Anda di halaman 1dari 6

1.

Pengertian Manajemen Konflik


Pengertian manajemen konflik adalah serangkaian aksi dan reaksi yang dilakukan
oleh para pelaku konflik atau pihak ketiga secara rasional dan seimbang, untuk
pengendalian situasi dan kondisi perselisihan atau pertikaian yang terjadi antara beberapa
pihak.
Pendekatan di dalam manajemen konflik berorientasi pada proses yang mengarah
ke dalam bentuk komunikasi dari para pelaku konflik dan pihak ketiga, dan bagaimana
mereka mempengaruhi interpretasi dan kepentingan.
Di masyarakat yang majemuk seperti Indonesia konflik sering terjadi, baik dalam
pelaksanaan operasional bisnis maupun kehidupan bermasyarakat. Berbagai
perkembangan, inovasi dan perubahan di masyarakat acapkali menimbulkan konflik,
terutama jika perubahan tidak disertai dengan pemahaman tentang ide-ide yang sedang
berkembang.

2. Definisi Manajemen Konflik Menurut Para Ahli

- Minnery (1980: 220)


Minnery mendefinisikan manajemen konflik adalah suatu proses rasional yang sifatnya
iteratif, dimana proses tersebut terjadi secara terus-menerus mengalami penyempurnaan
hingga tercapai model yang ideal dan representatif.

- Howard Ross (1993)


Howard Ross mendefinisikan manajemen konflik sebagai langkah-langkah yang diambil
pelaku atau pihak ketiga yang bertujuan untuk mengarahkan perselisihan ke arah hasil
tertentu yang mungkin atau tidak menghasilkan akhir berupa penyelesaian konflik, dan
mungkin atau tidak menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat atau
agresif.

3. Teori-Teori Utama Mengenai Penyebab Konflik


a) Teori Kebutuhan Manusia
b) Teori Identitas
c) Teori Hubungan Masyarakat
d) Teori Kesalahpahaman Antarbudaya
e) Teori Transformasi Konflik
f) Teori Negosiasi Prinsip

4. Tujuan Manajemen Konflik


Berikut ini beberapa tujuan manajemen konflik, diantaranya sebagai berikut:

- Mencegah dan meminimalisir terjadinya gangguan terhadap anggota organisasi,


sehingga dapat fokus kepada visi dan misi perusahaan atau organisasi.

- Membangun rasa saling menghormati antar sesama anggota organisasi dan


menghargai keberagaman.

- Meningkatkan kreativitas anggota organisasi dengan memanfaatkan konflik yang


terjadi.

5. Proses Manajemen Konflik

Menurut Minnery (1980: 220) manajemen konflik adalah suatu proses, sama
halnya dengan perencanaan merupakan proses. Dia juga berpendapat bahwa proses
manajemen konflik perencanaan sebagai bagian yang rasional dan bersifat iteratif, berarti
pendekatan model manajemen konflik perencanaan secara terus menerus (continue) akan
mengalami penyempurnaan sampai mencapai model yang ideal dan representatif.
Sama halnya dengan tahapan manajemen konflik, bahwa manajemen konflik
perencanaan juga meliputi beberapa langkah yaitu: penerimaan terhadap keberadaan
konflik (dihindari, ditekan atau didiamkan), klasifikasi karakteristik dan struktur konflik,
evaluasi konflik (jika bermanfaat maka dilanjutkan dengan proses selanjutnya),
menentukan aksi yang dipersyaratkan untuk mengelola konflik, serta menentukan peran
perencana sebagai partisipan atau pihak ketiga dalam mengelola konflik.

6. Tipe Manajemen Konflik


Menurut Dawn M. Baskerville, ada 6 tipe manajemen konflik, yaitu:
a. Avoiding
b. Accommodating
c. Compromising
d. Competing
e. Collaborating
f. Conglomeration (Mixtured Type)

7. Strategi Manajemen Konflik


Stevenin mengatakan ada 5 tahap dalam memahami manajemen konflik dengan
baik. Dengan memahami 5 tahap tersebut maka organisasi akan lebih mudah
merumuskan strategi terbaik dalam penanganan konflik.
Berikut ini adalah 5 tahap manajemen konflik:
1. Pengenalan
2. Diagnosis
3. Menyepakati Solusi
4. Pelaksanaan
5. Evaluasi

8. Tahap-Tahap Berlangsungnya Konflik


Menurut Mulyasa pada umumnya konflik berlangsung dalam 5 tahap, yaitu:
 Tahap Potensial, yaitu munculnya perbedaan di antara individu, organisasi, dan
lingkungan yang berpotensi terjadinya konflik.
 Konflik Terasakan, yaitu kondisi ketika perbedaan yang muncul dirasakan oleh
individu, dan mereka mulai memikirkannya.
 Pertentangan, yaitu ketika konflik berkembang menjadi perbedaan pendapat di antara
individu atau kelompok yang saling bertentangan
 Konflik Terbuka, yaitu tahapan ketika pertentangan berkembang menjadi
permusuhan secara terbuka.
 Akibat Konflik, yaitu tahapan ketika konflik menimbulkan dampak terhadap
kehidupan dan kinerja organisasi. Jika konflik terkelola dengan baik, maka akan
menimbulkan keuntungan, seperti tukar pikiran, ide dan menimbulkan kreativitas.
Tetapi jika tidak dikelola dengan baik, dan melampaui batas, maka akan
menimbulkan kerugian seperti saling permusuhan.
9. Tingkatan Konflik
1. Konflik Intrapersonal, yaitu konflik internal yang terjadi dalam diri seseorang.
2. Konflik Interpersonal, yaitu konflik yang terjadi antar individu.
3. Konflik Intragroup, yaitu konflik antar anggota dalam satu kelompok.
4. Konflik Intergroup, yaitu konflik yang terjadi antar kelompok.
5. Konflik Interorganisasi, konflik yang terjadi antar organisasi
6. Konflik Intraorganisasi, yaitu konflik yang terjadi antar bagian dalam suatu
organisasi, meliputi:
 Konflik Vertikal, yang terjadi antara pimpinan dan bawahan yang tidak
sependapat tentang cara terbaik untuk menyelesaikan sesuatu. Misalnya
konflik antara direktur utama dengan manajer.
 Konflik Horizontal, yang terjadi antar karyawan atau departemen yang
memiliki hirarki yang sama dalam organisasi. Misalnya antara divisi
pemasaran.
 Konflik Lini-Staf, yang sering terjadi karena adanya perbedaan persepsi
tentang keterlibatan staf dalam proses pengambilan keputusan oleh manajer
lini. Misalnya konflik antara manajer dengan kepala divisi.
 Konflik Peran, yang terjadi karena seseorang memiliki lebih dari satu peran.
Misalnya manajer pemasaran juga menjabat sebagai manajer penjualan.

10. Teknik Penyelesaian Konflik


a) Persuasi
b) Rujuk
c) Penarikan diri
d) Pemecahan masalah terpadu
e) Tawar-menawar
f) Pemaksaan dan penekanan
g) Intervensi (campur tangan) pihak ketiga
11. Penyelesaian Konflik dengan Pihak Ketiga

- Konsultasi: Bertujuan untuk memperbaiki hubungan antara kedua pihak serta


mengembangkan kemampuan mereka sendiri untuk menyelesaikan konflik.
Konsultan tidak mempunyai wewenang untuk memutuskan dan tidak berusaha untuk
menengahi. la menggunakan berbagai teknik untuk meningkatkan persepsi dan
kesadaran bahwa tingkah laku kedua pihak terganggu dan tidak berfungsi, sehingga
menghambat proses penyelesaian masalah yang menjadi pokok sengketa.

- Arbitrase (arbitration): Pihak ketiga mendengarkan keluhan kedua pihak dan


berfungsi sebagai “hakim” yang mencari pemecahan mengikat. Cara ini mungkin
tidak menguntungkan kedua pihak secara sama, tetapi dianggap lebih baik daripada
terjadi muncul perilaku saling agresi atau tindakan destruktif.

- Penengahan (mediation): Menggunakan mediator yang diundang untuk menengahi


sengketa. Mediator dapat membantu mengumpulkan fakta, menjalin komunikasi yang
terputus, menjernihkan dan memperjelas masalah serta melapangkan jalan untuk
pemecahan masalah secara terpadu. Efektivitas penengahan tergantung juga pada
bakat dan ciri perilaku mediator.

12. Pendekatan Dalam Penanganan & Penyelesaian Konflik


a. Pendekatan KAPOW (Knowledge, Authority, Power, Other, Winning)

- Knowledge (Pengetahuan). Sejauh mana anda mengetahui isu pihak lain? Sejauh
mana pihak lain mengetahui isu anda? Sejauh mana anda mengetahui masalahnya?

- Authority (Wewenang). Apakah anda memiliki wewenang untuk mengambil


keputusan? Apakah pihak lain memiliki wewenang untuk mengambil keputusan?

- Power (Kekuatan). Sejauh mana anda dapat memberi pengaruh terhadap situasi,


seberapa besar kekuatan yang dimiliki pihak lain atas diri anda?

- Other (Relasi). Seberapa tinggi pentingnya relasi bagi anda? Seberapa tinggi


pentingnya relasi bagi pihak lain?
- Winning (Kemenangan). Seberapa pentingnya unsur kemenangan? Apakah anda
harus menang? Apakah pihak lain harus menang? Apakah kompromi dapat diterima?
Apakah kekalahan dapat diterima?

b. Pendekatan ACES (Asses, Clarify, Evaluated, Solve)

- Asses the Situation (Mengenali Situasi)


- Clarify the Issues (Memperjelas Permasalahan)
- Evaluate Alternative Approaches (Mengevaluasi Pendekatan-pendekatan
Alternatif)

- Solve the Problem (Memecahkan Permasalahan)

13. Manfaat Manajemen Konflik di Perusahaan


Semua organisasi yang berorientasi pada profit pasti menerapkan dan
mengembangkan manajemen konflik. Berikut ini adalah beberapa manfaat manajemen
konflik bagi perusahaan:
1. Mengembangkan Kompetensi
Implementasi manajemen konflik yang baik akan meningkatkan dan
mengembangkan kompetensi perusahaan, khususnya dalam hal kompetensi non-
teknis. Dengan perumusan dan penerapan strategi manajemen konflik yang tepat
maka kemampuan perusahaan dalam menangani konflik internal akan semakin
kuat.
2. Evaluasi Sistem
Perusahaan sulit melakukan evaluasi terhadap efektivitas suatu sistem jika
tidak terjadi konflik di dalamnya. Dengan adanya konflik maka perusahaan dapat
melakukan identifikasi apakah sistem yang diterapkan berjalan dengan baik atau
diperlukan perbaikan.

Anda mungkin juga menyukai