Disusun oleh :
Kelompok 6
DosenPengampu:
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan Makalah tentang “manajemen konflik dalam organisasi”. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita yaitu Nabi Muhammad SAW
yang telah menunjukan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang
sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada
pembaca tentang “manajemen konflik dalam organisasi”. yang baik dan benar dalam mata
kuliah “Perilaku Organisasi”. kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nurasma
Aripin S.IP, M.Si selaku dosen Mk Perilaku organisasi Yang telah membimbing kami dalam
Mk ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 1
1.2 RumusanMasalah........................................................................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 2
2.1 Hakekat konflik dalam organisasi................................................................................. 2
2.2 Manajemen konflik dalam organisasi............................................................................ 2
2.3 Proses Terjadinya Konflik............................................................................................. 4
2.4 Penyebab Terjadinya Konflik........................................................................................ 5
2.5 Bentuk-bentuk Terjadinya Konflik Menurut Beberapa Ilmuan..................................... 6
2.6 Upaya Mengatasi Terjadinya Konflik Dalam Organisasi.............................................. 6
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 8
BAB 1
PENDAHULUAN
Keberadaan konflik dalam suatu organisasi tidak dapat dihindarkan. Konflik sering
muncul dan terjadi disetiap organisasi. Apabila sistem komunikasi dan informasi tidak
menemui sasarannya, timbulah salah paham atau orang tidak saling mengerti. Konflik dalam
organisasi tidak terjadi secara alamiah dan bukan tanpa sumber penyebab. Penyebab
terjadinya konflik pada setiap organisasi sangat bervariasi tergantung pada cara individu-
individu menafsirkan, mempersepsi dan memberikan tanggapan terhadap lingkungan kerja
Suatu pemahaman akan konsep dan dinamika konflik telah bagian vital studi perilaku
organisasional.
Jadi didalam manajemen konflik ini akan dibahas tentang usaha yang perlu dilakukan
dalam rangka mencegah, menghindari terjadinya konflik serta mengurangi resiko dan
menyelesaikan konfik sehinggah tidak mengganggu kinerja organisasi.
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Konflik dalam organisasi dapat terjadi antara lain karena konflik dalam diri individu
(Han 2016), yang terjadi bila seorang individu menghadapi ketidakpastian tentang pekerjaan
yang dia harapkan untuk melaksanakannya. Konflik antar individu dan kelompok, yang
berhubungan dengan cara individu menanggapi tekanan untuk keseragaman yang dipaksakan
oleh kelompok kerja mereka. Sebagai contoh, seorang individu mungkin dihukum atau
diasingkan oleh kelompok kerjanya karena melanggar norma-norma kelompok. Konflik antar
kelompok dalam organisasi yang sama, karena terjadi pertentangan kepentingan antar
kelompok atau antar organisasi. Pada hakekatnya konflik merupakan suatu pertarungan
menang kalah antara kelompok atau perorangan yang berbeda kepentingannya satu sama lain
dalam organisasi. Atau dengan kata lain, konflik adalah segala macam interaksi pertentangan
atau antagonistic antara dua atau lebih pihak Pertentangan kepentingan ini berbeda dalam
intensitasnya tergantung pada sarana yang dipakai. Masing-masing ingin membela nilainilai
yang telah mereka anggap benar, dan memaksa pihak lain untuk mengakui nilai-nilai tersebut
baik secara halus maupun keras.
Konflik menurut kelompok kami merupakan Interaksi antara satu pihak dengan pihak
lain dalam organisasi yang didalamnya terdapat masalah atau terdapat ketidak sesuaian antara
keinginan dan kenyataan yang terjadi. Dalam manajemen konflik, konflik akan bisa jadi
fungsional apabila konflik yang terjadi dapat disikapi dengan tepat seperti menggap konflik
adalah sumber kekuatan dan kesuksesan bukan suatu masalah yang harus dipermasalahkan
dan dibuat sulit. Menurut Robbins dalam (winardi, 2003 : 101), menjelaskan manajemen
konflik sebagai proses pengkoordinasian dengan menggunakan tehnik – tehnik resolusi dan
stimulasi untuk meraih tingkatan konflik yang diinginkan sehingga diproleh solusi tepat atas
konflik tersebut.
Sementara itu Moore (2004: 176) mengatakan bahwa manajemen konflik atau lazim
disebut mengelola konflik adalah kecenderungan seseorang dalam menata atau mengatur
pertentangan dalam wujud sikap dan perilaku. Sebab masalah yang lahir dari pertentangan
merupakan sesuatu yang menghambat, merintangi, atau mempersulit seseorang mencapai
maksud dan tujuan tertentu. Berdasarkan beberapa konsep di atas, maka manajemen konflik
dapat disimpulkan sebagai proses pengkoordinasian yang digunakan individu dalam menata
atau mengatur pertentangan dalam wujud sikap dan perilaku.
Robbins (2002: 215) berpendapat mengenai beberapa aspek gaya manajemen konflik
yang sering dilakukan oleh seseorang, antara lain sebagai berikut:
a. Competing atau kompetisi, yaitu merupakan gaya yang berorientasi pada kekuasaan,
dimana seseorang akan menggunakan kekuasaan yang dimilikinya untuk
memenangkan konflik dengan lawannya.
b. Kolaborasi atau pemecah masalah, yaitu merupakan gaya mencari solusi integratif ika
kepentingan kedua belah pihak terlalu penting untuk dikompromikan. Gaya ini
cenderung lebih suka menciptakan situasi yang memungkinkan agar tujuan dapat
dicapai. Mencari solusi agar dapat diterima semua pihak, tujuan pribadi juga tercapai
sekaligus hubungan dengan orang lain menjadi lebih baik.
d. Akomodasi atau penolong ramah, yaitu merupakan gaya yang sangat mengutamakan
hubungan dan kurang mementingkan kepentingan pribadi. Orang yang menggunakan
gaya ini cenderung kurang tegas dan cukup kooperatif, mengabaikan kepentingan
sendiri demi kepentingan orang lain.
e. Kompromi atau pendamai penyiasat, yaitu merupakan gaya yang lebih berorientasi
pada jalan tengah karena setiap orang punya sesuatu untuk ditawarkan dan sesuatu
untuk diterima. Nilai gaya ini terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi.
Sementara itu, Rahim (dalam Wirawan, 2010: 144) membedakan aspek gaya
manajemen konflik kepada lima bagian yaitu:
1) Dominasi (dominating) atau dengan istilah kompetisi. Individu dengan gaya ini hanya
memenuhi tujuan pribadi tanpa memikirkan kebutuhan lawannya.
2) Integrasi (integrating) atau sering disebut dengan kolaborasi. Pihak yang terlibat
konflik berusaha menciptakan resolusi konflik (penyelesaian konflik) secara
maksimal dengan memenuhi tujuan dirinya sendiri dan tujuan lawan konfliknya atau
dalam kata lain dapat disebut imbang antara kepentingan dirinya dan lawannya.
3) Kompromi (compromising). Yaitu berada diantara dua persimpangan dimana gaya ini
berusaha memenuhi sebagian tujuannya dan tujuan lawan konfliknya tanpa berupaya
memaksimalkannya.
ada beberapa strategi yang dapat dilakukan, menurut Devitto (1997: 270-274) strategi
itu antara lain, sebagai berikut:
a) Penghindaran dan Melawan secara aktif, Penghindaran berkaitan dengan
menghindar secara fisik yang nyata, misalkan meninggalkan ruangan. Akan tetapi
daripada menghindar dari pokok persoalan lebih baik berperan aktif pada konflik
yang dihadapi. Menjadi pembicara dan pendengar yang aktif dan bertanggung jawab
terhadap setiap pemikiran dan perasaan.
d) Mendiamkan dan memfasilitasi ekspresi secara terbuka. Salah satu strategi remaja
perempuan menghadapi konflik dengan cara mendiamkan orang lain. Cara ini juga
tidak menyelesaikan konflik. Pastikan bahwa setiap orang diizinkan mengekspresikan
dirinya secara bebas dan terbuka, tanpa ada yang merasa lebih rendah dan lebih
tinggi.
Konflik tidak terjadi secara mendadak tanpa sebab dan proses, akan melalui tahapan
tahapn-tahapan tertentu. Hendrikcks,W.(1992) mengidentifasikan proses terjadinya konflik
terdiri dari tiga tahap yaitu:
1.peristiwa sehari-hari
Ditandai adanya individu merasa tidak puas dan jengkel terhadap lingkungan kerja
2.adanya tantangan
Dapat mendorong ke konflik bila pihak satu atau pihak di pengaruhi oleh dan sadar
akan adanya konflik itu.
Tahap IV : Perilaku
Tahap v : hasil
Menurut Terry G,R (1986) menjelaskan bahwa konflik pada umumnya mengikuti
pola yang teratur yang di tandai timbulnya suatu krisis, selanjutnya terjadi kesalahpahaman
antar indivu maupun kelompok dan konfrontasi menjadi pusat perhatian, pada tahap
berikutnya krisis di alihkan untuk di arahkan dan di kelola, konflik bersumber dari berbagai
macam persoalan yang ada dalam organisasi. Berikut beberapa faktor penyebab terjadinya
konflik :
Konflik nilai
Kurangnya komunikasi
Kepemimpinan yang kurang efektif,pengambilan keputusan yang tidak adil
Ketidakcocokan peran
Produktivitas rendah
Perbedaan dalam tujuan
Konflik yang belum terpecahkan
Soekanto,S. (1981)
-Konflik pribadi
-Konflik rasial
polak, M. (1982)
Cara mengatasi konflik dalam organisasi sebenarnya cukup banyak, namun hal
pertama yang harus diingat adalah pikirkan hubungan baik antar anggota tim. Ya,
dalam pertumbuhan hubungan anggota tim, pasti ada dampak baik yang dihasilkan.
Namun saat konflik datang, akhirnya apa yang terjadi? Hubungan tersebut bisa hancur
seketika. Dari membenci hingga tidak lagi percaya pada individu tersebut dapat
muncul.
Sumber masalah ini terkadang bisa saja muncul dari seseorang. Namun bukan berarti
bisa segera menuduh atau menyalahkannya. Semua pihak dalam organisasi harus
memiliki visi dan misi yang sama, yakni sumber masalah bukan dari orang, tapi hal-
hal yang di luar kendali. Cara berpikir ini membuat masalah tersebut muncul karena
perbedaan perspektif sehingga lebih mudah untuk diselesaikan dengan kepala dingin.
Ketika mulai membahas konflik yang terjadi, situasi chaos bisa muncul dengan cepat.
Ada banyak pihak yang ingin menyampaikan pendapatnya, tapi sedikit yang mau
mendengar. Itulah mengapa poin ini membahas sering mendengar, sedikit berbicara.
Jika sudah mengerti bagaimana awal permasalahan hingga akhirnya menjadi konflik
dalam organisasi, mulai cari cara untuk menyelesaikannya. Selesaikan masalah
bersama-sama agar hasil yang didapatkan juga maksimal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA