikan bahwa kepribadian tidak
mempunyai efek langsung yang signifikan, baik
dalam proses maupun pada hasil akhir negosiasi.
Karena itu, fokuslah hanya pada isu utama dan
faktor situasi dalam setiap episode negosiasi saja.
• Apakah pria dan wanita bernegosiasi dengan
cara yang berbeda? Tidak.
▫ Banyak yang menganggap bahwa wanita lebih
koperatif dan menyenangkan dalam bernegosiasi,
namun nyatanya tidak.
• Apakah hasilnya berbeda? Ya.
▫ Wanita lebih peduli untuk membentuk dan
membina hubungan interpersonal.
• Apakah latar belakang budaya berpengaruh
dalam proses negosiasi? Sepertinya begitu,
misal:
▫ Orang Batak lebih bergaya konfrontatif, keras, dan
langsung ke pokok masalah.
▫ Orang Jawa bergaya pelan-pelan, halus, dan penuh
basa-basi.
• Apakah hasilnya berbeda? Sepertinya tidak,
kecuali masalah waktu.
Peran pihak ketiga Deskripsi
Mediator Pihak ketiga netral yang memfasilitasi solusi bersama
dengan menggunakan alasan logis, persuasif, dan saran-
saran sebagai alternatif.
Arbitrator Pihak ketiga yang memiliki otoritas untuk mendikte
terjadinya kesepakatan (perjanjian).
Konsiliator Pihak ketiga yang dipercaya yang menyediakan jalur
komunikasi informal antara negosiator dan lawannya.
Konsultan Pihak ketiga yang imparsial dan memiliki keterampilan
yang bertugas memfasilitasi pemecahan masalah melalui
komunikasi dan analisis, biasanya didukung oleh
kemampuan manajemen konflik.
Definisi konflik

KONFLIK ADALAH...

 Sebuah pergulatan yang tampak


antara sedikitnya dua pihak yang saling bergantung
dimana keduanya memiliki tujuan yang berbeda,
kekurangan sumber daya dan dukungan dalam
mencapai tujuan tersebut

 “an expressed struggle between at least two interdependent parties


who perceive incompatible goals, scarce resources, and interference
from the other party in achieving their goals”
(Hocker, J.L. and Wilmot, W.W. (1991). Interpersonal conflict. Dubuque, IA: William C. Brown.)
identifikasi konflik

Konflik
bisa berarti bahaya, tapi bisa juga berarti
peluang, tergantung bagaimana kita mengelolanya.
Langkah awal untuk dapat mengelola konflik adalah
dengan mengidentifikasinya:
1. Apakah para pihak mengetahui adanya konflik?
2. Apakah para pihak banyak berdebat dalam
mencapai tujuan bersama?
3. Apakah sumber daya semakin langka?
4. Apakah para pihak saling bergantung untuk
menyelesaikan konflik?
kebiasaan buruk

Dalam menghadapi konflik, ada tiga kebiasaan buruk


yang umum dilakukan:

1. MENGHINDAR
Penyelesaian sesaat, tapi malah menimbulkan masalah yang
lebih besar di kemudian hari.
2. MENYALAHKAN PIHAK LAIN
Bahkan seringkali yang dituding adalah karakter pihak lain.
3. MENANG vs KALAH
Mau menang sendiri adalah sama buruknya dengan memilih
untuk mengalah saja.
pengelolaan konflik

Ruble & Thomas* mengidentifikasi 5 gaya dalam


mengelola konflik. Kelimanya memiliki sifat tegas dan
lentur yang berbeda.

1. Kompetitif : tegas , lentur 


2. Akomodatif : tegas , lentur 
3. Menghindar : tegas , lentur 
4. Kolaboratif : tegas , lentur 
5. Kompromistis : tegas , lentur 

* Ruble, T.L. & Thomas, K.W. (1976). Support for a two-dimensional model of conflict
behavior. Organizational Behavior and Human Performance, 16, 143-155.)
suasana konflik: defensif

Suasana berperan besar dalam pengelolaan konflik.


Hindari suasana defensif yang penuh dengan hal-hal
sebagai berikut:

1. EVALUATIF: penuh tuduhan dan kritikan.


2. KONTROL: banyak memaksa keinginan.
3. STRATEGIS: rawan agenda terselubung.
4. NETRALITAS: berlagak tidak ada apa-apa.
5. SUPERIORITAS: mengumbar dominasi.
6. DINGIN: kurang mau mendengar.
suasana konflik: supportif

Suasana berperan besar dalam pengelolaan konflik.


Bangunlah suasana supportif yang bercirikan sebagai
berikut:

1. DESKRIPTIF: bertaburan ide dan opini.


2. ORIENTASI PROBLEM: masalah cepat selesai.
3. SPONTAN: komunikasi jujur dan terbuka.
4. EMPATI: saling memahami.
5. KESETARAAN: menanyakan pendapat yang lain.
6. PERHATIAN: mau mendengar.
final tips
Berikut beberapa tips dari Zueschner* agar dapat mengelola
konflik dengan baik:

1. Konflik dapat bersifat konstruktif atau memperkuat


hubungan.
2. Persiapan yang matang. Komunikasikan konflik secara
terencana agar terbangun suasana yang supportif.
3. Terlibat aktif. Selalu siap menghadapi & mengelola konflik .
4. Berhati-hati dengan ucapan dan cara mengatakannya.
5. Simpulkan apa yang telah didiskusikan dan buatlah rencana
untuk mendiskusikannya lagi.

* Zueschner, Raymond. (1997). Communicating Today. Boston: Allyn and Bacon.


Thank You

Prayudi, SIP, MA, PhD


0815 680 1807 .Ph
yudhi_ahmad@yahoo.com .@

Anda mungkin juga menyukai