Anda di halaman 1dari 16

NEGOISASI

Dalam bahasa sehari-hari kata “negosiasi” sering kita dengar dengan istilah
"berunding”, “bermusyawarah”, atau “bermufakat”. Kata negosiasi ini berasal dari
bahasa inggris "negotiation" yang berarti perundingan. Adapun orang yang
melakukan perundingan dinamakan dengan "negosiator". Perundingan dapat
terjadi dalam lingkungan keluarga, ternan, mitra bisnis, yang telah saling
mengenal, bahkan perundingan dapat pula terjadi antara orang-orang yang
sebelumnya tidak saling mengenal. Sri Mamudji, menjelaskan tidak hanya
masalah yang sifatnya sederhana, masalah yang rumit bahkan bersifat
internasional juga dapat menjadi pendorong suatu perundingan.

(Dalam Jurnal Hukum dan Pembanunan: Mediasi sebagai Alternatif Penyelesaian


Sengketa di Luar Pengadilan oleh Sri Mamudji,)

Perundingan dan tawar menawar tersebut dikenal dengan istilah negosiasi.


Adapun pengertian negoisasi antara lain

A. Fisher dan Ury dalam buku (Getting to Yes: Negotiating an Agreement


Without Giving In negosiasi) menyatakan komunikasi dua arah yang
dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak
memiliki berbagai kepentingan yang sarna maupun berbeda. Pihak yang
melakukan negosiasi bisa disebut negosiator atau perunding.
B. Dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI) negoisasi merupakan proses
tawar-menawar dengan jalan berunding guna mencapai kesepakatan
bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan pihak
(kelompok atau organisasi) yang lain atau penyelesaian sengketa secara
damai melalui perundingan antara pihak yang bersengketa.

(https://kbbi.web.id/negosiasi.html)

C. Dalam kamus hukum Negosiasi adalah proses dimana dua pihak atau lebih


bertemu untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan tentang
sesuatu. dimana dua pihak atau lebih tersebut bertemu untuk mencari
solusi terbaik bagi konflik atau masalah yang terjadi antara mereka, tanpa
harus mengajukan gugatan ke pengadilan.
(https://kamushukum.web.id/arti-kata/negosiasi)

D. Menurut (Dwikornida & Siswati, 2020), menyatakan bahwa negosiasi


adalah komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan
pada saat kedua belah pihak memiliki berbagai kepentingan yang sama
maupun berbeda.
E. Gary Goodpaster seperti yang dikutip oleh Rahmadi Usman, negosiasi
adalah proses upaya untuk mencapai kesepakatan dengan pihak lain, suatu
proses interaksi dan komunikasi yang dinamis dan beraneka ragam.

Jadi Negosiasi merupakan suatu upaya bagi 2 atau lebih pihak yang memiliki
kepentingan berbeda, baik berupa pendapat, pendirian,maksud, atau tujuan, dalam
mencari titik temu atau kesepahaman dengan cara mempertemukan penawaran
dan permintaan dari masing-masing pihak, sehingga tercapai suatu kesepakatan
atau kesepahaman kepentingan.

(Suryadi et al., 2000) menyatakan bahwa Dalam upaya menyelesaikan sengketa


yang timbul dalam masyarakat manusia sebagai subyek hukum telah mempunyai
mekanisme untuk menanganinya sendiri, baik dalam bentuk formal maupun
informal yang dalam perkembangannya menjadi proses ajudikasi yang formal
dilakukan melalui proses litigasi dan arbitrase.

A. Karakteristik negosiasi, di antaranya:


1. terdapat 2 (dua) atau lebih pihak, yaitu 2 (dua) atau lebih individu,
kelompok, atau organisasi.
2. terdapat konflik kebutuhan dan keinginan antar 2 (dua) pihak atau lebih.
3. para pihak bernegosiasi dengan pilihan;
4. Menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu, baik berupa tawar menawar
(bargain) maupun tukar menukar (barter).
5. dalam bernegosiasi ada proses memberi dan menerima; dan
6. para pihak lebih menyukai bernegosiasi dan mencari kesepakatan dari
pada melawan secara terbuka.
7. Negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu yang
belum terjadi dan kita inginkan terjadi.
8. Ujung dari negosiasi adalah adanya kesepakatan yang diambil oleh kedua
belah pihak, meskipun kesepakatan itu misalnya kedua belah pihak
sepakat untuk tidak sepakat.
B. Prinsip-Prinsip Negoisasi
Adapun prinsip-prinsip negosiasi dalam penyelesaian sengketa alternatif
adalah sebagai berikut:
1. Trust (kepercayaan/amanah), verifikasi
2. Memisahkan pribadi dan masalah
3. Fokuskan pada substansi, common interest/compatible interest, bukan
posisi
4. Kreatif mencari option.
5. Keterbukaan, kejujuran dan keadilan berdasar kriteria objektif
6. Jauhi dari sikap manipulatif

Menurut (Subakti, n.d.), Negosiator maupun pelobi harus memiliki ilmu


pengetahuan, keterampilan, serta intuisi dalam melakukan proses negosiasi dan
lobi. Kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh negosiator dan pelobi, di
antaranya, perihal informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, penilaian, serta
bijak. Di samping itu, perlu juga mempunyai karakter, di antaranya, percaya diri,
menghargai orang lain, menciptakan penampilan yang baik, dapat mengendalikan
emosi, tidak merasa sempurna, ramah, sopan, simpatik, humoris, berpikir positif,
sabar, ulet, tidak mudah putus asa, serta memiliki dan mencintai profesi yang
ditekuni.

Menurut (Thompson et al., 2010) dalam (Hendrayana, 2021), Keterampilan


Negosiasi dalam suatu perusahaan merupakan masalah yang selalu menarik
dibahas negosiasi adalah proses yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang
awalnya berpikiran berbeda.

(Subakti, n.d.) menyatakan Suskesnya sebuah negosiasi yang dilakukan


setidaknya ada 4 petunjuk yang harus dilakukan dalam suatu proses negosiasi,
yaitu :

1. Jangan mengusulkan sesuatu, yang jika hal itu diusulkan kepada kita, kita
sendiri tidak akan menerimanya.
2. Dalam negosiasi tidak satupun pihak ingin dipaksa.
3. Dalam negosiasi kita memerlukan kesabaran
4. Kita tidak pernah tahu apa yang pihak lawan akan lakukan, atau bagaimana
kita menjawabnya. Tetap santai, lentur, optimistik dan percaya diri suatu
waktu akan ada titik temu.
C. Lingkup sengketa yang diselesaikan dengan negoisasi
Negoisasi biasanya digunakan terhadap kasus yang tidak terlalu rumit, dimana
para pihaknya beriktikad baik untuk secara bersama memcahkan prsoalannya.
Negoisasi dilakukan apabila komunikasi antara pihak masih terjalin dengan baik,
masih ada rasa saling percaya, dan ada keinginan baik untuk mencapai
kesepakatan, serta menjalin hubungan baik. Negoisasi merupakan sarana paling
banyak digunakan. Sarana ini telh dipandang sebagai sarana yang paling efektif.
Lebih dari 80% sengketa di bidang bisnis tercapai penyelesaiannya melalui cara
ini. Penyelesaiannya tidak win-lose,tetapi win-win. Karena itu pula, penyelesaian
melalui cara ini memang dipandang yang memuaskan para pihak. Cara
penyelesaian ini sangat cocok untuk masyarakat bisnis indonesia. Mayoritas
pengusaha indonesia adalah pengusaha kecil dan menengah. Pada umumnya
mereka tidak terlalu memedulikan kontrak, kurang begitu peduli terhadap bunyi
klausala-klausala kontrak. Dalam benak mereka, cukuplah bagaimana
melaksanakan transaksi tersebut. Mind set seperti ini terbawa pula ketika ternyata
kemudian sengketa mengenai kontrak lahir. Mereka kurang peduli dengan apa
yang ada pada klausal kontrak. Kalau ada sengketa, mereka upayakan
penyelesaiannya secara baik-baik, secara kekeluargaan.

Selain itu (Ariani, 2012) menyatakan, perlu dicatat pula bahwa negoisasi,
merupakan salah satu lembag alternatif penyelesaian sengketa yang dilaksanakan
diluar pengadilan, sedangkan perdamaian dapat dilakukan baik sebelum proses
persidangan pengadilan dilakukan, maupun setelah sidang peradilan dilaksanakan,
baik di dalam maupun diluar sidang pengadilan (Pasal 130 HIR).

D. Fungsi negosiasi,
Fungsi negoisasi di antaranya sebagai berikut :
1. membantu para pihak dalam memperjelas konteks dan inti permasalahan
yang disengketakan dengan memberikan kesempatan saling menjelaskan
dan meyakinkan apa yang menjadi tujuan atau harapannya;
2. membantu para pihak dalam menemukan altenatif penyelesaian sengketa
tanpa mengganggu hubungan saling menguntungkan meskipun dalam
situasi yang saling bertentangan;
3. mengurangi beban atau tekanan mental para pihak yang bersengketa dengan
mempertimbangkan posisi dan tawar-menawar;
4. membuka sekat-sekat yang membatasi kedua belah pihak dengan cara
membuka diri, perasaan,mengendalikan emosi, mengungkapkan
mengungkapkan keinginan, dan kepercayaan untuk menemukan fokus
penyelesaian; dan
5. membantu para pihak, khususnya negosiator, dalam menemukan tindakan
yang tepat pada saat terjadi situasi kritis untuk mengambil tindakan efektif
dan realistis dalam penyelesaian sengketa agar tidak berlarut-larut.

Menurut (Dewi, 2022), Sengketa dalam kamus Besar Bahasa Indonesia


sengketa berarti pertentangan atau konflik, Konflik berarti adanya oposisi atau
pertentangan antara orang-orang, kelompok-kelompok, atau organisasi-organisasi
terhadap satu objek permasalahan. Sengketa biasanya bermula dari suatu situasi
dimana ada pihak yang merasa dirugikan pleh pihak lain. Perasaan tidak puas
akan muncul kepermukaan apabila terjadi conflict of interest. Penyelesaian
sengketa secara formal berkembang menjadi proses adjudikasi yang terdiri atas
proses melalui pengadilan/litigasi dan arbitrase/perwasitan, serta proses
penyelesaian-penyelesaian konflik secara informal yang berbasis pada
kesepakatan pihak-pihak yang bersengketa melalui negosiasi dan mediasi.
Lembaga peradilan merupakan salah satu lembaga penyelesaian konflik
(sengketa) yang berperan selama ini. Namun putusan yang diberikan pengadilan
belum mampu menciptakan kepuasan dan keadilan bagi kedua belah pihak yang
bersengketa. Putusan pengadilan cenderung memuasakan salah satu pihak dan
tidak memuaskan pihak lain. Pihak yang mampu membuktikan bahwa dirinya
memiliki hak atas sesuatu, maka pihak tersebut akan dimenangkan oleh
pengadilan. Sebaliknya, pihak yang tidak mampu mengajukan bukti bahwa ia
memiliki hak terhadap sesuatu, maka pihak tersebut pasti dikalahkan oleh
pengadilan, walaupun secara hakiki pihak tersebut memiliki hak. Dalam konteks
ini penyelesaian sengketa melalui pengadilan menuntut ‘pembuktian formal’,
tanpa menghiraukan kemampuan para pihak dalam mengajukan alat bukti.
Menang kalah merupakan hasil akhir yang akan dituai para pihak, jika sengketa
tersebut diselesaikan melalui jalur pengadilan.

Prosedur penyelesaian sengketa dengan cara negosiasi diatur pada Pasal 10


ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa. Prosedur penyelesaian sengketa melalui Negosiasi adalah
cara penyelesaian yang didasarkan kepada kesepakatan dari kedua belah pihak
yang tidak melibat pihak ketiga.

Berdasarkan Pasal 6 ayat (2) UUAAPS tersebut negosiasi adalah suatu upaya
penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh para pihak atau kuasanya secara
langsung tanpa melibatkan pihak ketiga sebagai penengah dalam waktu paling
lama 14 hari dan hasil negosiasi ditungkan dalam bentuk tertulis.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif


Penyelesaian Sengketa yang selanjutnya disebut UUAAPS, mengatur mengenai
pilihan dalam penyelesaian sengketa secara musyawarah dari pihak yang
bersengketa sebagaimana dinyatakan Pasal 1 angka 10 UUAAPS menyatakan
Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah proses penyelesaian sengketa yang
dilakukan diluar pengadilan berdasarkan kesepakatan dari pihak yang bersengketa
dengan mengeyampingkan penyelesaian sengketa secara litigasi di pengadilan.
Penyelesaian sengketa dapat dilakukan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi,
konsiliasi atau penilaian ahli. Berdasarkan Pasal 1 tersebut disimpulkan bahwa,
Alternatif Penyelesaian Sengketa cara penyelesaian sengketa dilakukan di luar
pengadilan, berdasarakan kesepakatan dari pihak yang bersengketa dengan
mengeyampingkan penyelesaian sengketa secara litigasi melalui pengadilan yang
ditempuh dengan berbagai cara konsultasi, negosiasi, mediasi atau penilaian
ahli. .Suatu sengketa atau beda pendapat yang tidak dapat diselesaikan dengan
kesepakatan maka, tidak dapat diselesaikan dengan melalui alternatif penyelesaian
sengketa, tapi penyelesaiaan dilakukan melalui pengadilan. Berdasarkan Pasal 6
ayat (2) UUAPS, ruang lingkup kasus yang diselesaikan melalui negosiasi adalah
sengketa yang termasuk dalam ruang lingkup Hukum Perdata dan Hukum Dagang
yang dapat diselesaikan secara perdamaian. Sedangkan sengketa perdata atau
dagang yang tidak dapat diselesaikan secara perdamaian, maka tidak dapat
diselesaikan secara negosiasi tapi diselesaikan melalui pengadilan

Pasal 1 angka10 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 menyatakan:

"Alternatif Penyelesaian Sengketaadalah lembaga penyelesaian sengketa atau


beda pendapat melalui prosedur yang disepakati oleh para pihak yakni
penyelesaian diluar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi,
konsiliasi atau penilaian ahli." Berdasarkan Pasal 1 angka 10 Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 1999 dapat disimpulkan, bahwa penyelesaian sengketa melalui
Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) adalah penyelesaian sengketa yang
disepakati oleh para pihakdiselesaikan diluar pengadilan dapat dilakukan dengan
konsultasi, negosiasi, mediasi konsiliasi atau penilaian ahli. Penyelesaian sengketa
melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) dapat dicapai apabila didasarkan
pada itikad baik para pihak, mengeyampingkan sengketa litigasi dan sengketa
yang dapat diselesaikan adalah yang berkaitan hukum perdata dan hukum dagang
yang dapat diselesaikan dengan cara perdamaian.

E. Prosedur Penyelesaian Sengketa Melalui Negosiasi

Prosedur penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui cara negoisasi


pertama sekali harus dilakukan atas kemauan dan kesepakatan dari pihak yang
bersengketa tidak ada unsur paksaan dari pihak yang bersengketa maupun dari
pihak ketiga. Penyelesaian sengketa yang dilakukan dengan cara negosiasi
dilakukan berdasarkan kesepakatan prosedur penyelesaian waktu dan tempat
perundingan yang akan dilakukan. Dalam melakukan perundingan atau
bernegosiasi masing-masing para pihak menyampaikan kemauan dan melakukan
penawaran-penawaran terhadap masalah yang sedang mereka hadapi. Penawaran
ini dapat saja terjadi setelah dilakukan beberapa kali perundingan atau pertemuan.
Peran masing-masing pihak yang bersengketa untuk kooperatif dan itikad baik
sangat menentukan cepat atau lambatnya proses pemeriksaan sengketa. Semakin
kooperatif para pihak yang dilandasi itikad baik untuk menyelesaikan sengketa,
maka semakin mempercepat proses selesainya sengketanya. Penyelesaian
sengketa melalui Negosiasi sifatnya tertutup tidak dipublis hanya dihadiri oleh
pihak yang bersengketa dan dalam prosedur penyelesaian sengketa tidak
melibatkan pihak ketiga. Keberhasilan penyelesaian sengketa melalui negosiasi
sangat ditentukan oleh itikad baik dari pihak yang bersengketa untuk kooperatif
menyelesaiakannya sengketanya melalui negosiasi. Jadi prosedur penyelesaian
sengketa melalui negosiasi diberikan kebebasan, kesepakatan kepada para pihak
untuk menentukan bagaimana proses perundingan, waktu dan tempat perundingan
dilakukan.

Perundingan perundingan dilakukan dalam rangka menyampaikan keinginan


dari masing masing pihak yang bersengketa. Masing-masing pihak bebas untuk
bernegosiasi yang melakukan penawaran penawaran, melakukan perundingan
tentang sengketa yang sedang dihadapi sampai tercapainya kesepakatan dalam
penyelesaian sengketa. Hasil kesepakatan dibuat dalam bentuk tertulis sebagai
bukti bahwa penyelesaian sengketa melalui negosiasi telah berhasil dicapai. Hasil
dari negosiasi merupakan bentuk perjanjian yang dibuat secara tertulis yang
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang mebuatnnya ( asas pacta sunt
servanda) dan harus dilaksanakan dengan itikad baik oleh para pihak.

Kesepakatan dari hasil negosiasi hanya dilakukan oleh para pihak sebagai
negosiator yang tidak melibatkan pihak ketiga. Hal ini tentu akan akan
menghemat biaya karena tidak membutuhkan biaya yang banyak yang harus
dkeluarkan untuk untuk membayar pihak ketiga. Lain halnya penyelesaian
sengketa yang dilakukan secara mediasi dan konsiliasi dibantu oleh pihak ketiga
yang ahli dalam bidangnya tentu, para pihak yang bersengketa membutuhkan
biaya yang besar untuk membayar mediator dan kosialiator yang ahli
dibidangnnya. Hasil penyelesaian sengketa melalui negosiasi yang merupakan
kesepakatan dari para negosiator dituangkan dalam bentuk tertulis mengikat
kepada para pihak untuk dilaksanakan. Hasil proses negosiasi yang merupakan
kesepakatan dari para pihak mengikat sebagai suatu perjanjian yang mengikat
sebagai undang-undang kepada para negosiator yang harus dilaksanakan dengan
itikad baik berdasarkan hasil kesepakatan.
(Tuti Muryati & Rini Heryanti, 2011) berpendapat bahwa, dalam praktik,
negosiasi dilakukan karena 2 alasan, yaitu : (1) untuk mencari sesuatu yang baru
yang tidak dapat dilakukannya sendiri, misalnya dalam transaksi jual beli, pihak
penjual dan pembeli saling memerlukan untuk menentukan harga, dalam hal ini
tidak terjadi sengketa; dan (2) untuk memecahkan perselisihan atau sengketa yang
timbul diantara para pihak.

Hasil negosiasi yang merupakan kesepakatan dari negosiator dibuat dalam


bentuk tertulis jika dikemudian hari tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak,
maka terjadilah wanprestasi dan pihak yang berhak atas prestasi dapat
mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri berdasarkan wanprestasi.

Hasil kesepakatan melalui proses negosiasi dibuat dalam bentuk tertulis


sehingga mempunyai kepastian hukum dan kekuatan mengikat pihak yang
bergosiasi dan kepada pihak ketiga yang berkepentingan.Hasil negosiasi
merupakan hasil kesepakatan para pihak dbuat secara tertulis merupakan suatu
perjanjian, maka syarat sah perjanjian yang terdapat pada Pasal 1320 KUHPerdata
juga berlaku terhadap hasil kesepakatan Negosiasi. Selain itu para pihak dalam
melakukan negosiasi juga harus memperhatikan asas-asas perjanjian, seperti asas
kebebasan kontrak, asas konsensual, asas keseimbangan, asas keadilan dan asas
Pacta Sunt Servanda. Hasil kesepakatan melalui negosiasi mengikat sebagai
undang undang bagi yang membuatnya (Panta Sunt Servanda).

Hasil kesepakatan yang diperoleh melalui negosiai, dapat dilakukan


pendaftaran ke Pengadilan Negeri dan kekuatan hukumnnya sama dengan putusan
Hakim yang berkuatan tetap yang dapat dilakukan eksekusi secara paksa apabila
salah satu pihak ingkar janji. Sebaliknya jika hasil kesepakatan yang merupakan
hasil negosiasi tidak dilakukan pendafaran ke Pegadilan Negeri, maka kekuatan
sama dengan perjanjian biasa. Jika terjadi wanprestasi, pihak yang merasa
dirugikan dapat mengajulan gugatan ke Pengadilan Negeri yang berwenang
dengan alasan wanprestasi. Pada umumnnya sengketa bidang Perdata dapat
dilakukan melalui dua cara yaitu di pengadilan (litigasi) dan diluar pengadilan
(non litigasi).
Penyelesaian sengketa secara litigasi keberadaannya lebih dahulu
dibandingkan penyelesaian sengketa secara non litigasi. Penyelesaian secara
litigasi cenderung menimbulkan konflik, lebih lambat, belum mampu merangkul
kepentingan pihak yang berperkara, biaya lebih mahal, tidak resposif dan
menimbulkan permusuhan diantara pihak yang bersengketa.

Sebaliknya penyelesaian sengketa secara non litigasi (luar pengadilan)


menghasilkan kesepakatan yang bersifat "win win solution", dijamin kerahasian
sengketa para pihak, penyelesaian lebih cepat, dihindari kelambatan yang
diakibatkan karena procedural dan adminstratif, serta menyelesaikan masalah
secara konprehensip dalam kebersamaan dan tetap menjaga hubungan baik,
putusan tidak dipublikan.

Penyelesaian sengketa diluar pengadilan pada umumnnya terbatas pada


perkara-perkara keperdataan dan dagang saja, sedangkan untuk perkara lainnya
seperti pidana tetap diselesaikan melalui pengadilan. Di berbagai Negara ADR
sebagai jalan terobosan alternatif penyelesaian sengketa litigasi yang dapat
menguras waktu, pikiran dan tenaga malah dapat menjerumuskan usaha kearah
kehancuran."

Dalam bernegosiasi terdapat beberapa hal yang harus dipedomani bahwa


pihak yang bersengketa harus mendengarkan pihak lain dengan seksama, penuh
kesabaran walaupun kita tidak setuju dengan apa yang disampaikannya.
Mempelajari informasi penting dari pihak lain dan berpikir secara positif.

Menghindari serangan yang bersifat pribadi. Para pihak memusatkan


perhatian pada permasalahan yang sedang dihadapi. Cara penyelesasain yang
saling menguntungkan dan meyakinkan bahwa penyelesaian itu mudah dan
dipahami oleh kedua belah pihak.

Kendala yang dihadapi oleh para pihak dalam bernegosiasi adalah masing-
masing pihak yang bersengketa tetap bertahan pada posisi tawaran pertama, saling
mempertahankan hak-hak dan kepentingan masing-masing. Ketentuan
penyelesaian sengketa melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) berlaku
juga terhadap penyelesaian sengketa yang dilakukan dengan cara negosiasi,
seperti penyelesaian sengketa dilakukan diluar pengadilan, berdasarkan
kesepakatan kedua belah pihak, sangketa yang dapat diselesaikan adalah sengketa
di bidang perdata dan dibidang perdagangan yang dapat diselesaikan dengan
perdamaian. Sengketa yang tidak dapat diselesaikan dengan cara mediasi atau
perdamaian, maka tidak dapat diselesaikan dengan cara negosiasi.

Suksesnya hasil penyelesaian sengketa melalui negosiasi sangat tergantung


kepada itikad baik dan peran dari para pihak untuk kooperatif yang didasarkan
itikad baik dalam menyelesaikan beda pendapat. Hasil kesepakatan melalui
negosiasi dituangkan dalam bentuk tertulis dan berlaku sebagai perjanjian yang
mengikat sebagai undang bagi pihak yang membuatnya (asas pacta sunt
servanda). Jika salah pihak wanprestasi terhadap hasil kesepakatan, maka dapat
mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri dengan alasan wanprestasi. Sengketa
yang diselesaikan melalui negosiasi yang didasarkan itikad baik dengan
mengenyampingkan penyelesaian segketa melalui litigasi ( Pengadilan Negeri).

Penyelesaian sengketa melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS)


yang dilakukan pertemuan langsung oleh para pihak yang diselesaikan dalam
waktu paling lama 14 (empat belas hari) hari dan hasilnya dituangkan dalam
kesepakatan tertulis.

Menurut (Haerani, 2020), dikatakan meskipun mekanisme negosiasi


sangat kompleks dan beragam, namun secara esensial ada tiga strategi dasar
negosiasi yaitu:

a. Bersaing (competiting); Negosiasi dengan cara bersaing atau kompetitif,


disebut juga "hard bargaining" (tawar-menawar bersikeras), distributif,
posisional, "zero-sum bargaining" (menang tawar-menawar sebesar kekalahan
pihak lawan) atau "win-lose bargaining" (tawar-menawar menang kalah).
b. Kompromi (compromising); Strategi negosiasi kompromi disebut juga "soft
bargaining" (negosiasi lunak), "win-some-lose-some" (mendapat dengan
member) atau "take and give bargaining".
c. Kolaborasi pemecahan masalah (problemsolving). Negosiasi berkolaborasi
pemecahan masalah (problem solving) disebut juga negosiasi integratifatau
kepentingan (positive-sum atau win-win). Strategi ini para pihak bertujuan
memenuhi kepentingan sendiri, juga kepentingan pihak mitra untuk
memaksimalkan keuntungan, para pihak harus berkolaborasi guna
menyelesaikan problem dari penemuan tindakan bersama yang dapat mereka
lakukan guna memenuhi kepentingan masing-masing.
d. Menurut (Lestari & Marpaung, 2022), proses negosiasi berawal pada tawar
menawar untuk mencapai persetujuan antara pihak yang bersengketa atas hal
yang disengketakan secara damai dimana para pihak berhadapan langsung
tanpa ada keikut sertaan dari pihak ketiga.

(Sugiharto, 2020) menyatakan bahwa didalam bidang ilmu medis


Penyelesaian perkara sengketa medik dengan cara negoisasi sebenarnya adalah
suatu system yang berada di luar system yang ada yang sampai saat ini belum
diakui oleh hukum formal yang berlaku, akan tetapi telah menjadi suatu
kebutuhan dalam masyarakat. Karena sangatlah erat kaitannya dengan prinsip-
prinsip dan budaya masyarakat yang lebih mementingkan musyawarah dan
mufakat untuk memecahkan suatu persoalan, akan tetapi hal itu belum diakomodir
dalam hukum.

2. Keunggulan Penyelesaian Sengketa Melalui Negosiasi

Keunggulan penyelesaian sengketa melalui negosiasi adalah


penyelesaiannya bersifat win-win solution yang saling menguntungkan kepada
pihak yang bersengketa, rahasia lebih terjamin karena penyelesaian sengketa
tertutup hanya dihadiri oleh pihak yang bersengketa. Berbeda penyelesaian
sengketa secara litigasi yang dilakukan di pengadilan persidangan terbuka untuk
umum, masyarakat dapat mengetahui sengketa yang terjadi.

Keunggulan penyelesaian sengketa melalui negosiasi dibandingkan


melalui litigasi adalahbiaya murah karena tidak melibatkan pihak ketiga, tidak
dilakukan secara formal, hanya dilakukan oleh pihak yang berperkara, mencegah
terjadi permusuhan diantara para pihak yang bersengketa, menjaga hubungan
yang baik, bersifat pribadi dan sukarela danpenyelesaian memakan waktu yang
cepat dibandingkan jalur litigasi yang membutuhkan waktu yang panjang dan
biaya yang mahal dan menimbulkan hubungan yang tidak baik diantara pihak
yang bersengketa karena Hakim memutus ada pihak yang kalah dan menang
dalam perkara.

Kelemahan Negosiasi, taktik salah satu pihak agar pihak lain menunda
gugatan secara hukum, tidak ada jaminan bahwa para pihak akan melaksanakan
kewajiban terhadap apa yang telah disepakati. Tidak dapat berjalan tanpa adanya
kesepakatan dari keduabelah pihak, Tidak efektif jika dilakukan oleh pihak yang
tidak berwenang mengambil kesepakatan, Sulit berjalan apabila posisi para pihak
tidak seimbang, Memungkinkan diadakan untuk menunda penyelesaian untuk
mengetahui informasi yang dirahasiakan lawan, Dapat membuka kekuatan dan
kelemahan salahsatu pihak, Dapat membuat kesepakan yang kurang
menguntungkan.

Prasyarat negoisasi yang efektif :

1. Kemauan (willingness) untuk menyelesaikan masalah dan bernegoisasi


secara sukarela;
2. Kesiapan (reparedness) melakukan negoisasi;
3. Kewenangan (authoritative) mengambil keputusan;
4. Keseimbangan kekuatan (equalriteriag power) ada sebagai saling
ketergantungan;
5. Keterlibatan seluruh pihak (stakeholdereship) dukungan seluruh pihak
terkait;
6. Holistic (comprehenship) pembahasan secara menyeluruh;
7. Masih ada komunikasi antara para pihak;
8. Masih ada rasa percaya dari para pihak
9. Sengketa tidak terlalu pelik
10. Tanpa prasangka dan segala komunikasiatau diskusi yang terjadi tidak dapat
digunakan sebagai alat bukti.

3. Kelebihan dan Kekurangan Negosiasi

Kelebihan dan kekurangan negosiasi antara lain adalah sebagai berikut:

a. Tidak melibatkan orang lain.


b. Bebas dalam menentukan kesepakatan. pihak dapat memantau sendiri
proses penyelesaiannya.
c. Menghindari perhatian publik.
d. d.Win - Win solution.
e. Dapat digunakan untuk setiap tahap penyelesaian sengketa.

Kekurangan negosiasi :

a. Tidak menjamin fakta-fakta ditetapkan dengan objektif


b. Tidak dapat menyelesaikan sengketa tertentu.
c. Dapat gagal ketika salah satu pihak dalam posisi yang lemah

4.Study Task - Discussion Task (Negoisasi efektif dan efisien)

Negosiasi merupakan hal biasa dilakukan oleh setiap orang dan dapat
dilakukan untuk berbagai macam hal dan kepantingan. Negoisasi dapat
direncanakan dan dapat tidak direncanakan, negoisasi yang direncanakan adalah
suatu bentuk negoisasi atas permasalahan yang timbul dari hubungan hukum
antara pra pihak dan telah dipersiapkan terlebih dahulu hal-hal yang akan
dikemukakan pada saat dilaksanakan negoisasi tersebut. Karena direncanakan
maka dilakukan berdasarkan kesepakatan para pihak dan yang dikedepankan
adalah intensitas tatap muka, berhubungan secara visual dan komunikasi. Dari hal
tersebut maka dapat dikatakan setiap negosiasi itu memiliki teknik tersendiri bagi
para pihak yang ingin menyelesaiakan perselisihannya. Adanya teknik dalam
bernegosiasi ini dikarenakan setiap individu memiliki karakter dan kepribadian
serta cara pandang yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, N. V. (2012). Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis di Luar Pengadilan


(Non-Litigation Alternatives Business Dispute Resolution). Rechts Vinding,
1(2), 277–294.
http://rechtsvinding.bphn.go.id/ejournal/index.php/jrv/article/view/101/107

Dewi, N. M. T. (2022). Penyelesaian Sengketa Non Litigasi Dalam Penyelesaian


Sengketa Perdata. Jurnal Analisis Hukum, 5(1), 81–89.
https://doi.org/10.38043/jah.v5i1.3223

Dwikornida, & Siswati, T. S. (2020). Penyelesaian Sengketa Secara Negosiasi.


Penyelesaian Sengketa Secara Negosiasi, 8, 1–44.

Haerani, R. (2020). TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN PERDAMAIAN


DALAM PENYELESAIAN SENGKETA DI PENGADILAN MELALUI
PROSES NIGOSIASI Ruslan. UnizarLawReview, Vol.3(No.1), hlm. 72-73.

Hendrayana, Y. (2021). Peran Keterampilan Negosiasi Terhadap Manajemen


Konflik Melalui Intermediasi Efektivitas Komunikasi. Parameter, 5(1), 113–
126. https://doi.org/10.37751/parameter.v5i1.144

Lestari, K. S., & Marpaung, D. S. H. (2022). Penyelesaian Sengketa Lingkungan


Hidup di Luar Pengadilan (Non Litigasi) Melalui Jalur Negosiasi (Studi
Kasus Tumpahnya Minyak di Laut Karawang). Justitia: Jurnal Ilmu Hukum
Dan Humaniora, 9(2), 651–660. ttp://dx.doi.org/10.31604/justitia.v9i2.651-
660

Subakti, A. (n.d.). Dalam Sengketa Bisnis Di Indonesia Yang. 1–24.

Sugiharto, S. (2020). Negoisasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Medik


Dalam Perspektif Pemenuhan Hak Pasien. https://eprints.umm.ac.id/64409/

Suryadi, Soedarmoko, S., Tumpa, H., Sutrisno, S., & Nugroho, S. A. (2000).
Laporan Penelitian Alternative Dispute Resolution (Penyelesaian Sengketa
Alternatif ) Dan Court Conected Dispute Resolution ( Penyelesaian Sengketa
yang Terkait Dengan Pengadilan. 75.
Tuti Muryati, D., & Rini Heryanti, B. (2011). Pengaturan dan Mekanisme
Penyelesaian Sengketa Nonlitigasi di Bidang Perdagangan. Jurnal Dinamika
Sosbud, 13(1), 49–65.

Anda mungkin juga menyukai