Anda di halaman 1dari 14

Modul 13

Manajemen Konflik dan Negosiasi

Kegiatan Pembelajaran

1. Tujuan Pembelajaran
Mampu memahami manajemen konflik dan negosiasi
2. Materi Pembelajaran
A. Pendahuluan
Manusia dalam mencapai tujuan hidup memerlukan manusia lain untuk
mengetahui eksistensinya baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan juga lingkungan
kerja. Kebutuhan akan eksistensi tidak hanya pada satu orang, melainkan hampir pada
seluruh manusia yang ada di sekitar manusia itu berada. Adanya manusia lain, menyebabkan
dunia kehidupan semakin dinamis, dan kedinamisan tersebut akibat adanya perbedaan antar
manusia dengan manusia lain. Untuk menyamakan pola pikir dan sekaligus dukungan dari
manusia yang ada di sekitar lingkungan dilakukan negosiasi, walaupun hasil negosiasi
nantinya belum mampu menyelesaikan masalah atau dapat menyebabkan konflik.
Hasil negosiasi diharapkan untuk mendapatkan kesepakatan dalam
menyelesaikan masalah bersama dengan prinsip saling menguntungkan atau istilah win-win
solution. Negosiasi dilakukan mulai dari rumah, sekolah, kantor, dan semua aspek
kehidupan kita. Oleh karena itu penting bagi kita dalam rangka mengembangkan dan
mengelola diri (manajemen diri), untuk dapat memahami dasar-dasar, prinsip dan teknik-
teknik bernegosiasi sehingga kita dapat membangun relasi yang jauh lebih efektif dan lebih
baik dengan siapa saja.
Negosiasi dapat dilakukan dengan siapa saja, mulai dari isteri atau suami, anak,
orang tua, bos kita, teman dan relasi bisnis, dan kegiatan negosiasi kita lakukan setiap saat
setiap hari. Negosiasi dapat berupa apa saja – gaji kita, mobil dan rumah yang kita beli,
biaya servis mobil, biaya liburan keluarga, dan sebagainya. Negosiasi terjadi ketika kita
melihat bahwa orang lain memiliki atau menguasai sesuatu yang kita inginkan.
Tetapi sekedar menginginkan tidak cukup. Kita harus melakukan negosiasi untuk
mendapatkan apa yang kita inginkan dari pihak lain yang memilikinya dan yang juga
mempunyai keinginan atas sesuatu yang kita miliki. Jika negoisasi telah dilaksanakan maka

1
akan terjadi dua kemungkinan, yakni terjadinya kesepakatan dan terjadi konflik. Konflik
yang berkepanjangan menimbulkan stress dikalangan yang berkonflik
Agar negosiasi dapat terjadi dengan sukses, kita harus juga bersiap untuk
memberikan atau merelakan sesuatu yang bernilai yang dapat kita tukar dengan sesuatu
yang kita inginkan tersebut. Phil Baguley dalam Mulyasa (2014) mengatakan negosiasi
memiliki sejumlah karakteristik utama, yaitu:
a) Senantiasa melibatkan orang baik sebagai individual, perwakilan organisasi atau
perusahaan, sendiri atau dalam kelompok;
b) Memiliki ancaman terjadinya atau di dalamnya mengandung konflik yang terjadi mulai
dari awal sampai terjadi kesepakatan dalam akhir negosiasi;
c) Menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu baik berupa tawar menawar (bargain)
maupun tukar menukar (barter);
d) Hampir selalu berbentuk tatap muka yang menggunakan bahasa lisan, gerak tubuh
maupun ekspresi wajah;
e) Negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu yang belum
terjadi dan kita inginkan terjadi;
f) Ujung dari negosiasi adalah adanya kesepakatan yang diambil oleh kedua belah pihak,
meskipun kesepakatan itu misalnya kedua belah pihak sepakat untuk tidak sepakat.
B. Negosiasi dan Konflik
1. Negosiasi
a) Pengertian Negosiasi
Hendarman dan Srie Haryati dikutip dari Husaini Usman (2006) mengatakan
negoisasi adalah serangkaian diskusi antar individu atau kelompok dengan latar belakang
yang berbeda untuk mendapatkan kesepakatan. Phil Baguley (2000) dalam terjemahan
bebas mengatakan negosiasi yaitu suatu cara untuk menetapkan keputusan yang dapat
disepakati dan diterima oleh dua pihak dan menyetujui apa dan bagaimana tindakan yang
akan dilakukan di masa mendatang. Selanjutnya beberapa ahli yang dikutip dari Husaini
(2006) negoisasi ialah proses interaksi dua pihak atau lebih yang masing-masing
mempunyai tujuan berbeda, tetapi mereka berusaha melalui argumentasi dan persuasi

2
untuk mencapai jalan keluar yang disepakati bersama. Negosiasi ialah proses tawar
menawar melalui perundingan untuk mencapai kesepakatan bersama.
Lebih jelasnya bahwa negosiasi merupakan suatu proses komunikasi antara dua
pihak, yang masing-masing mempunyai tujuan dan sudut pandang mereka sendiri, yang
berusaha mencapai kesepakatan yang memuaskan kedua belah pihak mengenai masalah
yang sama.
Untuk mendapatkan suatu kesepakatan kedua belah pihak, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, antara lain :
1) Persiapan yang cermat,
2) Presentasi dan evaluasi yang jelas mengenai posisi kedua belah pihak,
3) Keterampilan, pengalaman, motivasi, pikiran yang terbuka,
4) Pendekatan yang logis untuk menciptakan dan mempertahankan hubungan yang baik
dan saling menguntungkan serta saling menghormati,
5) Kemauan untuk membuat konsesus untuk mencapai kesepakatan melalui kompromi
bila terjadi kemacetan
b) Manfaat dan Macam Negosiasi
Sesuai dengan beberapa pengertian negosiasi, maka negoisasi memiliki manfaat,
yaitu; (1) mendapatkan efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan, (2) kesepakatan
bersama yang saling menguntungkan (simbiosis mutualisme), (3) menjembatani
perbedaan pandangan mereka yang bernegosiasi sehingga mengurangi, bahkan dapat
mencegah konflik, (4) menyepakati tujuan bersama, metode mencapai tujuan bersama
yang belum jelas.
Ada beberapa tujuan dari sebuah negosiasi dalam bisnis, yaitu antara lain :
1. Untuk mendapatkan atau mencapai kata sepakat yang mengandung kesamaan
persepsi, saling pengertian dan persetujuan.
2. Untuk mendapatkan atau mencapai kondisi penyelesaian atau jalan keluar dari
masalah yang dihadapi bersama.
3. Untuk mendapatkan atau mencapai kondisi saling menguntungkan dimana masing-
masing pihak merasa menang (win-win solution).

3
Dalam bernegosiasi ada 2 macam , yaitu :
a) Distributive negotiation- Zero sum negotiation (win-lose) , yaitu suatu bentuk negosiasi
yang didalam proses pelaksanaannya para, pihak yang terlibat bersaing untuk
mendapatkan sebanyak mungkin keuntungan atau manfaat yang ada. Meningkatnya
manfaat yang diperoleh salah satu pihak akan mengurangi manfaat yang diperoleh
oleh pihak lain. Biasanya perundingan semacam ini terjadi bila hanya ada satu masalah
yang menjadi materi perundingan Contoh : Negosiasi untuk mementukan besarnya
pesangon yang akan diberikan kepada karyawan yang akan di – PHK.
b) Integrative negotiation (win-win), yaitu suatu bentuk negosiasi yang dalam proses
pelaksanaannya, para pihak yang terlibat bekerja sama untuk mendapatkan manfaat
yang sebesar-besarnya atas hal-hal yang dirundingkan dengan menggabungkan
kepentingan mereka masing-masing untuk mencapai kesepakatan. Negosiasi semacam
ini biasanya terjadi bila ada lebih dari satu masalah yang menjadi materi perundingan.
Dalam kenyataannya hampir semua negosiasi yang kita lakukan merupakan
kombinasi dari kedua macam bentuk negosiasi tersebut di atas. Dalam proses negosiasi
terkadang kita perlu berkompetisi dengan pihak lain untuk mendapatkan hasil yang kita
inginkan. Namun tidak jarang juga kita bekerja sama dengan pihak lain untuk dapat
memaksimalkan hasil negosiasi yang akan dicapai.
2. Konflik dalam Organisasi
a) Pengertian Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih
(bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatarbelakangi oleh
perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.Perbedaan-perbedaan
tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat
istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.
Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, maka konflik
merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun

4
yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok
masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat
itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi.Konflik dan Integrasi berjalan sebagai
sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi.
Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.Gibson dkk
(2003)dalam terjemahan bebas mengatakan konflik sebagai pencarian kolaboratif untuk
mendapatkan usaha kolaboratif untuk mendapatkan nilai-nilai yang disepakati bersama.
Husaini (2006) mendefinisikan konflik pada dua hal, yaitu: (1) pertentangan antara dua
orang atau lebih terhadap satu hal atau lebih dengan sesama anggota organisasi atau
dengan organisasi lain, (2) pertentangan dengan hati nurani sendiri.
Konflik adalah adanya pertentangan yang timbul di dalam seseorang (masalah
intern) maupun dengan orang lain (masalah ekstern) yang ada di sekitarnya. Konflik dapat
berupa perselisihan (disagreement), adanya ketegangan (the presence of tension), atau
munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih. Konflik sering
menimbulkan sikap oposisi antar kedua belah pihak, sampai kepada mana pihak-pihak
yang terlibat memandang satu sama lain sebagai pengahalang dan pengganggu
tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing.
Dari beberapa pengertian konflik, kita dapat menyadari bahwa setiap manusia
memerlukan adanya konflik dalam hidupnya, karena secara tidak langsung konflik akan
memberi sesuatu yang baru bagi diri manusia, karena konflik akan membantu manusia
dalam membenahi kehidupan. Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan konflik adalah:
1) mendapat dan memperkuat kekuasaan atau keuntungan, baik pribadi maupun
kelompok,
2) meningkatkan kemesraan kelompok melalui solusi terbaik,
3) menimbulkan dinamika pencapaian yang lebih baik.
Adanya pengertian, tujuan tentang konflik, maka sudah seharusnya pandangan
terhadap konflik mengalami perubahan menjadi lebih baik, sehingga tidak seorangpun
manusia akan takut berhadapan dengan konflik, tetapi bagaimana mengelola konflik

5
menjadi suatu yang akan menambah pola pikir yang lebih maju dan berkembang. Oleh
karena itu gambar berikut ini akan memberi pemahaman tentang bagaimana kita
memandang suatu konflik.

Persepsi Tarhadap Konflik

Lama Baru
(dampak neatif (dampak positif

1. NEGATIF DAN POSITIP


1. BERAKIBAT NEGATIF
2. HARUS DIKELOLA
2. HARUS DIHINDARI
3. MEMBANTU ORGANISASI
3. MENGGANGGU
4. MEREVISI DAN
ORGANISASI
MEMPERBAHARUI NORMA
4. MENGGANGGU
5. MENINGKATKAN EFEKTIVITAS
NORMA YANG ADA
6. MENAMBAH INTIM ORGANISASI
5. MENGHAMBAT
7. MENUJU KE INTEGRASI
EFEKTIVITAS
8. MENGHEMAT WAKTU DAN
6. MENGHAMBAT
TENAGA
KOMUNIKASI
9. MAMPU MENYESUAIKAN DIRI
7. MENGARAH PADA
DAN MENINGKATKAN
DISINTEGRASI
KEPUASAN
8. MENGHABISKAN
10.MAMPU MENGAMBIL
TINDAKAN

Gambar 8 : Perspektif Terhadap Konflik

6
b) Bentuk Konflik
Secara garis besar berbagai konflik dalam masyarakat dapat diklasifikasikan ke
dalam beberapa bentuk konflik yaitu:
1) Berdasarkan Sifatnya
(a) Konflik destruktif merupakan konflik yang muncul karena adanya perasaan tidak
senang, rasa benci dan dendam dari seseorang maupun kelompok terhadap pihak
lain.
(b) (Konflik konstruktif merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflik ini muncul
karena adanya perbedaan kelompok-kelompok dalam menghadapi suatu masalah.
2) Berdasarkan Posisi Pelaku yang Berkonflik
(a) Konflik vertikal merupakan konflik antarkomponen masyarakat di dalam satu
struktur yang memiliki hierarki.
(b) Konflik horizontal merupakan konflik yang terjadi antar individu atau kelompok
yang memiliki kedudukan yang sama.
(c) Konflik diagonal merupakan konflik yang terjadi karena adanya ketidakadilan
alokasi sumber daya ke seluruh organisasi sehingga menimbulkan pertentangan
yang ekstrim
3) Berdasarkan Sifat Pelaku yang Berkonflik
(a) Konflik terbuka, merupakan konflik yang diketahui oleh semua pihak.
(b) Konflik tertutup merupakan konflik yang hanya diketahui oleh orang-orang atau
kelompok yang terlibat konflik.
4) Berdasarkan Konsentrasi Aktivitas Manusia di dalam Masyarakat
(a) Konflik sosial merupakan konflik yang terjadi akibat adanya perbedaan
kepentingan sosial dari pihak yang berkonflik. Konflik sosial ini dapat dibedakan
menjadi konflik:
(b) Konflik sosial vertikal
(c) Konflik sosial horizontal

7
(d) Konflik politik merupakan konflik yang terjadi karena adanya perbedaan
kepentingan yang berkaitan dengan kekuasaan.
(e) Konflik ekonomi merupakan konflik akibat adanya perebutan sumber daya
ekonomi dari pihak yang berkonflik.
(f) Konflik budaya merupakan konflik yang terjadi karena adanya perbedaan
kepentingan budaya dari pihak yang berkonflik.
(g) Konflik ideologi merupakan konflik akibat adanya perbedaan paham yang diyakini
oleh seseorang atau sekelompok orang.
5) Berdasarkan Cara Pengelolaannya
(a) Konflik interindividu merupakan tipe yang paling erat kaitannya dengan emosi
individu hingga tingkat keresahan yang paling tinggi. Perspektif konflik
interindividu mencakup tiga macam situasi alternatif berikut, yaitu: konflik
pendekatan-pendekatan, konflik menghindari-menghindari, konflik pendekatan-
menghindari
(b) Konflik antarindividu merupakan konflik yang terjadi antara seseorang dengan
satu orang atau lebih, sifatnya kadang-kadang substantif menyangkut perbedaan
gagasan, pendapat, kepentingan, atau bersifat emosional, menyangkut perbadaan
selara, dan perasaan like/dislike.
(c) Konflik antarkelompok merupakan konflik yang banyak dijumpai dalam kenyataan
hidup manusia sebagai makhluk sosial, karena mereka hidup berkelompok-
kelompok.
c) Penyebab Konflik
Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya konflik, yaitu:
1) Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik.Artinya, setiap orang memiliki
pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian
dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor
penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak
selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di

8
lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada
yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
2) Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang
berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan
pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya
akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
3) Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang
berbeda.Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau
kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat
melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh,
misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan.
Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang
menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh
ditebang.Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang
bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang.Bagi para pengusaha kayu, pohon-
pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan
membuka pekerjaan.Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari
lingkungan sehingga harus dilestarikan.
Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan
kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik
akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi,
sosial, dan budaya.Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok
dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang
terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya.Para buruh menginginkan
upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar
untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
4) Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.

9
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu
berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu
terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami
proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-
nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara
cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri.
Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai
kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya.Hubungan
kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi
formal perusahaan.Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-
nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi
pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri.
Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat
kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya
penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan
tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
d) Strategi dan taktik mengatasi konflik
Sesuai dengan pengertian konflik dan juga pengamatan dalam kehidupan, konflik
akan terjadi pada siapapun suka ataupun tidak suka, oleh karena itu perlulah kita
mengetahui strategi dalam mengatasi konflik, menurut Hunsaker (2003) ada beberapa
langkah dalam mengatasi konflik yaitu:
1. Mempelajari penyebab utama konflik,
2. Memutuskan untuk mengatasi konflik,
3. Memilih strategi mengatasi konflik
Jadi sebelum memulai untuk mengatasi konflik hendaklah kita mempelajari dulu
penyebab konflik, kemudian menganalisa sebelum memutuskan mengatasi konflik,
apakah dalam mengatasi konflik dilakukan sendiri atau memerlukan bantuan orang lain
sebagai mediator. Setelah itu baru kita memilih strategi dalam mengatasi konflik. Adapun

10
strategi mengatasi konflik menurut Dunnete (1976) ada lima strategi untuk mengatasi
konflik yaitu:
(1) jika kerjasama rendah dan kepuasan diri sendiri tinggi, maka gunakan pemaksaan
(forcing) atau competing;
(2) jika kerjasama rendah dan kepuasan diri sendiri rendah, maka gunakan penghindaran
(avoiding),
(3) jika kerja sama dan kepuasan diri seimbang (cukup), maka gunakan kompromi
(compromising),
(4) jika kerjasama tinggi dan kepuasan diri sendiri tinggi, maka gunakan kolaboratif
(collaborating),
(5) jika kerjasama tinggi dan kepuasan diri sendiri rendah, maka gunakan penghalusan
(smoothing).
• Forcing (Pemaksaan) menyangkut penggunaan kekerasan, ancaman, dan taktik-taktik
penekanan yang membuat lawan melakukan seperti yang dikehendaki. Pemaksaan
hanya cocok dalam situasi-situasi tertentu untuk melaksanakan perubahan-perubahan
penting dan mendesak.Pemaksaan dapat mengakibatkan bentuk-bentuk perlawanan
terbuka dan tersembunyi (sabotase).
• Avoding (Penghindaran) berarti menjauh dari lawan konflik. Penghindaran hanya cocok
bagi individu atau kelompok yang tidak tergantung pada lawan individu atau kelompok
konflik dan tidak mempunyai kebutuhan lanjut untuk berhubungan dengan laawan
konflik.
• Compromissing (Pengkompromian) berarti tawar menawar untuk melakukan
kompromi untuk mendapatkan kesepakatan. Tujuan masing-masing pihak adalah
untuk mendapatkan kesepakatan terbaik yang saling menguntungkan.
Pengkompromian akan berhasil bila kedua belah pihak saling menghargai, dan saling
percaya.
• Collaborating berarti kedua pihak yang berkonflik kedua belah pihak masih saling
mempertahankan keuntungan terbesar bagi dirinya atau kelompoknya saja.

