PENDAHULUAN
1
1.3 TUJUAN PENULISAN
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apa itu manajemen, kolaborasi dan negosiasi dalam manajemen
keperawatan.
1.3.2 Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini adalah untuk memahami tentang:
1. Pengertian negosiasi.
2. Persyaratan negosiasi yang efektif.
3. Langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum melaksanakan negosiasi.
4. Strategi dan cara yang perlu dilakukan dalam menciptakan kondisi persuasif, asertif, dan
komunikasi terbuka selama proses negosiasi berjalan.
5. Kunci sukses dalam melakukan negosiasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 NEGOSIASI
2.1.1. Pengertian Negosiasi
Menurut Marquis dan Huston (1998), negosiasi pada umumnya sama dengan kolaborasi.
Pada organisasi, negosiasi juga dapat diartikan sebagai suatu pendekatan kompetitif.
2
Negosiasi sering dirancang sebagai suatu pendekatan kompromi jika digunakan sebagai
strategi menyelesaikan konflik. Selama negosiasi berlangsung berbagai pihak yang terlibat
menyerah dan lebih menekankan waktu mengakomodasi perbedaan-perbedaan antara
keduanya (Nursalam, 2011).
Menurut Smeltzer (1991) mengidentifikasikan dua tipe dasar negosiasi, yakni kooperatif
(setiap orang menang) dan kompetitif (hanya satu orang yang menang). Satu hal yang
penting dalam negosiasi adalah apakah salah satu atau kedua belah pihak menghendaki
adanya perubahan hubungan yang berlangsung dengan meningkatkan hubungan yang lebih
baik. Jika kedua pihak menghendaki perbaikan hubungan maka akan timbul tipe kooperatif.
Tapi jika salah satunya maka akan timbul kompetitif.
Terdapat tiga kriteria yang harus dipenuhi sebelum manajer setuju untuk memulai proses
negosiasi, yaitu: masalah harus dinegosiasikan, negosiator harus tertarik pada take and
give selama proses negosiasi dan mereka harus saling percaya (Nursalam, 2011).
Negosiasi adalah komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada
saat kedua belah pihak memiliki kepentingan yang berbeda. Proses interaksi dan komunikasi
yang dinamis dan beraneka ragam, mengandung seni dan penuh rahasia, untuk mencapai
suatu tujuan yang dianggap menguntungkan para pihak
3
4) Mempunyai agenda yang disembunyikan.Agenda tersebut adalah agenda negosiasi alternatif
yang akan ditawarkan jika negosiasi tidak dapat disepakati (Nursalam, 2011).
2.1.4. Beberapa strategi dan cara yang perlu dilakukan dalam komunikasi terbuka selama proses
negosiasi :
1) Pilih fakta-fakta yang rasional dan berdasarkan hasil penelitian.
2) Dengarkan dengan saksama, dan perhatikan respon nonverbal yang tampak.
3) Berpikir positif dan selalu terbuka untuk menerima semua alternatif informasi yang
disampaikan.
4) Upayakan untuk memahami pandangan apa yang disampaikan lawan bicara
anda.Konsentrasi dan perhatikan, tidak hanya memberikan persetujuan.
5) Selalu diskusikan tentang konflik yang terjadi. Hindarkan masalah-masalah pribadi pada
saat negosiasi.
6) Hindari menyalahkan orang lain atas konflik yang terjadi.
7) Jujur.
8) Usahakan bersikap bahwa anda memerlukan penyelesaian terbaik.
9) Jangan langsung menyetujui solusi yang ditawarkan, tetapi berpikir dan mintalah waktu
untuk menjawabnya.
10) Jika kedua belah pihak menjadi marah atau lelah selama negosiasi berlangsung, istirahatlah
sebentar.
11) Dengarkan dan tanyakan tentang pendapat yang belum begitu anda pahami.
12) Bersabarlah (Nursalam, 2011).
4
2) Hindari
a. Sikap yang tidak baik, seperti sinis, kasar, dan menyepelekan.
b. Trik yang tidak baik, seperti manipulasi.
c. Distorsi.
d Tergesa-gesa dalam proses negosiasi.
e. Tidak berurutan.
f. Membuat hanya satu pilihan.
g. Memaksakan kehendak.
h. Berusaha menekan pada satu pendapat (Nursalam, 2011).
2.2.1 Definisi
Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan
suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Sekian banyak pengertian
dikemukakan dengan sudut pandang beragam namun didasari prinsip yang sama yaitu
mengenai kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab dan
tanggung gugat. Namun demikian kolaborasi sulit didefinisikan untuk menggambarkan
apa yang sebenarnya yang menjadi esensi dari kegiatan ini. Seperti yang dikemukakan
National Joint Practice Commision (1977) yang dikutip Siegler dan Whitney (2000) bahwa
tidak ada definisi yang mampu menjelaskan sekian ragam variasi dan kompleknya
kolaborasi dalam kontek perawatan kesehatan.
American Medical Assosiation (AMA), 1994, setelah melalui diskusi dan negosiasi
yang panjang dalam kesepakatan hubungan professional dokter dan perawat,
mendefinisikan istilah kolaborasi sebagai berikut ; Kolaborasi adalah proses dimana
dokter dan perawat merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling
5
ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai
dan saling mengakui dan menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk
merawat individu, keluarga dan masyarakat. (www.nursingword.org/readroom,)
Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi meliputi suatu pertukaran pandangan atau
ide yang memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator. Efektifitas hubungan
kolaborasi profesional membutuhkan mutual respek baik setuju atau ketidaksetujuan yang
dicapai dalam interaksi tersebut. Partnership kolaborasi merupakan usaha yang baik sebab
mereka menghasilkan outcome yang lebih baik bagi pasien dalam mecapai upaya
penyembuhan dan memperbaiki kualitas hidup.
6
Dokter Perawat
Ahli Gizi
Fokus
Klien/
Pasien
laboratoriu dll
m
administras IPSRS
i radiologi
- Tim dokter
- Tim administrasi
- dll
- dll
7
Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekolompok profesional yang
mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi baik
jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan
terbaik. Anggota tim kesehatan meliputi : pasien, perawat, dokter, fisioterapi, pekerja
sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu tim kolaborasi hendaknya memiliki
komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai antar sesama anggota
tim.
Pasien secara integral adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien dalam
pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana menjadi efektif.
Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal hanya dapat dicapai jika pasien sebagai
pusat anggota tim.
Perawat sebagai anggota membawa persfektif yang unik dalam interdisiplin tim. Perawat
memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek
profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan
pemberi pelayanan kesehatan.
Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah penyakit.
Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian obat dan
pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lainnya sebagaimana
membuat referal pemberian pengobatan.
Kolaborasi menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus bekerja dengan kompak dalam
mencapai tujuan. Elemen penting untuk mencapai kolaborasi yang efektif meliputi
kerjasama, asertifitas, tanggung jawab, komunikasi, otonomi dan koordinasi seperti skema
di bawah ini.
Commu
nication Responsi
s bility
Autono
my
8
cooperati
on
Commo Efective
n collabor
purpose ation
Assertivenes
s
Coordinat
ion
Mutuality
Kerjasama adalah menghargai pendapat orang lain dan bersedia untuk memeriksa
beberapa alternatif pendapat dan perubahan kepercayaan. Asertifitas penting ketika
individu dalam tim mendukung pendapat mereka dengan keyakinan. Tindakan asertif
menjamin bahwa pendapatnya benar-benar didengar dan konsensus untuk dicapai.
Tanggung jawab, mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil konsensus dan
harus terlibat dalam pelaksanaannya. Komunikasi artinya bahwa setiap anggota
bertanggung jawab untuk membagi informasi penting mengenai perawatan pasien dan issu
yang relevan untuk membuat keputusan klinis. Otonomi mencakup kemandirian anggota
tim dalam batas kompetensinya. Kordinasi adalah efisiensi organisasi yang dibutuhkan
dalam perawatan pasien, mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi
dalam menyelesaikan permasalahan.
9
menekankan pada saling menghargai, dan pendekatan profesional untuk masalah-masalah
dalam team dari pada menyalahkan seseorang atau atau menghindari tangung jawab.
Hensen menyarankan konsep dengan arti yang sama : mutualitas dimana dia mengartikan
sebagai suatu hubungan yang memfasilitasi suatu proses dinamis antara orang-orang
ditandai oleh keinginan maju untuk mencapai tujuan dan kepuasan setiap anggota.
Kepercayaan adalah konsep umum untuk semua elemen kolaborasi. Tanpa rasa pecaya,
kerjasama tidak akan ada, asertif menjadi ancaman, menghindar dari tanggung jawab,
terganggunya komunikasi . Otonomi akan ditekan dan koordinasi tidak akan terjadi.
Komunikasi
Respek dan kepercayaan
Memberikan dan menerima feed back
Pengambilan keputusan
Manajemen konflik
10
Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama team multidisipliner dapat digunakan untuk
memiliki kematangan profesional yang setara (yang timbul dari pendidikan dan
pengalaman)
Inti dari suatu hubungan kolaborasi adalah adanya perasaan saling tergantung
(interdependensi) untuk kerja sama dan bekerja sama. Bekerja bersama dalam suatu
kegiatan dapat memfasilitasi kolaborasi yang baik. Kerjasama mencerminkan proses
koordinasi pekerjaan agar tujuan auat target yang telah ditentukan dapat dicapai. Selain
itu, menggunakan catatan klien terintegrasi dapat merupakan suatu alat untuk
berkomunikasi anatar profesi secara formal tentang asuhan klien.
11
Kolaborasi dapat berjalan dengan baik jika :
Seorang dokter saat menghadapi pasien pada umumnya berfikir, apa diagnosa pasien
ini dan perawatan apa yang dibutuhkannya pola pemikiran seperti ini sudah terbentuk
sejak awal proses pendidikannya. Sulit dijelaskan secara tepat bagaimana pembentukan
pola berfikir seperti itu apalagi kurikulum kedokteran terus berkembang. Mereka juga
diperkenalkan dengan lingkungan klinis dibina dalam masalah etika, pencatatan riwayat
medis, pemeriksaan fisik serta hubungan dokter dan pasien. mahasiswa kedokteran pra-
klinis sering terlibat langsung dalam aspek psikososial perawatan pasien melalui kegiatan
12
tertentu seperti gabungan bimbingan pasien. Selama periode tersebut hampir tidak ada
kontak formal dengan para perawat, pekerja sosial atau profesional kesehatan lain.
Sebagai praktisi memang mereka berbagi lingkungan kerja dengan para perawat tetapi
mereka tidak dididik untuk menanggapinya sebagai rekanan/sejawat/kolega. (Siegler dan
Whitney, 2000).
Dilain pihak seorang perawat akan berfikir; apa masalah pasien ini? Bagaimana pasien
menanganinya?, bantuan apa yang dibutuhkannya? Dan apa yang dapat diberikan kepada
pasien?. Perawat dididik untuk mampu menilai status kesehatan pasien, merencanakan
intervensi, melaksanakan rencana, mengevaluasi hasil dan menilai kembali sesuai
kebutuhan. Para pendidik menyebutnya sebagai proses keperawatan. Inilah yang dijadikan
dasar argumentasi bahwa profesi keperawatan didasari oleh disiplin ilmu yang membantu
individu sakit atau sehat dalam menjalankan kegiatan yang mendukung kesehatan atau
pemulihan sehingga pasien bisa mandiri.
Sebagai seorang kolaborator, perawat melakukan kolaborasi dengan klien, per group
serta tenaga kesehatan lain. Kolaborasi yang dilakukan dalam praktek di lapangan sangat
penting untuk memperbaiki. Agar perawat dapat berperan secara optimal dalam
hubungan kolaborasi tersebut, perawat perlu menyadari akuntabilitasnya dalam
pemberian asuhan keperawatan dan meningkatkan otonominya dalam praktik
keperawatan.
BAB 3
PENUTUP
13
3.1 SIMPULAN
Negosiasi adalah komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada
saat kedua belah pihak memiliki kepentingan yang berbeda. Langkah-langkah yang harus
dilakukan sebelum melaksanakan negosiasi adalah sebagai berikut:Mengumpulkan informasi
tentang masalah sebanyak mungkin,Dimana manajer harus memulai, Memilih alternatif yang
terbaik terhadap sarana dan prasarana,Mempunyai agenda yang disembunyikan.Agenda tersebut
adalah agenda negosiasi alternative.
DAFTAR PUSTAKA
14
Nursalam. (2011). Manajemen Keperawata : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional
.Ed. 3. Jakarta: Salemba Medika
PPNIM, 2012. Selayang Pandang PPNI Makassaar, http://ppnimks.wordpress.com/ [diakses
pada tanggal 14 Maret 2014]
Swanburg, R, (1993). Introductory Manajement and Leadership for Clinical Nurses.
Jakarta:sEGC
15