Dalam bahasa sehari-hari kata “negosiasi” sering kita dengar dengan istilah
"berunding”, “bermusyawarah”, atau “bermufakat”. Kata negosiasi ini berasal dari
bahasa inggris "negotiation" yang berarti perundingan. Adapun orang yang
melakukan perundingan dinamakan dengan "negosiator". Perundingan dapat
terjadi dalam lingkungan keluarga, ternan, mitra bisnis, yang telah saling
mengenal, bahkan perundingan dapat pula terjadi antara orang-orang yang
sebelumnya tidak saling mengenal. Sri Mamudji, menjelaskan tidak hanya
masalah yang sifatnya sederhana, masalah yang rumit bahkan bersifat
internasional juga dapat menjadi pendorong suatu perundingan.
(https://kbbi.web.id/negosiasi.html)
Jadi Negosiasi merupakan suatu upaya bagi 2 atau lebih pihak yang memiliki
kepentingan berbeda, baik berupa pendapat, pendirian,maksud, atau tujuan, dalam
mencari titik temu atau kesepahaman dengan cara mempertemukan penawaran
dan permintaan dari masing-masing pihak, sehingga tercapai suatu kesepakatan
atau kesepahaman kepentingan.
1. Jangan mengusulkan sesuatu, yang jika hal itu diusulkan kepada kita, kita
sendiri tidak akan menerimanya.
2. Dalam negosiasi tidak satupun pihak ingin dipaksa.
3. Dalam negosiasi kita memerlukan kesabaran
4. Kita tidak pernah tahu apa yang pihak lawan akan lakukan, atau bagaimana
kita menjawabnya. Tetap santai, lentur, optimistik dan percaya diri suatu
waktu akan ada titik temu.
C. Lingkup sengketa yang diselesaikan dengan negoisasi
Negoisasi biasanya digunakan terhadap kasus yang tidak terlalu rumit, dimana
para pihaknya beriktikad baik untuk secara bersama memcahkan prsoalannya.
Negoisasi dilakukan apabila komunikasi antara pihak masih terjalin dengan baik,
masih ada rasa saling percaya, dan ada keinginan baik untuk mencapai
kesepakatan, serta menjalin hubungan baik. Negoisasi merupakan sarana paling
banyak digunakan. Sarana ini telh dipandang sebagai sarana yang paling efektif.
Lebih dari 80% sengketa di bidang bisnis tercapai penyelesaiannya melalui cara
ini. Penyelesaiannya tidak win-lose,tetapi win-win. Karena itu pula, penyelesaian
melalui cara ini memang dipandang yang memuaskan para pihak. Cara
penyelesaian ini sangat cocok untuk masyarakat bisnis indonesia. Mayoritas
pengusaha indonesia adalah pengusaha kecil dan menengah. Pada umumnya
mereka tidak terlalu memedulikan kontrak, kurang begitu peduli terhadap bunyi
klausala-klausala kontrak. Dalam benak mereka, cukuplah bagaimana
melaksanakan transaksi tersebut. Mind set seperti ini terbawa pula ketika ternyata
kemudian sengketa mengenai kontrak lahir. Mereka kurang peduli dengan apa
yang ada pada klausal kontrak. Kalau ada sengketa, mereka upayakan
penyelesaiannya secara baik-baik, secara kekeluargaan.
Selain itu (Ariani, 2012) menyatakan, perlu dicatat pula bahwa negoisasi,
merupakan salah satu lembag alternatif penyelesaian sengketa yang dilaksanakan
diluar pengadilan, sedangkan perdamaian dapat dilakukan baik sebelum proses
persidangan pengadilan dilakukan, maupun setelah sidang peradilan dilaksanakan,
baik di dalam maupun diluar sidang pengadilan (Pasal 130 HIR).
D. Fungsi negosiasi,
Fungsi negoisasi di antaranya sebagai berikut :
1. membantu para pihak dalam memperjelas konteks dan inti permasalahan
yang disengketakan dengan memberikan kesempatan saling menjelaskan
dan meyakinkan apa yang menjadi tujuan atau harapannya;
2. membantu para pihak dalam menemukan altenatif penyelesaian sengketa
tanpa mengganggu hubungan saling menguntungkan meskipun dalam
situasi yang saling bertentangan;
3. mengurangi beban atau tekanan mental para pihak yang bersengketa dengan
mempertimbangkan posisi dan tawar-menawar;
4. membuka sekat-sekat yang membatasi kedua belah pihak dengan cara
membuka diri, perasaan,mengendalikan emosi, mengungkapkan
mengungkapkan keinginan, dan kepercayaan untuk menemukan fokus
penyelesaian; dan
5. membantu para pihak, khususnya negosiator, dalam menemukan tindakan
yang tepat pada saat terjadi situasi kritis untuk mengambil tindakan efektif
dan realistis dalam penyelesaian sengketa agar tidak berlarut-larut.
Berdasarkan Pasal 6 ayat (2) UUAAPS tersebut negosiasi adalah suatu upaya
penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh para pihak atau kuasanya secara
langsung tanpa melibatkan pihak ketiga sebagai penengah dalam waktu paling
lama 14 hari dan hasil negosiasi ditungkan dalam bentuk tertulis.
Kesepakatan dari hasil negosiasi hanya dilakukan oleh para pihak sebagai
negosiator yang tidak melibatkan pihak ketiga. Hal ini tentu akan akan
menghemat biaya karena tidak membutuhkan biaya yang banyak yang harus
dkeluarkan untuk untuk membayar pihak ketiga. Lain halnya penyelesaian
sengketa yang dilakukan secara mediasi dan konsiliasi dibantu oleh pihak ketiga
yang ahli dalam bidangnya tentu, para pihak yang bersengketa membutuhkan
biaya yang besar untuk membayar mediator dan kosialiator yang ahli
dibidangnnya. Hasil penyelesaian sengketa melalui negosiasi yang merupakan
kesepakatan dari para negosiator dituangkan dalam bentuk tertulis mengikat
kepada para pihak untuk dilaksanakan. Hasil proses negosiasi yang merupakan
kesepakatan dari para pihak mengikat sebagai suatu perjanjian yang mengikat
sebagai undang-undang kepada para negosiator yang harus dilaksanakan dengan
itikad baik berdasarkan hasil kesepakatan.
(Tuti Muryati & Rini Heryanti, 2011) berpendapat bahwa, dalam praktik,
negosiasi dilakukan karena 2 alasan, yaitu : (1) untuk mencari sesuatu yang baru
yang tidak dapat dilakukannya sendiri, misalnya dalam transaksi jual beli, pihak
penjual dan pembeli saling memerlukan untuk menentukan harga, dalam hal ini
tidak terjadi sengketa; dan (2) untuk memecahkan perselisihan atau sengketa yang
timbul diantara para pihak.
(https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/view/84784/46509)
Kendala yang dihadapi oleh para pihak dalam bernegosiasi adalah masing-
masing pihak yang bersengketa tetap bertahan pada posisi tawaran pertama, saling
mempertahankan hak-hak dan kepentingan masing-masing. Ketentuan
penyelesaian sengketa melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) berlaku
juga terhadap penyelesaian sengketa yang dilakukan dengan cara negosiasi,
seperti penyelesaian sengketa dilakukan diluar pengadilan, berdasarkan
kesepakatan kedua belah pihak, sangketa yang dapat diselesaikan adalah sengketa
di bidang perdata dan dibidang perdagangan yang dapat diselesaikan dengan
perdamaian. Sengketa yang tidak dapat diselesaikan dengan cara mediasi atau
perdamaian, maka tidak dapat diselesaikan dengan cara negosiasi.
Kelemahan Negosiasi, taktik salah satu pihak agar pihak lain menunda
gugatan secara hukum, tidak ada jaminan bahwa para pihak akan melaksanakan
kewajiban terhadap apa yang telah disepakati. Tidak dapat berjalan tanpa adanya
kesepakatan dari keduabelah pihak, Tidak efektif jika dilakukan oleh pihak yang
tidak berwenang mengambil kesepakatan, Sulit berjalan apabila posisi para pihak
tidak seimbang, Memungkinkan diadakan untuk menunda penyelesaian untuk
mengetahui informasi yang dirahasiakan lawan, Dapat membuka kekuatan dan
kelemahan salahsatu pihak, Dapat membuat kesepakan yang kurang
menguntungkan.
Negosiasi merupakan hal biasa dilakukan oleh setiap orang dan dapat
dilakukan untuk berbagai macam hal dan kepantingan. Negoisasi dapat
direncanakan dan dapat tidak direncanakan, negoisasi yang direncanakan adalah
suatu bentuk negoisasi atas permasalahan yang timbul dari hubungan hukum
antara pra pihak dan telah dipersiapkan terlebih dahulu hal-hal yang akan
dikemukakan pada saat dilaksanakan negoisasi tersebut. Karena direncanakan
maka dilakukan berdasarkan kesepakatan para pihak dan yang dikedepankan
adalah intensitas tatap muka, berhubungan secara visual dan komunikasi. Dari hal
tersebut maka dapat dikatakan setiap negosiasi itu memiliki teknik tersendiri bagi
para pihak yang ingin menyelesaiakan perselisihannya. Adanya teknik dalam
bernegosiasi ini dikarenakan setiap individu memiliki karakter dan kepribadian
serta cara pandang yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Suryadi, Soedarmoko, S., Tumpa, H., Sutrisno, S., & Nugroho, S. A. (2000).
Laporan Penelitian Alternative Dispute Resolution (Penyelesaian Sengketa
Alternatif ) Dan Court Conected Dispute Resolution ( Penyelesaian Sengketa
yang Terkait Dengan Pengadilan. 75.
Tuti Muryati, D., & Rini Heryanti, B. (2011). Pengaturan dan Mekanisme
Penyelesaian Sengketa Nonlitigasi di Bidang Perdagangan. Jurnal Dinamika
Sosbud, 13(1), 49–65.