11
• Smoothing (Penghalusan) atau conciliation berarti tindakan mendamaikan yang
berusaha untuk memperbaiki hubungan dan menghidarkan rasa permusuhan terbuka
tanpa memecahkan dasar ketdaksepakatan itu. Conciliation berbentuk mengambil
muka (menjilat) dan pengakuan.Conciliation cocok untuk bila kesepakatan itu sudah
tidak relevan lagi dalam hubungan kerja sama
Sementara itu Frost dan Wilmot dalam Kreps:1986 menyebutkan ada 4 strategi
dalam mengatasi konflik, yaitu: (1) menghindar (avoidance), menjauhkan diri agar tidak
terjadi konflik, (2) Eskalasi, meningkatan intensitas pertentangan, (3) Reduksi,
menurunkan pertentangan, dan (4) pemeliharaan (maintenance), menjaga keseimbangan
perbedaan.
Dinsmore dalam Husaini (2006) memberikan beberapa taktik dalam mengurangi
konflik, yaitu:
1. Meminimalkan konflik dengan atasan, dengan melakukan:
Tempatkan dirinya sebagai “sepatu bos”, Analisis pola pikir boss; jangan
menyampaikan masalah kepada bos, tetapi pemecahan masalahnya; dengarkan
dengan baik infomasi bos untuk rencana dan pengembangan; berkonsultasi dengan
bos terhadap kebijakan, prosedur, dan kriteria; jangan memaksa bos
2. Meminimalkan konflik dengan bawahan.
Temukan profesional dan tujuan personal anggota tim; Jelaskan harapan Anda;
Definisikan ukuran kontrol; Kembangkan toleransi kegagalan untuk membangkitkan
kreativitas; Beri umpan balik positif; Beri kesempatan dan penghargaan.
3. Meminimalkan konflik dengan teman selevel
Bantu kelompok mencapai tujuannya; Bangun iklim kerjasama; Beri catatan kemajuan
untuk membantu anda dari kelompok; Usahakan saluran komunikasi informal; Coba
mereka dengan percobaan yang anda inginkan
4. Meminimalkan konflik dengan pelanggan
Dorong pelanggan menuju yang mereka inginkan; Pelihara kontak tertutup dengan
pelanggan; Hindari kejutan; Siaplah melayani setiap level; Kembangkan hubungan
informal sebaik mungkin; Laksanakan proyek pertemuan reguler.

12
Setelah mampu mengatasi konflik, maka hasil dari konflik terutama konflik
kelompok dengan kelompok dapat berupa:
(1) Kalah – kalah: Kedua kelompok mengalami kerugian. Saya tidak O.K, Anda juga tidak
O.K;
(2) Kalah –menang: Kelompok yang kalah rugi dan yang menang untung. Saya tidak O.K.
Anda O.K.;
(3) Menang-kalah: Kelompok yang menang untung, yang kalah rugi. Saya O.K. Anda tidak
O.K.;
(4) Menang-menang: Kedua kelompok diuntungkan, biasanya setelah melalui kompromi
atau kolaborasi

13
Tugas:
Bagi kelompok menjadi 5, kemudian buatlah bagaimana mengatasi konnflik melalui kasus yang
anda temukan!

Evaluasi:
1. Mengapa konflik perlu ada dalam Lembaga/organisasi?
2. Menurut anda negosiasi seperti agar tidak terjadi konflik baru?
3. Apa saja penyebab terjadi konflik, dan berikan contohnya
4. Apa saja strategi melaksanakan konflik?
5. Menurut anda hasil apa yang terbaik dalam mengatasi konflikj.

Daftar Referensi
. Baguley, Phil., 2000, Teach Yourself Negotiating, McGraw-Hill, New York.
Cook, Curtis W., Philip E. Hunsaker. (2003). Management and Organizational Behavior.
Boston: McGraw-Hill, Irwin
Dunnette, Marvin D, 1976. Handbook of Indutrial an organizational Psychology. Chicago:
Rand McNally College pub.Co
Gibson, dkk. 1997. Manajemen edisi IX Jilid 1 (terjemahan). Jakarta:Erlangga
----------------. 1997. Manajemen edisi IX jilid 2 (terjemahan). Jakarta: Erlangga
Mulyasa, 2014. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara
Usman, Husaini. 2006. Manajemen. Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

14

Anda mungkin juga menyukai