Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : AGUS HARIYANTO

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 041788256

Kode/Nama Mata Kuliah : EKMA4367/Hubungan Industrial

Kode/Nama UPBJJ : 51/TARAKAN

Masa Ujian : 2020/21.2 (2021.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA

JAWABAN :
1. Konsep kerangka kerja hubungan industrial mendorong pengembangan tipologi dengan tiga level
kegiatan hubungan industrial, yaitu level strategi, kebijakan, dan tempat kerja. Tiga level tersebut dapat
digambarkan pada gambar table dibawah ini. Tabel ini menunjukkan pembagian kerangka kerja yang
membagi kegiatan manajemen, karyawan, dan pemerintah menjadi tiga tingkatan. Setiap tingkatan
diperdalam dengan tiga aktor utama lain dalam sistem hubungan industrial. Ketiga tingkat menunjukkan
perbedaan dalam keunggulan analisis. Kerangka kerja mengenal hubungan antarkegiatan pada berbagai
tingkatan sistem yang berbeda. Kerangka kerja menunjukkan pengaruh berbagai keputusan strategik
dengan berbagai faktor. Sedangkan fokus analisisnya adalah pada hubungan formal dan informal di
tempat kerja.

2. Menurut Meyer dan Allen, komitmen mempunyai tiga bentuk, yaitu :


- Komitmen afektif adalah ketertarikan emosi individu, memihak, dan terlibat dalam organisasi secara
khusus (Laschinger et al., 2001). Komitmen afektif juga merupakan perasaan suka atau tertarik pada
organisasi (Meyer et al.,1993). Karyawan dengan komitmen afektif yang kuat bekerja dalam
organisasi karena “mereka ingin”. Komitmen afektif dalam organisasi berhubungan positif dengan
kinerja tugas.
- Komitmen berkelanjutan atau abadi Komitmen yang abadi menggambarkan kesadaran karyawan
terhadap biaya yang berhubungan dengan meninggalkan organisasi (Laschinger et al., 2001). Individu
dengan komitmen abadi yang tinggi yakin akan manfaat untuk menetap atau bertahan dalam
organisasi daripada menerima konsekuensi jika meninggalkan organisasi karena “mereka
membutuhkan”. Meskipun karyawan dengan komitmen abadi yang tinggi juga memungkinkan
meninggalkan organisasi, rendahnya perputaran terjadi atas biaya perjanjian karyawan, kepuasan
kerja, dan rasa percaya diri. Hackett et al. (1994) menyatakan bahwa komitmen afektif dalam
organisasi berhubungan secara positif dengan kinerja, namun hubungan antara komitmen abadi
dalam organisasi dengan kinerja tidak signifikan. Hal ini juga dinyatakan bahwa hubungan antara
komitmen abadi dengan kinerja tidak signifikan (Hackett et al., 1994).
- Komitmen normatif (Herscovitch & Meyer, 2002) Sementara itu, komitmen normatif
menggambarkan perasaan kewajiban individu untuk tetap berada dalam organisasi (Laschinger,
2001). Karyawan mempunyai komitmen normatif tinggi karena mereka merasa bahwa mereka harus
melakukan hal tersebut (Meyer et al., 1993). Pengalaman yang positif akan memberikan kontribusi
terhadap komitmen, khususnya komitmen afektif. Namun, pengalaman yang sama tersebut akan
berpengaruh negatif bila berhubungan dengan komitmen abadi. Baik komitmen afektif maupun
komitmen normatif berhubungan positif dengan kinerja maupun perilaku kewargaan organisasional,
sementara komitmen abadi tidak berhubungan atau berhubungan negatif dengan kinerja dan perilku
kewargaan organisasional (Meyer et al., 1993).
Sumber Ref : BMP EKMA4367 Modul 1
3. A. Terbentuknya serikat pekerja di Indonesia dimulai sejak jaman kolonialisme Belanda, dengan nama
Nederland Indische Onderwijs Genootschap ( NIOG ) pada tahun 1896 sebagai perserikatan guru – guru
bangsa Belanda. Selanjutnya disusul dengna pembentukan serikat pekerja juga disekor pemerintah yaitu
Postbond di bidang pos pada tahun 1905. Disektor Swasta juga didirikan beberapa serikat pekerja seperti
: Suikerbond di perkebunan gula pada tahun 1907, serta Vereniging Spoor en Tram Personeel (VSTP).
Setelah pendirian beberapa serikat kerja tersebut maka timbullah organisasi yang bersifat Gerakan
kebangsaan seperti Budi Utomo tahun 1902, Serikat Dagang Islam pada tahun 1911, Partai Komunis
Indonesia pada tahun 1920, dan Partai Nasional Indonesia pada tahun 1927. Bersamaan dengan Gerakan
nasional tersebut, beberapa organisasi pekerja baru juga dibentuk.
B. Berikut beberapa dasar hukum untuk menjamin kebebasan berserikat di Indonesia :
- UUD 1945
Pasal 28 UUD 1945 menyatakan bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan di undang – udang. Kemerdekaan atau kebebasan
berserikat yang di amanatkan oleh UUD 1945 dimaksudkan untuk masyarakat secara keseluruhan. Dalam
konteks karyawan, kebebasan berserikat ini merupakan kebebasan dalam membentuk serikat pekerja.
Namun demikian, kebebasan tersebut tidak langsung penerapannya melainkan harus diatur terlebih
dahulu dengan undang – undang.
- Lampiran TAP MPR II/1998 ( Hak Asasi Manusia )
Pasal 19 menyebutkan bahwa setiap orang berhak atas kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat. Rumusan ini merupakan arahan umum dari Pasal 28 UUD 1945.
- UU No. 14 Tahun 1969 tentang ketentuan – ketentuan Pokok mengenai Tenaga Kerja.
Pasa 11 ayat (1) UU tersebut menyebutkan bahwa tiap tenaga kerja berhak mendirikan dan menjadi
anggota perserikatan tenaga kerja.Ayat (2) pasal ini menyebutkan pembentukan oerserikatan tenaga
kerja dilakukan secara demokratis. Pas 11 ini mengakui hak berserikat bagi karyawan tetapi
pengaturannya masih sangat umum, baru menyangkut prinsip dasar. Oleh karena itu, pasal ini belum
dianggap sebagai peraturan perundang – undangan sebagai pelaksanaan yang diamanatkan oleh Pasa 28
UUD 1945.
Pasa 12 UU ini menyatakan bahwa perserikatan tenaga kerja berhak mengadakan perjanjian perburuhan
dengan pemberi kerja. Hal ini memberikan penekanan bahwa perjanjian kerja Bersama merupakana
fungsi utama serikat pekerja didalam melaksanakan perjuangan meningkatkan dan mempertahankan
kepentiangan karyawan. Perjanjian Kerja Bersama ini telah diatur dalam UU no. 21 Tahun 1954 tentang
Perjanjian Perburuhan. Dengan terbitnya UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, maka UU No.
14 tahun 1969 dan UU No. 21 Tahun 1954 tersebut dicabut maka tentang hak berserikat dan pembuatan
PKB diatur dalam UU No. 13 Tahun 2003 tersebut.
- UU No. 18 Tahun 1956 tentang Hak Berserikat dan Berunding Bersama merupakan ratifikasi konvensi
ILO No. 98 Tahun 1949. Disamping itu, hak berserikat juga ditegaskan dalam Kepres No. 83 Tahun 1998
yang merupakan ratifikasi konvensi ILO No. 87 Tahun 1948 tentang Kebebasan Berserikat dab Hak
Berorganisai. Kedua konvensi tersebut pada dasarnya memberi kebebasan bagi karyawan dan
pengusaha untuk berorganisasi dan tidak adanya campur tangan dari pihak mana pun atas hak tersebut.
Kebebasan dan hak berserikat ini justru mendapatkan perlindungan.
- UU No. 21 Tahun 2000
Setelah 55 Tahun Indonesia Merdeka, baru pada tahun 2000 memiliki undang – undang tentang Serikat
Pekerja, walaupun hal tersebut secara jelas telah di amanatkan dalam UUD 1945. Hak karyawan untuk
menjadi anggota serikat pekerja juga merupakan salah satu sisi pelaksanaan hak asasi manusia. Undang
– undang tentang keserikat pekerjaan senantiasa membawa kontroversi dalam masyarakat. Bahkan
undang – undang semacam ini selalu memiliki muatan politik yang cukup besar. Di samping itu, materi
yang termuat didalamnya dapat benuansa perbedaan kepentingan. Oleh karena itu, dalam proses
pembuatannya mulai dari penyusunan rancangan sampai dengan pembahasan di DPR selalu terjadi
berbagai protes dari kalangan karyawan atau kelompok lain. Setelah disahkan oleh DPR pun masih
memperoleh protes dari beberapa kalangan masyarakat.

4. A. Fungsi serikat pekerja atau serikat buruh adalah melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kewajibannya,
menjaga ketertiban untuk kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokratis, dan ikut
memajukan perusahaan, serta menyejahterakan pekerja dan keluarganya.
b. Hak Serikat pekerja atau serikat buruh, federasi, dan konfederasi serikat pekerja atau serikat buruh
yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan berhak :
- Membuat perjajnjian kerja Bersama dengan pengusaha.
- Mewakili karyawan atau pekerja dalam menyelesaikan perselisihan industrial.
- Mewakili karyawan atau pekerja dalam Lembaga ketenegakerjaan.
-Membentuk Lembaga atau melakukan kegiatan yang berkaitan dengan usaha peningkatan
kesejahteraan ,karyawan atau pekerja.
- Melakukan kegiatan lainnya di bidang ketenagakerjaan yang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Kewajiban Serikat pekerja atau serikat buruh,federasi dan konfederasi serikat pekerja atau serikat buruh
yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan berkewajiban sebagai berikut :
- Melindungi dan membela anggota dari pelanggaran hak – hak dan memperjuangakn kepentingannya.
- Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan anggota dan keluarganya.
- Mempertanggungjawabakan kegiatan organisasi kepada anggotanya sesuai dengan anggaran dasar
dan anggaran rumah tangga.

Sumber Ref : BMP EKMA4367 Modul 2

Anda mungkin juga menyukai