Disusun Guna Memenuhi Tugas Besar 1 Mata Kuliah Negosiasi Luring dan Daring
Disusun oleh :
44221110044
UNIVERSITAS MERCUBUANA
JAKARTA
2022
Pengarang : Asti Musman
Penyunting : Kak Rina
Pemeriksa aksara : Lestari Nurti
Perancang sampu : Bagus Utomo
ISBN: 978-623-244-266-5
Cetakan pertama: Mei, 2022
LANGKAH 1: The Art of Negotiating (Seni Negosiasi)
Negosiasi
Menurut Asep Sujana (2004) menyebutkan negosiasi sebagai suatu pertemuan bisnis antara
dua belah pihak yang di dalamnya terdapat proses memberi, menerima, dan tawar menawar.
Di samping itu , negosiasi merupakan ijab kabul dari proses interaksi yang dilakukan bagi
kedua belah pihak untuk saling menerima dan saling memberi atas sesuatu yang ditentukan
berdasarkan kesepakatan bersama.
Menurut Oliver, negosiasi merupakan transaksi antar dua belah pihak yang memiliki hak atas
hasil akhir. Berkaitan dengan hal ini, diperlukan persetujuan kedua belah pihak sehingga
terjadi proses saling memberi seta menerima sesuatu untuk mecapai kesepakatan bersama.
Roger Fisher dan Willian Ury menyebutkan negosiasi merupakan komunikasi dua arah yang
dirancang untuk mencapai kesepakatan antara kedua belah pihak yang memiliki kepentingan
sama atau beda.
John R mendefinisikan negosiasi sebagai suatu bentuk tawar menawar langsung dengan
orang yang telah kita tentukan. Memahami gaya-gaya dalam memengaruhi akan membantu
kita membuat argumen yang paling sesuai
Negosiator
Merupakan perunding atau orang yang bertindak sebagai juru runding. Seorang negosiator
harus memiliki ilmu pengetahuan , keterampilan, dan intuisi dalam melakukan proses
negosiasi. Adapun beberapa gaya negosiator, yaitu: Tipe petarung, tipe kolaborator, tipe
kompromitis, tipe negosiator curang, tipe negosiator profesional, tipe negosiator pura-pura
bodoh, dan negosiator naif.
John R. Hook (2005) mengungkapkan tentang sepuluh faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam negosiasi, yaitu:
2. Tingkat Konflik
3. Prioritas Tindakan
7. Tujuan
9. Dampak Kekalahan
Tujuan Negosiasi
Pada hakikatnya tujuan kita melakukan negosiasi adalah untuk menghasilkan win-win
solution melalui saling pemahaman dari kedua belah pihak yang bernegosiasi, yaitu keduanya
memperoleh apa yang diinginkan masaing-masing serta di antara mereka tidak ada yang
dirugikan.
Tempat Negosiasi
Tempat atau lokasi diadakanya negosiasi sangat penting untuk disepakati terlebih dahulu
karena memiliki implikasi-implikasi simbolis dan praktis, bahkan karena perosalan tempat ini
sering menimbulkan kesulitan dan hambatan untuk dimulainya negosiasi
Manfaat Negosiasi
Pihak yang mampu menentukan wilayahnya sebagai tempat pertemuan pertama dengan
lawan negosiasinya, memberikan implikasi prestisius, dan nilai propaganda. Untuk
menyiasati hal ini, pilihlah tempat yang netral dan saling bergantian sebagai tuan rumah.
Waktu Negosiasi
Waktu negosiasi harus disepakati karena penting dalam proses negosiasi dalam bentuk
penetapan waktu dimulainy, durasi waktu setiap sesi pembicaraan, waktu jeda, dan waktu
mengakhiri. Dalam konteks ini harus ada komitmen tentang waktu yang sesuai sifat
negosiasinya. misalnya perlu waktu panjang maka disiapkan waktu yang lama.
Proses Negosiasi
1. Perencanaan
Persiapan yang baik merupakan dasar bagi negosiasi yang akan kita lakukan. Hal
tersebut akan memberikan rasa percaya diri dalam melakukan negosiasi. Hal yang
harus kita lakukan pertama kali yaitu menentukan secara jelas tujuan yang ingin kita
capai dalam bernegosiasi tersebut
Kegiatan Negosiasi
1. Pembukaan
5. Membangun kesepakatan
Evaluasi Negosiasi
Setelah menyelesaikan negosiasi, masing-masing pihak membuat suatu evaluasi dari seluruh
rangkaian pelaksanaan negosiasi apakah berupa keberhasilan, ketertundaan, atau
ketidakberhasilan. Hasil-hasil dari setiap pertemuan mempunyai ilai rangkaian bagi
pertemuan berikutnya. Meskipun proses negosiasi telah usai yang disertai dengan jabatan
tangan sebuah dokumen, bukan berati proses negosiasi telah usai. Bahkan, ada yang
menganggap itu permulaan karena suatu kesepakatan dapat ditindaklanjuti dengan negosiasi
lanjutan secara mendetail yang memberikan peluang untuk membuka masalah-masalah baru.
Pertama, negosiasi harus bersifat negotiable, artinya masalah atau hal yang dinegosiasikan
memang pantas untuk dinegosiasikan
Kedua, yang berada di dalam situasi negosiasi, baik terdapat dua atau lebih individu, ada dua
pihak atau lebih, kelompok atau organisasi, serta negara, memiliki keamanan substansi.
Ketiga, terdapat perbedaan kepentingan antara dua belah pihak atau lebih, yaitu apa yang
diinginkan oleh satu pihak belum tentu diinginkan pihak lain. Masing-masing harus mencari
upaya penyelesaiannya.
Keempat, para pihak yang bernegosiasi didasari oleh pemikiran bisa memanfaatkan beberapa
pengaruh untuk mendapatkan kesepakatan yang lebih baik di antara dua belah pihak.
Kelima, para pihak lebih memilih untuk mecari kesepakatan dengan bernegosiasi daripada
perlawanan secara terbuka atau menyerahkan permasalahan mereka.
Keenam, dengan bernegosiasi, masing-masing pihak berharap memberi dan menerima dalam
bentuk modifikasi permintaan atau tuntutan melalui pemberian konsesi atau jalan kreatif
untuk mendapat solusi.
Kedelapan, negosiasi dilakukan untuk mendapat suatu atau lebih tujuan , mengidentifikasi
kepentingan bersama, dan menyepakatinya, memenuhi keinginan masing-masing, serta
pengakuan terhadap perbedaan kepentingan dan kompromi atau mengombinasikan keduanya.
Kesembilan, Proses berlanjut, negosiasi bukan hal yang instan dalam arti dilakukan dan
langsung selesai, melainkan suatu rangkaian proses yang panjang.
2. Fun Money
Etika Negosiasi
Etika negosiasi memiliki pemahaman dan kesadaran untuk mematuhi aturan-aturan atau
hukum-hukum dalam aktivitas praktis para profesional termasuk negosiator.
Patrice Lumumba (2013) mendefinisikan etika negosiasi sebagai perilaku etis yang
ditampakkan sejak awal melakoni negosiasi.
Lebih jauh Patrice Lumumba (2013) menyebutkan ada tiga mahzab yang berkaitan dengan
etika negosiasi.
Selanjutnya, ada beberapa kriteria yang digunakan untuk menilai apakan sebuah negosiasi itu
etis? (Patrice Lumumba, 2013), yaitu:
Golden Rule
Universalism
Utilitarianism
Distirbutive Justice
J. Lewick, Saounders, dan Minton dalam bukunya Essentials of Negotiation (dalam Patrice
Lumumba, 2013) membagi strategi dan taktik negosiasi menjadi dua, yaitu:
merupakan persaingan untuk mendapatkan hasil dari sebagian besar sumber daya
yang dinegosiasikan. Ditribution bargaining disebut juga bersifat kompetitif, yaitu
menang kalah. Dalam strategi ini, tujuan dari salah satu pihak yang bersifat
fundamental. Akibatnya, selalu berusaha untuk memaksimalkan bagian dari negosiasi
yang harus diperoleh. Dalam Distribution bargaining menggambarkan bahwa tujuan
masing-masing pihak sulit untuk dipertemukan sehingga mereka berusaha untuk
mencari jalannya sendiri. Selain itu, distribution bargaining hanya menganut satu
prinsip, yaitu menolak kesempatan pihak lain untuk mencapai keinginan atau
menemukan objektivitas.
Tujuan dari masing-masing pihak bukan suatu yang ekslusif. Jika satu pihak mengejar
tujuannya, hal ini buka merupakan penghalang bagi pihak lain untuk mencapai
tujuannya pula. Dengan kata lain keuntungan satu pihak tidak menjadi kerugian pihak
lainnya. Selain itu, obsesinya bermuara pada prinsip win-win. Itu sebabnya dalam
pola integrative bargaining kedua belah pihak bekerja sama untuk mengatasi faktor
penghambatan dan mencari solusi secara umum untuk keuntungan bersama. Pada
proses ini negosiator bersifat fleksibel. Meskipun mereka terlibat dalam hal
kepentingan masing-masing, tetapi bersifat flesksibel dalam bersikap.
Secara umum, Patrice Lumumba (2013) membagii dalam tiga komponen utama tentang
perilaku negosiatos yang tidak etis, yaitu:
2. Mencari Profit
3. Persaingan
4. Mengabaikan Keadilan
Dalam sebuah negosiasi sangatlah bergantung pada informasi. Itulah sebabnya, peruntukan
informasi merupakan salah satu sumber kekuatan utama dalam negosiasi. Sayangnya,
informasi itu terkadang dimanipulasi agar menang dalam negosiasi. Hail ini tampak dalam
berbagai cara, yaitu:
1. Mis-interpretasi
2. Menggertak
3. Pemalsuan
4. Penipuan
5. Bulfing
6. Intimidasi
Roger Fisher, William Ury, dan Bruce Patton (2003) menyebutkan bahwa taktik akal-akalan
dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
Fakta-fakta palsu
2. Perang Psikologis
Serangan Pribadi
Menaikkan Tuntutan
Dalam melakukan negosiasi tidaklah selalu mulus dapat mencapai kesepakatan. Justru
kadang kala akibat negosiasi itu terjadi konflik. Konflik hanyalah perbedaan sudut pandang
antara dua orang atau kelompok yang tidak dapat dihindari. Konflik harus diatasi jika terjadi
deadlock atau jalan buntu, dapat menggunakan pihak ketiga.
Menggunakan Pihak Ketiga
Menurut J. Lewicki (dalam Patrice Lumumba, 2013) terdapat kelemahan dan keuntungan
menggunakan pihak ketiga, yaitu:
1. Atribasi
Badan atribasi berfungsi sebagai penyedia jasa saat mengalami jalan buntu atau telah
mencapai batas waktunya tanpa ada penyelesaian sengketa.
Adapun efek negatifnya, yaitu jika pihak yang bersengketa gagal untuk bersepakat,
pihak arbiter akan melakukan intervensi yang bersifat mengikat dan mengeluarkan
penawaran yang berbeda dari apa yang ditawarkan oleh pihak yang bersengketa di
saat perundingan.
2. Mediasi
Fungsi dan tugas mediasi, yaitu mencari cara untuk mencapai tujuan berupa
menyerahkan kepada masing-masing pihak yang bersengketa untuk memperoleh
tujuan bersama.
Dalam proses kerja mediasi ada lima dasar yang harus dipenuhi atau diistilahkan “The
Five Basic Philosophies of Mediation” (Patrice Lumumba, 2013):
Confidentiality (Kerahasiaan)
Voluntariness (Sukarela)
Tiap pihak yang bersengketa memilih meditasi atas kemauan sendiri tanpa
paksaan dari pihak lain.
Empowerment (Pemberdayaan)
Neutrality (Kenetralan)
Mediator harus orang yang netral, yang bisa diterima kedua belah pihak serta
dapat berlaku adil terhadap keduanya.
Penyelesaian hasil mediasi tidak hasil mutlak sesuai standar legal, tapi
dihasilkan dari proses kreativitas yang hasilnya mungkin lebih memuaskan.
Saat masalah yang dinegosiasikan telah mulai mengundang kontroversi, suasana pasti bakal
“memanas”. Pertanyaan-pertanyaan mulai gawar, situasi menegang, dan suara meninggi.
Pertentangan memuncak. Untuk itu ada beberapa teknik dalam mengatasinya, yaitu:
1. Jika Pendapat Mereka Benar
Terimalah dengan cepat dan tenang. Tidak usah repot-repot minta maaf. Hal yang
terbaik yang perlu dilakukan adalah setuju atas kritik yang dilimpahkan. Setelah itu,
ubahlah arah argumentasi kita.
Menerima pernyataan emosional dengan perasaan simpati dan ekspresi yang bersifat
pribadi.
Banyak waktu negosiasi dihabiskan untuk mengkritik. Daripada menolak kritik pihak
lain, mintalah kritik.
Bersikap tenang, jangan terpengaruh jika ada yang mencoba memancing kita untuk
mengucapkan kata-kata yang tidak pada tempatnya. Pertahankan ketenangan, jaga
agar suara tidak meninggi. Cukup mengulang poin-poin yang kita sampaikan.
Bentuk negosiasi yang ramah menekankan pentingnya memelihara hubungan baik yang
sudah tercipta bahkan menumpuknya. Biasanya memang mudah untuk mencapai persetujuan.
Namun, sikap demikian tidak selalu tepat dan bijaksana. Setiap negosiasi yang terlalu
menganggap penting menjaga hubungan baik justru dapat menghasilkan sebuah persetujuan
yang sentimental saja.
Saat duduk usahakan tenang dan tidak menggunakan gerakan-gerakan yang ceroboh. Dalam
menghadapi sebuah kelompok negosiasi, posisi dan sikap duduk adalah sama penting.
Philip L Hunsaker (dalam Eugene Ehrlich dan Gene R. Hawes, 1993) berpendapat bahwa
duduk di sebelah pembicara atau dekat pembicara sangat bermanfaat.
Sesuaikan tempat duduk dengan maksud dan tujuan kita. Jika ingin banyak bicara, duduklah
di seberang, berhadapan dengan kelompok pembicara. Bila tidak bermaksud untuk berbicara,
tapi ingin dianggap “penting” duduklah di samping pembicara atau sang pemimpin.
Menangani Konflik Negosiasi
John R. Hook (2005) mendefinisikan konflik sebagau perbedaan pandangan antar individu
yang menyebabkan masalah dalam hal tertentu pada waktu tertentu pula. Hal ini dapat
dihindari, tetapi malah akan memacu kreativitas seseorang asal tetap terorganisasi. Dalam
mengatasi konflik lakukan tiga hal, yaitu:
Kompetisi
Menghindari konflik
Kompromi
Kerja sama
Roger Fisher, William Ury, dan Bruce Paton (2003) dalam bukunya Getting to Yes
mengungkapkan, perdebatan mengenai posisi masing-masing, sering kali mendorong anggota
tim perunding untuk bertahan mati-matian pada posisi atau sikap pemula. Adapun kerugian
dalam tawar-menawar posisi, yaitu:
Roger Dawson (2003) berpendapat, power negosiator tahu bahwa mereka harus selalu
berkonsentrasi pada isu atau pokok persoalan dan tidak teralihkan oleh tindakan-tindakan
negosiator lawan. Artinya, pisahkan antara orang dan masalah yang dibahas. Kita kadang
lebih terpengaruh dengan sikap lawan, dibanding fokus pada isu yang tengah dinegosiasikan.
Memahami pendapat pihak lawan tidak sama dengan menyetujuinya, meskipun memahami
keadaan mereka dapat mengubah pandangan kita pada kondisi yang tengah berlangsung.
Dengan pemahaman itu kita justru mendapat untung, yaitu dapat mengurangi terjadinya
konflik dan dapat membantu menjelaskan kepentingan kita sendiri.
Dalam bernegosiasi sering kali memiliki persepsi buruk terhadap ucapan atau tindakan lawan
yang mengedorkan semangat kita untuk melanjutkan perundingan, padahal sebenarnya justru
itu sinyal untuk kita berpikir ke arah yang lebih baik dan merumuskan kesepakatan bersama.
Jadi, jangan terpengaruh dengan rasa khawatir.
Menekankan pembicaraan pada pokok persoalan dengan orang yang bersangkutan, usahakan
tidak menyalahkan mereka.
Tetaplah tenang dan justru bertindaklah untuk meminta maaf. Sebab, minta maaf merupakan
tindakan yang sangat efektif untuk meredakan emosi meskipun kita tidak melakukan
kesalahan atau sesuatu yang merugikan.
Negosiasi dapat terjadi antara dua belah pihak baik dengan budaya yang sama maupun
berbeda. Itulah sebabnya pemahaman tentang komunikasi antar budaya akan memudahkan
sebuah negosiasi berlangsung yang pada ujungnya untuk meraih kesepakatan bersama.
Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (1996) menyebutkan, komunikasi antar budaya adalah
komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam ras, etnik, maupun
perbedaan-perbedaan sosio ekonomi.
Penggunaan bahasa merupakan salah satu sarana untuk keberlangsungan perundingan itu.
Bahasa, sebagaimana juga budaya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari diri kita
sehingga menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika berkomunikasi dengan orang-
orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaan kita, perlu ingat bahwa
budaya dapat dipelajari.
Dalam sebuah negosiasi, orang Amerika memperhatikan kata-kata yang digunakan untuk
menyampaikan gagasan, informasi, dan perasaan. Orang Amerika biasanya terlalu
menekankan pada kesepakatan dan tidak memberikan perhatian yang cukup terhadap
hubungan dengan pihak lain dan orang Amerika terlalu cepat membicarakan bisnis. Agar
memahami berhubungan dengan orang Amerika berikut beberapa karakter mereka:
Orang Jepang menganggap bahwa orang Barat berbicara linier, langsung, lugas dan faktual
sebagai orang yang tidak punya perasaan. Sebelum bernegosiasi dengan orang Jepang cermati
hal-hal berikut:
1. Jika pergi ke Jepang untuk melakukan bisnis, harus menyosialisasikan diri beberapa
hari sebelum mereka merasa siap untuk melakukan bisnis.
2. Ekspresi orang Jepang tidak langsung agar lawan tidak kehilangan muka
3. Orang Jepang menjawab pertanyaan dengan samar
Gaya Negosiasi Orang Jerman
Dalam tindakan apa pun termasuk bernegosiasi orang Jawa selalu menetapkan tepa slira, tepa
artinya ukuran, sedangkan slira artinya badan. Jadi tepa slira berarti mengukur atau
menimbang sesuatu menurut diri kita.
Dalam bernegosiasi, orang Jawa juga memerlukan waktu yang relatif panjang sebelum
menentukan kesepakatan, segala sesuatu dipikirkan dengan matang. Orang Jawa tidak suka
grusa-grusu, yang artinya tindakan yang terlalu cepat, tetapi tidak tepat sasaran yang
diputuskan dengan rasa kemrungsung, yaitu perasaan yang campur aduk dan lebih didominasi
oleh emosi sehingga menimbulkan keputusan yang tidak bijaksana.
Dalam melakukan negosiasi pun, jika terjadi deadlock dan kesepakatan harus ditemukan
kesepakatan, ada istilah wani ngalah luhur wekasane. Artinya, orang yang berani mengalah
walaupun ia benar, pada akhirnya akan terlihat menjadi mulia.
Agar negosiasi dapat berlangsung secara efektif, kita harus mengetahui siapa yang kita ajak
bicara atau siapa pendengar kita (know your audience). Aplikasi know your audience akan
menuntun kita untuk mewujudkan harmonisasi hubungan.
Pemahaman atas pihak lawan akan memudahkan kita dalam melakukan negosiasi. Untuk
mengetahui apakah lawan berpikir dan berjuang, kita harus melakukan penyelidikan dengan
cara yang bervariasi dan teknik yang beragam agar mampu mengetahui kebutuhannya.
Komunikasi Dua Arah
Komunikasi dua arah merupakan komunikasi ketika kedua belah pihak berperan aktif di
dalamnya. Dalam sebuah negosiasi, kita sering kali mengargumentasikan suatu hal,
menjawab pertanyaan, mendengar pendapat orang lain, mengajukan pertanyaan, mendengar
pendapat orang lain, mengajukan pertanyaan, mengomentari opini orang lain dan
mengusulkan ide baru untuk tim kita sendiri.
Situasi seperti ini biasanya menuntut sekaligus menyediakan pemimpin. Pemimpin yang
terbaik adalah mereka yang sensitif terhadap kepentingan setiap anggota kelompok. Agar kita
bisa meluncurkan ide dengan baik, lakukan hal berikut:
Untuk memahami keinginan dan kebutuhan lawan dalam bernegosiasi, selain kita
mendengarkan pendapatnya, kita juga bisa menilainya dari komunikasi non verbal, yaitu
melalui gesture tubuhnya.
Kata-kata yang terucap tidak cukup untuk menyatakan isi hati seseorang. Reaksi non verbal,
seperti mendengar juga merupakan kunci sebuah komunikasi berjalan dua arah. Tanpa
mengucapkan kata-kata, orang bisa memberikan tanda-tanda apakah ia tertarik atau bosan,
setuju atau menentang ,sinis atau hormat, dan seterusnya. Itulah sebabnya, coba perhatikan
hal-hal apa yang dilakukan oleh lawan kita saat bernegosiasi:
19. Mengusap hidung, gerakan ini bisa mengisyaratkan seseorang sedang berbohong.
Gosokan halus menunjukkan kebohongan, sedangkan gerakan kasar bukan bentuk
kebohongan.
20. Isyarat mulut, gerakan menutup mulut dapat mengindikasikan sedang berbohong.
Namun, bisa juga menandakan tidak percaya diri.
21. Isyarat daun telinga, gerakan menggosok daun telinga menunjukkan
ketidaktertarikan terhadap topik.
22. Isyarat senyum, senyum palsu biasanya cepat hilang dan hanya tarikan bibir.
23. Tampang sinis, wajah berkerut dan terkepal tangan, biasanya menandakan tengah
marah, sehingga harus dihadapi dengan sabar dan tenang.
24. Membaca Bentuk Wajah
Menurut Lilian Bridges dalam bukunya Face Reading in Chinese Medicine,
bentuk wajah seseorang mengungkapkan banyak tentang kepribadian sekaligus
wataknya. Berikut, cara menggunakan seni membaca wajah untuk memengaruhi
orang yang kita temui:
a. Dahi
Dahi Tinggi: dipercaya sangat cerdas dan analitis. Juga perlu waktu
untuk memikirkan sebelum membuat keputusan
b. Dagu
d. Hidung
e. Alis
Alis Tebal dan Besar: bersemangat, kuat, aktif, dan agresif, serta
asertif mendapatkan apa yang diinginkan. Sayangnya,
membanggakan atau menyombongkan diri, egois, serta kasar.
Bahasa tubuh yang paling tulus dan tidak bisa ditipu adalah senyuman. Jika pihak
yang bernegosiasi dengan kita memberi senyuman yang tulus, itu artinya
menggambarkan ketulusan bekerja sama dengan kita.
Berarti tidak diragukan bahwa rekan bisnis ini benar-benar tulus dan setuju
dengan kontrak kerja sama yang kita buat.
Komunikasi Verbal
Strategi Berbicara
Kepercayaan dalam sebuah negosiasi juga dipengaruhi oleh strategi berbicara. Berbicara
dapat mendatangkan kepercayaan ketika kita mampu memformulasikan aliran kata yang kita
bangun melalui otak dan langsung ditransfer ke mulut. Kita juga harus mengatasi beberapa
hambatan:
1. Pertanyaan umum
2. Pertanyaan langsung
3. Pertanyaan terkendali
4. Pertanyaan mencari opini
Fungsi Pertanyaan
1. Logika
2. Keamanan Visi
3. Partisipasi Bersama
1. Kontak mata
Cara praktis untuk menggunakan kontak mata menurut Eugene Ehlich dan
Gene R. Hawes (1993), yaitu:
Bila kita bicara lebih keras, bukan berarti berteriak, otomatis penampilan kita menjadi lebih
baik. Bahwa yang kita sampaikan memiliki “power” bukan sekedar mengeluarkan suara keras
atau asal mengeluarkan suara untuk sebuah persentasi.
Atur volume berbicara supaya melampaui suara-suara lain di sekitar sehingga orang yang kita
ajak bicara dapat mendengar suara kita dengan baik.
Kemampuan Terpendam
Seseorang memiliki kemampuan terpendam untuk dapat berbicara dengan baik. Maka,
tunjukkan kemampuan terpendam kita bahwa kita mampu berbicara serius, tetapi dengan cara
yang natural.
Jagalah Sikap
1. Kata-kata ekstra
2. Kata-kata populer
3. Kata-kata yang senonoh
Elemen-elemen dalam meyakinkan orang lewat cara berbicara (Eugene Ehlich dan Gene R.
Hawes (1993):
1. Pengetahuan
2. Empati
3. Antusiasme
4. Bersungguh-sungguh
5. Bijaksana
6. Sopan
Sebenarnya banyak hal yang menguntungkan bagi anggota tim perundingan, sayangnya
mereka tidak menyadari. Dalam proses negosiasi masing-masing pihak merasa memiliki
jawaban yang lebih tepat dan cenderung memaksakan kehendaknya sendiri untuk diterima.
Mengesampingkan ide baru akan menghambat penemuan. Demikian pula terlalu cepat
menyimpulkan mengakibatkan imajinasi yang mulai berkembang akan berhenti.
Tujuan akhir dari sebuah perundingan adalah menemukan sebuah keputusan tunggal,
sehingga bentuk pembicaraan yang mengambang dan tidak mengarah pada sebuah jawaban
dikhawatirkan akan memperlambat dan membingungkan jalannya perundingan.
Asumsi harga mati (a fix pie) menjelaskan mengapa hanya sedikit pilihan jawaban yang
tersedia, jawabanya karena masing-masing pihak melihat situasi yang terbentang sebagai
pilihan antara “Saya atau Anda” Kalau bukan “Saya” yang mendapatkannya atau
memenangkannya pastilah “Anda”.
Sering kali muncul perasaan segan untuk mengombinasikan pendapat kita dengan urusan
mereka, karena seolah-olah merupakan tindakan mendua hati dan tidak konsisten, dan hanya
mementingkan kepentingan sendiri tentukah mengakibatkan posisi yang partisan,
argumentasi yang partisan, dan solusi-solusi yang berat sebelah.
Agar menemukan Jawaban yang kreatif dalam bernegosiasi, dapat dilakukan hal-hal berikut:
1. Pisahkan tindakan mencari pilihan dari upaya mengambil putusan (separate inveting
from deciding)
2. Sebelum brain storming
3. Selama brainstorming
4. Setelah brainstorming
5. Brainstorming bersama lawan negosiasi
6. Melihat dari sudut pandang yang berbeda
Terlepas dari kepentingan bersama untuk menghindari kerugian, selalu terdapat kemungkinan
untuk menciptakan kesepakatan yang saling menguntungkan. Maka, untuk mencari
kesepakatan yang menguntungkan lakukan dengan cara kenalilah kepentingan bersama,
rangkailah beberapa kepentingan berbeda, danbertanyalah tentang pilihan mereka.
Terdapat tiga hal utama mengenai kepentingan bersama yang layak untuk diperhatikan
Pertama, kepentingan bersama selalu ada di hampir setiap perundingan, meskipun tidak
selalu terlihat dengan jelas. Kedua, kepentingan bersama adalah kesempatan yang tidak
muncul secara kebetulan. Ketiga, dengan mengutamakan kepentingan bersama, jalanya
sebuah perundingan akan menjadi lebih lancar dan kesepakatan yang dicapai akan lebih
mudah diterima.
Ciptakan Suasana yang Memudahkan Mereka Membuat Keputusan
Kita dapat menciptakan suasana yang sedapat mungkin tidak menimbulkan kesulitan bagi
pihak lain, yaitu dengan mengajukan satu pilihan.
Negosiasi yang berprinsip akan menghasilkan persetujuan (bijak) secara bersahabat dan
efisien.