Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KOLABORASI DAN NEGOSIASI PADA

MANAGEMENT KEPERAWATAN

Kelompok 2:
Ahmadan Nur NIM 17.11.4066.E.A.00
Ilvi Nurdiana NIM 17.11.4066.E.A.0013
Sherina NIM 17.11.4066.E.A.0024

AKADEMI KEPERAWATAN YARSI SAMARINDA


TAHUN AJARAN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak
satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggota atau
dengan kelompok masyarakat lainnya. Konflik dapat terjadi disebabkan karena
adanya perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Nursalam
(2012) mengatakan bahwa konflik dapat dikategorikan sebagai suatu kejadian atau
proses. Sebagai suatu kejadian, konflik terjadi akibat ketidaksetujuan antara dua
orang atau organisasi yang merasa kepentingannya terancam. Sebagai proses,
konflik dimanifestasikan sebagai suatu rangkaian tindakan yang dilakukan oleh dua
orang atau kelompok, di mana setiap orang atau kelompok berusaha menghalangi
atau mencegah kepuasan dari pihak lawan.
Sumber konflik di organisasi dapat ditemukan pada kekuasaan, komunikasi,
tujuan seseorang dan organisasi, ketersediaan sarana, perilaku kompetisi dan
kepribadian, serta peran yang membingungkan. Konflik dapat dibedakan menjadi
tiga jenis yakni, konflik intrapersonal, interpersonal, dan antar kelompok. Proses
konflik dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu konflik laten, konflik yang dirasakan
(felt conflict), konflik yang tampak/sengaja dimunculkan, resolusi konflik dan
konflik aftermath.
Langkah-langkah menyelesaikan suatu konflik meliputi pengkajian,
identifikasi, dan intervensi. Strategi penyelesaian konflik dapat dibedakan menjadi enam
macam salah satunya adalah kolaborasi dan negosiasi. Didalam kolaborasi ini
digunakan sebagai salah satu penyelesaian konflik yang lebih dipilih.
1.2 Tujuan Umum
Tujuan Umum dari makalah kolaborasi dan negosiasi yang dilakukan adalah
menyelesaikan masalah atau konflik yang terjadi di tenaga kesehatan
1.3 Tujuan Khusus
1) Mengetahui pengertian kolaborasi dan negosiasi
2) Mengetahui manfaat kolaborasi dan negosiasi
3) Mengetahui Komponen Kompetensi Sebagai Dasar Kolaborasi dan Negosiasi
4) Mengetahui Proses Kolaboratif dan Negosiasi
1.4 Manfaat penulisan
Untuk mengetahui pengertian kolaborasi dan negosiasi
Untuk mengetahui manfaat kolaborasi dan negosiasi
Untuk mengetahui Komponen Kompetensi Sebagai Dasar Kolaborasi dan Negosiasi
Untuk mengetahui Proses Kolaboratif dan Negosiasi
1.5 Sistematika penulisan
Dalam penyusunan makalah ini terdiri dari BAB I, BAB II, BAB 3 dan BAB IV :
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang masalah, tujuan umum, tujuan khusus, manfaat penulisan,
dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI
Meliputi pengertian, manfaat, komponen dan proses
BAB III JURNAL
Analisa jurnal
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kolaborasi Dan Negoisasi


2.1 Konsep Kolaborasi
2.1.1 Definisi Kolaborasi
Kolaborasi adalah hubungan timbal balik dimana pemberi pelayanan
memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan pasien dalam kerangka
kerja bidang respektif mereka. Praktik keperawatan kolaboratif menekankan
tanggung jawab bersama dalam manajemen perawatan pasien, dengan proses
pembuatan keputusan bilateral didasarkan pada masing-masing pendidikan dan
kemampuan praktisi (Siegler & Whitney, 2000).
Kolaborasi adalah suatu hubungan yang kolegial dengan pemberi perawatan
kesehatan lain dalam pemberian perawatan pasien. Praktik kolaboratif
membutuhkan atau dapat mencakup diskusi diagnosis pasien dan kerjasama dalam
penatalaksanaan dan pemberian perawatan (Blais, 2006).
Kolaborasi menurut Asosiasi Perawat Amerika (ANA, 1992), adalah
hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada
klien. Kegiatan yang dilakukan meliputi diskusi tentang diagnosa, kerjasama dalam
asuhan kesehatan saling berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing
bertanggung jawab pada kepercayaannya (Sumijatun, 2010).
Defenisi kolaborasi dapat disimpulkan yaitu hubungan kerja sama antara
perawat dan dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien yang
didasarkan pada pendidikan dan kemampuan praktisi yang memiliki tanggung
jawab dalam pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan.

2.1.2 Manfaat Kolaborasi


Kolaborasi dilakukan dengan beberapa alasan sebagai manfaat dari kolaborasi
yaitu antara lain:
a. Sebagai pendekatan dalam pemberian asuhan keperawatan klien, dengan tujuan
memberikan kualitas pelayanan yang terbaik bagi klien.
b. Sebagai penyelesaian konflik untuk menemukan penyelesaian masalah atau isu.
c. Memberikan model yang baik riset kesehatan.
2.1.3 Komponen Kompetensi Sebagai Dasar Kolaborasi
Gambaran penting untuk kolaborasi mencakup, keterampilan komunikasi
yang efektif, saling menghargai, rasa percaya, memberi dan menerima umpan balik,
pengambilan keputusan, dan manajemen konflik (Blais, 2006).
a. Keterampilan Komunikasi Yang Efektif
Komunikasi sangat penting dalam meningkatkan kolaborasi karena
memfasilitasi berbagai pengertian individu (Kemenkes, 2012). Chittiy, 2001
dalam Marquis (2010) mendefenisikan komunikasi adalah sebagai pertukaran
kompleks antara pikiran, gagasan, atau informasi, pada dua level verbal dan
nonverbal. Komunikasi yang efektif adalah kemampuan dalam menyampaikan
pesan dan informasi dengan baik, menjadi pendengar yang baik dan
keterampilan menggunakan berbagai media. Thomas Leech, menyatakan bahwa
untuk membangun komunikasi yang efektif, harus menguasai empat
keterampilan dasar dalam komunikasi, yaitu: membaca, menulis, mendengar dan
berbicara (Nurhasanah, 2010).
b. Saling Menghargai dan Rasa Percaya
Saling menghargai terjadi saat dua orang atau lebih menunjukkan atau merasa
terhormat atau berharga terhadap satu sama lain. Dan rasa percaya terjadi saat
seseorang percaya terhadap tindakan orang lain. Saling menghargai maupun rasa
percaya menyiratkan suatu proses dan hasil yang dilakukan bersama. Tanpa
adanya saling menghargai maka kerja sama tidak akan terjadi. Yang dimaksud
dengan pentingnya menghargai satu sama lain yaitu:
1) Dapat mengurangi perbedaan status professional.
2) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja.
3) Meningkatkan pembagian informasi diantara profesi.
4) Menerima konstribusi profesi lain.
5) Sebagai advokasi evaluasi kritis kritis penampilan kerja diantara
anggota tim.
6) Mempermudah pengambilan keputusan bersama.
7) Meningkatkan tanggung jawab dan tanggung gugat dalam bekerja.
c. Memberi dan Menerima Umpan Balik
Salah satu yang dihadapi para professional adalah memberi dan menerima
umpan balik pada saat yang tepat, relevan, dan membantu untuk dan dari satu
sama lain, dan klien mereka. Umpan balik yang positif dicirikan dengan gaya
komunikasi yang hangat, perhatian, dan penuh penghargaan.
d. Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan ditingkat tim mencakup pembagian tanggung
jawab untuk hasil. Jelasnya, untuk menciptakan suatu solusi, tim tersebut harus
mengikuti tiap langkah proses pengambilan keputusan yang dimulai dengan
defenisi masalah yang jelas.
e. Manajemen Konflik
Konflik peran dapat terjadi, dalam situasi apapun di tempat individu
bekerjasama. Konflik peran muncul saat seseorang diharapkan melaksanakan
peran yang bertentangan atau tidak sesuai dengan harapan.
2.1.4 Proses Kolaboratif
Proses kolaboratif dengan sifat interaksi antara perawat dengan dokter
menentukan kualitas praktik kolaborasi. ANA, 1998 dalam Siegler & Whitney
(2000) menjabarkan kolaborasi sebagai hubungan rekan yang sejati, dimana
masing-masing pihak menghargai kekuasaan pihak lain dengan mengenal dan
menerima lingkup kegiatan dan tanggung jawab masing-masing dan adanya tujuan
bersama. Sifat kolaborasi tersebut terdapat beberapa indikator yaitu kontrol
kekuasaan, lingkup praktik, kepentingan bersama dan tujuan bersama.
a. Kontrol Kekuasaan
Kontrol kekuasaan dapat terbina apabila dokter dan perawat mendapat
kesempatan yang sama mendiskusikan pasien tertentu. Kemitraan terbentuk
apabila interaksi yang diawali sama banyaknya dengan yang diterima dimana
terdapat beberapa kategori antara lain: menanyakan informasi, memberikan
informasi, menanyakan dan memberi pendapat, memberi pengarahan atau
perintah, pengambilan keputusan, memberi pendidikan, memberi
dukungan/persetujuan, menyatakan tidak setuju, orientasi dan humor.
b. Lingkungan Praktik
Menunjukkan kegiatan dan tanggung jawab masing-masing pihak. Perawat dan
dokter memiliki bidang praktik yang berbeda dengan peraturan masingmasing
tetapi tugas-tugas tertentu dibina yang sama.
c. Kepentingan Bersama
Kepentingan bersama merupakan tingkat ketegasan masing-masing (usaha untuk
memuaskan kepentingan sendiri) dan faktor kerjasama (usaha untuk memuaskan
pihak lain).
d. Tujuan Bersama
Tujuan bersama pada proses ini bersifat lebih terorientasi pada pasien dan dapat
membantu menentukan bidang tanggung jawab yang berkaitan dengan prognosis
pasien.
2.2 Konsep Negosiasi
2.2.1 Pengertian
Negosiasi pada umumnya sama dengan kolaborasi. Pada organisasi,
negosiasi juga diartikan sebagai suatu pendekatan yang kompetitif (Marquis dan
Huston, 1998). Negosiasi sering dirancang sebagai suatu strategi menyelesaikan
konflik dengan pendekatan kompromi. Selama negosiasi berlangsung, berbagai
pihak yang terlibat menyerah dan lebih menekankan untuk mengakomodasi
perbedaan-perbedaan antara keduanya.
Smeltzer (1991) dalam Nursalam (2012) mengidentifikasi dua tipe dasar
negosiasi, yakni kooperatif (setiap orang menang), dan kompetitif (hanya satu
orang yang menang). Satu hal yang penting dalam negosiasi adalah apakah ada
salah satu atau kedua pihak menghendaki adanya perubahan hubungan yang
berlangsung dengan meningkatkan hubungan yang lebih baik. Jika kedua pihak
menghendaki adanya perbaikan hubungan, maka akan muncul tipe kooperatif.
Namun, jika hanya salah satu pihak yang menghendaki perbaikan hubungan, maka
yang muncul adalah tipe kompetitif. Meskipun dalam negosiasi ada pihak yang
menang dan kalah, sebagai negosiator penting untuk memaksimalkan kemenangan
kedua pihak untuk mencapai tujuan bersama, meminimalkan kekalahan dengan
membuat pihak yang kalah tetap dapat tujuan bersama, dan membuat kedua belah
pihak merasa puas terhadap hasil negosiasi.
Terdapat tiga kriteria yang harus dipenuhi sebelum manajer setuju untuk
memulai proses negosiasi, yaitu: masalah harus dapat dinegosiasikan, negosiator
harus tertarik terhadap “take and give” selama proses negosiasi, dan mereka harus
saling percaya (Smeltzer, 1991 dalam Nursalam, 2012).
2.2.2 Langkah-langkah Sebelum Negoisasi
Langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum melaksanakan negosiasi adalah
sebagai berikut. (Nursalam. 2015)
a. Mengumpulkan informasi tentang masalah sebanyak mungkin. Oleh karena
pengetahuan adalah kekuatan, semakin banyak informasi yang didapat, maka
semakin besar kemungkinan untuk menawarkan negosiasi.
b. Di mana manajer harus memulai. Oleh karena tugas manajer adalah melakukan
kompromi, maka mereka harus memilih tujuan yang utama. Tujuan tersebut
sebagai masukan dari tingkat bawah.
c. Memilih alternatif yang terbaik terhadap sarana dan prasarana. Efisiensi dan
efektivitas penggunaan waktu, anggaran, dan pegawai yang terlibat perlu juga
diperhatikan oleh manajer.
d. Mempunyai agenda yang disembunyikan. Agenda tersebut adalah agenda
negosiasi alternatif yang akan ditawarkan jika negosiasi tidak dapat disepakati.
2.2.3 Strategi Negosiasi
Ada beberapa strategi dan cara yang perlu dilaksanakan dalam menciptakan kondisi
yang persuasif, asertif, dan komunikasi terbuka selama negosiasi berjalan.
a. Pilih fakta-fakta yang rasional dan berdasarkan hasil penelitian.
b. Dengarkan dengan saksama, dan perhatikan respons nonverbal yang nampak.
c. Berpikirlah positif dan selalu terbuka untuk menerima semua alternatif
informasi yang disampaikan.
d. Upayakan untuk memahami pandangan apa yang disampaikan lawan bicara
Anda. Konsentrasi dan perhatikan, tidak hanya memberikan persetujuan.
e. Selalu diskusikan tentang konflik yang terjadi. Hindarkan masalah-masalah
pribadi pada saat negosiasi.
f. Hindari menyalahkan orang lain atas konflik yang terjadi.
g. Jujur.
h. Usahakan bersikap bahwa anda memerlukan penyelesaian yang terbaik.
i. Jangan langsung menyetujui solusi yang ditawarkan, tetapi berpikir, dan
mintalah waktu untuk menjawabnya.
j. Jika kedua belah pihak menjadi marah atau lelah selama negosiasi berlangsung,
istirahatlah sebentar.
k. Dengarkan dan tanyakan tentang pendapat yang belum begitu Anda pahami.
l. Bersabarlah (Smeltzer, 1991).

2.2.4 Kunci Sukses dalam Melakukan Negosiasi


Adapun kunci sukses dalam melakukan negosiasi yang dikemukakan oleh
Nursalam (2015), yaitu :

a. Lakukan
1) Jelaskan tujuan negosiasi, bukan posisinya. Pastikan bahwa Anda
mengetahui keinginan orang lain.
2) Perlakukan orang lain sebagai teman dalam penyelesaian masalah, bukan
sebagai musuh. Hadapi masalah yang ada, bukan orangnya.
3) Ingat, bahwa setiap orang mengharapkan penyelesaian yang dapat diterima,
jika Anda dapat menyajikan sesuatu dengan baik dan menarik.
4) Dengarkan baik-baik apa yang dikatakan dan apa yang tidak. Perhatikan
gerakan tubuhnya.
5) Lakukan sesuatu yang sederhana, tidak berbelit-belit.
6) Antisipasi penolakan.
7) Tahu apa yang dapat Anda berikan.
8) Tunjukkan beberapa alternatif pilihan.
9) Tunjukkan keterbukaan dan ketaatan jika orang lain sepakat terhadap
pendapat Anda.
10) Bersikaplah asertif, bukan agresif.
11) Hati-hati, Anda mempunyai suatu kekuasaan untuk memutuskan.
12) Pergunakan gerakan tubuh, jika Anda menyetujui atau tidak terhadap suatu
pendapat.
13) Konsisten terhadap apa yang Anda anggap benar
b. Hindari
1) Sikap yang tidak baik, seperti sinis, kasar, dan menyepelekan.
2) Trik yang tidak baik, seperti manipulasi.
3) Distorsi.
4) Tergesa-gesa dalam proses negosiasi.
5) Tidak berurutan.
6) Membuat hanya satu pilihan.
7) Memaksakan kehendak
8) Berusaha menekankan pada satu pendapat.
BAB III
JURNAL

3.1 Telaah jurnal

Dari jurnal Noor Ariyani Rokhmah, Anggorowati, Universitas Diponogoro


Semarang indonesia yang berjudul Komunikasi efektif dalam praktek kolaborasi
interprofesi sebagai upaya meningkatkan kualitas pelayanan. Dapat kami telaah : Dalam
penyelenggaraan upaya pelayanan pada pasien rumah sakit didukung oleh banyak jenis
keterampilan SDM baik yang berbentuk profesi maupun non profesi. Penyelanggaran
pelayanan dilaksanakan oleh berbagai kelompok profesi. Para professional utama yang
memberikan asuhan kepada pasien di rumah sakit adalah staf medis baik dokter maupun
dokter spesialis, staf klinis keperawatan (perawat dan bidan), nutrisionis dan farmasis
yang rutin dan pasti selalu berkontak dengan pasien, akan tetapi tidak kalah pentingnya
professional lain yang berfungsi melakukan asuhan penunjang berupa analis
laboratorium, penata rontgen, fisioterapis. Penyediaan pelayanan yang paling sesuai di
suatu rumah sakit untuk mendukung dan merespon setiap kebutuhan pasien yang unik,
memerlukan perencanaan dan koordinasi tingkat tinggi.

Metode penelitian dalam jurnal Noor Ariyani Rokhmah ialah metode berupa
literature review dengan batasan kriteria inklusi sebagai berikut : (1) pendekatan praktek
kolaborasi interprofesi, (2) melakukan komunikasi efektif, (3) dilakukan di rumah sakit
atau pelayanan kesehatan.

Hasil dari jurnal Noor Ariyani Rokhmah ialah kolaborasi interprofessional di


lingkungan kerja professional telah diakui oleh keperawatan, kedokteran gigi,
kedokteran, dokter, farmasi, dan kesehatan masyarakat organisasi professional sebagai
komponen penting untuk aman, tinggi, kualitas, diakses, perawatan pasien berpusat.
Keterampilan komunikasi yang penting lain yang disebutkan adalah kemampuan untuk
menyesuaikan bahasa untuk target klien. Sementara peran pemahaman dan komunikasi
yang efektif jelas muncul sebagai kompetensi yang dominan untuk praktek kolaboratif
yang efektif akan meningkatkan kualitas.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Marquis dan Huston (1998) mendefinisikan konflik sebagai masalah internal
dan eksternal yang terjadi sebagai akibat dari perbedaan pendapat, nilai-nilai, atau
keyakinan dari dua orang atau lebih. Konflik dapat dibedakan menjadi tiga jenis yakni,
konflik intrapersonal, interpersonal, dan antar kelompok. Proses konflik dibagi menjadi
beberapa tahapan: 1) Konflik laten, 2) Konflik yang dirasakan (felt conflict), 3) Konflik
yang tampak/sengaja dimunculkan, 4) Resolusi konflik, dan 5) Konflik aftermath.
Strategi penyelesaian konflik dapat dibedakan menjadi enam macam; 1) Kompromi atau
negosiasi, 2) Kompetisi, 3) Akomodasi, 4) Smoothing, 5) Menghindar, dan Kolaborasi.
Kolaborasi adalah hubungan kerja sama antara perawat dan dokter dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada klien yang didasarkan pada pendidikan dan
kemampuan praktisi yang memiliki tanggung jawab dalam pelayanan kesehatan
khususnya pelayanan keperawatan.
Negosiasi pada umumnya sama dengan kolaborasi. Pada organisasi, negosiasi
juga diartikan sebagai suatu pendekatan yang kompetitif (Marquis dan Huston, 1998).
Negosiasi sering dirancang sebagai suatu strategi menyelesaikan konflik dengan
pendekatan kompromi. Selama negosiasi berlangsung, berbagai pihak yang terlibat
menyerah dan lebih menekankan untuk mengakomodasi perbedaan-perbedaan antara
keduanya.
Pengambilan keputusan merupakan proses kognitif yang kompleks dan sering
didefinisikan sebagai suatu upaya memutuskan serangkaian tindakan tertentu.
Pengambilan keputusan sering dianggap sinonim dengan manajemen
4.2 Saran
Semoga makalah ini dapat beguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan saran
sangat di harapkan untuk pengerjaan berikutnya agar lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Blais, K. K. 2006. Praktik Keperawatan Profesional : Konsep dan Prespektif. Jakarta:


EGC.
Bowditch, L.J., dan A.F. Buono. 1994. A Primer on Organizing Behavior. New York:
Wiley
Handoko, T. Hani. 2009. Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Marquis, B.L., dan C.J. Huston. 1998. Management Decision Making 124 Case Studies.
Edisi 3. New York: Lippincott-Raven
Marquis, B.L., dan C.J. Huston. 2010. Kepemimpinan dan manajemen keperawatan:
Teori dan Aplikasi. Jakarta. Edisi 4. EGC.
Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Siegler, E.L. dan Whitney, F.W. 2000. Kolaborasi perawat – dokter. Jakarta: EGC.
Sumijatun. 2010. Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional. Jakarta : CV. Trans
Info Media
Swanburg, R.C, 2000. Pengantar Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan Untuk
Perawat Klinis. Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai