Anda di halaman 1dari 14

Manajemen Konflik, Tipe, Strategi,

dan Fungsinya dalam Bisnis


Konflik dalam sebuah bisnis memang sangat rawan, mengingat persaingan bisnis yang
amatlah ketat menjadikan konflik tak dapat dihindari. Tetapi, konflik dapat diatasi dengan
baik jika ada yang mengatur atau istilah lain ada manajemen yang mengatur. Dalam dunia
bisnis sering disebut manajemen konflik.

Manajemen adalah pengelolaan untuk mengatur sebuah organisasi atau sekelompok orang
untuk mencapai tujuan organisasi.Sedangkan konflik adalah proses dua orang atau lebih
yang melakukan tindakan untuk menyingkirkan orang lain.  Jadi, manajemen konflik adalah
sebuah pendekatan yang dilakukan serta diarahkan untuk komunikasi dengan pelaku konflik.
Yang mana pelaku konflik dapat memengaruhi kepentingan bersama suatu organisasi.

Sedangkan enurut ahli Howard Ross, manajemen konflik adalah langkah yang diambil pihak
ketiga dengan tujuan mengarahkan konflik ke hasil tertentu yang mungkin/tidak
menghasilkan hasil akhir berupa penyelesaian konflik atau mungkin/tidak menghasilkan
ketenangan atau hasil mufakat.

Tipe Manajemen Konflik yang Harus Di Ketahui


Dalam manajemen konflik ada beberapa tipe yang digunakan untuk menyelesaikan konflik
yang ada, ada enam macam tipe manajemen konflik, yaitu :

Acomodating
Acomodating merupakan usaha yang dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai
pendapat pihak yang terlibat konflik. Nantinya, akan digunakan untuk musyawarah atau
menyelesaikan konflik tersebut. Namun, tetap mementingkan kepentingan dari salah satu
pihak. Hal ini dapat merugikan salah satu pihak yang berkonflik.

Avoiding
Avoiding adalah sebuah upaya untuk menghindari sebuah konflik agar tidak terlibat di
dalamnya. Hal ini menjadi cara yang efektif agar lingkungan terhindar dari konflik.

Compromising
Berbeda dari acomodating, cara ini lebih memerhatikan kepentingan bersama. Dengan
mendengarkan pendapat dari semua pihak dan memutuskan jalan keluar dengan tetap
mementingkan kepentingan bersama menjadi cara yang adil bagi semua pihak. Cara ini akan
memberikan solusi bagi semua pihak. Ada 4 bentuk kompromi yaitu separasi, atrasi,
menyogok, dan mengambil keputusan secara kebetulan.

1. Separasi artinya pihak yang terlibat konflik dipisahkan untuk menyelesaikan konflik
yang ada.
2. Atrasi artinya pihak yang berkonflik setuju dengan keputusan yang diambil pihak ketiga
atau penengah.

3. Mengambil keputusan berdasarkan faktor kebetulan, dengan cara ini bisa dilakukan
dengan hal-hal yang sederhana tapi tetap berpegang pada aturan yang berlaku.
4. Menyogok merupakan memberikan imbalan untuk pihak yang mengambil keputusan
dengan tujuan pihaknya dapat dimenangkan dalam konflik tersebut. Hal ini mungkin
curang, tetapi bergantung pihak masing-masing yang menyelesaikannya.

Colaborating
Colaborating merupakan cara menyelesaikan konflik dengan bekerja sama yang hasilnya
memuaskan semua pihak. Semua pihak akan bekerja sama untuk menyelesaikan masalah
dengan tetap memerhatikan kepentingan bersama.

Competing
Competing adalah cara yang digunakan dengan mengarahkan pihak yang terlibat konflik
bersaing dan memenangkan kepentingan masing-masing pihak. Cara ini pastinya tidak akan
memberikan solusi bagi kedua belah pihak dan yang pasti ada kalah ada yang menang.

Conglomeration
Conglomeration merupakan kombinasi atau campuran menyelesaikan konflik dengan cara
menggabungkan lima tipe di atas. Tentunya cara ini akan lebih memakan banyak waktu dan
tenaga.

Strategi Management Konflik


Selain cara menyelesaikan konflik yang ada Anda juga harus memerhatikan awal mula
terjadinya konflik tersebut, kita harus memelajari agar tidak salah langkah dalam mengambil
keputusan untuk menyelesaikan konflik tersebut. Ada beberapa strategi yang dapat
digunakan untuk mengenali konflik yang terjadi :

1. Pengenalan
Sebelum masuk lebih dalam ke konflik yang sedang terjadi, terlebih dahulu Anda harus tahu
akar atau awal mula konflik terjadi dan juga harus tahu keadaan sekitar ketika konflik belum
dan sedang terjadi. Dengan melakukan ini, Anda akan memeroleh informasi awal terjadinya
konflik.

2. Diagnosa
Jika sudah mendapat informasi yang ingin diperoleh seperti siapa saja yang bekonflik, apa
konflik yang dipermasalahkan, awal mula terjadi konflik. Langkah selanjutnya adalah
memikirkan solusi yang tepat untuk menyelesaikan konflik tersebut.

3. Menyepakati Solusi
Jika sudah memikirkan solusi yang tepat, langkah berikutnya adalah menyepakati solusi yang
dirasa paling tepat untuk mengakhiri konflik. Sebaiknya, solusi yang digunakan tidak berat
sebelah dan juga harus ada pihak penengah.

4. Pelaksanaan
Setelah solusi disepakati bersama, maka langkah selanjutnya adalah semua pihak harus
melaksanakan serta menerima solusi yang telah disepakati. Kesepakatan yang diambil
sebaiknya tidak merugikan salah satu pihak dan diharapkan tidak menimbulkan konflik lagi
kedepannya.

5. Evaluasi
Setelah konflik selesai, lakukanlah evaluasi bersama-sama. Musyawarah kan hal-hal yang
bisa menghindari konflik lagi ke depannya. Evaluasi dilakukan bertujuan untuk untuk tidak
mengulangi kesalahan atau konflik yang pernah terjadi.

Fungsi Manajemen Konflik


Pasti banyak yang bertanya-tanya, apa fungsi dari manajemen konflik? Banyak orang yang
belum tahu mengenai manajemen konflik dan bagaimana cara penyelesaian yang tepat. Pun,
apa fungsinya dalam dunia bisnis.

Meningkatkan kinerja dan keaktifan karyawan


Dalam manajemen konflik, mengeluarkan pendapat menjadi sarana yang tepat bagi para
karyawan. Karyawan akan lebih aktif mengemukakan pendapat ketika terjadinya konflik,
karyawan dan atasan akan berdiskusi langsung memikirkan solusi yang tepat. Dengan begitu,
atasan dapat melihat serta meningkatkan kinerja dan keaktifan para karyawannya.

Mengembangkan kemampuan karyawan


Dengan adanya manajemen konflik, secara tidak langsung akan mengasah kemampuan para
karyawan untuk lebih berpikir logis, kreatif, dan rasional. Karyawan akan ikut memikirkan
bagaimana menyelesaikan konflik yang sedang terjadi.

Sehingga, kemampuan berpikir karyawan akan mengembang dan meningkat karena sering
diasah untuk ikut memberikan solusi yang tepat. Serta lebih kreatif dalam berpikir dan
tentunya akan meningkatkan skill mereka sebagai karyawan.

Melatih kemampuan menyelesaikan konflik


Dalam sebuah perusahaan, konflik pasti akan terus terjadi. Perusahaan yang pernah
mengalami konflik akan lebih berkembang dan maju. Dengan konflik yang terjadi, akan
membuat sebuah perusahaan terbiasa menyelesaikannya dengan solusi yang tepat.
Perusahaan akan lebih mampu bertahan karena sudah terbiasa dengan adanya konflik.

Meningkatkan rasa saling menghormati.


Dengan manajemen konflik, akan ada berbagai pendapat yang muncul. Pendapat yang
berbeda-beda bisa menimbulkan sebuah perpecahan. Namun, itu lah tantangannya
bagaimana Anda bisa menghormati pendapat orang lain dan tidak menjatuhkannya. Yang
artinya manajemen konflik berguna untuk meningkatkan rasa toleransi antar semua pihak.

Kesimpulan
Konflik dapat terjadi di semua kalangan dan semua aktivitas. Untuk itu, muncul manajemen
konflik yang berguna untuk mengatasi konflik yang ada. Apalagi dalam dunia bisnis
pertentangan dan perbedaan pendapat sangatlah mungkin. Konflik dapat terjadi dari berbagai
faktor entah dari sumber daya manusianya, sistem di perusahaan tersebut, bahkan ada yang
dari atasannya sendiri yang bermasalah.

Konflik harus diselesaikan dengan semua pihak yakni antara atasan dan karyawan, semua
pihak harus menyadari kesalahan yang ada serta tidak tunduk akan egonya sendiri-sendiri. 
Karyawan tidak harus selalu tunduk dengan atasan, karyawan juga bisa menegur dan
memberikan pendapat jika ada yang salah dengan perusahaan tempat dia bekerja. Demikian
pembahasan mengenai manajemen konflik, tipe, strategi, dan juga fungsinya.

Baca juga : Langkah Awal Menggunakan Accurate Online untuk Pembukuan Bisnis
Bagi Anda pelaku bisnis yang sedang memerlukan software akuntansi untuk kemudahan
proses pembukuan bisnis, Anda bisa mecoba menggunakan software akuntansi Accurate
Online.

Accurate Online adalah software akuntansi berbasis cloud yang sudah dikembangkan sejak


20 tahun yang lalu dan sudah digunakan oleh 300 ribu pengguna dari berbagai jenis bisnis di
Indonesia mulai dari UMKM sampai perusahaan manufaktur besar.

Accurate Online juga sudah meraih Top Brand Award sejak 2016 sampai hari ini sebagai
software akuntansi terbaik buatan Indonesia. Tertarik menggunakan Accurate Online? Anda
bisa mencobanya secara gratis selama 30 hari melalu

SUMBER : https://accurate.id/marketing-manajemen/manajemen-konflik-dan-fungsinya-dalam-bisnis/
Manajemen Konflik: Pengertian, Teori,
Tujuan, Proses, Tipe, Strategi dan Manfaat
 byTommy
 December 1, 2019

Pengertian Manajemen Konflik


Daftar Isi

Secara arti bahasa Istilah “konflik” (conflict) bermakna suatu perkelahian, peperangan, atau perjuangan
yaitu yang berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak. Kemudian arti kata tersebut berkembang
menjadi ketidakpastian yang tajam atau oposisi atas berbagai kepentingan.

Pengertian manajemen konflik adalah serangkaian aksi dan reaksi yang dilakukan oleh para pelaku
konflik atau pihak ketiga secara rasional dan seimbang, untuk pengendalian situasi dan kondisi
perselisihan atau pertikaian yang terjadi antara beberapa pihak.

Pendekatan di dalam manajemen konflik berorientasi pada proses yang mengarah ke dalam
bentuk komunikasi  dari para pelaku konflik dan pihak ketiga, dan bagaimana mereka mempengaruhi
interpretasi dan kepentingan.

Di masyarakat yang majemuk seperti Indonesia konflik sering terjadi, baik dalam pelaksanaan
operasional bisnis maupun kehidupan bermasyarakat. Berbagai perkembangan, inovasi dan perubahan
di masyarakat acapkali menimbulkan konflik, terutama jika perubahan tidak disertai dengan
pemahaman tentang ide-ide yang sedang berkembang.

Definisi Manajemen Konflik Menurut Para Ahli

Berikut ini pengertian manajemen konflik menurut para ahli:

1. Minnery (1980: 220)

Minnery mendefinisikan manajemen konflik adalah suatu proses rasional yang sifatnya iteratif, dimana
proses tersebut terjadi secara terus-menerus mengalami penyempurnaan hingga tercapai model yang
ideal dan representatif.

2. Howard Ross (1993)

Howard Ross mendefinisikan manajemen konflik sebagai langkah-langkah yang diambil pelaku atau
pihak ketiga yang bertujuan untuk mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau
tidak menghasilkan akhir berupa penyelesaian konflik, dan mungkin atau tidak menghasilkan
ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat atau agresif.
Teori-Teori Utama Mengenai Penyebab Konflik

1. Teori Kebutuhan Manusia

Konflik disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia (fisik, mental dan sosial) yang tidak terpenuhi atau
dihalangi. Hal yang sering menjadi inti pembicaraan adalah identitas, pengakuan, partisipasi, otonomi,
dan keamanan. Pendekatan: mengidentifikasi dan mengupayakan bersama kebutuhan mereka yang
tidak terpenuhi, serta menghasilkan opsi-opsi untuk memenuhi kebutuhan itu.

2. Teori Identitas

Konflik disebabkan oleh identitas yang terancam, yang berakar dari hilangnya sesuatu atau penderitaan
di masa lalu yang tidak tuntas. Pendekatan: memfasilitasi lokakarya dan dialog antara pihak-pihak yang
berkonflik, sehingga dapat mengidentifikasi ancaman dan ketakutan yang bertujuan untuk membangun
empati dan rekonsiliasi di antara pihak-pihak yang konflik.

3. Teori Hubungan Masyarakat

Konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan di antara
kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat. Pendekatan: meningkatkan rasa saling pengertian dan
komunikasi antara kelompok yang konflik, dan mengupayakan toleransi dengan tujuan agar masyarakat
lebih bisa saling menerima keberagamaan..

4. Teori Kesalahpahaman Antarbudaya

Konflik disebabkan karena ketidakcocokan dalam cara-cara komunikasi di antara berbagai budaya
yang berbeda. Pendekatan: menambah pengetahuan mengenai budaya pihak lain, meningkatkan
keefektifan komunikasi antarbudaya, mengurangi stereotip negatif yang mereka miliki tentang pihak
lain.

5. Teori Transformasi Konflik

Konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai
masalah sosial, budaya dan ekonomi.

6. Teori Negosiasi Prinsip

Konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan perbedaan perspektif tentang konflik oleh
pihak-pihak yang berkonflik. Pendekatan: membantu pihak yang berkonflik untuk memisahkan
perasaan pribadi dengan berbagai masalah dan isu serta memampukan mereka untuk bernegosiasi atas
kepentingan mereka daripada posisi tertentu yang sudah tetap. Kemudian melancarkan proses
kesepakatan yang saling menguntungkan semua pihak.
Tujuan Manajemen Konflik

Berikut ini beberapa tujuan manajemen konflik, diantaranya sebagai berikut:

 Mencegah dan meminimalisir terjadinya gangguan terhadap anggota organisasi, sehingga dapat
fokus kepada visi dan misi perusahaan atau organisasi.
 Membangun rasa saling menghormati antar sesama anggota organisasi dan menghargai
keberagaman.
 Meningkatkan kreativitas anggota organisasi dengan memanfaatkan konflik yang terjadi.

Proses Manajemen Konflik

Menurut Minnery (1980: 220) manajemen konflik adalah suatu proses, sama halnya dengan
perencanaan merupakan proses. Dia juga berpendapat bahwa proses manajemen konflik perencanaan
sebagai bagian yang rasional dan bersifat iteratif, berarti pendekatan model manajemen konflik
perencanaan secara terus menerus (continue) akan mengalami penyempurnaan sampai mencapai model
yang ideal dan representatif.

Sama halnya dengan tahapan manajemen konflik, bahwa manajemen konflik perencanaan juga meliputi
beberapa langkah yaitu: penerimaan terhadap keberadaan konflik (dihindari, ditekan atau didiamkan),
klasifikasi karakteristik dan struktur konflik, evaluasi konflik (jika bermanfaat maka dilanjutkan
dengan proses selanjutnya), menentukan aksi yang dipersyaratkan untuk mengelola konflik, serta
menentukan peran perencana sebagai partisipan atau pihak ketiga dalam mengelola konflik.

Keseluruhan proses berlangsung dalam tahap perencanaan yang melibatkan perencana (planner)
sebagai aktor untuk mengelola konflik baik sebagai partisipan atau pihak ketiga.

Tipe Manajemen Konflik

Menurut Dawn M. Baskerville, ada 6 tipe manajemen konflik, yaitu:

1. Avoiding

Individu atau organisasi pada umumnya cenderung menghindari konflik. Berbagai hal sensitif dan
berpotensi menyebabkan konflik sebisa mungkin dihindari. Ini merupakan cara yang paling efektif
menjaga lingkungan terhindar dari konflik terbuka.

2. Accommodating

Ini adalah cara mengumpulkan berbagai pendapat dari banyak pihak yang terlibat dalam konflik.
Dengan mengumpulkan berbagai macam pendapat, maka organisasi dapat mencari jalan keluar dengan
tetap mengutamakan kepentingan salah satu pihak yang berkonflik.

Kelemahannya, metode ini masih bisa menimbulkan konflik baru dan perlu dilakukan evaluasi secara
berkala.
3. Compromising

Compromising cenderung memperhatikan pendapat dan kepentingan semua pihak. Kompromi adalah
metode penyelesaian konflik dengan bernegosiasi pada pihak-pihak yang berkonflik untuk mencari
jalan tengah bagi kebaikan bersama.

Dengan metode kompromi maka semua pihak yang berkonflik akan menemukan solusi yang saling
memuaskan. Metode ini dapat menyelesaikan konflik tanpa menimbulkan konflik yang baru.

4. Competing

Competing adalah cara menyelesaikan konflik dengan mengarahkan pihak yang berkonflik untuk
saling bersaing dan memenangkan kepentingan masing-masing.

Akhirnya salah satu pihak akan ada kalah dan mengalah atas kepentingan pihak lain. Ini merupakan
strategi cadangan dan dianggap kurang efektif bila salah satu pihak lebih kuat dari yang lain.

5. Collaborating

Collaborating merupakan metode menyelesaikan konflik dengan bekerja sama untuk mendapatkan
hasil yang memuaskan karena semua pihak bersinergi dalam menyelesaikan masalah dengan tetap
memperhatikan kepentingan semua pihak.

Jadi, kepentingan pihak-pihak yang berkonflik tercapai dan menghasilkan win-win solution.

6. Conglomeration (Mixtured Type)

Cara Ini adalah penyelesaian konflik dengan mengkombinasikan kelima tipe manajemen konflik di
atas. Tipe manajemen konflik ini membutuhkan tenaga, waktu dan pikiran yang besar dalam proses
penyelesaian konflik.

Strategi Manajemen Konflik

Stevenin mengatakan ada 5 tahap dalam memahami manajemen konflik dengan baik. Dengan
memahami 5 tahap tersebut maka organisasi akan lebih mudah merumuskan strategi terbaik dalam
penanganan konflik.
Berikut ini adalah 5 tahap manajemen konflik:

1. Pengenalan

Tahap pertama adalah dengan mengenali permasalahan yang terjadi, siapa saja yang terlibat konflik,
dan bagaimana keadaan di sekitar selama terjadinya konflik. Informasi ini digunakan sebagai informasi
awal yang penting dalam manajemen konflik.

2. Diagnosis
Tahap kedua adalah menganalisis penyebab konflik. Untuk mengimplementasikannya dibutuhkan
metode yang benar dan telah teruji, serta berfokus pada masalah utama dalam konflik yang terjadi.

3. Menyepakati Solusi

Setelah mendiagnosis masalah, selanjutnya organisasi bisa merumuskan solusi apa yang paling tepat
untuk menyelesaikan konflik yang terjadi.
Solusi yang ditentukan harus dikompromikan bersama dengan pihak yang berkonflik dibantu pihak
penengah. Selanjutnya, maka semua pihak melakukan kesepakatan bersama.

4. Pelaksanaan

Setelah menyepakati solusi, tahap keempat adalah proses pelaksanaan kesepakatan yang telah dibuat.
Semua pihak yang terlibat dalam konflik harus menerima dan melaksanakan kesepakatan tersebut
dengan sebaik-baiknya. Menjadi poin penting bahwa kesepakatan yang telah dibuat tidak berpotensi
menimbulkan konflik yang lain.

5. Evaluasi

Tahap kelima adalah mengevaluasi dan menilai apakah pelaksanaan kesepakatan tersebut berjalan
dengan baik. Dengan melakukan evaluasi maka organisasi dapat melakukan pendekatan alternatif
untuk konflik lain yang berpotensi terulang.

Tahap-Tahap Berlangsungnya Konflik

Menurut Mulyasa pada umumnya konflik berlangsung dalam 5 tahap, yaitu:

1. Tahap Potensial, yaitu munculnya perbedaan di antara individu, organisasi, dan lingkungan


yang berpotensi terjadinya konflik.
2. Konflik Terasakan, yaitu kondisi ketika perbedaan yang muncul dirasakan oleh individu, dan
mereka mulai memikirkannya.
3. Pertentangan, yaitu ketika konflik berkembang menjadi perbedaan pendapat di antara individu
atau kelompok yang saling bertentangan
4. Konflik Terbuka, yaitu tahapan ketika pertentangan berkembang menjadi permusuhan secara
terbuka.
5. Akibat Konflik, yaitu tahapan ketika konflik menimbulkan dampak terhadap kehidupan dan
kinerja organisasi. Jika konflik terkelola dengan baik, maka akan menimbulkan keuntungan,
seperti tukar pikiran, ide dan menimbulkan kreativitas. Tetapi jika tidak dikelola dengan baik, dan
melampaui batas, maka akan menimbulkan kerugian seperti saling permusuhan.

Tingkatan Konflik

1. Konflik Intrapersonal, yaitu konflik internal yang terjadi dalam diri seseorang. Konflik ini
terjadi ketika individu dihadapkan pada dua atau lebih pilihan, dan bimbang mana yang harus
dipilih untuk dilakukan.
2. Konflik Interpersonal, yaitu konflik yang terjadi antar individu. Konflik yang terjadi ketika
adanya perbedaan tentang isu tertentu, tindakan dan tujuan dimana hasil bersama sangat
menentukan.
3. Konflik Intragroup, yaitu konflik antar anggota dalam satu kelompok. Setiap kelompok dapat
mengalami konflik substantif atau efektif. Konflik substantif terjadi berdasarkan latar belakang
keahlian yang berbeda, ketika anggota dari suatu komite menghasilkan kesimpulan yang berbeda
atas data yang sama. Sedangkan konflik efektif terjadi karena tanggapan emosional terhadap suatu
situasi tertentu.
4. Konflik Intergroup, yaitu konflik yang terjadi antar kelompok. Konflik intergroup terjadi
karena adanya saling ketergantungan, perbedaan tujuan, perbedaan persepsi, serta meningkatnya
tuntutan akan keahlian.
5. Konflik Interorganisasi, konflik yang terjadi antar organisasi. Konflik interorganisasi terjadi
karena mereka memiliki saling ketergantungan satu sama lain, konflik terjadi bergantung pada
tindakan suatu organisasi yang menyebabkan dampak negatif terhadap organisasi lain. Misalnya
konflik yang terjadi antara perusahaan pertambangan dengan salah satu organisasi lingkungan
hidup di masyarakat.
6. Konflik Intraorganisasi, yaitu konflik yang terjadi antar bagian dalam suatu organisasi,
meliputi:

 Konflik Vertikal, yang terjadi antara pimpinan dan bawahan yang tidak sependapat tentang cara
terbaik untuk menyelesaikan sesuatu. Misalnya konflik antara direktur utama dengan manajer.
 Konflik Horizontal, yang terjadi antar karyawan atau departemen yang memiliki hirarki yang
sama dalam organisasi. Misalnya antara divisi pemasaran.
 Konflik Lini-Staf, yang sering terjadi karena adanya perbedaan persepsi tentang keterlibatan
staf dalam proses pengambilan keputusan oleh manajer lini. Misalnya konflik antara manajer
dengan kepala divisi.
 Konflik Peran, yang terjadi karena seseorang memiliki lebih dari satu peran. Misalnya manajer
pemasaran juga menjabat sebagai manajer penjualan.

Teknik Penyelesaian Konflik

1. Persuasi, yaitu usaha mengubah posisi pihak lain, dengan menunjukkan kerugian yang
mungkin timbul, dengan bukti faktual serta dengan menunjukkan bahwa usul kita menguntungkan
dan konsisten dengan norma dan standar keadilan yang berlaku.
2. Rujuk, merupakan suatu usaha pendekatan dan hasrat untuk kerja-sama dan menjalani
hubungan yang lebih baik, demi kepentingan bersama.
3. Penarikan diri, suatu penyelesaian masalah, dengan meminta salah satu atau kedua pihak
menarik diri dari hubungan. Cara ini efektif apabila dalam tugas kedua pihak tidak perlu
berinteraksi dan tidak efektif apabila tugas saling bergantung satu sama lain.
4. Pemecahan masalah terpadu, usaha menyelesaikan masalah dengan memadukan kebutuhan
kedua pihak. Proses pertukaran informasi, fakta, perasaan, dan kebutuhan berlangsung secara
terbuka dan jujur. Menimbulkan rasa saling percaya dengan merumuskan alternatif pemecahan
secara bersama dengan keuntungan yang berimbang bagi kedua pihak.
5. Tawar-menawar, suatu penyelesaian yang dapat diterima kedua pihak, dengan saling
mempertukarkan konsesi yang dapat diterima. Dalam cara ini dapat digunakan komunikasi tidak
langsung, tanpa mengemukakan janji secara eksplisit.
6. Pemaksaan dan penekanan, cara ini memaksa dan menekan pihak lain agar menyerah; akan
lebih efektif bila salah satu pihak mempunyai wewenang formal atas pihak lain. Apabila tidak
terdapat perbedaan wewenang, dapat dipergunakan ancaman atau bentuk-bentuk intimidasi
lainnya. Cara ini sering kurang efektif karena salah satu pihak hams mengalah dan menyerah
secara terpaksa.
7. Intervensi (campur tangan) pihak ketiga, apabila pihak yang bersengketa tidak bersedia
berunding atau usaha kedua pihak menemui jalan buntu, maka pihak ketiga dapat dilibatkan dalam
penyelesaian konflik.

Penyelesaian Konflik dengan Pihak Ketiga


1. Konsultasi: Bertujuan untuk memperbaiki hubungan antara kedua pihak serta mengembangkan
kemampuan mereka sendiri untuk menyelesaikan konflik. Konsultan tidak mempunyai wewenang
untuk memutuskan dan tidak berusaha untuk menengahi. la menggunakan berbagai teknik untuk
meningkatkan persepsi dan kesadaran bahwa tingkah laku kedua pihak terganggu dan tidak
berfungsi, sehingga menghambat proses penyelesaian masalah yang menjadi pokok sengketa.
2. Arbitrase (arbitration): Pihak ketiga mendengarkan keluhan kedua pihak dan berfungsi
sebagai “hakim” yang mencari pemecahan mengikat. Cara ini mungkin tidak menguntungkan
kedua pihak secara sama, tetapi dianggap lebih baik daripada terjadi muncul perilaku saling agresi
atau tindakan destruktif.
3. Penengahan (mediation): Menggunakan mediator yang diundang untuk menengahi sengketa.
Mediator dapat membantu mengumpulkan fakta, menjalin komunikasi yang terputus,
menjernihkan dan memperjelas masalah serta melapangkan jalan untuk pemecahan masalah secara
terpadu. Efektivitas penengahan tergantung juga pada bakat dan ciri perilaku mediator.

Pendekatan Dalam Penanganan & Penyelesaian Konflik

1. Pendekatan KAPOW (Knowledge, Authority, Power, Other, Winning)

1. Knowledge (Pengetahuan). Sejauh mana anda mengetahui isu pihak lain? Sejauh mana pihak
lain mengetahui isu anda? Sejauh mana anda mengetahui masalahnya?
2. Authority (Wewenang). Apakah anda memiliki wewenang untuk mengambil keputusan?
Apakah pihak lain memiliki wewenang untuk mengambil keputusan?
3. Power (Kekuatan). Sejauh mana anda dapat memberi pengaruh terhadap situasi, seberapa
besar kekuatan yang dimiliki pihak lain atas diri anda?
4. Other (Relasi). Seberapa tinggi pentingnya relasi bagi anda? Seberapa tinggi pentingnya relasi
bagi pihak lain?
5. Winning (Kemenangan). Seberapa pentingnya unsur kemenangan? Apakah anda harus
menang? Apakah pihak lain harus menang? Apakah kompromi dapat diterima? Apakah kekalahan
dapat diterima?

2. Pendekatan ACES (Asses, Clarify, Evaluated, Solve)

 Asses the Situation (Mengenali Situasi)


 Clarify the Issues (Memperjelas Permasalahan)
 Evaluate Alternative Approaches (Mengevaluasi Pendekatan-pendekatan Alternatif)
 Solve the Problem (Memecahkan Permasalahan)

Petunjuk pendekatan pada situasi konflik diawali dengan penilaian diri sendiri, mengnanalisa isu-isu
seputar konflik, meninjau kembali dan menyesuaikan dengan hasil eksplorasi diri sendiri, mengatur dan
merencanakan pertemuan antara individu-individu yang terlibat konflik, memantau sudut pandang dari
semua individu yang terlibat, mengembangkan dan menguraikan solusi, memilih solusi dan melakukan
tindakan, dan merencanakan pelaksanaannya.

Manfaat Manajemen Konflik di Perusahaan

Semua organisasi yang berorientasi pada profit pasti menerapkan dan mengembangkan manajemen
konflik. Berikut ini adalah beberapa manfaat manajemen konflik bagi perusahaan:

1. Mengembangkan Kompetensi
Implementasi manajemen konflik yang baik akan meningkatkan dan mengembangkan kompetensi
perusahaan, khususnya dalam hal kompetensi non-teknis. Dengan perumusan dan penerapan
strategi manajemen konflik yang tepat maka kemampuan perusahaan dalam menangani konflik
internal akan semakin kuat.
2. Evaluasi Sistem
Perusahaan sulit melakukan evaluasi terhadap efektivitas suatu sistem jika tidak terjadi konflik di
dalamnya. Dengan adanya konflik maka perusahaan dapat melakukan identifikasi apakah sistem
yang diterapkan berjalan dengan baik atau diperlukan perbaikan.

Dengan memahami pengertian, tujuan, proses, tipe, teori, strategi dan manfaat manajemen konflik
dapat menambah wawasan dan pengetahuan kamu di bidang ilmu manajemen. Semoga artikel ini
bermanfaat.

SUMBER : https://kotakpintar.com/manajemen-konflik/

5 Strategi manajemen konflik


perusahaan yang efektif dilakukan
Maria Tri Handayani
22 May 2020

Strategi manajemen konflik menjadi hal yang penting bagi suatu perusahaan agar dapat
tetap bertahan. Pasalnya, jika konflik dibiarkan begitu saja hal ini dapat
menimbulkan demotivasi kerja karyawan hingga menghambat perkembangan perusahaan. 

Nah, agar kamu dapat memahami lebih lanjut strategi manajemen konflik di tempat kerja
yang tepat, ada baiknya terlebih dahulu kamu simak beberapa hal berikut ini. 

Apa itu manajemen konflik? 


Sebelum kamu mengatahui apa saja strategi manajemen konflik di tempat kerja yang tepat,
pahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan manajemen konflik itu sendiri. 

Manajemen konflik adalah teknik dan ide yang dirancang untuk mengurangi efek negatif dari
konflik dan meningkatkan hasil yang positif bagi semua pihak yang terlibat. 

Manajemen konflik yang sukses akan menghasilkan output yang saling menguntungkan dan


sama-sama disepakati oleh masing-masing pihak 

Strategi manajemen konflik di tempat kerja 


Ada banyak variabel dan faktor yang melatarbelakangi timbulnya konflik. Hal ini
menyebabkan strategi dan metode untuk mengelola konflik pun akan berbeda untuk setiap
situasi.

Ada beberapa metode mengelola konflik yang bisa kamu pertimbangkan dalam strategi
manajemen konflik di tempat kerjamu.

1. Berkolaborasi
Metode ini digunakan dalam strategi manajemen konflik untuk menemukan solusi yang
tepat sehingga dapat memuaskan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik.

Selain itu, metode kolaborasi juga dapat memaksimalkan kemampuan kerja sama
anggota tim.
Pasalnya, pada metode ini setiap orang dapat menyampaikan pendapat mereka,
mencoba memahami pendapat satu sama lain, dan bekerja sama mencari solusi yang
memuaskan semuanya. 

Tentu metode ini tidak selalu berhasil dalam semua strategi manajemen konflik. Namun
tidak ada salahnya menggunakan metode ini khususnya untuk memahami persoalan
yang ada. Sebab konflik terkadang muncul karena komunikasi yang tidak baik. 

Sehingga ketika anggota sama-sama menyampaikan pendapat dan mencoba


memahami berbagai perspektif, maka lingkungan kerja yang kolaboratif pun dapat
tercipta. 

2. Menghindar
Seperti namanya, metode ini dilakukan dengan menunda pembahasan konflik.
Biasanya dilakukan karena dianggap masalah tersebut bukanlah masalah besar dan
dapat terselesaikan seiring berjalannya waktu. 

Selain itu juga metode ini dilakukan bila ada masalah lain yang dirasa lebih penting dan
bila masing-masing pihak tidak dalam kondisi emosi yang stabil. 

Meski begitu perlu diingat bahwa tidak semua konflik dapat selesai dengan
menghindarinya. Bila tim terlalu sering menghindari konflik, maka dendam dan frustasi
juga berpotensi muncul sehingga dapat memengaruhi produktivitas kerja karyawan dan 
menciptakan lingkungan kerja yang tidak sehat.

3. Bersaing 
Metode mengelola konflik ini dilakukan dengan mengambil sikap tegas untuk menolak
perspektif pihak lain. Kamu akan terus memaksakan sudut pandangmu pada orang lain
dan terus menolak pendapat mereka sampai kamu mendapatkan hasil yang diinginkan. 

Umumnya metode ini dilakukan bila kamu dihadapkan pada situasi di mana kamu perlu
membela hak dan keadilan. Selain itu, metode ini juga digunakan saat resolusi
dibutuhkan dengan cepat, dan ketika ingin menyelesaikan konflik yang tidak
berkesudahan. 

Meski dianggap lebih cepat dalam menyelesaikan konflik, cara yang satu ini juga
memiliki kelemahan. Misalnya saja seperti, dapat memengaruhi hubungan dengan
karyawan dan menghabiskan lebih banyak energi. 

4. Kompromi 
Strategi manajemen konflik yang menggunakan metode ini bertujuan untuk mencari
solusi yang setidaknya dianggap adil dan dapat diterima semua pihak. Setiap orang
yang berselisih akan sama-sama mengalah atau berkorban untuk menemukan jalan
keluar. 

Metode ini tepat digunakan ketika kamu dihadapkan pada jalan buntu dan
membutuhkan solusi sementara karena alasan waktu. Metode ini juga dapat digunakan
ketika metode kolaborasi dan pemaksaan tidak berhasil menyelesaikan masalah. 

Meskipun solusi yang diciptakan dianggap adil, namun beberapa pihak mungkin masih
akan merasa tidak puas pada hasilnya. Itu sebabnya perlu pemantauan lebih lanjut
untuk memastikan apakah solusi yang telah disepakati tetap dijalankan. 

5. Akomodatif 
Pada metode manajemen konflik yang satu ini, tidak semua sudut pandang dan
informasi akan dibawa ke meja. Pasalnya, metode akomodatif dilakukan dengan
meninggalkan kebutuhan dan keinginan kamu dan lebih memprioritaskan perhatian dan
keinginan pihak lainnya. 

Umumnya strategi manajemen konflik ini dilakukan bila kamu ingin menjaga kedamaian,
kamu memang menerima kesalahan tersebut, merasa masalah itu tidak begitu penting
bagi pihakmu, merasa tidak ada pilihan lain, dan merasa melanjutkan konflik hanya
akan menimbulkan kerugian lainnya. 
Risiko lain dari metode ini adalah pihak yang berkonflik akan memanfaatkan
kesempatan tersebut untuk keuntungan diri dan dapat memengaruhi kemungkinan
pemecahan masalah dengan solusi yang tepat atau ‘jalan tengah’ di masa depan. 

Contoh manajemen konflik yang baik


Untuk menjabarkan 5 strategi di atas, akan lebih mudah dipahami bila disertai dengan contoh
nyata di lapangan.Namun kamu harus tahu bahwa, setiap pendekatan penyelesaian konflik
memiliki cara yang berbeda-beda untuk setiap situasi. 

 Contoh pertama, ketika pelanggan yang telah membeli produk datang ke store penjualan
memaksa untuk mengembalikan uangnya, padahal produk tersebut tidak bisa dikembalikan lagi
karena telah melampaui batas pengembalian. Dalam posisi ini, bila perwakilan perusahaan gagal
menjelaskan kepada pelanggan maka, tidak menutup kemungkinan pelanggan lain akan
melakukan hal yang sama. Oleh sebab itu, pendekatan strategi konflik yang bisa dilakukan adalah
dengan cara akomodasi karena menghasilkan solusi yang terbaik bagi semua pihak. Pelanggan
mendapat pengembalian uang, sementara pelanggan lain akan menganggap bahwa perusahaan
memiliki layanan pelanggan yang bagus. Meski dalam situasi ini kamu harus membelokkan aturan
perusahaan untuk menyelamatkan bisnis. 
 Contoh kedua, bila seorang pelanggan menelpon layanan service dan mengatakan bila produkmu
mengalami kerusakan padahal kerusakan tersebut terjadi karena cara pemakaian yang salah dari
pelanggan. Maka cara penyelesaian konfliknya adalah dengan menghindar karena produkmu tidak
rusak terkecuali karena kesalahan pelanggan. Tunjukkan langkah-langkah kepada mereka bahwa
produk itu berfungsi dengan baik. Pelanggan yang pintar akan menyadari kesalahan pengguna
yang terjadi pada produk tersebut, dan bukan berasal dari produknya sendiri. 

Itu tadi beberapa hal yang bisa kamu perhatikan dalam strategi manajemen konflik di
tempat kerja. Hal tersebut sangat penting untuk dipahami terutama bila kamu tengah
menduduki posisi sebagai pemimpin di tim atau perusahaanmu. 

Sebab seorang pemimpin yang baik tidak hanya mampu mengarahkan tim dan perusahaan
untuk mencapai tujuan bersama. Pemimpin juga harus mampu mengelola dan
menyelesaikan konflik yang ada. 

 
Last update 24 April 2020

Sumber: 

 Hubspot.com
 personalityexplorer.com

 smallbusiness.chron.com

SUMBER : https://www.ekrut.com/media/strategi-manajemen-konflik

Anda mungkin juga menyukai