Anda di halaman 1dari 9

UJIAN MID AULIA RAJA SALI SIREGAR

A. Pengelolaan diri dalam proses mediasi

Pengelolaan Diri sendiri :

 The Liang Gie : Mendorong diri sendiri untu maju, mengatur semua unsur potensi pribadi,
pengendalian kemauan untuk mencapai hal-hal yang baik, dan mengembangkan berbagai segi
dari kehidupan pribadi agar lebih sempurna” atau

 Memanfaatkan dirin sendiri sebagai pemberi semangat untuk terus maju, dan pengontrol
segala kemauan atau keinginan sehingga terkedali dengan baik demi mencapai tujuan yang
diinginka.

 Ghufron da Risnawita : Pengelolaan diri atau self regulation adalah “ Upaya individu untuk
mengatur diri dalam suatu aktivitas dengan mengikutsertakan kemapuan metakognisi,
motivasi, dan perilaku aktif”.

 Individu yang memiliki manjemen diri senaniasa memperbaharui motivasi dan menyusun
berbagai strategi sehingga ia tidak mudah tergoyahkan oleh berbagai hambatan dalam proses
pencapaian tujuan.

 Manajemen diri merupakan suatu upaya mengelola diri sendiri ke arah yang lebih baik
sehingga dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan.

B. Teknik menyembangkan kekuatan dalam mediasi

Dalam materi yang dipaparkan, Edi menyebutkan bahwa perencanaan mediasi terdiri dari: Identifikasi
masalah, kondisi psikologis atau hubungan para pihak, potensi dampak negatif dan menambah
dampak positif serta kemungkinan yang dapat terjadi dalam mediasi.

Perencanaan mediasi menurut Edi merupakan serangkaian susunan terencana dari langkah-langkah
yang dilakukan oleh mediator yang akan membantu mediator dalam mengeksplorasi dan mencapai
kesepakatan.

Mediator Harus Memiliki Design Thinking


“Mediator memang dituntut untuk memiliki berbagai cara untuk menyelesaikan sengketa dalam
mediasi agar tidak buntu. Design thinking merupakan upaya mediator agar bisa menyelesaikan
masalah dengan menggunakan cara yang tidak monoton,” ujar Edi Hudiata yang merupakan seorang
Hakim Mediator Mahkamah Agung RI.

Mengasah Design Thinking Pada Mediator Pemula

“Mengasah design thinking ini sebetulnya perlu membaca banyak referensi, melihat orang yang
memiliki kemampuan dalam public speaking, serta belajar terkait dengan design sprint yang mana
nantinya kita sebagai seorang mediator dapat menyelesaikan masalah dengan cara yang fun dan tidak
itu-itu saja,” kata Edi Hudiata.

“Peran mediator banyak diharapkan oleh berbagai pihak karena sebetulnya mediasi ini merupakan
upaya perdamaian penyelesaian sengketa yang sifatnya kekeluargaan dan hal ini sudah muncul
dengan budaya ketimuran bangsa Indonesia sejak dulu. Maka, agar konflik yang terjadi di tengah
masyarakat dapat diselesaikan dengan cara yang matang tanpa perlu melalui proses litigasi,” tambah
Edi Hudiata.

Dalam materi Teknik Menyeimbangkan Kekuatan Dalam Mediasi, Alfitra menjelaskan bahwa
ketidakseimbangan kekuatan adalah situasi di mana terdapat dua atau lebih pihak dan di antara para
pihak ada yang memiliki kekuasaan yang lebih besar dari pihak lainnya.

Relevansi Penyelesaian Masalah Secara Tidak Langsung dan Langsung Dalam Mediasi

“Tindakan ini agar tidak mengundang kemarahan masyarakat apabila ada suatu kecurangan dan
tindakan-tindakan yang bersifat melawan hukum. Tidak ada suatu proses konflik yang tidak dapat
diselesaikan apabila kedua belah pihak melakukan muswayarah dengan duduk bersama,” ujar Alfitra.

Alfitra juga berpesan apabila terdapat masalah yang terjadi atau ada gejolak yang diciptakan oleh
suatu kelompok atau pendukung dengan cara anarkis, maka hal tersebut dapat diselesaikan dengan
cara yang baik sehingga masyarakat tidak ada yang dirugikan .

C. Keahalian negosiasi dalam proses mediasi

- Negoisasi
 Phil Baguley “kegiatan yang dilakukan untk menetapkan keputusan yang dapat disepakati
dan diterima oleh kedua belah pihak dan menyetujui apa dan bagaimana tindakan yang akan
dilakukan di masa mendatang”
- Negoisasi
 “ Pembicaraan dengan orang lain dengan maksud untuk mencapai kesepakatan, untuk
mengatur, atau untuk mengemukakan”
- Karakteristik Negoisasi
1. Senantiasa melibatkan orang, baik sebagai individu maupun perwakilan institusi (sendiri atau
dalam kelompok)
2. Memiliki ancaman terjadinya atau di dalamnya mengandung konflik yang terjadi mulai dari
awal sampai terjadi kesepakatan dalam akhir neoisasi
3. Menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu baik berupa tawar menawar (bargain) maupun
tukar meukar (barter)
- Langkah-langkah Negoisasi
 Persiapan tentukan secara jelas alternatif apa yang ingin kita capai dalam negoisasi
 Pembukaan tentukan atmosfer atau suasana yang tepat.Pada fase ini, ciptakan prakondisi
yan menunjukkan bahwa anda adalah pribadi yang pleasant (menyenangkan), asseartive
(tegas), dan firm (teguh pendirian), Basa-basi kadang-kadang diperlukan.
 Negoisasi sampaikan keinginan Anda. Tunggu sampai keadaan betul-betul
memungkinkan, jika perlu jangan hanya membuat dua pilihan: ya dan tidak
- Pola Perilaku Negoisasi
1. Moving agains (pushin)
Menjelaskan, memperagakan, mengarahkan, mengulangi, menjernihkn masalah,
mengumpulkan perasaan, berdebat, menghimbau, menghakimi, tak menyetujui, menantang,
menunjukkan kelemahan pihak lain.
2. Moving with (pulling)
Memperhatikan, mengajukan gagasan, menyetujui, mengembangkan interaksi, mengulangi
kecaman-kecaman, mencari landasan bersama, mengungapkan perasaan-perasaan orang lain.
- Tips-tips Negoisasi
 Ulurkan tangan untuk berjabat tangan terlebih dahulu
 Berikan senyuman (bukankah senyum itu ibadah?) dan katakkan sesuatu yang pas untuk
mengawali pembicaraan

D. Teknik reframing dalam meniasi

Tujuan reframing adalah untuk membantu membantu klien melihat situasinya dari sudut pandang lain,
yang membuatnya tampak tidak terlalu problematic dan lebih normal, dan dengan demikian lebih
terbuka terhadap solusi.

Ada beberapa variasi teknik reframing :


1. Relabeling adalah tipe reframing spesifik yang terdiri atas mengganti suatu kata sifat negative
dengan kata sifat yang konotasinya lebih positif. Contohnya jika seorang perempuan
mendeskripsikan suaminya “cemburu”, org diganti dengan deskripsi “penuh perhatian”.
2. Denominalizing adalah proses membuang label diagnostic dan menggantunya dengan
perilaku spesifik yang dapat dikontrol. Contohnya seorang gadis penderita anoreksia dapat
dilihat sebagai seorang yang tidak mau makan.
3. Positive Connotation sekedar mendeskripsikan bahwa perilaku simtosomatis itu dimotivasi
secara positif. Contohnya pernyataan “ibuku tidak pernah membiarkan aku melakukan
apapun” dapat di reframed sebagai ibuku cukup mencintaiku sehingga menetapkan
batasbatas.

Macam-macam reframing :

1. Meaning Reaframing
Meaning Reframing (susunan makna) menekankan pada proses untuk memberi istilah
baru perilaku tertentu yang kemudian diikuti dengan perubahan makna.
2. Context Reframing
Context Reframing (susunan kontek), menekankan pada proses yang memberikan
kemampuan individu untuk melihat perilaku sebagai sesuatu yang dapat diterima atau
diinginkan dalam satu situasi, tetapi tidak pada situasi lain.

Proses layanan mediasi yang dilakukan di pengadilan agama Palembang merujuk pada Perma no
I tahun 2008. Tahap yang dilakukan mediator dalam proses mediasi yaitu tahap pendahuluan,
sambutan mediator, persentasi para pihakidentifikasi hal-hal yang sudah disepakati, mendefenisi dan
mengurutkan permasalahan, negosiasi dan pembuatan keputusan, pembuatan keputusan akhir, dan
penutup.

Teknik reframing dapat digunakan ketika mendefenisikan kembali situasi yang bermasalah dapat
mengubah pandangan tetang masalahnya sedemikian rupa sehingga menjadi lebih dapat diphami,
lebih dapat diterima, atau lebih mungkin untuk diatasi. Reframing digunakan secara efektf dalam
pendekatan-pendekatan konseling keluarga. Reframing bermanfaat bermanfaat dalam konseling
pasangan suami-istri ketika menangani penyesuaian dua pihak dan konflik perkawinan. Reframing
dapat digunakan dalam terapi keluarga untuk mengurangi sikap saling menyalahkan antara anggota
keluarga dengan mengatribusikan konsekuensi negative pada penyebab-penyebab situasional, bukan
individu-individu anggota keluarga. Reframing positif perilaku negative ditemukan mengintervensi
proses pengkambinghitaman dalam keluarga dan sekaligus mengubah fokusnya dari aspek-aspek
problematic perilaku ke fungsi tindakan.

D. Ada Lisa komplik dan menjaga perlangsusungan mediasi


Tahapan Mediasi

MEMULAI PROSES MEDIASI


 Mediator memperkenalkan diri dan para pihak
 Menekankan adanya kemauan para pihak untuk menyelesaikan masalah melalui mediasi
 Menjelaskan pengertian mediasi dan peran mediator
 Menjelaskan prosedur mediasi
 Menjelaskan pengertian kaukus
 Menjelaskan parameter kerahasiaan
 Menguraikan jadwal dan lama proses mediasi Menjelaskan aturan perilaku dalam proses
perundingan
 Memberikan kesempatan kepada Para pihak untuk Bertanya dan menjawabnya

MERUMUSKAN MASALAH DAN MENYUSUN AGENDA

Mengidentifikasi topik-topik umum permasalahan, menyepakati subtopik permasalahan yang akan


dibahas dan menentukan urutan subtopik yang akan dibahas dalam proses perundingan menyusun
agenda perundingan 3.

MENGUNGKAPKAN KEPENTINGAN TERSEMBUNYI

Dapat dilakukan dengan dua cara:

CARA LANGSUNG: mengemukakan pertanyan langsung kepada para pihak


CARA TIDAK LANGSUNG: mendengarkan atau merumuskan kembali pernyataan-pernyataan
yang dikemukakan oleh para pihak

MEMBANGKITKAN PILIHAN PENYELESAIAN SENGKETA

Mediator mendorong para pihak untuk tidak bertahan pada pola pikiran yang posisonal tetapi
harus bersikap terbuka dan mencari alternatif penyelesaian pemecahan masalah secara bersama

MENGANALISA PILIHAN PENYELESAIAN SENGKETA


 Mediator membantu para pihak menentukan untung dan ruginya jika menerima atau menolak
suatu pemecahan masalah
 Mediator mengingatkan para pihak agar bersikap realistis dan tidak mengajukan tuntutan atau
tawaran yang tidak masuk akal

PROSES TAWAR-MENAWAR AKHIR


 Pada tahap ini para pihak telah melihat titik temu kepentingan mereka dan bersedia memberi
konsesi satu sama lainnya
 Mediator membantu para pihak agar mengembangkan tawaran yang dapat dipergunakan untuk
menguji dapat atau tidak tercapainya penyelesaian masalah

MENCAPAI KESEPAKATAN FORMAL

Para pihak menyusun kesepakatan dan prosedur atau rencana pelaksanaan kesepakatan mengacu
pada langkah-langkah yang akan ditempuh para pihak untuk melaksanakan bunyi kesepakatan dan
mengakhiri sengketa

E. Kode etik mediator

BAB I KETENTUAN UMUM


Pasal 1
Dalam kode etik ini yang dimaksud dengan:

1. Mediasi adalah sebuah proses penyelesaian sengketa yang melibatkan pihak ketiga yang
independen yaitu Mediator yang membantu Para Pihak yang sedang bersengketa untuk
mencapai suatu penyelesaian dalam bentuk suatu kesepakatan secara sukarela terhadap
sebagian ataupun seluruh permasalahan yang dipersengketakan.
2. Para Pihak adalah dua atau lebih subyek hukum atau kuasanya yang bersengketa dalam
Mediasi.
3. Mediator adalah seseorang yang independen dalam Mediasi dan bertugas membantu dan
mendorong Para Pihak yang bersengketa untuk:
a. berkomunikasi dan bekerjasama untuk mencapai suatu penyelesaian dengan itikad
baik;
b. mengidentifikasi dan menyampaikan permasalahan, kepentingan dan harapan dari
satu pihak ke pihak lainnya;
c. menciptakan, mengembangkan dan mempertimbangkan berbagai bentuk alternatif
penyelesaian;
d. mengkaji berbagai kemungkinan resiko dan implikasinya; dan
e. menyelesaikan persengketaannya secara suka rela.
4. Tidak Memihak adalah bersikap dan tidak menunjukkan sikap memihak terhadap pihak
tertentu, terhadap kepentingan pihak tertentu, dan terhadap usulan alternatif penyelesaian dari
pihak tertentu.
5. Benturan Kepentingan adalah segala bentuk kepentingan yang mempengaruhi Mediator
sehingga ia tidak dapat menjalankan Mediasi secara obyektif dan independen.
6. Kesepakatan Untuk Mediasi adalah kesepakatan tertulis yang mengikat Para Pihak dan
Mediator yang ditandatangani sebelum Mediasi dimulai, memuat ketentuan – ketentuan
Mediasi yang harus ditaati sebelum, selama dan sesudah proses Mediasi.
Pasal 2
Kode etik ini berlaku untuk Mediator yang terdaftar pada Pusat Mediasi Nasional.
BAB II
KETIDAKBERPIHAKAN
Pasal 3
Dalam menjalankan tugasnya, Mediator tidak memihak kepada salah satu pihak yang
bersengketa.
Pasal 4
Mediator harus berupaya untuk tetap mempertahankan sikap tidak memihak selama Mediasi
berlangsung.
Pasal 5
Jika Mediator menyadari adanya keberpihakan, maka ia harus segera menyampaikan kepada
Para Pihak bahwa ia tidak dapat mempertahankan sikap tidak memihak tersebut dan karena
itu harus mengundurkan diri dari Mediasi.
Pasal 6
Mediator dalam melaksanakan tugasnya bertindak secara bebas dan mandiri tanpa pengaruh
atau dipengaruhi oleh pihak ketiga (penyedia jasa, fasilitas Mediasi, organisasi atau lembaga)
yang memiliki tujuan untuk mempengaruhi indepedensi Mediator.
BAB III
BENTURAN KEPENTINGAN
Pasal 7
Mediator berkewajiban untuk mengungkapkan segala bentuk kemungkinan benturan
kepentingan yang diketahuinya kepada Para Pihak.
Pasal 8
Setelah memberitahukan kepada Para Pihak adanya benturan kepentingan, Mediator harus
mengundurkan diri dari Mediasi kecuali Para Pihak menyetujui untuk mempertahankan
Mediator tersebut.
Pasal 9
Mediator selama Mediasi berlangsung tidak diperkenankan untuk mengadakan hubungan
khusus atau pribadi dengan Para Pihak manapun yang terkait dengan Mediasi yang
menimbulkan terjadinya benturan kepentingan, kecuali telah mendapatkan persetujuan dari
Para Pihak.
BAB IV
KERAHASIAAN
Pasal 10
Mediator harus menyampaikan kepada Para Pihak tentang prinsip - prinsip kerahasiaan dalam
Mediasi.

Pasal 11
Mediator tidak diperkenankan untuk menyampaikan informasi atau dokumen apapun yang
digunakan selama Mediasi antara Mediator dengan Para Pihak kepada siapapun yang bukan
merupakan Para Pihak dalam Mediasi, kecuali:
a. telah memperoleh persetujuan tertulis dari Para Pihak yang bersengketa;
b. apabila merupakan atas permintaan pengadilan atau merupakan kewajiban menurut
undang – undang dan yang menyangkut ketertiban umum; atau
c. apabila informasi atau dokumen tersebut tidak mempublikasi indentitas Para Pihak
(kecuali Para Pihak setuju untuk mempublikasikannya), dan digunakan untuk
kepentingan penelitian, statistik, akreditasi, atau pendidikan.
Pasal 12
Jika Mediator mengadakan pertemuan dengan masing – masing pihak yang bersengketa
secara terpisah, maka Mediator perlu menyampaikan terlebih dahulu maksud dan tujuan
diadakannya pertemuan terpisah tersebut kepada Para Pihak. Dalam pertemuan terpisah,
Mediator tidak dibenarkan untuk menyampaikan informasi dan atau dokumen apapun
yang telah ia terima dari salah satu pihak kepada pihak lainnya kecuali diminta untuk
menyampaikannya.
Pasal 13
Mediator berkewajiban untuk menjaga kerahasiaan dengan melakukan penyimpanan atas
catatan, rekaman dan berkas Mediasi.
BAB V. PROSES
BAB VI. KESEPAKATAN UNTUK MEDIASI
BAB VII. PENGHENTIAN ATAU PENUNDAAN MEDIASI
BAB VIII. KETENTUAN – KETENTUAN LAIN
BAB IX. PELAKSANAAN KODE ETIK
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 28
Setiap Mediator yang terdaftar pada Pusat Mediasi Nasional harus menjunjung tinggi
Kode Etik Mediator ini dalam melakukan profesi sebagai Mediator.
Kode Etik Mediator ini dinyatakan berlaku sejak tanggal ditetapkannya dengan ketentuan
bahwa segala sesuatu dapat diubah dan diperbaiki sebagaimana mestinya apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan atau kekurangan.

Anda mungkin juga menyukai