Anda di halaman 1dari 4

2.

Konsep Mengenai Perundingan

Dalam suatu organisasi, untuk mencapai kesepakatan dalam menyelesaikan suatu


masalah, diperlukan media komunikasi. Berunding adalah salah satu wadah efektif yang
digunakan, ketika sebuah kelompok akan mengambil keputusan atau sedang dalam konflik.
Menurut Robbins (2002), perundingan merupakan kegiatan yang menggabungkan
pengetahuan dan kekuatan seseorang untuk menentukan perilaku pihak lain. Dalam
perundingan, kedua belah maupun lebih pihak tidak diperkenankan untuk mempengaruhi
pihak lain. Pihak-pihak tersebut harus memberikan ‘middle ground’ atau persetujuan.

Pertama-tama, perundingan dimulai dengan tahap presentasi. Masing-masing pihak


yang terlibat akan memberikan penjelasan berupa kepentingan-kepentingannya hingga
kekuatan terhadap permasalahan yang dirundingkan. Setelah itu.tahap selanjutnya ialah
pembahasan. Tahap ini dipengaruhi oleh tahap sebelumnya. Jika tahap sebelumnya
berlangsung dengan buruk, maka hasil yang didapat akan buruk, dan sebaliknya. Tahap yang
terakhir, pengambilan keputusan atau perjanjian, kemudian akan tercapai jika pembahasan
dan pertimbangan telah terselesaikan.

Perundingan dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Berikut merupakan jenis-jenis


perundingan yang dapat diberikan oleh penulis.

1. Perundingan posisional, merupakan perundingan yang termasuk pada tahap


tradisional. Pihak yang terlibat umumnya memiliki pekerjaan sesuai dengan
manfaat, namun diperoleh secara ketat. Perundingan ini hanya dapat tercapai
apabila seluruh aspek dari pihak penantang telah diperiksa, dipahami dan
dimengerti dalam hal pemufakatan.
2. Perundingan Prinsipil, merupakan bagian dari perundingan yang bertujuan
untuk mencari prinsip-prinsip mendasar dalam mendukung posisi. Perundingan
ini dikatakan sebagai perundingan yang lunak. Perundingan prinsipil
memberikan kesempatan kepada pihak-pihak yang terlibat untuk menyampaikan
pesan dan saran. Sehingga, pemecahan masalah bukanlah hasil akhir saja yang
akan didapat. Namun, perundingan ini tidak akan berjalan dengan efektif jika
pihak-pihak yang terlibat memiliki emosi yang tidak dapat dibendung, sehingga
masalah tidak akan terselesaikan.
3. Perundingan Situasional, perundingan ini terjadi sebelum dilakukannya
perundingan posisional atau perundingan prinsipil Perundingan ini memiliki
bentuk tidak langsung, sehingga sering disebut sebagai penjajakan hingga
pendahuluan.

Organisasi tidak hanya memanfaatkan perundingan. Untuk menyelesaikan konflik,


terdapat bentuk-bentuk komunikasi yang tidak jarang didengar: kompromi. Kompromi
menurut Joko Untoro berbunyi: “bentuk penyelesaian masalah sosial melalui akomodasi yang
bermaksud untuk mendapatkan kesepakatan atas perselisihan yang dilakukan. Hadirnya
kompromi ini diharapkan dapat memotong tuntutan-tuntutan antar pihak terkait. Kompromi
di antara kelompok yang mengalami konflik melibatkan tawar-menawar atas masalah
penyebab konflik, dan masing-masing pihak dibutuhkan adanya fleksibilitas. Jika kedua
belah pihak tidak fleksibel, tidak mau memberikan konsesi dan perundingan mengalami jalan
buntu maka konflik akan berlanjut. Seringkali keputusan yang diambil secara kompromi tidak
memuaskan kedua belah pihak, dan mereka meningkatkan kekuasaan posisinya untuk
negosiasi berikutnya. Pemecahan konflik dengan strategi kompromi nampaknya tepat jika
yang menjadi sumber konflik adalah masalah keuangan atau anggaran. Kompromi termasuk
kedalam strategi pemggembosan. Strategi penggembosan digunakan untuk mengurangi
tingkat emosional dan kemarahan dari pihak-pihak yang sedang mengalami konflik.

Manfaat yang dapat dipetik oleh sebuah organisasi jika menggunakan jalur kompromi
sebagai salah satu media perundingan adalah sebagai berikut.

1. Dapat mencegah pertentangan berkelanjutan antar pihak maupun kelompok.


2. Menyelesaikan permasalahan tanpa adanya pertikaian.
3. Meredakan permasalahan dalam organisasi maupun perusahaan.
4. Mengumpulkan seluruh konflik untuk dituntaskan dan diselesaikan
keberadaanya, melalui dasar kekeluargaan.

Tidak hanya kompromi saja, bentuk perundingan yang dapat digunakan oleh
perusahaan atau organisasi adalah negoisasi. Oliver (dalam Purwanto, 2006) mengimbuhkan
definisi negosiasi, sebagai sebuah transaksi dimana kedua belah pihak mempunyai hak atas
hasil akhir. Negoisasi hanya akan tercapai jika:

1. Emosi pighak yang terlibat tidak buruk dan tergesa-gesa untuk mendapatkan
hasil akhir.
2. Hadirnya kepribadian yang dapat dianggap sebagai ‘friendly’.
3. Tidak mendiskriminasi gender maupun budaya yang dimiliki oleh pihak
lainnya.
Selanjutnya, proses negoisasi dapat dituliskan sebagai berikut.

1. Preparation and planning (Persiapan, 5W+1H)


2. Definition of ground rules (Mengetahui prinsip ataupun aturan dasar)
3. Clarification and justification (Saling memberikan informasi terbuka,
klasifikasi dan justifikasi)
4. Bargaining and problem solving (Mencari solusi secara bersama-sama, tawar-
menawar)
5. Closure and implementation (Penutupan dan implementasi)
DAFTAR PUSTAKA

Supartha, Gede, Sintaasih, Ketut. 2017. PENGANTAR PERILAKU ORGANISASI. Denpasar:


CV. Setia Bakti.

Yogatama, Nimar. 2015. “Konflik dan Negosiasi”,


https://www.researchgate.net/publication/306014393_Materi_9_-_Perilaku_Organisasi_-
_Konflik_dan_Negosiasi.

Febriyanti, Fitria. 2018. “4 Perbedaan Perundingan dan Perjanjian secara Jelas dan Paling
Lengkap”, https://guruppkn.com/perbedaan-perundingan-dan-perjanjian#:~:text=Menurut
%20Herb%20Cohen%20(1995)%2C,satu%20pihak%20dengan%20pihak%20lain.

Sarwuni, Indah. 2022. “3 Jenis Perundingan dan Penjelasannya”,


https://dosensejarah.com/jenis-perundingan/.

DosenSosiologi.com. 2022. “Pengertian Kompromi, 6 Contoh, dan Manfaatnya”,


https://dosensosiologi.com/kompromi/.

BAB II. http://repository.uin-suska.ac.id/2499/3/BAB%20II.pdf.

Anda mungkin juga menyukai