Anda di halaman 1dari 7

MANAJEMEN KONFLIK

Nama : Sri Ananda Rapu Gala


Nim : 1902060034
Kelas : MPI VI B
Dosen Pengampuh :Masniar, S.Pd., M.Pd.

1. Apakah suatu konflik itu perlu dimanage dan jika dalam suatu organisasi terjadi konflik yang
begitu besar apa yang akan terjadi dalam suatu organisasi tersebut?
Jawab : Bahwa dalam perspektif lama konflik itu harus dihindari, tetapi dalam perspektif
baru (dampak positif) konflik itu harus dikelola. Artinya, organisasi terdiri dari orang-orang.
Orang-orang membentuk kelompok atau tim. Orang-orang dalam suatu kelompok misalnya
dalam lingkungan sekolah pasti saling berkomunikasi atau bergaul. Maka, ketika bergaul
tersebut sebagaimana kodrat alam dimana setiap pergaulangan pasti terjadi kesalahan dan
kekhilafan. Apalagi, manusia juga tempat salah dan khilaf, maka konflik adalah proses
ilmiah dan pasti terjadi di mana saja. Dalam hal ini konflik terjadi diri sendiri dengan
seseorang seperti di sekolah. Misalnya, saya konflik diri sendiri dengan seeorang dapat
terjadi karena perbedaan peranan (atasan dengan bawahan), kepribadian dan kebutuhan.
Ketika kita memiliki perbedaan peran tersebut maka bagaimana atasan (kepala sekolah)
dalam memberikan tugas harus bersikap adil. Seperti mempercayaka seseorang dalam
menangani suatu kegiatan jangan itu-itu saja orangnya. Beri kepercayaan orang lain,
sehingga tidak menimbulkan iri yang menjadi penyebab konflik. Jika suatu organisasi terjadi
konflik begitu besar, maka yang terjadi dalam organisasi tersebut ada organisasi tersebut
akan menjadi lebih kuat ketika mampu menyelesaikan konflik. Salah satu tujuan konflik
adalah untuk memperkuat kekuasaan atau keuntungan. Bisa meningkatkan kemersaan
kelompok jika melalui solusi terbaik dan menimbulkan dinamina pencapaian yang lebih baik.
Kalau kita melihat hasil konflik, ada Kalah-kalah. Artinya, kedua kelompok mengalami
kerukian. Berarti organisasi tersebut akan hancur.

2. Mengapa perbedaan kepentingan menjadi salah satu penyebab timbulnya konflik?


Jawab : Karena disebabkan beberapa hal diantaranya :
 Perbedaan Pendirian dan Keyakinan
Faktor yang pertama ini lebih khususnya bagi individu. Faktor seperti inilah yang
biasanya melahirkan bentrokan pendirian meskipun tidak melulu ada perlakuan
kekerasan di dalamnya. Biasanya, konfliknya juga dapat berbentuk pemusnahan simbolik
atau melenyapkan pikiran-pikiran lawan yang tidak disetujui. Realitanya, memang tidak
ada satu pun individu yang memiliki karakter yang sama. Hal ini pula yang menyebabkan
perbedaan pendapat, tujuan, dan keinginan menjadi tidak terelakkan.
 Perbedaan Kebudayaan
Faktor penyebab terjadinya konflik di masyarakat yang selanjutnya adalah perbedaan
kebudayaan. Perbedaan ini tidak hanya menimbulkan konflik antar individu seperti
sebelumnya, namun dapat menjadi pemicu konflik antar kelompok pula. Pola-pola
kebudayaan yang beragam di tiap kelompok dapat menimbulkan pola-pola kepribadian
dan pola-pola perilaku yang berbeda pula di kalangan khalayak kelompok yang luas.
Dampak panjangnya, perbedaan kebudayaan ini bisa melahirkan sikap etnosentrisme.
Atau, sikap yang ditunjukkan kepada kelompok lain bahwa kelompoknya paling baik.
Sikap ini juga menjadi buntut panjang dari terciptanya konflik antar penganut
kebudayaan. ➢ Perbedaan Kepentingan
Perbedaan kepentingan juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya konflik di
masyarakat. Karena adanya tujuan kepentingan yang berbeda-beda, memicu kelompok-
kelompok akan bersaing dan berkonflik untuk memperebutkan kesempatan dan sarana.
Namun, pertanda yang paling menonjol bagi masyarakat Indonesia adalah tidak adanya
kehendak bersama dalam sifat majemuk tersebut. Sebab itulah, konflik yang terjadi di
Indonesia kerap kali dilatarbelakangi oleh perbedaan dan pertentangan antar latar
belakang sosio kultural.

3. Jelaskan bagaimana mengatasi konflik dengan manajemen konflik!


Jawab : Dengan cara menhindari menyudutkan satu belah pihak, menjadi seorang pemimpin
dalam sebuah organisasi haruslah adil dan tidak memihak siapapun, menjadi mediator yang
bijaksana, mengambil keputusan bersama, serta melakukan evaluasi.
4. Bagaimana suatu konflik berpengaruh terhadap perkembangan organisasi serta bagaimana
cara efektif yang dapat di jadikan landasan dalam menekan konflik yang sering terjadi dalam
sebuah organisasi?
Jawab :
Jika dalam suatu organisasi timbul suatu konflik, maka manajemenlah yang dapat memadamkan
konflik, seorang leader/manager/pemimpin/dituntut bertindak baik secara administrasi maupun
manajemen. Bagaimana seorang leader/manajer bertindak secara administrasi bisa dilihat dari
caranya mengatur dan menjalankan penyelenggaraan apa yang dikehendaki suatu organisasi,
sedangkan tindakan manajemen dapat dilihat dari bagaimana cara seorang pemimpin dalam
mengendalikan, mengarahkan dan memanfaatkan segala faktor dan sumber daya, baik itu
manusia, bahan, peralatan dan lain-lain, yang berdasarkan perencanaan yang diperlukan untuk
menyelesaikan atau mencapai suatu tujuan. Hal ini memang bukan tugas yang mudah, dari sini
orang akan melihat bahkan dapat menilai peranan seorang pemimpin khususnya pemimpin
hirarki yang berperan sebagai wasit atas pemutus pertentangan dalam organisasi secara efektif.
Didalam melaksanakan tugasnya pemimpin yang satu dengan yang lainnya selalu ada perbedaan-
perbedaan tertentu. Sikap dan tindak tanduk seorang pemimpin akan terlihat justru dalam
caranya melakukan pekerjaan kepemimpinannya (leadership) seperti misalnya sewaktu dia
memberi perintah kepada bawahannya, caranya menegur kesalahan-kesalahan bawahan, caranya
memimpin rapat, cara berkomunikasinya, caranya menegakkan disiplin pada para bawahannya,
cara merekomendasikan kegiatan yang sifatnya training kepada bawahan, dan sebagainya.

5. Konflik yang sering terjadi di dalam sebuah organisasi tidak semuanya berdampak negatif
tetapi ada beberapa konflik yang berdampak positif. Uraikan dampak positif konflik tersebut
serta tujuannya dalam organisasi?
Jawab :
 Tingkat Energi Kelompok atau Individu Meningkat
 Tingkat energi yang meningkat dapat terlihat sewaktu orang-orang berbicara dengan nada
lebih keras, mendengar lebih cermat apa yang diucapkanatau bekerja lebih keras. Dua di
antara manfaat yang dicapai oleh organisasi-organisasi dari tingkat-tingkat energi yang
meningkat, yaitu:
a. Output yang meningkat
b. Munculnya ide-ide inovatif untuk melaksanakan tugas-tugas lebih baik.
 Kohesi Kelompok Meningkat
Hasil riset menunjukkan bahwa bila kelompok-kelompok yang terlibat dalam sebuah
konflik maka kohesi (persatuan) internal meningkat. Alasan mengapa kohesi yang
meningkat dianggap sebagai hasil positif dari konflik adalah karena kelompok-kelompok
dengan kohesif tinggi dapat menimbulkan produktivitas tinggi apabila mereka menunjang
tujuan-tujuan manajemen.
➢ Problem-Problem Terungkapkan
Sewaktu konflik berkembang, pihak manajemen segera melihat bahwa ada sesuatu yang
tidak beres, dan mereka dapat merancang untuk menyelesaikan konflik yang ada. Apabila
dua kelompok berselisih paham tentang sesuatu, sedangkan hal tersebut tidak pernah
dijelaskan, maka mereka akan bekerja pada tingkat efektivitas yang lebih rendah tanpa
pimpinan yang bersangkutan memahami mengapa hal tersebut terjadi.
➢ Memberi Motivasi
Konflik memotivasi kelompok-kelompok yang terlibat di dalamnya untuk
mengklarifikasi sasaran-sasaran mereka. Hal tersebut menyebabkan ditingkatkannya
pemahaman kelompok tentang tujuannya.
 Merangsang Kelompok Mempertahankan Nilai
Konflik merangsang kelompok-kelompok untuk mempertahankan nilai-nilai yang
dianggap penting oleh mereka. Berbagai macam kelompok memandang diri mereka
sebagai pelindung nilai-nilai tertentu.
➢ Memotivasi Individu
Individu-individu atau kelompok-kelompok termotivasi untuk mempersatukan informasi
yang relevan bagi konflik yang ada. Walapun informasi demikian terpengaruh (bias) oleh
persepsi-persepsi subjektif pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, biasanya disajikan
informasi tambahan yang dapat berguna untuk menyelesaikan problem yang dihadapi.
 Meningkatkan Efektivitas Organisasi
Konflik dapat meningkatkan efektivitas menyeluruh sesuatu organisasi karena kelompok-
kelompok atau individu-individu dipaksa olehnya untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan eksternal yang berubah. Selain itu, bermanfaat untuk menunjukkan kepada
semua pihak bahwa lingkungan senantiasa mengalami perubahan dan organisasi yang
bersangkutan harus mengubah cara-caranya bekerja untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan tersebut.

6. Bagaimana strategi yang tepat dan efektif dalam mengatasi konflik yang terjadi dalam sebuah
organisasi?
Jawab :
Pertama Pengenalan Sebelum mengambil langkah atas apa yang perlu dilakukan, ada
baiknya untuk mengenali apa masalah yang sedang terjadi. Langkah ini diambil untuk
mengenali akar masalah yang terjadi jadi Anda bisa mendapatkan informasi seputar awal
terjadinya konflik. Kedua Diagnosa Setelah mengetahui akar permasalahan yang terjadi,
melakukan diagnosa perlu dilakukan untuk mengetahui langkah apa yang perlu diambil
untuk menyelesaikan masalah. Diagnosa dilakukan agar langkah yang diambil sesuai dengan
permasalahan yang terjadi.
Ketiga Menyepakati Solusi Setelah diagnosa dilakukan, langkah selanjutnya adalah
menyepakati solusi yang diambil. Solusi yang diambil harus seimbang dan tidak berat
sebelah. Jadi tidak ada pihak yang merasa dirugikan satu sama lain. Agar tidak terjadi konflik
yang berlanjut lebih lama lagi.
Keempat Pelaksanaan Solusi yang telah disepakati kemudian harus dilaksanakan bersama.
Semua pihak yang terlibat harus menyetujui dan tentu saja ikut melaksanakan solusi tersebut.
Karena sudah disepakati, maka pelaksanaan harus dilakukan bersama-sama untuk hasil yang
terbaik.
Kelima Evaluasi Melakukan evaluasi bersama-sama setelah konflik selesai adalah salah satu
strategi manajemen konflik juga. Dengan adanya evaluasi, konflik-konflik serupa bisa
dihindari di masa depan.
7. Bagaimana kita menyikapi suatu konflik yang di pandang buruk menjadi konflik yang baik?
Jawab :
Yang harus dilakukan ialah Melakukan diskusi, Salah satu cara menangani konflik dengan
melakukan diskusi. Dengan kepala dingin, kita bisa mulai berdiskusi bersama orang yang
terlibat langsung dalam konflik. Selain itu, pilih tempat atau lokasi yang nyaman agar dapat
menyelesaikan persoalan dengan baik. Setelah menentukan lokasi yang nyaman, kita bisa
memulai merundingkan masalah dengan cara memaparkan sudut pandang atau keinginan
masing-masing. Pastikan menggunakan kata-kata yang baik agar tidak memancing emosi
dari kedua belah pihak.
8. Bagaimana caranya kita menjadikan konflik yang ada menjadi suatu motivasi bagi kita?
Jawab :
Motivasi dipahami sebagai kekuatan dalam diri seseorang yang mempengaruhi arah,
intensitas, dan ketekunan perilaku sukarela (McShane & Von Glinow, 2010). Faradita (2017)
menunjukkan dalam penelitiannya konflik di organisasi yang ia kaji ternyata memiliki
pengaruh yang positif terhadap kinerja para karyawannya. Hal ini dikarenakan, konflik yang
terjadi di perusahaan tersebut membentuk pola pikir positif seperti timbulnya kedisiplinan,
saling memahami satu dengan yang lain, dll (Faradita, 2017). Pola pikir positif ini timbul
karena adanya pengelolaan konflik yang baik dari manager dari perusahaan tersebut
(Faradita, 2017). Dari penelitian di atas, dapat dilihat bahwa mengelola suatu konflik dalam
perusahaan atau organisasi butuh manager yang mampu mengelola konflik tersebut dan
menjadikannya sumber motivasi untuk karyawan.

9. Bagaimana kita bisa mengetahui konflik tersebut baik atau buruk?


Jawab :
Sebuah konflik harus dikelola dengan baik, tujuannya untuk mengurangi, memperkecil
bahkan menghilangkan dampak negatif yang dapat memperkeruh suasana, memperburuk
jalinan kerjasama, merusak sarana dan prasarana, menurunkan etos kerja, bahkan
menghancurkan pribadi maupun komunitas. Sebuah konflik dikatakan telah dikelola dengan
baik apabila semua pihak yang terlibat dapat saling menghargai yang diwujudkan dalam
pilihan kata dan tindakan yang santun dan tidak emosional.

10. Apa yang harus di lakukan ketika menghadapi suatu konflik yang buruk?
Jawab :
Yaitu libatkan diri dalam proses penyelesaian, memisahkan pihak-pihak yang memiliki
potensi konflik, agar kemungkinan timbulnya konflik dapat dikurangi, mendengarkan dengan
seksama semua pihak yang terlibat konflik, menjelaskan dengan rinci inti konflik, tanpa
terkesan bertele-tele, menanggapi secara proporsional dan tidak emosional, memantau
pelaksanaan kesepakatan yang telah dirumuskan bersama. Dengan melakukan hal-hal
tersebut, diharapkan komunitas maupun individu yang terlibat konflik tidak lagi saling
bermusuhan, merasa puas atas keputusan bersama, serta mendapat pembelajaran dari konflik
yang mereka hadapi.

11. Apakah semua konflik yang terjadi itu selalu buruk?


Jawab :
Tidak semua konflik selalu bersifat buruk, karena konflik dapat bersifat negatif (merugikan)
tetapi sekaligus dapat pula bersifat positif (menguntungkan), tergantung bagaimana
mengelolanya.
12. Mengapa kita harus menjadikan konflik yang terjadi menjadi suatu motivasi untuk
melakukan suatu inovasi?
Jawab :
Selalu memiliki prasangka baik dan pemikiran positif dalam segala kondisi, sekalipun saat
menghadapi permasalahn hidup. Selalu berfikiran bahwa setiap masalah atau cobaan yang
kita alami adalah salah satu cara Tuhan untuk menjadikan kita orang yang lebih baik dari
sebelumnya. Syukuri setiap kondisi saat ini. Selalu bersyukur bisa jadi cara mengatasi
masalah. Karena sikap tersebut sekaligus akan mengubah cara pandang kta terhadap hidup
kita saat ini hingga kita dapat mengetahui kebaikan pada apa-apa yang kita benci atau tidak
kita suka.

Anda mungkin juga menyukai