DISUSUN OLEH:
RISKA FEBRIANTI
TINGKAT : I I A
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wataala, karena berkat
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “SUPERVISI DALAM
MANAJEMEN PELAYANAN KEPERAWATAN”. Makalah ini diajukan guna memenuhi
tugas.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah
ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun, sangat kami harapkan demi sempurnanya
makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi teman-teman dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat
pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggota atau dengan kelompok masyarakat
lainnya. Konflik dapat terjadi disebabkan karena adanya perbedaan ciri-ciri yang dibawa
individu dalam suatu interaksi. Nursalam (2012) mengatakan bahwa konflik dapat
dikategorikan sebagai suatu kejadian atau proses. Sebagai suatu kejadian, konflik terjadi
akibat ketidaksetujuan antara dua orang atau organisasi yang merasa kepentingannya
terancam. Sebagai proses, konflik dimanifestasikan sebagai suatu rangkaian tindakan yang
dilakukan oleh dua orang atau kelompok, di mana setiap orang atau kelompok berusaha
menghalangi atau mencegah kepuasan dari pihak lawan.
Sumber konflik di organisasi dapat ditemukan pada kekuasaan, komunikasi, tujuan
seseorang dan organisasi, ketersediaan sarana, perilaku kompetisi dan kepribadian, serta
peran yang membingungkan. Konflik dapat dibedakan menjadi tiga jenis yakni, konflik
intrapersonal, interpersonal, dan antar kelompok. Proses konflik dibagi menjadi beberapa
tahapan yaitu konflik laten, konflik yang dirasakan (felt conflict), konflik yang
tampak/sengaja dimunculkan, resolusi konflik dan konflik aftermath.
Langkah-langkah menyelesaikan suatu konflik meliputi pengkajian, identifikasi, dan
intervensi. Strategi penyelesaian konflik dapat dibedakan menjadi enam macam salah
satunya adalah kolaborasi dan negosiasi. Didalam kolaborasi ini digunakan sebagai salah
satu penyelesaian konflik yang lebih dipilih.
Negosiasi pada umumnya sama dengan kolaborasi. Pada organisasi, negosiasi juga
diartikan sebagai suatu pendekatan yang kompetitif (Marquis dan Huston, 1998).
Negosiasi sering dirancang sebagai suatu pendekatan kompromi jika digunakan sebagai
strategi menyelesaikan konflik. Selama negosiasi berlangsung , berbagai pihak yg terlibat
menyerah dan lebih menekankan waktu mengakomodasi perbedaan-perbedaan antara
keduanya.
Smeltzer (1991) mengidentifikasi dua tipe dasar negosiasi, yakni kooperatif (setiap orang
menang ), dan kompetitif (hanya satu orang yang menang), satu hal yang penting dalam
negosiasi adalah apakah ada salah satu atau kedua belah pihak menghendaki adanya
perubahan hubungan yang berlangsung dan meningkatkan hubungan yang lebih baik.
B. Tujuan
C. Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Negosiasi pada umumnya sama dengan kolaborasi. Pada organisasi, negosiasi juga
diartikan sebagai suatu pendekatan yang kompetitif (Marquis dan Huston, 1998).
Negosiasi sering dirancang sebagai suatu strategi menyelesaikan konflik dengan
pendekatan kompromi. Selama negosiasi berlangsung, berbagai pihak yang terlibat
menyerah dan lebih menekankan untuk mengakomodasi perbedaan-perbedaan antara
keduanya.
Smeltzer (1991) dalam Nursalam (2012) mengidentifikasi dua tipe dasar negosiasi, yakni
kooperatif (setiap orang menang), dan kompetitif (hanya satu orang yang menang). Satu
hal yang penting dalam negosiasi adalah apakah ada salah satu atau kedua pihak
menghendaki adanya perubahan hubungan yang berlangsung dengan meningkatkan
hubungan yang lebih baik. Jika kedua pihak menghendaki adanya perbaikan hubungan,
maka akan muncul tipe kooperatif. Namun, jika hanya salah satu pihak yang menghendaki
perbaikan hubungan, maka yang muncul adalah tipe kompetitif. Meskipun dalam negosiasi
ada pihak yang menang dan kalah, sebagai negosiator penting untuk memaksimalkan
kemenangan kedua pihak untuk mencapai tujuan bersama, meminimalkan kekalahan
dengan membuat pihak yang kalah tetap dapat tujuan bersama, dan membuat kedua belah
pihak merasa puas terhadap hasil negosiasi.
Terdapat tiga kriteria yang harus dipenuhi sebelum manajer setuju untuk memulai proses
negosiasi, yaitu: masalah harus dapat dinegosiasikan, negosiator harus tertarik terhadap
“take and give” selama proses negosiasi, dan mereka harus saling percaya (Smeltzer, 1991
dalam Nursalam, 2012).
B. Syarat Negosiasi dan Kolaborasi
C. Prinsip Negosiasi dan Kolaborasi
D. Strategi dan Cara Negosiasi
Ada beberapa strategi dan cara yang perlu dilaksanakan dalam menciptakan kondisi yang
persuasif, asertif, dan komunikasi terbuka selama negosiasi berjalan.
a. Pilih fakta-fakta yang rasional dan berdasarkan hasil penelitian.
b. Dengarkan dengan saksama, dan perhatikan respons nonverbal yang nampak.
c. Berpikirlah positif dan selalu terbuka untuk menerima semua alternatif informasi yang
disampaikan.
d. Upayakan untuk memahami pandangan apa yang disampaikan lawan bicara Anda.
Konsentrasi dan perhatikan, tidak hanya memberikan persetujuan.
e. Selalu diskusikan tentang konflik yang terjadi. Hindarkan masalah-masalah pribadi
pada saat negosiasi.
f. Hindari menyalahkan orang lain atas konflik yang terjadi.
g. Jujur.
h. Usahakan bersikap bahwa anda memerlukan penyelesaian yang terbaik.
i. Jangan langsung menyetujui solusi yang ditawarkan, tetapi berpikir, dan mintalah
waktu untuk menjawabnya.
j. Jika kedua belah pihak menjadi marah atau lelah selama negosiasi berlangsung,
istirahatlah sebentar.
k. Dengarkan dan tanyakan tentang pendapat yang belum begitu Anda pahami.
l. Bersabarlah (Smeltzer, 1991).
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
https://uswatulalfin.wordpress.com/2014/06/03/manajemen-keperawatan-komunikasi-dan-
negosiasi/