Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri – ciri yang di bawa

individu dalam suatu interaksi. Perbedaan – perbedaan tersebut

diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat

istiadat, keyakinan dan lain sebagainya. Dengan di bawa sertanya ciri –

ciri individual dalam interaksi sosial ini akan memicu terjadinya konflik.

Konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak

satu pun masyarakat yang tidak pernah mengalami konflik antar

anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya

akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

Konflik bertentangan dengan integrasi, konflik dan integrasi berjalan

sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan

menghasilkan integrasi, sebaiknya integrasi yang tidak sempurna dapat

menciptakan konflik. Untuk itu penyelesaian konflik bisa dilakukan

dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan cara negosiasi.

Negosiasi pada umumnya sama dengan kolaborasi dan pada organisasi

negosiasi juga di artikan sebagai suatu pendekatan yang kompetitif.

Negosiasi biasanya dilakukan untuk mendapat jalan tengah dalam sebuah

kasus agar keadaan bisa kembali berjalan seperti sebelumnya kembali

bahkan meningkatkan kualitas suatu keanggotaan tersebut


2

B. Rumusan Masalah

1. Konsep Negosiasi

a. Apa definisi Negosiasi ?

b. Apa saja tipe dari Negosiasi ?

c. Apa saja strategi dari Negosiasi ?

d. Apa saja langkah – langkah sebelum Negosiasi ?

e. Apa saja langkah – langkah selama Negosiasi ?

f. Apa saja kunci sukses dalam melakukan Negosiasi ?

2. Konsep Kolaborasi

a. Apa definisi Kolaborasi ?

b. Apa saja manfaat dari Kolaborasi ?

c. Apa saja komponen kompetensi sebagai dasar Kolaborasi ?

d. Bagaimana proses Kolaborasi berlangsung ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk memenuhi tugas perkuliahan Manajemen pada Negosiasi

dan Kolaborasi.

2. Tujuan Khusus

a. Konsep Negosiasi

1) Untuk mengetahui definisi Negosiasi

2) Untuk mengetahui tipe dari Negosiasi

3) Untuk mengetahui strategi dari Negosiasi

4) Untuk mengetahui langkah – langkah sebelum Negosiasi


3

5) Untuk mengetahui langkah – langkah selama Negosiasi

6) Untuk mengetahui kunci sukses dalam melakukan Negosiasi

b. Konsep Kolaborasi

1) Untuk mengetahui definisi Kolaborasi

2) Untuk mengetahui manfaat dari Kolaborasi

3) Untuk mengetahui komponen kompetensi sebagai dasar

Kolaborasi

4) Untuk mengetahui proses Kolaborasi berlangsung


4

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Negosiasi

1. Definisi Negosiasi

Negosiasi pada umumnya sama dengan kolaborasi. Pada

organisasi, negosiasi juga diartikan sebagai suatu pendekatan yang

kompetitif (Marquis dan Huston, 1998) dalam Nursalam (2014).

Negosiasi sering dirancang sebagai suatu strategi menyelesaikan

konflik dengan pendekatan kompromi. Selama negosiasi berlangsung,

berbagai pihak yang terlibat menyerah dan lebih menekankan untuk

mengakomodasi perbedaan-perbedaan antara keduanya (Sriningsih

dkk 2017)

Negosiasi adalah tentang psikologis dan verbal. Negosiator efektif

selalu tampak tenang dan yakin akan dirinya. Keyakinan diri itu

sedikitnya didapat dari persiapan yang adekuat untuk negosiasi.

Persiapan harus mencakup mempelajari tentang orang yang akan

melakukan negosiasi dengan manajer (Marquis, 2010).

Smeltzer (1991) dalam Nursalam (2012) mengidentifikasi dua tipe

dasar negosiasi, yakni kooperatif (setiap orang menang), dan

kompetitif (hanya satu orang yang menang). Satu hal yang penting

dalam negosiasi adalah apakah ada salah satu atau kedua pihak

menghendaki adanya perubahan hubungan yang berlangsung dengan


5

meningkatkan hubungan yang lebih baik. Jika kedua pihak

menghendaki adanya perbaikan hubungan, maka akan muncul tipe

kooperatif. Namun, jika hanya salah satu pihak yang menghendaki

perbaikan hubungan, maka yang muncul adalah tipe kompetitif.

Meskipun dalam negosiasi ada pihak yang menang dan kalah, sebagai

negosiator penting untuk memaksimalkan kemenangan kedua pihak

untuk mencapai tujuan bersama, meminimalkan kekalahan dengan

membuat pihak yang kalah tetap dapat tujuan bersama, dan membuat

kedua belah pihak merasa puas terhadap hasil negosiasi (Sriningsih

dkk, 2017).

Menurut Smeltzer (1991) dalam Nursalam (2012) terdapat tiga

kriteria yang harus dipenuhi sebelum manajer setuju untuk memulai

proses negosiasi, yaitu: masalah harus dapat dinegosiasikan,

negosiator harus tertarik terhadap “take and give” selama proses

negosiasi, dan mereka harus saling percaya).

2. Tipe Negosiasi

Menurut Smeltzer (1991) dalam Nursalam (2002) mengidentifikasi

dua tipe dasar negosiasi, yakni kooperatif (setiap orang menang) dan

kompetitif (hanya satu orang yang menang). Salah satu yang penting

dalam negosiasi adalah ada salah satu atau kedua pihak menghendaki

adanya perubahan hubungan yang berlangsung dengan meningkatkan

hubungan yang lebih baik. Jika kedua pihak menghendaki adanya

perbaikan hubungan, maka akan muncul tipe kooperatif. Namun, jika


6

hanya salah satu pihak yang mengehendaki perbaikan hubungan,

maka yang muncul adalah tipe kompetitif.

Meskipun dalam negosiasi ada unsur yang menang dan kalah

antara kedua belah pihak maka sebagai negotiator, penting untuk :

a. Memaksimalkan kemenangan kedua pihak untuk mencapai

tujuan bersama,

b. Meminimalkan kekalahan dengan membuat pihak yang kalah

tetap dapat tujuan bersama dan

c. Membuat kedua belah pihak merasa puas terhadap hasil

negosiasi.

3. Strategi Negosiasi

Menurut Smeltzer (1991) dalam Nursalam (2012) ada beberapa

strategi dan cara yang perlu dilaksanakan dalam menciptakan kondisi

yang persuasif, asertif, dan komunikasi terbuka selama negosiasi

berjalan yaitu :

a. Pilih fakta-fakta yang rasional dan berdasarkan hasil penelitian.

b. Dengarkan dengan saksama, dan perhatikan respons nonverbal

yang nampak.

c. Berpikirlah positif dan selalu terbuka untuk menerima semua

alternatif informasi yang disampaikan.


7

d. Upayakan untuk memahami pandangan apa yang disampaikan

lawan bicara Anda. Konsentrasi dan perhatikan, tidak hanya

memberikan persetujuan.

e. Selalu diskusikan tentang konflik yang terjadi. Hindarkan

masalah-masalah pribadi pada saat negosiasi.

f. Hindari menyalahkan orang lain atas konflik yang terjadi.

g. Jujur.

h. Usahakan bersikap bahwa anda memerlukan penyelesaian yang

terbaik.

i. Jangan langsung menyetujui solusi yang ditawarkan, tetapi

berpikir, dan mintalah waktu untuk menjawabnya.

j. Jika kedua belah pihak menjadi marah atau lelah selama negosiasi

berlangsung, istirahatlah sebentar.

k. Dengarkan dan tanyakan tentang pendapat yang belum begitu

Anda pahami.

l. Bersabarlah

4. Langkah – Langkah Sebelum Negosiasi

Menurut Nursalam (2012), terdapat langkah-langkah yang harus

dilakukan sebelum melaksanakan negosiasi adalah sebagai berikut :

a. Mengumpulkan informasi tentang masalah sebanyak mungkin.

Oleh karena pengetahuan adalah kekuatan, semakin banyak

informasi yang didapat, maka semakin besar kemungkinan untuk

menawarkan negosiasi.
8

b. Di mana manajer harus memulai. Oleh karena tugas manajer

adalah melakukan kompromi, maka mereka harus memilih tujuan

yang utama. Tujuan tersebut sebagai masukan dari tingkat bawah.

c. Memilih alternatif yang terbaik terhadap sarana dan prasarana.

Efisiensi dan efektivitas penggunaan waktu, anggaran, dan

pegawai yang terlibat perlu juga diperhatikan oleh manajer.

d. Mempunyai agenda yang disembunyikan. Agenda tersebut adalah

agenda negosiasi alternatif yang akan ditawarkan jika negosiasi

tidak dapat disepakati.

5. Langkah – Langkah Selama Negosiasi

Menurut Marquis (2010) terdapat langkah-langkah yang biasa

digunakan oleh pemimpin selama melaksanakan negosiasi untuk

meningkatkan cara persuasif dan melakukan komunikasi terbuka

sebagai berikut :

a. Hanya menggunakan pernyataan faktual yang dikumpulkan dari

penelitian.

b. Mendengarkan dengan seksama dan mengamati komunikasi non

verbal.

c. Selalu berpikiran terbuka karena negosiasi selalu menjadi bahan

pembelajaran. Penting untuk tidak menghakimi terlalu dini tetapi

kondisi kooperatif (bukan kompetitif) harus di ciptakan.


9

d. Mencoba untuk memahami darimana pihak lain berasal. Persepsi

seseorang mungkin berbeda dari orang lain. Negosiasi perlu di

pusatkan pada pemahaman dan bukan hanya pada penyetujui.

e. Selalu berupaya mengarahkan pembahasan pada konflik yang

terjadi. Penting untuk tidak membuat konflik sebagai urusan

pribadu dengan mendiskusikan pihak yang terkait dalam

negosiasi.

f. Mengupayakan untuk tidak memperdebatkan secara detail tetag

bagaimana konflik terjadi. Namun, focus harus diarahkan pada

pencegahan timbulnya konflik itu kembali.

g. Bersikap jujur.

h. Mengawali negosiasi dengan tuntutan yang banyak sehingga

penurunan jumlah tuntutan dapat dilakukan. Akan lebih sulit

untuk mengabulkan tuntutan dalam negosiasi dari pada membuat

penurunan jumlah tuntutan.

i. Menunda negosiasi jika dihadapkan dengan sesuatu yang benar-

benar tidak diperkirakan. Dalam kasus seperti itu, negosiator

harus berespon, “saya tidak siap untuk membahas masalah ini

sekarang” atau “maaf, tetapi ini bukan agenda kita hari ini, kita

dapat membuat pertemuan nanti untuk membahas hal ini”. Jika

diajukan pertanyaan yang jawabannya tidak memiliki informasi

itu untuk saat ini.”


10

j. Tidak pernah memberitahukan piha lain tentang apa yang ingin

dinegosiasikan secara keseluruhan.

k. Mengenali batas bawah negosiasi, tetai mengupayaka untuk tidak

menggunakan itu. Jika batas bawah digunakan, negosiator harus

siap mendongkraknya atau ia dapat kehilangan kredibilitasnya.

Dollan (1998) menyatakan bahwa negoisai harus menghasilkan

peningkatan posisi kedua belah pihak, tetapi dalam kenyataannya,

kita kadang kala harus meninggalkan meja perundingan jika kita

tidak dapat meningkatkan situasi kita, karena tidak setiap

negosiasi dapat menghasilkan kesepakatan yang disetujui oleh

setiap pihak. Jika batas bawah tercapai, negosiator harus memberi

tahu pihak lain bahwa telah terdapat jalan buntu dan negosiasi

lebih lanjut untuk saat ini tidak mungkin dilakukan. Oleh karena

itu, pihak lain harus didorong untuk memikirkannya dan

mempertimbangkannya kembali. Pintu untuk negosiasi lebih

lanjut harus selalu dibiarkan terbuka. Perjajian selanjutnya dapat

dibuat. Kedua belah pihak harus diberikan kesempatan untuk

mempertahankan harga diri mereka.

l. Mengakhiri pertemuan jika salah satu pihak menjadi marah atau

lelah selama negosiasi. Pergi ke kamar mandi atau menelepon

seseorang, ingatlah bahwa tidak ada pihak yang dapat secara

efektif bernegosiasi jika ia dalam keadaan marah atau lelah.


11

6. Kunci Sukses dalam Melakukan Negosiasi

a. Lakukan

1) Jelaskan tujuan negosiasi, bukan posisinya. Pastikan bahwa

Anda mengetahui keinginan orang lain.

2) Perlakukan orang lain sebagai teman dalam penyelesaian

masalah, bukan sebagai musuh. Hadapi masalah yang ada,

bukan orangnya.

3) Ingat, bahwa setiap orang mengharapkan penyelesaian yang

dapat diterima, jika Anda dapat menyajikan sesuatu dengan

baik dan menarik.

4) Dengarkan baik-baik apa yang dikatakan dan apa yang tidak.

Perhatikan gerakan tubuhnya.

5) Lakukan sesuatu yang sederhana, tidak berbelit-belit.

6) Antisipasi penolakan.

7) Tahu apa yang dapat Anda berikan.

8) Tunjukkan beberapa alternatif pilihan.

9) Tunjukkan keterbukaan dan ketaatan jika orang lain sepakat

terhadap pendapat Anda.

10) Bersikaplah asertif, bukan agresif.

11) Hati-hati, Anda mempunyai suatu kekuasaan untuk

memutuskan.

12) Pergunakan gerakan tubuh, jika Anda menyetujui atau tidak

terhadap suatu pendapat.


12

13) Konsisten terhadap apa yang Anda anggap benar

b. Hindari

1) Sikap yang tidak baik, seperti sinis, kasar, dan menyepelekan.

2) Trik yang tidak baik, seperti manipulasi.

3) Distorsi.

4) Tergesa-gesa dalam proses negosiasi.

5) Tidak berurutan.

6) Membuat hanya satu pilihan.

7) Memaksakan kehendak

8) Berusaha menekankan pada satu pendapat.

B. Konsep Kolaborasi

1. Definisi Kolaborasi

Menurut Siegler & Whitney (2000) kolaborasi adalah hubungan

timbal balik dimana pemberi pelayanan memegang tanggung jawab

paling besar untuk perawatan pasien dalam kerangka kerja bidang

respektif mereka. Praktik keperawatan kolaboratif menekankan

tanggung jawab bersama dalam manajemen perawatan pasien, dengan

proses pembuatan keputusan bilateral didasarkan pada masing-masing

pendidikan dan kemampuan praktisi.

Menurut Blais (2006), kolaborasi adalah suatu hubungan yang

kolegial dengan pemberi perawatan kesehatan lain dalam pemberian

perawatan pasien. Praktik kolaboratif membutuhkan atau dapat


13

mencakup diskusi diagnosis pasien dan kerjasama dalam

penatalaksanaan dan pemberian perawatan.

Kolaborasi menurut Asosiasi Perawat Amerika (ANA, 1992),

adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam memberikan

pelayanan kepada klien. Kegiatan yang dilakukan meliputi diskusi

tentang diagnosa, kerjasama dalam asuhan kesehatan saling

berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing bertanggung

jawab pada kepercayaannya.

Definisi kolaborasi dapat disimpulkan yaitu hubungan kerja sama

antara perawat dan dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan

kepada klien yang didasarkan pada pendidikan dan kemampuan

praktisi yang memiliki tanggung jawab dalam pelayanan kesehatan

khususnya pelayanan keperawatan (Sriningsih dkk, 2017).

Menurut Bowditch (1994) dalam Nursalam (2014) di dalam sebuah

kolaborasi, kedua pihak yang terlibat menentukan tujuan bersama dan

bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan. Strategi ini merupakan

win-win solution. Karena kedunya yakin akan tercapainya suatu

tujuan yang telah ditetapkan. Strategi kolaborasi yakin akan

tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan. Strategi kolaborasi

tidak aan bias berjalan bila kompetisi insentif sebagai bagian dari

situasi tersebut, kelompok yang terlibat tidak mempunyai kemampuan


14

dalam menyelesaikan masalah, dan tida adanya kepercayaan dari

kedua kelompok atau seseorang .

2. Manfaat Kolaborasi

Menurut Sriningsih dkk (2017), kolaborasi dilakukan dengan

beberapa alasan sebagai manfaat dari kolaborasi yaitu antara lain:

a. Sebagai pendekatan dalam pemberian asuhan keperawatan klien,

dengan tujuan memberikan kualitas pelayanan yang terbaik bagi

klien.

b. Sebagai penyelesaian konflik untuk menemukan penyelesaian

masalah atau isu.

c. Memberikan model yang baik riset kesehatan.

3. Komponen Kompetensi sebagai Dasar Kolaborasi

Menurut Blais (2006) gambaran penting untuk kolaborasi

mencakup, keterampilan komunikasi yang efektif, saling menghargai,

rasa percaya, memberi dan menerima umpan balik, pengambilan

keputusan, dan manajemen konflik.

a. Keterampilan Komunikasi Yang Efektif

Komunikasi sangat penting dalam meningkatkan kolaborasi

karena memfasilitasi berbagai pengertian individu (Kemenkes,

2012). Menurut Chittiy (2001) dalam Marquis (2010)

mendefenisikan komunikasi adalah sebagai pertukaran kompleks


15

antara pikiran, gagasan, atau informasi, pada dua level verbal dan

nonverbal. Komunikasi yang efektif adalah kemampuan dalam

menyampaikan pesan dan informasi dengan baik, menjadi

pendengar yang baik dan keterampilan menggunakan berbagai

media. Thomas Leech, menyatakan bahwa untuk membangun

komunikasi yang efektif, harus menguasai empat keterampilan

dasar dalam komunikasi, yaitu: membaca, menulis, mendengar

dan berbicara.

b. Saling Menghargai dan Rasa Percaya

Saling menghargai terjadi saat dua orang atau lebih

menunjukkan atau merasa terhormat atau berharga terhadap satu

sama lain. Dan rasa percaya terjadi saat seseorang percaya

terhadap tindakan orang lain. Saling menghargai maupun rasa

percaya menyiratkan suatu proses dan hasil yang dilakukan

bersama. Tanpa adanya saling menghargai maka kerja sama tidak

akan terjadi. Yang dimaksud dengan pentingnya menghargai satu

sama lain yaitu :

1) Dapat mengurangi perbedaan status professional.

2) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja.

3) Meningkatkan pembagian informasi diantara profesi.

4) Menerima konstribusi profesi lain.


16

5) Sebagai advokasi evaluasi kritis kritis penampilan kerja

diantara anggota tim.

6) Mempermudah pengambilan keputusan bersama.

7) Meningkatkan tanggung jawab dan tanggung gugat dalam

bekerja.

c. Memberi dan Menerima Umpan Balik

Salah satu yang dihadapi para professional adalah memberi

dan menerima umpan balik pada saat yang tepat, relevan, dan

membantu untuk dan dari satu sama lain, dan klien mereka.

Umpan balik yang positif dicirikan dengan gaya komunikasi yang

hangat, perhatian, dan penuh penghargaan.

d. Pengambilan Keputusan

Proses pengambilan keputusan ditingkat tim mencakup

pembagian tanggung jawab untuk hasil. Jelasnya, untuk

menciptakan suatu solusi, tim tersebut harus mengikuti tiap

langkah proses pengambilan keputusan yang dimulai dengan

defenisi masalah yang jelas.

e. Manajemen Konflik

Konflik peran dapat terjadi, dalam situasi apapun di tempat

individu bekerjasama. Konflik peran muncul saat seseorang

diharapkan melaksanakan peran yang bertentangan atau tidak

sesuai dengan harapan (Sriningsih dkk, 2017).


17

4. Proses Kolaborasi

Proses kolaboratif dengan sifat interaksi antara perawat dengan

dokter menentukan kualitas praktik kolaborasi. Menurut ANA (1998)

dalam Siegler & Whitney (2000), menjabarkan kolaborasi sebagai

hubungan rekan yang sejati, dimana masing-masing pihak menghargai

kekuasaan pihak lain dengan mengenal dan menerima lingkup

kegiatan dan tanggung jawab masing-masing dan adanya tujuan

bersama. Sifat kolaborasi tersebut terdapat beberapa indikator yaitu

kontrol kekuasaan, lingkup praktik, kepentingan bersama dan tujuan

bersama :

a. Kontrol Kekuasaan

Kontrol kekuasaan dapat terbina apabila dokter dan perawat

mendapat kesempatan yang sama mendiskusikan pasien tertentu.

Kemitraan terbentuk apabila interaksi yang diawali sama

banyaknya dengan yang diterima dimana terdapat beberapa

kategori antara lain: menanyakan informasi, memberikan

informasi, menanyakan dan memberi pendapat, memberi

pengarahan atau perintah, pengambilan keputusan, memberi

pendidikan, memberi dukungan/persetujuan, menyatakan tidak

setuju, orientasi dan humor.


18

b. Lingkup Praktik

Menunjukkan kegiatan dan tanggung jawab masing-masing

pihak. Perawat dan dokter memiliki bidang praktik yang berbeda

dengan peraturan masingmasing tetapi tugas-tugas tertentu dibina

yang sama.

c. Kepentingan Bersama

Kepentingan bersama merupakan tingkat ketegasan

masing-masing (usaha untuk memuaskan kepentingan sendiri)

dan faktor kerjasama (usaha untuk memuaskan pihak lain).

d. Tujuan Bersama

Tujuan bersama pada proses ini bersifat lebih terorientasi

pada pasien dan dapat membantu menentukan bidang tanggung

jawab yang berkaitan dengan prognosis pasien.


19

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa negosiasi pada

umumnya sama dengan kolaborasi. Pada organisasi, negosiasi juga

diartikan sebagai suatu pendekatan yang kompetitif.

Tipe negosiasi dasar ada dua, yakni kooperatif (setiap orang menang) dan

kompetitif (hanya satu orang yang menang). Salah satu yang penting

dalam negosiasi adalah ada salah satu atau kedua pihak menghendaki

adanya perubahan hubungan yang berlangsung dengan meningkatkan

hubungan yang lebih baik, adapun beberapa strategi dan cara yang

dilaksanakan untuk menciptakan kondisi yang persuasif, asertif, dan

komunikasi terbuka selama negosiasi berjalan.

Sedangkan kolaborasi adalah suatu hubungan yang kolegial dengan

pemberi perawatan kesehatan lain dalam pemberian perawatan pasien.

Praktik kolaboratif membutuhkan atau dapat mencakup diskusi diagnosis

pasien dan kerjasama dalam penatalaksanaan dan pemberian perawatan.

Gambaran penting dalam melakukan kolaborasi mencakup, keterampilan

komunikasi yang efektif, saling menghargai, rasa percaya, memberi dan

menerima umpan balik, pengambilan keputusan, dan manajemen konflik.


20

B. Saran

Bagi para pembaca kami berharap agar tidak merasa puas dengan

makalah yang kami tulis ini sehingga menambah minat untuk mencari

sumber lain. Karena kami pun menyadari bahwa dalam penulisan makalah

ini masih jauh dari sempurna.


21

DAFTAR PUSTAKA

Blais, K.T. (2006). Praktik keperawatan professional: konsep dan perspektif.


Jakarta : EGC

Marquis, B.L. C.J Huston. (1998). Management Decision Making for Nurses. 124
Case Studies Edisi 3. Philadelphia : J.B.Lippincot

Marquis, B.L. C.J Huston. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


; Teori dan Aplikasi. Jakarta : EGC

Nursalam. (2002). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. (2012). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika

Siegler, E.L, Whitney, F.W. (2000). Kolaborasi Perawat-Dokter Perawatan


Orang Dewasa dan Lansia. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai