Anda di halaman 1dari 5

TINJAUAN LITERATUR

KONFLIK

Jika kita melihat bahwa kecelakaan yang melibatkan konflik adalah banyak disebabkan
oleh kata- kata yang kurang baik, simbol-simbol aktivitas dari oposisi. Akan tetapi manifestasi
akan konflik adalah hanya sedikit dari proses konflik yang sebenarnya, proses konflik dimulai
dari sumber-sumber konflik berupa, tidak sejalan dengan tujuan, perbedaan nilai, dan
kondisi lainnya . Menurut Stheven P. Robbin mendefinsikan konflik sebagai suatu proses
yang mulai bila suatu pihak bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif, atau
akan segera mernpenqaruhl secara negatif, sesuatu yang menjadi perhatian pihak pertama.
Definisi diatas menjelaskan bahwa sustu titik pada setiap kegiatan yang tengah berlangsung bila
suatu lnteraksi "bersilangan" dapat menjadi suatu konflik antar pihak.

Secara umum kita mengenal 6 (enam) Tingkatan Konflik, yaitu :

1. Konflik di dalam diri sendiri


Konflik ini dapat terjadi apabila terjadi pertentangan di dalam diri seseorang sebagai
akibat dari perbedaan/kesenjangan antara kemauan dan kemampuannya. Secara umum
konflik dalam diri sendiri dapat terjadi sebagai akibat dari Konflik Afektil yaitu konflik
yang terjadi ketika ketidakmampuan emosional sebagai akibat dari tidak tercapainya
sasaran yang telah rnenyebabkan stres, menurunnya produktivitas atau rnenurunnya
kepuasan pribadi. Atau, dapat pula Konflik Kognitil yaitu konflik yang tidak rnenyenangkan
secara intelektual, dimana seseorang memiliki kemampuan secara intelektual, tetapi karena
keterbatasan sumberdaya, waktu, dsb. menyebabkan ia harus menerima kegagalan.
2. Konflik antar pribadi
Konflik antar pribadi terjadi apabila 2 orang individu tidak setuju atas suatu
permasalahan, rencana kerja atau tujuan. Konflik ini dapat berasal dari perbedaan
persepsi, orientasi, atau kedudukan.
3. Konflik di dalam kelompok
Konflik di dalam kelompok dapat terjadi dalam bentuk Konflik Substantif, yaitu konflik yang
sama dengan Konflik Kognitif pada diri sendiri, dimana konflik berasal dari ketidaksetujuan
intelektual, dimana keputusan kelompok tidak sejalan dengan keinginan satu-dua individu
dalam kelompok tersebut yang meyakini bahwa "caranya" jauh lebih baik, lebih efisien
atau lebih praktis. Konflik di dalam kelompok juga dapat berasal dari Konflik Afektif,
dimana terdapat respon emosional atas situasi yang terjadi di dalarn kelompok. Contoh
sederhana adalah bagaimana beberapa anggota kelompok memiliki keinginan yang
tertentu, sementara kelompok telah pula memutuskan sesuatu yang lain.
4. Konflik antar kelompok
Konflik antar kelompok ini terjadi di antara kelompok-kelompok yang ada dalam organisasi,
misalnya antara satu direktorat dengan direktorat yang lain, atau dapatpula terjadi antar
kelompok funqst, seperti fungsl perencanaan dengan fungsi keuangan atau pengawasan
intern dan lain sebagainya.
5. Konflik di dalam organisasi
Konflik di dalam organisasi dapat diindikasikan apabila situasi konflik telah menjarah ke
dalam seluruh fungsi di dalam organisasi. Konflik ini dapat berupa Konflik vertikst. seperti
konflik antara manajer dengan stafnya, atau Konflik Horisontst, yaitu konflik antara sesama
pegawai di dalam organisasi pada level yang sama, di dalam atau antar direktorat.
Sedangkan Konflik Diagonal atau Konflik Lir.i-Staf pada umumnya terjadi sebagai akibat
distorsi pada penqalokasian sumber daya di dalam organisasi.
6. Konflik antar organisasi
Konflik antar organisasi biasanya terjadi antara organisasi-organisasi yang memiliki
keterlibatan sangat erat dalam menjalankan suatu bisnis, seperti antara perusahaan dengan
para pesaingnya, perusahaan pemasok atau perusahaan pelanggannya

NEGOSIASI

Proses negosiasi ditemukan dalam banyak situasi, baik profesional maupun non
profesional. Dengan demikian, negosiasi kini tidak hanya terjadi dalam lingkup bisnis yang
berkaitan dengan jual beli produk dan jasa. Negosiasi juga dapat terjadi antara pihak-
pihak yang akrab, seperti teman atau keluarga, mengenai masalah pribadi dan pribadi.
Secara umum, negosiasi diartikan sebagai proses tawar menawar melalui negosiasi.
Kesepakatan bersama dimungkinkan antara satu pihak, baik individu, kelompok, maupun
organisasi dengan pihak lain. Menurut Baguley (2000) dalam I Putu Artaya (2013:1),
negosiasi adalah suatu cara untuk mencapai suatu keputusan yang dapat disepakati dan
diterima oleh para pihak yang bernegosiasi dan menyepakati tindakan di masa yang akan
datang.

Menurut Craver (2003), beberapa tahapan yang dilalui dalam sebuah negosiasi,
yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan
Persiapan adalah tahap dimana negosiator mempersiapkan diri sebelum melakukan
negosiasi. Pada tahap persiapan, seorang negosiator tidak hanya merancang dan
menyimpulkan tujuan yang ingin dicapai oleh partainya. Perlu juga mengetahui
informasi dari pihak lawan. Karena dalam tahap persiapan, negosiator perlu
mengetahui pengetahuan yang dibutuhkan saat bernegosiasi, termasuk mengenai pihak
lawan. Tahap persiapan sangat menentukan dalam proses negosiasi. Mereka yang
berbuat lebih banyak persiapan akan memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan
hasil atau tujuan sesuai keinginan mereka.
2. Tahap Pendahuluan
Tahap pendahuluan merupakan tahap awal dari suatu proses negosiasi. Pada tahap
ini, pihak- pihak yang bernegosiasi berinteraksi untuk pertama kalinya dan
menentukan aturan. Pada tahap ini, seorang negosiator perlu mengetahui kesamaan
dengan lawannya. Persamaan tersebut melibatkan nilai, tujuan, minat, atau minat.
Dengan mengetahui kesamaan tersebut, negosiator akan cepat mendapatkan
kepercayaan lawan karena lawan merasa negosiasi akan beritikad baik. Negosiator
juga harus mulai mengidentifikasi titik kritis lawan. Selama proses negosiasi, negosiator
dapat merumuskan penawaran yang dapat disepakati oleh para pihak yang
bernegosiasi.
3. Tahap Informasi
Tahap ini juga dikenal sebagai tahap penciptaan nilai. Ketika negosiator telah berhasil
mengidentifikasi dinamika komunikasi dalam negosiasi dan memahami informasi dari
pihak lain, tahap ini merupakan tahap transisi dari diskusi ringan ke diskusi mengenai
kebutuhan dan kepentingan masing-masing pihak. Dalam proses ini, para pihak yang
bernegosiasi akan saling mengetahui kebutuhan dan kepentingan masing-masing dan
kemudian mencari cara untuk mencapai kesepakatan yang dapat memenuhi kebutuhan
dan kepentingan masing-masing pihak.
4. Tahap Distributif
Tahap ini disebut juga tahap klaim nilai. Transisi dari tahap informasi ke tahap
distributif biasanya terlihat. Pada tahap ini, pihak-pihak yang bernegosiasi tidak lagi
saling bertanya apa yang diinginkan masing-masing pihak dan mulai berbicara tentang
apa yang masing-masing pihak miliki atau mau berikan. Selama tahap distributif,
negosiasi berfokus pada penentuan nilai dan alternatif dari negosiasi.
5. Tahap Penutupan
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari proses negosiasi, yang menandai berakhirnya
proses negosiasi, dan para pihak yang bernegosiasi telah mencapai kesepakatan.

Akibatakibat Konflik
Konflik yang muncul dan terjadi dalam suatu organisasi/perusahaan yang disebabkan
oleh faktor apapun, memiliki konsekuensi atau akibat bagi seluruh elemen oraqanlsasi tersebut.
Sebagai sebuah sebab, maka konflik juga dapat membawa akibat positif dan negatif.\
1. Akibat Positif
a. Organisasi memiliki dinamika dan jalinan yang akrab satu sama lain karena adanya
interaksi yang intensif antar sesama anggota organisasi baik yang terlibat langsung
dengan konflik maupun yang lain. Konflik antar individu atau antar kelompok
yang diselesaikan dengan damai dan adil akan membawa keharmonisan dan
kebersamaan yang saling menguatkan.
b. Orangorang yang pernah berkonflik memahami akan dampak yang diakibatkan oleh
konflik yang dilakukan, sehingga pengalaman masa lalu dapat dijadikarii sebagai
pelajaran berharga dalam bekerja. Jika harus terjadi konflik serupa, maka satu sama
lain aksn saling berusaha memahami dan menyelaraskan dengan lingkungan di mana
berada.
c. Konflik yang muncul akibat ketidakpuasan atas diberlakukannya peraturan tentang
upah/gaji dan jenis kesejahteraan lainnya yang sebelumnya ditentang, boleh jadi oleh
pihak manajemen pemberlakuannya ditunda atau dibatalkan
2. Akibat Negatif
a. Komunikasi organisasi terhambat
b. Kerjasama yang sudah dan akan terjalin antar individu dalam organisasi menjadi
terhalang/terhambat.
c. Aktivitas produksi dan distribusi dalam perusahaan menjadi terganggu, bahkan
sangat mungkin dapat mengakibatkan turunnya omset penjualan dalam kurun waktu
tertentu.
d. Masingmasing pihak yang berkonflik sangat rentan tersulut adanya situasi atau hal lain
yang memancing kedua belah pihak untuk berkonflik lagi.

Pemecahan Konflik melalui Negosiasi.


Negosiasi bertujuan ganda artinya kedua belah pihak melakukan negosiasi untuk
mencapai kesepakatan yang adil dan masuk akal sehingga dapat memuaskan masing-masing
pihak. Negosiasi yang berhasil dapat menghasilkan kesepakatan yang saling menguntungkan
bagi kepentingan kedua belah pihak. Kedua belah pihak tidak merasa sebagai pihak yang
kalah total atau pihak yang menang total. Negosiasi memerlukan seni karena negosiasi
merupakan suatu keterampilan khusus dan pengetahuan yang lebih banyak diperoleh melalui
pengalaman daripada pendidikan formal. Seorang negosiator yang memeliki pelatihan formal
di dalam proses negosiasi dan dalam menerapkan strategi dan taktik negosiasi bisa dianggap
sebagai pemimpin yang mempunyai inisiatif, mempertahankan kontrol, dan seorang motivator
yang baik. Keterampilan bernegosiasi yang baik tidak saja akan membuat anda keluar sebagai
pemenang akan tetapi juga membuat lawan andapun demikian, sehingga hasil akhir adalah
kedua belah pihak berada dalam situasi sama-sama menguntungkan (win-win solution).

DAFTAR PUSTAKA
1. SRITUMINI, B. ANNANTHA. 2005. KONFLIK ORGANISASI DAN NEGOSIASI. BANDUNG:
EDUCARE. Vol 3, No 2.
2. Ramadhany, Medina. 2021. Analisis Proses Negosiasi PT Surya Bratasena Plantation with
Pangkalan Kuras District, Pelalawan Regency. Universitas Padjajaran. Vol 12, No 2.
3. Sunarta. 2010. KONFLIK DALAM ORGANISASI (MERUGIKAN SEKALIGUS MENGUNTUNGKAN).
Yogjakarta: Universitas Negeri Yogjakarta

Anda mungkin juga menyukai