Anda di halaman 1dari 4

TUGAS RESUME INDIVIDU

PESERTA PELATIHAN DASAR JABATAN FUNGSIONAL PENGGERAK


SWADAYA MASYARAKAT ANGKATAN X
(MATERI MANAJEMEN KONFLIK)
Fasilitator : DRAJAD FEBRIYANTO S.Si, M.Si
Jumat, 11 Agustus 2023 (pukul 08.00-09.30)

NAMA : RANDI MARETA HOTMAN S.IP


NIP : 198803222022031002
PANGKAT/GOLONGAN : PENGGERAK SWADAYA MASYARAKAT AHLI PERTAMA
UNIT KERJA : DPMD KABUPATEN BENGKULU TENGAH

MANAJEMEN KONFLIK

A. Apa Itu Manajemen Konflik?


Menurut KBBI, manajemen artinya penggunaan sumber daya secara efektif
dan efisien untuk mencapai sebuah tujuan. Sedangkan konflik adalah peristiwa yang
terjadi ketika dua atau lebih pihak saling bertentangan atau berselisih.
Secara teori, banyak ahli yang mengemukakan pengertian manajemen
konflik seperti Howard Ross, Minnery, hingga Johnson & Johnson. Menurut Ross,
manajemen konflik adalah langkah-langkah penyelesaian konflik yang diarahkan ke
hasil tertentu, seperti ketenangan, kreatif, hingga bermufakat.
Gampangnya, manajemen konflik adalah cara untuk mengelola konflik untuk
meredam kemungkinan buruk akibat konflik seperti permusuhan, perpecahan, hingga
persaingan tidak sehat. Manajemen konflik sendiri bisa dilakukan secara mandiri,
kerjasama baik dengan atau tanpa pihak ketiga, hingga mengambil keputusan antara
kedua belah pihak.

B. Fungsi Manajemen Konflik dalam Organisasi


Penggunaan manajemen konflik memiliki berbagai fungsi, misalnya untuk mencegah
gesekan antara atasan dan bawahan. Bahkan, dalam Islam, manajemen konflik juga
dianjurkan, misalnya lebih baik bernegosiasi untuk menyelesaikan masalah.
Berikut 3 fungsi penerapan manajemen konflik:

 Meningkatkan kreativitas dan produktivitas pekerja


Tujuan utama manajemen konflik adalah untuk menghindari perselisihan atau bahkan
permusuhan. Nah, dengan penerapan manajemen konflik yang baik, maka konflik-
konflik yang terjadi bisa diatasi bahkan dicegah sebelum konflik menjadi parah.
Dengan minimnya gesekan, maka kinerja anggota akan semakin baik. Tentu ini akan
berpengaruh terhadap produktivitas dan kreativitas kerja. Pekerja dapat bekerja
dengan maksimal tanpa perlu pusing memikirkan masalahnya dengan atasan.
Selain bagi pekerja sendiri, kinerja yang baik juga akan berpengaruh pada hasil
pekerjaan yang semakin cepat dan semakin baik atau kreatif. Pada akhirnya, kinerja
yang baik juga mempengaruhi pertumbuhan bisnis yang dijalankan.

 Mengurangi kesenjangan antar pekerja


Jika terjadi konflik, suasana kerja pasti tidak mengenakkan. Atmosfer positif yang
dibutuhkan untuk menghasilkan ide-ide kreatif menjadi hilang. Terlebih, jika konflik
tidak segera ditangani, satu pihak bisa jadi memiliki relasi yang buruk dengan pihak
lainnya.
Maka dari itu, manajemen konflik penting untuk mengurangi kesenjangan antar satu
pihak dengan yang lainnya. Selain itu, manajamen konflik juga penting dilakukan
agar masing-masing pihak saling menghormati.

 Melatih kemampuan penyelesaian konflik


Meski konflik cenderung dilihat sebagai hal buruk, namun ada sisi lain mengapa
konflik itu penting adanya. Konflik memang akan selalu ada, namun upaya organisasi
untuk mengatasinya setiap kali ia datang pada akhirnya akan membuahkan hasil.
Organisasi akan terbiasa dengan adanya konflik, lalu menjadikan manajemen konflik
sebagai hal yang mudah untuk dilakukan. Tentunya, ini juga dapat mengasah
kemampuan menentukan solusi yang lebih tepat untuk konflik yang terjadi di masa
depan.

C. Tahapan Manajemen Konflik


Untuk menerapkan manajemen konflik, berikut 5 tahapan umum yang sering
dilakukan.
 Identifikasi
Yang pertama adalah identifikasi permasalahan. Di tahap ini, kamu harus bisa
menemukan jawaban atas apa kira-kira yang menjadi penyebab terjadinya konflik.
Mulai dari mengetahui pihak mana saja yang berselisih, akar permasalahan, skala
konflik, hingga dampak yang mungkin terjadi.
Tahap awal merupakan tahap yang penting untuk mengukur dampak akhir yang
ditimbulkan. Semakin dini kamu mengidentifikasi adanya konflik, semakin minim
pula akibat yang ditimbulkan dari konflik tersebut, tentu tetap harus dibarengi dengan
strategi manajemen konflik yang baik.
 Diagnosis
Pada tahap ini, kamu harus melakukan analisis dan pemetaan konflik secara
menyeluruh terhadap hasil identifikasi awal. Kemudian, buatlah diagnosis
atau statement atas konflik yang terjadi. Misalnya, yang terjadi ternyata “konflik
vertikal antara manajer dan anggota tim karena sistem kerja yang tidak teratur”.
Dari situ, kamu juga harus menyiapkan kemungkinan-kemungkinan penyelesaian
beserta konsekuensinya yang bisa diterima oleh kedua belah pihak dan tidak berat
sebelah.
 Kesepakatan solusi
Di tahap ini, kedua belah pihak dipertemukan. Kamu sebagai penengah misalnya,
menjabarkan berbagai opsi penyelesaian yang sudah dibuat di tahap sebelumnya.
Kemudian, biarkan kedua pihak menimbang hingga sepakat untuk memilih mana
solusi terbaik untuk keduanya.
 Penerapan solusi
Sepakat terhadap solusi yang dipilih bukanlah akhir dari konflik, melainkan kedua
pihak juga harus diawasi masing-masing untuk menerapkan apa yang sudah
disepakati. Jika kesepakatan memerintahkan kedua pihak tidak boleh ikut campur
urusan masing-masing, maka keduanya harus mematuhi hal tersebut.
Jika kesepakatan juga ditulis beserta sanksi, maka kedua pihak juga terkena pasal ini
jika melanggar. Maka dari itu, perlu adanya pengawas untuk mengevaluasi penerapan
kedua pihak atas kesepakatan yang ada.
 Evaluasi
Selain memantau pelaksanaan kesepakatan, penerapan solusi juga harus dievaluasi.
Ini dilakukan untuk melihat seberapa efektif solusi yang telah dipilih. Jika sudah baik,
maka kamu tak perlu khawatir lagi jika konflik terjadi lagi.
Sebaliknya, jika evaluasi menemui nilai yang buruk, maka kedua pihak harus
memulai kembali tahapan kesepakatan solusi untuk memilih solusi yang baru.
D. Jenis-Jenis Manajemen Konflik
Ada 5 jenis atau tipe yang sering digunakan untuk melancarkan strategi manajemen
konflik, di antaranya:
 Accommodating
Jenis pertama adalah akomodasi. Pada dasarnya, jenis ini menitikberatkan pada
kepentingan dua pihak yang cara penyelesaiannya dilakukan oleh pihak ketiga. Di
sini, pihak ketiga harus mendengarkan dan mengumpulkan setiap pendapat dari kedua
belah pihak.
Kemudian, pihak ketiga memberikan beberapa solusi yang dapat mengadopsi kedua
kepentingan, ataupun bisa juga berat sebelah.
 Avoiding
Selanjutnya adalah teknik menghindari, atau manajemen konflik apatis. Jenis ini
dipilih untuk mencegah dan menghindari potensi konflik. Tujuan utama dari jenis ini
memang untuk preventif atau pencegahan jangan sampai konflik terjadi.
Dalam konteks organisasi, yang bertanggung jawab atas hal ini harus memiliki daya
analisis yang kuat terhadap ekosistem perusahaan. Ia harus peka dan dapat
mengidentifikasi sedini mungkin adanya konflik sekaligus menentukan kebijakan
preventif sebelum konflik benar-benar terjadi.
 Compromising
Jenis ini dikenal sebagai pilihan strategi yang positif karena kedua pihak yang
berselisih memilih berkompromi untuk mengambil solusi untuk kepentingan bersama.
Tujuannya, hasil kesepakatan yang ada memberikan pengaruh positif bagi kedua
pihak.
Terdapat 4 cara penyelesaian dengan compromising yaitu: separasi, atrasi, menyogok,
dan keputusan yang diambil secara kebetulan.
1. Separasi, artinya kedua pihak dipisahkan.
2. Atrasi, artinya kedua pihak menyepakati keputusan pihak ketiga.
3. Mengambil keputusan karena kebetulan bisa dilakukan, bisa secara sederhana
namun tetap mengikuti aturan yang ada.
4. Menyogok mungkin terdengar culas, namun jika memang kedua pihak
menyepakatinya, maka hal ini sah-sah saja dilakukan.
 Collaborating
Jenis ini juga dianggap memiliki output yang positif karena setiap anggota dari kedua
pihak dipersilakan untuk bekerja sama menyelesaikan konflik. Namun, untuk catatan,
strategi ini hanya bisa dilakukan jika kedua pihak sepakat untuk mencari solusi
dengan tujuan kepentingan bersama.
 Competing
Jenis ini membutuhkan pihak ketiga untuk membiarkan kedua pihak saling
berkompetisi dengan sehat sebagai bentuk penyelesaian masalah. Meski terlihat adil
di beberapa kasus, namun hasilnya masih terkesan “hitam-putih” karena akan ada
pihak yang menang dan kalah.

 Conglomeration
Pada jenis ini, sebuah pihak akan menggabungkan beberapa strategi yang sudah
disebutkan di atas. Tentunya, ini akan memakan biaya dan waktu, misalnya menyewa
pihak ketiga, hingga pertemuan-pertemuan dengan pihak yang saling berselisih.

Sumber ; https://dailysocial.id/post/manajemen-konflik

Anda mungkin juga menyukai