Anda di halaman 1dari 32

Manajemen

Konflik
Organisasi dan Manajemen
Pelayanan Kesehatan
Kelompok 5
DIHAN SHAHIFA
FERNANDA RAHMADANY MS
KHUSNUL KHATIMAH
NUR FADILLAH HIJRIAH
NURANISA
NURFIFI WAHYUNI ASRI
PUTRI ANASTASYA
SISKA RAMDANI W.
SITTI MARYAM
Definisi Manajemen Konflik

Manajemen adalah seni untuk menyelesaikan pekerjaan dengan


menggunakan orang lain. Oleh karena itu pimpinan sebuah organisasi
dalam hal ini manajer bertugas untuk mengarahkan dan mengatur orang
lain untuk mencapai tujuan organisasi. Konflik adalah perbedaan pendapat
antara dua atau lebih banyak anggota organisasi atau kelompok, karena
harus membagi sumber daya yang langka, atau aktivitas kerja dan atau
karena mereka mempunyai status, tujuan, penelitian, atau pandangan yang
berbeda.

Definisi Manajemen Konflik

Manajemen konflik merupakan serangkaian usaha yang dilakukan oleh


suatu organisasi untuk mengatasi konflik. Dalam Undang Undang Nomor 7
Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial, manajemen konflik
diistilahkan sebagai penanganan konflik. Penanganan konflik merupakan
serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana
dalam situasi dan peristiwa baik sebelum, pada saat maupun sesudah
terjadi konflik yang mencakup :

Pencegahan konflik
Pencegahan konflik, adalah
serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mencegah
terjadinya konflik dengan
peningkatan kapasitas
kelembagaan dan sistem
peringatan dini.
Penghentian konflik
Penghentian Konflik, adalah
serangkaian kegiatan untuk
mengakhiri kekerasan,
menyelamatkan korban,
membatasi perluasan dan
ekskalasi konflik, serta
mencegah bertambahnya
jumlah korban dan kerugian
harta benda.
Pemulihan pasca konflik
Serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan keadaan dan
memperbaiki hubungan yang
tidak harmonis dalam masyarakat
akibat konflik melalui kegiatan
rekonsiliasi, rehabilitasi dan
rekonstruksi.
Berlakunya Undang Undang Penanganan Konflik Sosial merupakan
bentuk keseriusan pemerintah untuk setidaknya mengurangi
kegiatan-kegiatan yang kurang harmonis dalam struktur sosial
masyarakat yang bermuara pada disintegrasi bangsa. Penanganan
konflik bertujuan menciptakan kehidupan masyarakat yang aman,
tentram, damai dan sejahtera; memelihara keberlangsungan fungsi
pemerintahan serta melindungi jiwa, harta benda serta sarana dan
prasarana umum.
Proses Manajemen Konflik

Konflik memiliki awal, dan


melalui banyak tahap
sebelum berakhir. Ada
banyak pendekatan yang
baik untuk menggambarkan
proses suatu konflik antara
lain sebagai berikut:
Kondisi anteseden atau konflik laten
Merupakan kondisi yang berpotensi untuk menyebabkan, atau
mengawali sebuah episode konflik. Terkadang tindakan agresip dapat
mengawali proses konflik. Atecedent conditions dapat tidak terlihat,
tidak begitu jelas di permukaan. Perlu diingat bahwa kondisi-kondisi
ini belum tentu mengawali proses suatu konflik.
Konflik yang dirasakan (Perceived conflict)
Agar konflik dapat berlanjut, kedua belah pihak harus menyadari bahwa mereka
dalam keadaan terancam dalam batas-batas tertentu. Tanpa rasa terancam ini, salah
satu pihak dapat saja melakukan sesuatu yang berakibat negatif bagi pihak lain,
namun tidak disadari sebagai ancaman. Seperti dalam kasus di atas, bila manager
penjualan dan manager produksi memiliki kebijaksanaan bersama dalam mengatasi
masalah permintaan pasar yang mendesak, bukannya konflik yang akan muncul
melainkan kerjasama yang baik. Tetapi jika perilaku keduanya menimbulkan
perselisihan, proses konflik itu akan cenderung berlanjut.
Merasa Konflik (Felt conflict)
Persepsi berkaitan erat dengan perasaan. Karena itulah jika orang merasakan
adanya perselisihan baik secara aktual maupun potensial, ketegangan,
frustasi, rasa marah, rasa takut, maupun kegusaran akan bertambah. Di
sinilah mulai diragukannya kepercayaan terhadap pihak lain sehingga segala
sesuatu dianggap sebagai ancaman, dan orang mulai berpikir bagaimana
untuk mengatasi situasi dan ancaman tersebut.
Konflik Manifes (Manifest conflict)

Persepsi dan perasaan menyebabkan orang untuk bereaksi terhadap


situasi tersebut. Begitu banyak bentuk reaksi yang mungkin muncul
pada tahap ini adalah berbagai argumentasi, tindakan agresif, atau
bahkan munculnya niat baik yang menghasilkan penyelesaian masalah
yang konstruktif.
Penyelesaian atau penindasan konflik

Conflict resolution atau hasil suatu konflik dapat muncul dalam berbagai
cara. Kedua belah pihak mungkin mencapai persetujuan yang mengakhiri
konflik tersebut. Mereka bahkan mungkin mulai mengambil langkah-
langkah untuk mencegah terulangnya konflik di masa yang akan datang.
Tetapi terkadang terjadi pengacuan (suppression) dari konflik itu sendiri.
Hal ini terjadi jika kedua belah pihak menghindari terjadinya reaksi yang
keras, atau mencoba mengacuhkan begitu saja ketika terjadi perselisihan.
Konflik Alternatif ( Conflict Alternatif)

Ketika konflik terselesaikan, tetap ada perasaan yang tertinggal. Terkadang


perasaan lega dan harmoni yang terjadi, seperti ketika kebijaksanaan baru
yang dihasilkan dapat menjernihkan persoalan di antara kedua belah pihak
dan dapat meminimasik konflik-konflik yang mungkin terjadi di masa yang
akan datang. Tetapi jika yang tertinggal adalah perasaan tidak enak dan
ketidakpuasan, hal ini dapat menjadi kondisi yang potensial untuk episode
konflik yang selanjutnya.
Penyelesaian Manajemen Konflik
PENGENALAN DIAGNOSIS

Kesenjangan antara keadaan yang ada Inilah langkah yang terpenting. Metode
atau yang teridentifikasi dan bagaimana yang benar dan telah diuji mengenai siapa,
keadaan yang seharusnya.Satu-satunya apa, mengapa, dimana, dan bagaimana
yang menjadi perangkap adalah kesalahan berhasil dengan sempurna. Pusatkan
dalam mendeteksi (tidak mempedulikan perhatian pada masalah utama dan bukan
masalah atau menganggap ada masalah pada hal-hal sepele.
padahal sebenarnya tidak ada).

MENYEPAKATI SUATU SOLUSI PELAKSANAAN

Kumpulkanlah masukan mengenai jalan Ingatlah bahwa akan selalu ada


keluar yang memungkinkan dari orang- keuntungan dan kerugian. Namun hati-
orang yang terlibat di dalamnya.Saringlah hati, jangan biarkan pertimbangan ini
penyelesaian yang tidak dapat diterapkan terlalu mempengaruhi pilihan dan arah
atau tidak praktis. Jangan sekali kali pada kelompok tertentu.
menyelesaikan dengan cara yang tidak
terlalu baik. Carilah yang terbaik.

EVALUASI
Penyelesaian itu sendiri dapat
melahirkan serangkaian masalah baru.
Jika penyelesaiannya tampak tidak
berhasil, kembalilah ke langkah –langkah
sebelumnya dan cobalah lagi. Sementara
itu para manajer dan karyawan memiliki
beberapa strategi dalam menangani dan
menyelesaikan konflik. Strategi tersebut
antara lain adalah:
Menghindar Mengakomodasi Kompetisi
Menghindari konflik dapat Memberi kesempatan pada orang lain Gunakan metode ini jika anda
dilakukan jika isu atau masalah untuk mengatur strategi pemecahan percaya bahwa anda memiliki lebih
masalah, khususnya apabila isu tersebut banyak informasi dan keahlian yang
yang memicu konflik tidak
penting bagi orang lain. Hal ini
terlalu penting atau jika potensi lebih dibanding yang lainnya atau
memungkinkan timbulnya kerja sama
konfrontasinya tidak seimbang ketika anda tidak ingin
dengan memberi kesempatan pada
dengan akibat yang akan mengkompromikan nilai-nilai.
mereka untuk membuat keputusan.
ditimbulkannya.
Kompromi atau Negosiasi Memecahkan masalah atau kolaborasi
Masing-masing memberikan dan menawarkan Pemecahan sama-sama menang dimana individu
sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama.
dan menerima, serta meminimalkan kekurangan Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang
semua pihak yang dapat menguntungkan semua terlibat untuk saling mendukung dan saling
pihak. memperhatikan satu sama lainnya.
.
Peran Manajemen Konflik dalam
Organisasi
Keterampilan memproses informasi yang dituntut dari seorang manajer
termasuk kemampuan untuk mengirim dan menerima informasi ketika
bertindak sebagai monitor, juru bicara (Spekesperson), maupun penyusun
strategi. Sudah menjadi tuntutan alam dalam posisi dan kewajiban sebagai
manajer untuk selalu dihadapkan pada konflik. Salah satu titik penting dari
tugas seorang manajer dalam melaksanakan komunikasi yang efektif didalam
organisasi bisnis yang ditanganinya adalah memastikan bahwa arti yang
dimaksud dalam instruksi yang diberikan akan sama dengan arti yang
diterima oleh penerima instruksi demikian pula sebaliknya (the intended
meaning of the same).
Hal ini harus menjadi tujuan seorang manejer dalam semua komunikasi yang
dilakukannya. Dalam hal me-manage bawahannya, manajer selalu dihadapkan pada
penentuan tuntuan pekerjaan dari setiap jabatan yang dipegang dan ditangani oleh
bawahannya (role expectaties) dan konflik dapat menimbulkan ketegangan yang akan
berefleksi buruk kepada sikap kerja dan perilaku individual.
Manajer yang baik akan berusaha untuk meminimasasi konsekuensi negatif ini
dengan cara membuka dan mempertahankan komunikasi dua arah yang efektif
kepada setiap anggota bawahannya. Disinilah manajer dituntut untuk memenuhi sisi
lain dari keterampilan interpersonalnya, yaitu kemampuan untuk menangani dan
menyelesaikan konflik. Manajer menghabiskan 20 persen dari waktu kerja mereka
berhadapan dengan konflik. Dalam hal ini, manajer bisa saja sebagai pihak pertama
yang langsung terlibat dalam konflik tersebut, dan bisa pula sebagai mediator atau
pihak ketiga, yang perannya tidak lain dari menyelesaikan konflik antar pihak lain
yang mempengaruhi organisasi bisnis maupun individual yang terlibat di dalam
organisasi bisnis yang ditanganinya.
STRATEGI PADA MANAJEMEN KONFLIK
Strategi pada manajemen konflik diperlukan bagi individu dan kelompok
sebagai upaya untuk suatu proses perbaikan hubungan personal yang
berkaitan dengan penyelesaian pekerjaan. Dibutuhkan lima strategi
mengelola konflik yaitu dengan mewajibkan, mengintegrasikan,
menghindari, mendominasi dan mengorbankan serta memberikan dampak
pada kinerja personal dan kinerja kelompok.
Upaya tersebut akan memberikan dampak positif bagi psikis individu dan
kelompok kerja karena adanya perasaan kerlibatan dan penghargaan atas
kemampuan, keahlian yang dimiliki menjadi termanfaatkan untuk
mencapai tujuan yang diharapkan perusahaan/lembaga sehingga sudah
tentu hasil upaya tersebut akan berdampak meningkatkan kinerja, baik
kinerja individu maupun kelompok kerja. Kinerja dapat didefInisikan
sebagai suatu unjuk kerja yang merupakan hasil kerja pegawai individu
atau kelompok dimana perilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan
perannya dalam organisasi.
Pengelolaan konflik dengan efektif bagi karyawan akan menghasilkan
hubungan yang positif dan kondusif dimana pengelolaan tersebut
mampu menciptakan keharmonisan dalam bekerja. Adanya saling
membutuhkan antar rekan kelompok kerja dengan kata lain rasa
ketergantungan sangat dirasakan bagi sekelompok karyawan sebagai
satu kesatuan tim dalam bekerja, dan secara keseluruhan tentunya
akan meningkatkan kinerja tim.
Untuk menciptakan dan meningkatkan
kinerja baik individu maupun tim,
diperlukan strategi dalam mengelola
konflik agar tidak menimbulkan
kerugian bagi semua pihak seperti
kerugian psikis pribadi karyawan itu
sendiri, kerugian nilai hubungan dengan
rekan sekelompok kerja serta kerugian
bagi perusahaan/lembaga organisasi
secara keseluruhan.
Kesimpulan

Ketika suatu konflik muncul di dalam sebuah organisasi,


penyebabnya selalu diidentifikasikan sebagai komunikasi yang
kurang baik. Demikian pula ketika suatu keputusan yang buruk
dihasilkan, komunikasi yang tidak efektif selalu menjadi kambing
hitam. Strategi pada manajemen konflik diperlukan bagi individu dan
kelompok sebagai upaya untuk suatu proses perbaikan hubungan
personal yang berkaitan dengan penyelesaian pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai