Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Menurut PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) di Makassar, fenomena yang terjadi
saat ini menyangkut perawat yaitu seringkali terjadi ketidakseimbangan insentif atau reward
antara kelompok dokter, perawat dan yang setara dengan perawat, tenaga administrasi serta
tingkatan manajer rumah sakit sehingga menyebabkan terjadinya konflik. Konflik yang
berkepanjangan menyebabkan menurunnya komitmen karyawan terhadap organisasi, khususnya
perawat. Dengan menurunnya komitmen tersebut, maka kinerja perawat pun menjadi menurun
atau kurang. Perawat dalam menjalankan profesinya sangat rawan terhadap stres, kondisi ini
dipicu karena adanya tuntutan dari pihak organisasi dan interaksinya dengan pekerjaan yang
sering mendatangkan konflik atas apa yang dilakukan. Beban kerja yang sering dilakukan oleh
perawat (Nursalam, 2002) adalah bersifat fisik seperti mengangkat pasien, mendorong peralatan
kesehatan, merapikan tempat tidur pasien, mendorong brankart dan yang bersifat mental yaitu
kompleksitas pekerjaan misalnya keterampilan, tanggung jawab terhadap kesembuhan, mengurus
keluarga serta harus menjalinkomunikasi dengan pasien. Menurut Marquis dan Houston (1998,
dalam Nursalam, 2007), konflik sebagai masalah internal dan eksternal yang terjadi sebagai
akibat dari perbedaan pendapat, nilai-nilai, atau keyakinan dari dua orang atau lebih. Konflik
sering terjadi pada setiap tatanan keperawatan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Hal-hal yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian negosiasi?


2. Apa saja persyaratan negosiasi yang efektif?
3. Apa saja langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum melaksanakan negosiasi?
4. Bagaimana strategi dan cara yang perlu dilakukan dalam menciptakan kondisi persuasif,
asertif, dan komunikasi terbuka selama proses negosiasi berjalan?
5. Apa saja kunci sukses dalam melakukan negosiasi?
6. Apa yang dimaksud dengan kolaborasi?

1
1.3 TUJUAN PENULISAN
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apa itu manajemen, kolaborasi dan negosiasi dalam manajemen
keperawatan.
1.3.2 Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini adalah untuk memahami tentang:
1. Pengertian negosiasi.
2. Persyaratan negosiasi yang efektif.
3. Langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum melaksanakan negosiasi.
4. Strategi dan cara yang perlu dilakukan dalam menciptakan kondisi persuasif, asertif, dan
komunikasi terbuka selama proses negosiasi berjalan.
5. Kunci sukses dalam melakukan negosiasi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 NEGOSIASI
2.1.1. Pengertian Negosiasi
Menurut Marquis dan Huston (1998), negosiasi pada umumnya sama dengan kolaborasi.
Pada organisasi, negosiasi juga dapat diartikan sebagai suatu pendekatan kompetitif.

2
Negosiasi sering dirancang sebagai suatu pendekatan kompromi jika digunakan sebagai
strategi menyelesaikan konflik. Selama negosiasi berlangsung berbagai pihak yang terlibat
menyerah dan lebih menekankan waktu mengakomodasi perbedaan-perbedaan antara
keduanya (Nursalam, 2011).
Menurut Smeltzer (1991) mengidentifikasikan dua tipe dasar negosiasi, yakni kooperatif
(setiap orang menang) dan kompetitif (hanya satu orang yang menang). Satu hal yang
penting dalam negosiasi adalah apakah salah satu atau kedua belah pihak menghendaki
adanya perubahan hubungan yang berlangsung dengan meningkatkan hubungan yang lebih
baik. Jika kedua pihak menghendaki perbaikan hubungan maka akan timbul tipe kooperatif.
Tapi jika salah satunya maka akan timbul kompetitif.
Terdapat tiga kriteria yang harus dipenuhi sebelum manajer setuju untuk memulai proses
negosiasi, yaitu: masalah harus dinegosiasikan, negosiator harus tertarik pada take and
give selama proses negosiasi dan mereka harus saling percaya (Nursalam, 2011).
Negosiasi adalah komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada
saat kedua belah pihak memiliki kepentingan yang berbeda. Proses interaksi dan komunikasi
yang dinamis dan beraneka ragam, mengandung seni dan penuh rahasia, untuk mencapai
suatu tujuan yang dianggap menguntungkan para pihak

2.1.2. Prasyarat Negosiasi yang Efektif


1) Para pihak bersedia bernegosiasi secara sukarela berdasarkan kesadaran yang penuh
(willingness).
2) Para pihak memiliki kesiapan untuk melakukan negosiasi (preparednees)
3) Para pihak memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan (authoritative)
4) Para pihak memiliki kekuatan yang relatif seimbang (relative equal bargaining power)
5) Para pihak memiliki kemauan menyelesaikan masalah (sense problem solving)

2.1.3. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam negosiasi


1) Mengumpulkan informasi tentang masalah sebanyak mungkin. Karena pengetahuan adalah
kekeuatan, semakin banyak informasi yang didapat, maka semakin besar kemungkinan
untuk menawarkan negosiasi.
2) Dimana manajer harus memulai.
Karena tugas manajer adalah melakukan kompromi, maka mereka harus memilih tujuan
utama. Tujuan tersebut sebagaik masukan dari tingkat bawah.
3) Memilih alternatif yang terbaik terhadap sarana dan prasarana.
Efesiensi dan efektivitas penggunaan waktu, anggaran dan pegawai yang terlibat perlu juga
diperhatikan oleh manajer.

3
4) Mempunyai agenda yang disembunyikan.Agenda tersebut adalah agenda negosiasi alternatif
yang akan ditawarkan jika negosiasi tidak dapat disepakati (Nursalam, 2011).
2.1.4. Beberapa strategi dan cara yang perlu dilakukan dalam komunikasi terbuka selama proses
negosiasi :
1) Pilih fakta-fakta yang rasional dan berdasarkan hasil penelitian.
2) Dengarkan dengan saksama, dan perhatikan respon nonverbal yang tampak.
3) Berpikir positif dan selalu terbuka untuk menerima semua alternatif informasi yang
disampaikan.
4) Upayakan untuk memahami pandangan apa yang disampaikan lawan bicara
anda.Konsentrasi dan perhatikan, tidak hanya memberikan persetujuan.
5) Selalu diskusikan tentang konflik yang terjadi. Hindarkan masalah-masalah pribadi pada
saat negosiasi.
6) Hindari menyalahkan orang lain atas konflik yang terjadi.
7) Jujur.
8) Usahakan bersikap bahwa anda memerlukan penyelesaian terbaik.
9) Jangan langsung menyetujui solusi yang ditawarkan, tetapi berpikir dan mintalah waktu
untuk menjawabnya.
10) Jika kedua belah pihak menjadi marah atau lelah selama negosiasi berlangsung, istirahatlah
sebentar.
11) Dengarkan dan tanyakan tentang pendapat yang belum begitu anda pahami.
12) Bersabarlah (Nursalam, 2011).

2.1.5. Kunci Sukses Dalam Negosiasi


1) Lakukan
a. Jelaskan tujuan negosiasi, bukan posisinya. Pastikan bahwa anda mengetahui keinginan
orang lain.
b. Perlakukan orang lain sebgai teman dalam menyelesaikan masalah, bukan sebagai
musuh. Hadapi masalah yang ada bukan orangnya.
c. Ingat, bahwa setiap orang menginginkan/mengharapkan penyelesaian yang diterima, jika
anda dapat menyajikan sesuatu dengan baik dan menarik.
d. Dengarkan baik-baik apa yang dikatakan dan apa yang tidak. Perhatikan gerakan
tubuhnya.
e. Lakukan sesuatu yang sederhana, tidak berbelit-belit.
f. Antisipasi penolakan.
g. Tahu apa yang anda berikan.
h. Tunjukan beberapa alternatif pilihan.
i. Tunjukan keterbukaan dan ketaatan jika orang lain sepakat terhadap pendapat anda.
j. Bersikap asertif, bukan agresif.
k. Hati-hati, anda mempunyai sesuatu kekuasaan untuk memutuskan.
l. Pergunakan gerakan tubuh, jika anda menyetujui dan tidak terhadap suatu pendapat.
m. Konsisten terhadap apa yang anda anggap benar (Nursalam, 2011).

4
2) Hindari
a. Sikap yang tidak baik, seperti sinis, kasar, dan menyepelekan.
b. Trik yang tidak baik, seperti manipulasi.
c. Distorsi.
d Tergesa-gesa dalam proses negosiasi.
e. Tidak berurutan.
f. Membuat hanya satu pilihan.
g. Memaksakan kehendak.
h. Berusaha menekan pada satu pendapat (Nursalam, 2011).

2.2 KOLABORASI DALAM KEPERAWATAN

2.2.1 Definisi
Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan
suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Sekian banyak pengertian
dikemukakan dengan sudut pandang beragam namun didasari prinsip yang sama yaitu
mengenai kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab dan
tanggung gugat. Namun demikian kolaborasi sulit didefinisikan untuk menggambarkan
apa yang sebenarnya yang menjadi esensi dari kegiatan ini. Seperti yang dikemukakan
National Joint Practice Commision (1977) yang dikutip Siegler dan Whitney (2000) bahwa
tidak ada definisi yang mampu menjelaskan sekian ragam variasi dan kompleknya
kolaborasi dalam kontek perawatan kesehatan.

Berdasarkan kamus Heritage Amerika (2000), kolaborasi adalah bekerja bersama


khususnya dalam usaha penggambungkan pemikiran. Hal ini sesuai dengan apa yang
dikemukanan oleh Gray (1989) menggambarkan bahwa kolaborasi sebagai suatu proses
berfikir dimana pihak yang terklibat memandang aspek-aspek perbedaan dari suatu
masalah serta menemukan solusi dari perbedaan tersebut dan keterbatasan padangan
mereka terhadap apa yang dapat dilakukan.

American Medical Assosiation (AMA), 1994, setelah melalui diskusi dan negosiasi
yang panjang dalam kesepakatan hubungan professional dokter dan perawat,
mendefinisikan istilah kolaborasi sebagai berikut ; Kolaborasi adalah proses dimana
dokter dan perawat merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling

5
ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai
dan saling mengakui dan menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk
merawat individu, keluarga dan masyarakat. (www.nursingword.org/readroom,)

Koaborasi (ANA, 1992), hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam


memeberikan pelayanan kepada pasien/klien adalah dalam melakukan diskusi tentang
diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling berkonsultasi atau
komunikasi serta masing-masing bertanggung jawab pada pekerjaannya.

Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi meliputi suatu pertukaran pandangan atau
ide yang memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator. Efektifitas hubungan
kolaborasi profesional membutuhkan mutual respek baik setuju atau ketidaksetujuan yang
dicapai dalam interaksi tersebut. Partnership kolaborasi merupakan usaha yang baik sebab
mereka menghasilkan outcome yang lebih baik bagi pasien dalam mecapai upaya
penyembuhan dan memperbaiki kualitas hidup.

Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing pengetahuan


yang direncanakan yang disengaja, dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat
pasien. Kadangkala itu terjadi dalam hubungan yang lama antara tenaga profesional
kesehatan. (Lindeke dan Sieckert, 2005). Bekerja bersama dalam kesetaraan adalah esensi
dasar dari kolaborasi yang kita gunakan untuk menggambarkan hubungan perawat dan
dokter. Tentunya ada konsekweksi di balik issue kesetaraan yang dimaksud. Kesetaraan
kemungkinan dapat terwujud jika individu yang terlibat merasa dihargai serta terlibat
secara fisik dan intelektual saat memberikan bantuan kepada pasien.

2.2.2 Kolaborasi di Rumah Sakit


Kolaborasi merupakan hubungan kerja sama antara anggota tim dalam memberikan asuhan
kesehatan. Pada kolaborasi terdapat sikap saling menghargai antar tenaga kesehatan dan
saling memberikan informasi tentang kondisi klien demi mencapai tujuan (Hoffart & Wood,
1996; Wlls, Jonson & Sayler, 1998).

Hubungan kolaborasi di Rumah Sakit :

6
Dokter Perawat
Ahli Gizi

Fokus
Klien/
Pasien

laboratoriu dll
m

administras IPSRS
i radiologi

Tim Kerja di Rumah Sakit :

Tim satu disiplin ilmu:


- Tim Perawat

- Tim dokter

- Tim administrasi

- dll

Tim multi disiplin :


- Tim operasi

- Tim nosokomial infeksi

- dll

2.2.3 Anggota Tim interdisiplin

7
Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekolompok profesional yang
mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi baik
jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan
terbaik. Anggota tim kesehatan meliputi : pasien, perawat, dokter, fisioterapi, pekerja
sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu tim kolaborasi hendaknya memiliki
komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai antar sesama anggota
tim.

Pasien secara integral adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien dalam
pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana menjadi efektif.
Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal hanya dapat dicapai jika pasien sebagai
pusat anggota tim.

Perawat sebagai anggota membawa persfektif yang unik dalam interdisiplin tim. Perawat
memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek
profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan
pemberi pelayanan kesehatan.

Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah penyakit.
Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian obat dan
pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lainnya sebagaimana
membuat referal pemberian pengobatan.

Kolaborasi menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus bekerja dengan kompak dalam
mencapai tujuan. Elemen penting untuk mencapai kolaborasi yang efektif meliputi
kerjasama, asertifitas, tanggung jawab, komunikasi, otonomi dan koordinasi seperti skema
di bawah ini.

Commu
nication Responsi
s bility
Autono
my
8

cooperati
on
Commo Efective
n collabor
purpose ation

Assertivenes
s
Coordinat
ion
Mutuality

Elemen kunci efektifitas kolaborasi

Kerjasama adalah menghargai pendapat orang lain dan bersedia untuk memeriksa
beberapa alternatif pendapat dan perubahan kepercayaan. Asertifitas penting ketika
individu dalam tim mendukung pendapat mereka dengan keyakinan. Tindakan asertif
menjamin bahwa pendapatnya benar-benar didengar dan konsensus untuk dicapai.
Tanggung jawab, mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil konsensus dan
harus terlibat dalam pelaksanaannya. Komunikasi artinya bahwa setiap anggota
bertanggung jawab untuk membagi informasi penting mengenai perawatan pasien dan issu
yang relevan untuk membuat keputusan klinis. Otonomi mencakup kemandirian anggota
tim dalam batas kompetensinya. Kordinasi adalah efisiensi organisasi yang dibutuhkan
dalam perawatan pasien, mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi
dalam menyelesaikan permasalahan.

Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, konstribusi praktisi profesional,


kolegalitas, komunikasi dan praktek yang difokuskan kepada pasien. Kolegalitas

9
menekankan pada saling menghargai, dan pendekatan profesional untuk masalah-masalah
dalam team dari pada menyalahkan seseorang atau atau menghindari tangung jawab.
Hensen menyarankan konsep dengan arti yang sama : mutualitas dimana dia mengartikan
sebagai suatu hubungan yang memfasilitasi suatu proses dinamis antara orang-orang
ditandai oleh keinginan maju untuk mencapai tujuan dan kepuasan setiap anggota.
Kepercayaan adalah konsep umum untuk semua elemen kolaborasi. Tanpa rasa pecaya,
kerjasama tidak akan ada, asertif menjadi ancaman, menghindar dari tanggung jawab,
terganggunya komunikasi . Otonomi akan ditekan dan koordinasi tidak akan terjadi.

Dasar-dasar kompetensi koaborasi :

Komunikasi
Respek dan kepercayaan
Memberikan dan menerima feed back
Pengambilan keputusan
Manajemen konflik

Komunikasi sangat dibutuhkan dalam berkolaborasi karena kolaborasi


membutuhkan pemecahan masalah yang lebih kompleks, dibutuhkan komunikasi efektif
yang dapat dimengerti oleh semua anggota tim. Pada dasar kompetensi yang lain, kualitas
respek dapat dilihat lebih kearah honor dan harga diri, sedangkan kepercayaan dapat
dilihat pada mutu proses dan hasil. Respek dan kepercayaan dapat disampaikan secara
verbal maupu non verbal serta dapat dilihat dan dirasakan dalam penerapannya sehari-
hari.Feed back dipengaruhi oleh persepsi seseorang, pola hubungan, harga diri,
kepercayaan diri, kepercayaan, emosi, lingkunganserta waktu, feed back juga dapat
bersifat negatif maupun positif. Dalam melakukan kolaborasi juga akan melakukan
manajemen konflik, konflik peran umumnya akan muncul dalam proses. Untuk
menurunkan konflik maka masing-masing anggota harus memahami peran dan fungsinya,
melakukan klarifikasi persepsi dan harapan, mengidentifikasi kompetensi,
mengidentifikasi tumpang tindih peran serta melakukan negosiasi peran dan tanggung
jawabnya.

10
Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama team multidisipliner dapat digunakan untuk

Mencapai tujuan kolaborasi team :

Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan


keahlian unik profesional.
Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya
Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas
Meningkatnya kohesifitas antar profesional
Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional,
Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai dan memahami orang
lain.
Terwujudnya suatu kolaborasi tergantung pada beberapa kreiteria yaitu:

adanya rasa saling percaya dan menghormati

saling memahami dan menerima keilmuan masing-masing

memiliki citra diri positif

memiliki kematangan profesional yang setara (yang timbul dari pendidikan dan

pengalaman)

mengakui sebagai mitra kerja bukan bawahan, dan

keinginan untuk bernegosiasi (Hanson & Spross, 1996).

Inti dari suatu hubungan kolaborasi adalah adanya perasaan saling tergantung
(interdependensi) untuk kerja sama dan bekerja sama. Bekerja bersama dalam suatu
kegiatan dapat memfasilitasi kolaborasi yang baik. Kerjasama mencerminkan proses
koordinasi pekerjaan agar tujuan auat target yang telah ditentukan dapat dicapai. Selain
itu, menggunakan catatan klien terintegrasi dapat merupakan suatu alat untuk
berkomunikasi anatar profesi secara formal tentang asuhan klien.

11
Kolaborasi dapat berjalan dengan baik jika :

Semua profesi mempunyai visi dan misi yang sama


Masing-masing profesi mengetahui batas-batas dari pekerjaannya
Anggota profesi dapat bertukar informasi dengan baik
Masing-masing profesi mengakui keahlian dari profesi lain yang tergabung dalam
tim.

Model Praktek Kolaborasi :

Interaksi Perawat-Dokter, dalam persetujuan pratek


Kolaborasi Perawat Dokter, dalam memberikan pelayanan
Tim Interdisiplin atau komite
Pemahaman mengenai prinsip kolaborasi dapat menjadi kurang berdasar jika hanya
dipandang dari hasilnya saja. Pembahasan bagaimana proses kolaborasi itu terjadi justru
menjadi point penting yang harus disikapi. Bagaimana masing-masing profesi memandang
arti kolaborasi harus dipahami oleh kedua belah pihak sehingga dapat diperoleh persepsi
yang sama.

Kolaborasi dan model interdisiplin merupakan fondasi dalam memberikan asuhan


keperawatan yang bermutu tinggi dan hemat biaya. Melalui pemanfaatan keahlian
berbagai anggota tim untuk berkolaborasi, hasil akhir asuhan kesehatan dapat
dioptimalkan Hickey, Ouimette dan Venegoni, 1996)

Seorang dokter saat menghadapi pasien pada umumnya berfikir, apa diagnosa pasien
ini dan perawatan apa yang dibutuhkannya pola pemikiran seperti ini sudah terbentuk
sejak awal proses pendidikannya. Sulit dijelaskan secara tepat bagaimana pembentukan
pola berfikir seperti itu apalagi kurikulum kedokteran terus berkembang. Mereka juga
diperkenalkan dengan lingkungan klinis dibina dalam masalah etika, pencatatan riwayat
medis, pemeriksaan fisik serta hubungan dokter dan pasien. mahasiswa kedokteran pra-
klinis sering terlibat langsung dalam aspek psikososial perawatan pasien melalui kegiatan

12
tertentu seperti gabungan bimbingan pasien. Selama periode tersebut hampir tidak ada
kontak formal dengan para perawat, pekerja sosial atau profesional kesehatan lain.
Sebagai praktisi memang mereka berbagi lingkungan kerja dengan para perawat tetapi
mereka tidak dididik untuk menanggapinya sebagai rekanan/sejawat/kolega. (Siegler dan
Whitney, 2000).

Dilain pihak seorang perawat akan berfikir; apa masalah pasien ini? Bagaimana pasien
menanganinya?, bantuan apa yang dibutuhkannya? Dan apa yang dapat diberikan kepada
pasien?. Perawat dididik untuk mampu menilai status kesehatan pasien, merencanakan
intervensi, melaksanakan rencana, mengevaluasi hasil dan menilai kembali sesuai
kebutuhan. Para pendidik menyebutnya sebagai proses keperawatan. Inilah yang dijadikan
dasar argumentasi bahwa profesi keperawatan didasari oleh disiplin ilmu yang membantu
individu sakit atau sehat dalam menjalankan kegiatan yang mendukung kesehatan atau
pemulihan sehingga pasien bisa mandiri.

2.2.4. Perawat sebagai Kolaborator

Sebagai seorang kolaborator, perawat melakukan kolaborasi dengan klien, per group
serta tenaga kesehatan lain. Kolaborasi yang dilakukan dalam praktek di lapangan sangat
penting untuk memperbaiki. Agar perawat dapat berperan secara optimal dalam
hubungan kolaborasi tersebut, perawat perlu menyadari akuntabilitasnya dalam
pemberian asuhan keperawatan dan meningkatkan otonominya dalam praktik
keperawatan.

BAB 3
PENUTUP

13
3.1 SIMPULAN
Negosiasi adalah komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada
saat kedua belah pihak memiliki kepentingan yang berbeda. Langkah-langkah yang harus
dilakukan sebelum melaksanakan negosiasi adalah sebagai berikut:Mengumpulkan informasi
tentang masalah sebanyak mungkin,Dimana manajer harus memulai, Memilih alternatif yang
terbaik terhadap sarana dan prasarana,Mempunyai agenda yang disembunyikan.Agenda tersebut
adalah agenda negosiasi alternative.

Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing pengetahuan yang


direncanakan yang disengaja, dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien.
Kadangkala itu terjadi dalam hubungan yang lama antara tenaga profesional kesehatan.
Terwujudnya suatu kolaborasi tergantung pada beberapa kreiteria yaitu: adanya rasa saling
percaya dan menghormati, saling memahami dan menerima keilmuan masing-masing, memiliki
citra diri positif,memiliki kematangan profesional yang setara yang timbul dari pendidikan dan
pengalaman, mengakui sebagai mitra kerja bukan bawahan, dan keinginan untuk bernegosiasi
(Hanson & Spross, 1996).

DAFTAR PUSTAKA

14
Nursalam. (2011). Manajemen Keperawata : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional
.Ed. 3. Jakarta: Salemba Medika
PPNIM, 2012. Selayang Pandang PPNI Makassaar, http://ppnimks.wordpress.com/ [diakses
pada tanggal 14 Maret 2014]
Swanburg, R, (1993). Introductory Manajement and Leadership for Clinical Nurses.
Jakarta:sEGC

15

Anda mungkin juga menyukai