MATERI HIMPUNAN
Konsep dasar semua cabang matematika adalah Himpunan . Himpunan adalah sekumpulan obyek, yang
diberikan batasan serta diru- muskan secara tegas dan dapat dibedakan satu dengan yang lainnya. Tiap
obyek, benda atau simbol yang secara kolektif membentuk suatu himpunan disebut elemen/unsur atau
anggota dari himpunan tersebut.
contoh- contoh dari himpunan dan contoh- contoh dari bukan himpunan. Berikut ini contoh himpunan dan
bukan himpunan :
1) Kumpulan warna lampu lalu lintas. (himpunan)
2) Kumpulan bilangan prima kurang dari 10. (himpunan)
3) Kumpulan baju-baju bagus. (bukan himpunan)
Kumpulan warna lampu lalu lintas memiliki anggota himpunan diantaranya merah, kuning, hijau.
Himpunan bilangan prima kurang dari 10 memiliki anggota himpunan diantaranya2,3,5,7. Kedua kumpulan
tersebut termasuk himpunan karena dengan jelas dapat ditentukan anggota-anggotanya.
Berbeda dengan kumpulan Kumpulan baju-baju bagus, yang anggota- anggotanya sangat sulit disebutkan,
karena “bagus” memiliki definisi yang sangat luas dan berbeda-beda sesuai selera individu masing- masing.
Jadi kumpulan baju-baju bagus bukan termasuk hmpunan.
Jika anak ditanya tentang himpunan A yang didefinisikan sebagai himpunan warna pada pelangi maka
jawaban anak benar jika jawabannya adalah Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Nila dan Ungu.
Notasi dari himpunan tersebut adalah A = {merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu}. Keanggotaan
dari himpunan A dapat dituliskan sebagai berikut.
Merah ∈ A
Hijau ∈A
Kuning ∈ A
Ungu ∈ A
Sedangkan jika ada anak yang menjawab warna hitam maka dinyatakan hitam∉ A artinya hitam bukan
anggota A, karena warna pelangi tidak ada yang berwarna hitam. Jumlah anggota himpunan A atau
banyaknya anggota himpunan A ditulis n (A) = 7 (Karena warna pada pelangi ada 7 warna).
A.2 Cara Menyatakan Himpunan
Ada beberapa cara menyatakan himpunan, di antaranya dengan tabulasi atau mendaftar (The Roster
Method), dengan Notasi pembentuk himpunan (The Rule Method), dan dengan menyebutkan syarat
keanggotaannya. Cara- cara menyatakan himpunan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
Contoh :
1. Himpunan A adalah himpunan bilangan asli yang kurang dari 7 maka ditulis: A = {1, 2, 3, 4, 5, 6}.
2. Himpunan B adalah himpunan huruf-huruf vokal maka ditulis: B = { a, i, u, e, o }.
3. Himpunan C adalah himpunan lima buah alat transportasi darat maka ditulis: C = {delman, becak,
motor, mobil, kereta api}.
Contoh 1.5.
Contoh 1.6.
1. Himpunan A adalah himpunan warna-warna yang ada dalam lagu ’Balonku Ada Lima’.
2. Himpunan B adalah himpunan empat huruf pertama dalam urutan abjad latin.
3. Himpunan C adalah himpunan-himpunan warna lalu-lintas.
4. Himpunan D adalah himpunan siswa TK Salman Al-Farisi Kelompok A.
B. Macam - macam Himpunan
1. Himpunan Kosong
Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak memiliki atau tidak mempunyai anggota. Himpunan
kosong dilambangkan atau dinotasikan dengan Φ atau { }. Perlu diperhatikan antara himpunan kosong
dengan himpunan yang tidak tepat (bukan himpunan). Sering kali yang bukan himpunan dianggap sebagai
himpunan kosong. Untuk itu kita harus benar- benar memperhatikan syarat-syarat keanggotaannya. Bila
anggotanya benar- benar tidak ada, maka kumpulan itu termasuk himpunan kosong. Sebaliknya bila
anggotanya tidak jelas, dalam arti tidak dapat dibedakan apakah suatu objek termasuk anggotanya atau tidak,
maka kumpulan tersebut bukanlah himpunan. Perhatikan contoh himpunan kosong di bawah ini:
a. Himpunan A adalah himpunan mahasiswa PGTK UT yang berusia 6 tahun.
b. Himpunan B adalah himpunan bilangan asli yang lebih kecil dari 1.
c. Himpunan C adalah himpunan hari yang berawalan “H”.
d. Himpunan D adalah himpunan bilangan ganjil yang habis di bagi 2.
Hati-hati dengan angka nol (0) sebab nol (0) bukanlah himpunan kosong tetapi merupakan anggota dari
himpunan yang bernilai nol (0). Seperti pada himpunan 5 bilangan cacah pertama, maka bilangan nol adalah
salah satu anggota himpunan bilangan tersebut.
Contoh :
Himpunan semesta yang mungkin untuk himpunan tersebut adalah S ={bilangan prima}. Himpunan
bilangan prima bukanlah satu-satunya himpunan semesta bagi A akan tetapi masih banyak himpunan lain
yang dapat dianggap sebagai himpunan semestanya. Misalnya himpunan bilangan asli, himpunan bilangan
cacah, himpunan bilangan bulat, dan sebagainya. Misalkan B = {merah, kuning, hijau}. Maka himpunan
semesta yang mungkin di antaranya adalah S = {warna-warna lampu lalu lintas} atau S = {warna-warna
pelangi} dan sebagainya.
3. Himpunan Hingga
Himpunan hingga yang sering disebut finite set merupakan himpunan yang jumlah anggotanya terhingga,
artinya anggotanya dapat dihitung.
Contoh :
Contoh :
Misalkan B = {x│x bilangan asli >15} maka B dapat ditulis dengan B = {16, 17, 18,…}
Dibaca himpunan B adalah himpunan bilangan 16, 17, 18 dan seterusnya. Himpunan C adalah himpunan
tema pembelajaran yang dapat digunakan di TK atau PAUD.
a. Himpunan Sama
Himpunan A dan B disebut sama, bila keduanya memiliki anggota yang persis sama, tanpa melihat
urutannya. Dengan kata lain, himpunan A dan B dikatakan sama, bila setiap anggota A termasuk anggota B,
dan begitu sebaliknya. Kita nyatakan kesamaan antara himpunan A dan B dengan lambang A=B.
Contoh
3 A= { 1, 2 , 3 } dan B= { 3 , 1 , 2 }. Maka A=B, karena setiap anggota himpunan A ada pada himpunan
B, dan setiap anggota himpunan B termasuk anggota himpunan A.
4 C = { k , a , r , t , u } dan D = { t , a , u , r , k }Maka C = D , karena setiap anggota himpunan A ada
pada himpunan B, dan setiap anggota himpunan B ada pada himpunan A.
5 E = {gurame, lele, tawes, mujair} dan F = { tawes, mujair, gurame, lele} Maka E = F, karena setiap
anggota himpunan E ada pada himpunan F, dan setiap anggota himpunan F ada pada himpunan E.
6 A = { p , q , r } dan B {1, 2, 3}. Maka A ≠ B
7 P= {alat transportasi} Q= {sayur-mayur}
8 Himpunan P tidak sama dengan himpunan Q dan ditulis P ≠ Q, karena anggota himpunan P tidak
merupakan anggota himpunan Q, dan sebaliknya, anggota himpunan Q tidak merupakan anggota
himpunan P.
b. Himpunan Ekuivalen
Dua buah himpunan atau lebih disebut ekuivalen satu sama lain, bila banyaknya anggota himpunan–
himpunan tersebut sama. Dengan kata lain, dua himpunan atau lebih disebut saling ekuivalen, bila antara
setiap anggota himpunan yang satu mempunyai hubungan satu-satu dengan setiap anggota himpunan
lainnya. Kita nyatakan himpunan A yang ekuivalen dengan himpunan B dalam notasi A ~ B. Dari uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa A ~ B, bila n (A) = n (B) atau banyaknya anggota himpunan A sama dengan
banyaknya anggota himpunan B. Untuk lebih jelasnya kita perhatikan contoh di bawah ini:
Contoh :
1. A = {nama hari dalam seminggu yang diawali dengan huruf S} A = {senin, selasa, sabtu} n (A) = 3)
2. B = { a, b, c } n (B) = 3
3. Maka, A ~ B, karena n ( A ) = n ( B ).
4. Contoh 1.12:
5. P = { 1, 2, 3, 4}, n (P) = 4
6. Q = { v, w, x, y}, n (Q) = 4
7. Maka, P ~ Q, karena n ( P ) = n ( Q )
c. Himpunan Bagian
Himpunan A disebut himpunan bagian dari himpunan B, ditulis dengan lambang A⊂ B, bila setiap
anggota A termasuk anggota B. Dapat pula kita menulis B ⊃ A, hanya dibaca “ B sumber dari A”, “B
mengandung A”, atau“B super himpunan dari A”. bila A tidak merupakan himpunan bagian dari B maka
representasinya dinyatakan dengan A ⊄ B atau B ⊃/ A.
Himpunan A merupakan himpunan bagian dari himpunan B. Himpunan A dinamakan himpunan bagian
murni (sejati) dari himpunan B jika dan hanya jika setiap anggota himpunan A adalah anggota himpunan B,
tetapi sekurang-kurangnya ada sebuah anggota himpunan B yang bukan anggota himpunan A.
Dari penjelasan di atas kita dapat mengatakan bahwa himpunan A disebut himpunan bagian murni dari
B, jika A ⊂ B dan A ≠ B. Dalam beberapa buku istilah “A himpunan bagian dari B” sering dinyatakan
dengan A ⊆ B, sedangkan “A himpunan bagian murni dari B” dinyatakan dengan A ⊂ B. Biasanya kita
mempergunakan notasi A ⊂ B dan kita tidak membedakan antara himpunan bagian dan himpunan bagian
murni.
Perlu kita perhatikan dengan teliti bahwa dalam pengertian himpunan bagian ini terdapat hal yang
menarik, yaitu setiap himpunan selalu mempunyai himpunan kosong dan himpunan yang sama persis
dengan himpunan itu sendiri sebagai himpunan bagiannya, hal ini diakibatkan dari pengertian himpunan
bagian itu sendiri. Banyaknya himpunan bagian yang mungkin dari himpunan A dapat diperoleh dengan
rumus 2n(A)
Contoh :
1. Jika A = { 1 }, maka himpunan bagian dari himpunan A adalah { }, {1}. Banyaknya himpunan
bagian adalah 2. Dengan rumus diperoleh 2n(A) = 21 = 2.
2. Jika B = { a, b }, maka himpunan bagian dari himpunan B adalah { },{a}, {b}, {a, b}.Banyaknya
himpunan bagian adalah 4. Dengan rumus diperoleh 2n(B) = 22 = 4.
3. Jika C = {piring, gelas, sendok}, maka himpunan bagian dari C adalah{ }, {piring}, {gelas},
{sendok}, {piring, gelas}, {piring, sendok},{gelas, sendok}, {piring, gelas, sendok}.Banyaknya
himpunan bagian adalah 8. Dengan rumus diperoleh 2n(c) = 23 = 8.
Mengakhiri paparan di atas, apakah konsep himpunan dapat diajarkan kepada anak-anak, khususnya anak
TK dan anak usia dini? Dengan yakin, kita dapat mengajarkan konsep himpunan kepada mereka. Konsep
himpunan bisa diajarkan kepada anak, asalkan melalui praktek secara langsung, sesuai dengan daya nalar
anak usia TK bahwa mereka dalam mengenal dan mempelajari sesuatu harus secara konkrit. Konsep
himpunan bagian di atas, dapat diperkenalkan kepada anak-anak melalui hal-hal yang sederhana. Sebagai
contoh, guru menyediakan berbagai jenis kelompok benda-benda, misalnya ”keluarga sayuran”, dalam suatu
keranjang tersedia berbagai macam sayuran seperti: kol, wortel, buncis, kacang panjang, terong, kangkung,
sawi, dan sebagainya. Keluarga sayuran tersebut dikenalkan sebagai kelompok sayuran dan misalnya: kol,
wortel dan buncis sebagai anggota dari keluarga sayuran tersebut dikenalkan sebagai ”himpunan bagian”
dari keluarga sayuran. Hal ini tentu sesuai dengan pemahaman konsep dari anak usia dini, yaitu mengenal
sesuatu dari hal yang umum ke hal yang khusus.
Berikut adalah ilustrasi lebih jelas tentang praktek pengajarannya:
a. Persiapan
Sediakanlah hal-hal berikut.
1) 1 buah keranjang besar.
2) Berbagai macam jenis buah-buahan.
3) Lembar kerja siswa berupa kertas kosong.
b. Prosedur pelaksanaan
Tahapan dan teknik pelaksanaannya dapat mengikuti petunjuk berikut.
1. Guru menyiapkan peralatan yang telah tersedia di atas meja.
2. Kemudian guru menjelaskan tentang keluarga buah-buahan.
3. Setiap anak diberikan kesempatan untuk menyebutkan apa saja anggota dari keluarga buah-buahan
beserta ciri-ciri dari masing- masing buah-buahan.
4. Setiap anak diberikan kertas lembar kerja dan mulai menggambarkan anggota-anggota himpunan
bagian dari keluarga buah-buahan tersebut.
Proses pembelajaran atau kegiatan belajar mengajarnya dapat disesuaikan dengan kondisi dimana TK
atau PAUD berada, serta daya dukung yang tersedia. Bahkan guru-guru dapat lebih kreatif memperkaya
bahan dan alatnya dari objek yang beragam, misalkan kumpulan mobil- mobilan, kumpulan bebatuan,
kumpulan berbagai jenis bola, dan sebagainya.
d. DIAGRAM VENN
Diagram Venn adalah cara untuk menyatakan himpunan dengan gambar. Diagram ini diperkenalkan
pertama kali oleh John Venn seorang ahli Matematika berkebangsaan Inggris pada tahun 1834–1923. Beliau
mengemukakan suatu cara yang praktis untuk menggambarkan hubungan antara himpunan, dengan
menggunakan kurva tertutup, misalnya lingkaran, ellips, garis lengkung sebarang atau segi banyak sebagai
batas himpunan– himpunan tersebut.
Bagaimanakah caranya? Terdapat dua bagian kunci untuk menyatakan diagram venn, yaitu semesta dan
himpunan-himpunannya. Semesta (S) dinyatakan (digambarkan) dengan persegi panjang dan himpunan–
himpunan lain yang dinyatakan dengan kurva tertutup yang terletak di dalam persegi panjang. Lebih jelasnya
dapat dicontohkan sebagai berikut.
Contoh :
Jika:
S={1,2,3,4,5,6,7,8}
A={1,2,3,6,7}
B={3,4,5,7}
Maka diagram venn-nya dapat disajikan sebagai berikut.
S A B. 8
1
6 3 4
2 7 5
Namun demikian ada kasus tertentu di mana himpunannya tidak bisa di daftar, misalkan saja
diakibatkan oleh anggotanya terlalu banyak. Jika anggota himpunannya tidak bisa didaftar maka Anda
cukup dengan memberikan namanya saja.
Hal tersebut dapat diperjelas dengan contoh berikut ini.
Jika:
S = {Bilangan bulat} P = {Bilangan genap} Q = {Bilangan ganjil}
Maka diagram venn-nya dapat disajikan sebagai berikut.
SP Q
Agar Anda lebih mantap menguasai konsep tentang diagram Venn, berikut adalah sejumlah ketentuan
yang harus diperhatikan di dalam membuat diagram Venn yang tepat, diantaranya:
a. Himpunan semesta digambarkan dengan sebuah persegi panjang dan di pojok kiri atas diberi
simbol S (semesta).
b. Setiap anggota himpunan semesta ditunjukkan dengan sebuah noktah dalam persegi panjang itu,
dan nama anggotanya ditulis berdekatan dengan noktahnya.
Misal : S = { 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , 8 }
Diagram Venn dari himpunan S adalah sebagai berikut.
S 3
2
1 8
4
6
5 7
Setiap himpunan yang termuat di dalam himpunan semesta ditunjukkan oleh kurva tertutup
sederhana.Misal : S = {1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , 8}
A = {2 , 4 , 6 , 8}
S
3
2
1 8
4
6
5 7
c. Hubungan Sama
Dua himpunan dikatakan sama, apabila kedua himpunan mempunyai anggota yang tepat sama
Contoh
B = {1, 2, 3, 4, 5}
D = {1, 2, 3, 4, 5}
Antara himpunan B dan himpunan D anggotanya sama sehingga A = D
4. Operasi Himpunan
5. Sifat sifat Operasi antar Himpunan.
D. Operasi Himpunan
Irisan (interseksi) himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang anggota-anggotanya menjadi
anggota A dan anggota B. Operasi himpunan ini biasa ditulis A ∩ B = {x | x ∈ A dan x ∈ B} dan
dibaca A irisan B.
Contoh:
1. Diketahui: S = {a, b, c, d, e, f, g}, A = {a, b, c}, B = {b, c, d, e}, C = {d, e, f}. Tunjukkan
diagram Venn dari A ∩ B dan B ∩ C.
Jawaban
Anggota S yang menjadi anggota A dan B adalah b dan c maka A ∩ B = {b, c}
Anggota S yang menjadi anggota B dan C adalah d dan e maka B ∩ C = {d, e}
3. Misalkan K adalah himpunan mahasiswa Prodi Matematika Kelas B Semester I dan L adalah
himpunan laki-laki dan perempuan lanjut usia (50 tahun ke atas).
Maka K ∩ L = Ø
Hal ini berarti K dan L adalah saling lepas atau K // L.
Catatan:
* A ∩ B dan B ∩ A merupakan dua himpunan yang sama
* Kedua himpunan A dan B masing-masing memuat A ∩ B
Gabungan (union) dua himpunan A dan B berarti penyatuan anggota-anggota himpunan A dan B.
Gabungan dua himpunan A dan B ditulis A ∪ B = {x | x ∈ A atau x ∈ B} dan dibaca A gabungan B.
Apabila diketahui n(A) dan n(B) maka berlaku n(A ∪ B) = n(A) + n(B) – n(A ∩ B).
Contoh:
1. Diketahui S = {x | x ≤ 10, x ∈ N}, A = {1, 2, 3, 6, 8} dan B = {4, 6, 8, 9}. Tunjukkan A ∪ B
dengan diagram Venn.
Jawaban:
S = {x | x ≤ 10, x ∈ N}
S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10}
(A ∩ B) = {6, 8}
Diagram Venn
Catatan:
* P ∪ Q dan Q ∪ P merupakan dua himpunan yang sama
* Kedua himpunan P dan Q masing-masing merupakan himpunan bagian pada P ∪ Q
3. Pada sebuah taman kanak-kanak diketahui 43 anak suka melukis, 46 anak suka menyanyi, 20
anak suka keduanya, dan 11 anak tidak suka keduanya. Tentukan jumlah anak di taman kanak-
kanak tersebut.
Jawaban:
Misal
P = banyak anak suka melukis
Q = banyak anak suka menyanyi
R = banyak anak tidak suka melukis dan menyanyi
n(P) = 43
n(Q) = 46
n(P ∩ Q) = 20
N(R) = 11
n(P ∪ Q) = n(P) + n(Q) – n(P ∩ Q) = 43 + 46 – 20 = 69
Jumlah anak = n(P ∪ Q) + n(R) = 69 + 11 = 80
Jadi, jumlah anak di taman kanak-kanak tersebut 80.
Komplemen suatu himpunan P adalah himpunan yang terdiri atas semua anggota semesta S tetapi
bukan anggota himpunan P.
Ditulis Pc={x∣x∈S dan x∉P}.
Contoh:
1. Diketahui S={x∣−4<x<3,x∈Z} dan A={x∣0≤x≤2,x∈Z}. Tunjukkan Ac dengan diagram Venn.
Jawaban:
S={x∣−4<x≤3,x∈Z}
S={−3,−2,−1,0,1,2,3}
A={x∣0≤x≤2,x∈Z}
A={0,1,2}
Ac={−3,−2,−1,3}
Diagram Venn
3. A ∪ Ac = S dan A ∩ Ac = Ø
4. Sc = Ø dan Ø c = S
5. (Ac)c = A
6. Dari 48 orang mahasiswa, 27 orang mahasiswa gemar matematika, 20 orang mahasiswa gemar
fisika, 7 orang gemar matematika dan fisika. Tentukanlah banyaknya mahasiswa tidak gemar
matematika dan fisika, buatlah diagram Venn-nya.
Jawaban:
Misalkan:
A = gemar matematika
B = gemar fisika
n(S) = 48
n(A) = 27
n(B) = 20
n(A ∩ B) = 7
n(A ∪ B) = n(A) + n(B) – n(A ∩ B)
n(A ∪ B) = 27 + 20 – 7 = 40
Himpunan P selisih Q adalah himpunan yang anggotanya himpunan P tetapi bukan anggota
himpunan Q. Ditulis P – Q = { x∣x∈ P dan x∉ Q } atau P ∩ Qc = { x∣x∈ P dan x∈ Qc}. P – Q dan P
∩ Qc merupakan dua himpunan yang sama.
Contoh:
1. Jika P = {a, b, c} dan Q = {1, 2} maka P – Q = P = {a, b, c}
Jumlah himpunan A dan B (dinotasikan A + B) adalah himpunan semua elemen A atau semua
elemen B tetapi bukan elemen keduanya.
Contoh:
1. Jika A = { x∣ x2 − 8x +12 = 0 } dan B = { x∣ x2 − 4 = 0 }
maka A + B = {-2,6}
Jawaban:
A = (a, b, c, d, e}
B = {a, e, i, o, u}
Selisih simetris dua himpunan A dan B ditulis A ⊕ B. Beda setangkup/selisih simetris adalah
himpunan yang elemen-elemen (unsur-unsur) dari P atau dari Q tetapi tidak kedua-duanya.
Notasi: A ⊕ B = (A ∪ B) – (A ∩ B) = (A – B) ∪ (B – A)
Contoh:
Jika A = {2, 4, 6} dan B = {2, 3, 5} maka:
(A ∪ B) = {2, 3, 4, 5, 6}
(A ∩ B) = {2}
A ⊕ B = {3, 4, 5, 6}
Atau
A – B = {4, 6}
B – A = {3, 5}
A ⊕ B = {3, 4, 5, 6}
A. Ketertutupan
Sifat ketertutupan pada operasi himpunan mempunyai makna bahwa hasil dari pengoperasian dua
atau lebih himpunan menghasilkan satu penyelesaian berupa himpunan.
B. Sifat Komutatif
Sifat komutatif pada operasi himpunan hanya berlaku pada operasi irisan dan gabungan, yaitu A ∩
B = B ∩ A dan A ∪ B = B ∪ A.
Contoh:
Penyelesaian:
A∩B=B∩A
A∪B=B∪A
Untuk menentukan A ∪ B, kamu dapat menuliskan kembali semua anggota A dan B, yaitu 3, 4, 5,
6, 2, 3, 4. Oleh karena ada dua nilai yang sama untuk 3 dan 4, maka dapat ditulis satu kali saja,
sehingga A ∪ B = {2, 3, 4, 5, 6}. Begitu pula untuk menentukan B ∪ A. Dengan menuliskan
kembali semua anggota B dan A dengan anggota yang sama ditulis satu kali, yaitu 2, 3, 4, 5, 6,
sehingga diperoleh B ∪ A = {2, 3, 4, 5, 6}. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa A ∪ B = B
∪ A.
C. Sifat Asosiatif
Sifat asosiatif pada operasi himpunan hanya berlaku pada operasi irisan dan gabungan, yaitu(A ∩
B) ∩ C = A ∩ (B ∩ C) dan (A ∪ B) ∪ C = A ∪ (B ∪ C).
Contoh:
(A ∩ B) ∩ C = A ∩ (B ∩ C)
Anggota himpunan A yang juga terdapat di himpunan B adalah r, s, sehingga diperoleh A ∩ B = {r,
s}. Adakah anggota himpuanan C yang sama dengan anggota di A ∩ B? Ternyata ada yaitu r, s.
Dengan demikian, (A ∩ B) ∩ C = {r, s}. Selanjutnya, perhatikan anggota himpunan B yang
terdapat di himpunan C yaitu r, s, sehingga B ∩ C = {r, s}. Amati anggota himpunan A yang
terdapat di himpunan B ∩ C yaitu r, s, sehingga (A ∩ B) ∩ C = {r, s}. Dengan demikian dapat
ditunjukkan bahwa (A ∩ B) ∩ C = A ∩ (B ∩ C).
(A ∪ B) ∪ C = A ∪ (B ∪ C)
(A ∪ B) ∪ C = {p, q, r, s, t} ∪ {q, r, s}
(A ∪ B) ∪ C = {p, q, r, s, t}
A ∪ (B ∪ C) = {p, q, r, s} ∪ {q, r, s, t}
A ∪ (B ∪ C) = {p, q, r, s, t}
D. Sifat Distributif
Sifat distributif pada operasi himpunan hanya berlaku pada operasi irisan dan gabungan, yaituA ∩
(B ∪ C) = (A ∩ B) ∪ (A ∩ C) dan A ∪ (B ∩ C) = (A ∪ B) ∩ (A ∪ C).
Contoh:
Diketahui himpunan A = {1, 2, 3, 4, ..., 10}, B = {2, 4, 6, 8, 10} dan C = {1, 3, 5, 7, 9}. Tunjukkan
bahwa A ∩ (B ∪ C) = (A ∩ B) ∪ (A ∩ B).
Penyelesaian:
(A ∩ B) = {2, 4, 6, 8, 10}
(A ∩ C) = {1, 3, 5, 7, 9}
Dengan membandingkan hasil akhir langkah pertama dan kedua, dapat ditunjukkan bahwa A ∩ (B
∪ C) = (A ∩ B) ∪ (A ∩ B).
E. Sifat Identitas
Sifat identitas yang berlaku pada operasi irisan dan gabungan antara lain:
1. A ∩ ∅ = ∅
2. A ∩ S = A
3. A ∪ ∅ = A
4. A ∪ S = S
Contoh:
Diketahui S = himpunan bilangan asli kurang dari 10 dan J = {2, 3, 5, 7}. Tentukan:
a. J ∩ ∅
b. J ∩ S
c. J ∪ ∅
d. J ∪ S
Penyelesaian:
a. J ∩ ∅ = {2, 3, 5, 7} ∩ { } ( Ingat irisan dua himpunan didapat dengan mencari anggota yang
sama)
J∩∅=∅
J ∩ S = {2, 3, 5, 7}
J∩S=J
c. J ∪ ∅ = {2, 3, 5, 7} ∪ { } (Ingat gabungan dua himpunan didapat dengan menggabungkan semua
anggota kedua himpunan tersebut)
J ∪ ∅ = {2, 3, 5, 7}
J∪∅=J
J ∪ S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}
J∪S=S
F. Idempoten
Sifat idempoten yang berlaku pada operasi irisan dan gabungan antara lain:
1. A ∩ A
2. A ∪ A
Contoh:
a. K ∩ K
b. K ∪ K
Penyelesaian:
K∩K=K
K∪K=K
G. Sifat Komplemen
Sifat komplemen pada operasi himpunan hanya berlaku untuk irisan dan gabungan.
1. A ∩ Ac = ∅
2. A ∪ Ac = S
3. (Ac )c = A
4. ∅c = S
5. Sc = ∅
Contoh:
Diketahui S = {2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11} dan L = {6, 8, 9, 10, 11}. Tentukan L ∩ Lc .
Penyelesaian:
Lc adalah semua anggota himpunan S yang bukan anggota himpunan bagian dari himpunan L,
sehingga Lc = {2, 3, 4, 7}. Dengan demikian, diperoleh:
L ∩ Lc = { }
L ∩ Lc = ∅
Jadi, L ∩ Lc = ∅.
H. Sifat Pengurangan
Operasi pengurangan pada himpunan tidak bersifat komutatif. Oleh karena operasi pengurangan
tidak bersifat komutatif, maka tidak bersifat asosiatif maupun identitas yaitu:
1. A - B ≠ B - A
2. A - (B - C ) ≠ (A - B) - C
3. A - ∅ ≠ ∅ - A
Contoh:
Penyelesaian:
M - N adalah himpunan yang anggotanya merupakan anggota dari himpunan M dan bukan anggota
himpunan N.
M - N = {a, b, c, d, e, f} - {1, a, 2, b, 3, c}
M - N = {d, e, f}
N – M adalah himpunan yang anggotanya merupakan anggota dari himpunan N dan bukan anggota
himpunan M.
N – M = {1, a, 2, b, 3, c} - {a, b, c, d, e, f}
N – M = {1, 2, 3}
I. Subset
Subset atau himpunan bagian adalah suatu himpunan yang merupakan bagian dari himpunan utama.
Subset dinyatakan dengan lambang “⊂” tetapi jika bukan himpunan bagian dilambangkan dengan
“⊄”. Banyaknya anggota himpunan bagian dari K dirumuskan: 2n(K)dengan n(K) merupakan
banyaknya anggota himpunan K.
Contoh:
Penyelesaian:
Jadi, banyaknya anggota himpunan bagian dari O ada 8 yaitu { }, {1}, {4}, {7}, {1, 4}, {1, 7}, {4,
7}, {1, 4, 7}.
J. Absorption
Absorption adalah himpunan-himpunan yang bila dioperasikan akan terserap menjadi suatu
himpunan tertentu. Absorption dirumuskan sebagai berikut:
A ∪ (A ∩ B) = A ∩ (A ∪ B) = A
Contoh:
Penyelesaian:
A ∪ (A ∩ B) = {1, 2, 3} ∪ {3}
A ∪ (A ∩ B) = {1, 2, 3}
A ∪ (A ∩ B) = A
A ∪ B merupakan himpunan yang anggotanya merupakan gabungan semua anggota A dan B yaitu
A ∪ B = {0, 1, 2, 3, 4, 5}.
A ∩ (A ∪ B) = {1, 2, 3} ∩ {0, 1, 2, 3, 4, 5}
A ∩ (A ∪ B) = {1, 2, 3}
A ∩ (A ∪ B) = A
K. Penghilangan
Contoh:
Penyelesaian:
L. Dualitas
Prinsip dualitas berlaku bila kita menukar “∪” dengan “∩”, “S” dengan “∅”, dan sebaliknya.
Pernyataan baru tersebut disebut dual dari pernyataan aslinya.
Contoh:
Penyelesaian:
A. 2
B.4
C.7
D. 8
E. 10
Jawaban : A
Pembahasan :
Operasi himpunan Irisan A dan B adalah himpunan yang anggotanya A sekaligus anggota
B.Dengan kata lain, irisan himpunan A dan B adalah anggota yang terdapat di kedua himpunan
tersebut. Pada soal di atas, kedua himpunan tersebut mengandung angka yang sama yaitu angka 2,4,
dan angka 6. Oleh karena itu jawaban x dari (4,x,6) adalah 2.
2. Di kelas VIII C ada 12 siswa gemar membaca, 11 siswa gemar berenang, dan 7 siswa gemar
keduanya. Banyaknya siswa yang tidak gemar membaca maupun renang 14 orang. Banyaknya
siswa klas VIII C adalah ...
A. 25
B. 20
C. 30
D. 15
E. 35
Jawaban : C
Pembahasan
3. Di ketahui:
A.{3,5,7}
B.{1,2,5,}
C.{11,9,7}
D.{3,9,11}
E.{2,11,13}
Jawaban nya : A
Pembahasan
B = { 1, 3, 5, 7, 9 }
Simbol yang artinya irisan ialah salah satu cara untuk himpunan anggota yang sama dari himpunan
yang saling terkait.
A ∩ B = { 3, 5, 7 }
Jawaban : C
Pembahasan:
A = {1, 2, 4, 8}
B = {1, 2, 3, 4, 6, 12}
a) A − B = {8}
Yakni dengan cara menuliskan ulang himpunan A sambil menghapus anggota A yang juga menjadi
anggota dari B.
b) B − A = {3, 6, 12}
Yakni dengan cara menuliskan ulang himpunan B sambil menghapus anggota B yang juga menjadi
anggota dari A.
5. Perhatikan!
S = { bilangan asli },
A = { bilangan ganjil }
A.
Jawaban : B
Pembahasan
S = {1,2,3,4,5,6,7,…}
A = {1,3,5,7,9,….}
B = {3,5,7,11,13,17,…}
Jawaban nya :
Banyak anak yang hanya mengikuti ekstrakurikuler futsal ialah sebanyak 12 – 7 = 5 orang
siswa.
Maka himpunan tersebut dapat digambarkan dengan bentuk diagram venn seperti gambar
yang di bawah ini :
8 + 7 + 5 + x = 28
20 + x = 28
X = 28 – 20
X = 8 siswa
Simbol dari ( union atau gabungan ) yang artinya ialah salah satu cara untuk
menggabungkan anggota himpunan yang saling terkait.
A ∪ B = { 2, 3, 4, 5, 7, 11, 13 }.
8. Ada 40 orang peserta yang ingin mengikuti sebuah lomba. Lombanya ialah ada baca puisi yang
di ikuti oleh 23 orang peserta, lalu ada lagi lomba baca puisi dan menulis cerpen yang di ikuti
oleh 12 orang peserta.Maka hitunglah berapa banyak peserta yang mengikuti lomba menulis
cerpen ?
Jawaban nya :
Misalkan ada banyak peserta yang tidak mengikuti lomba menulis cerpen di tandai dengan
huruf x. Banyak peserta yang hanya mengikuti lomba puisi ialah sebanyak 23 – 12 = 11
orang peserta. Maka himpunan tersebut dapat digambarkan dengan bentuk diagram venn
seperti gambar yang di bawah ini :
11 + 12 + x = 40
23 + x = 40
X = 40 – 23 = 17 orang peserta
Jadi, banyak peserta yang mengikuti lomba menulis cerpen dapat diperoleh dari peserta
yang hanya mengikuti lomba menulis cerpen dan kedua lomba lainnya, yakni dengan
menjumlahkannya 17 + 12 = 29 orang peserta.
9. Di ketahui :
Jawaban nya :
K = { 5, 6, 7, 8, 9 }
Simbol ( union atau gabungan ) yang artinya ialah salah satu cara untuk menggabungkan
anggota himpunan yang saling terkait.
10. Di dalam sebuah kelas tercatat ada 21 orang siswa yang gemar bermain basket, lalu ada juga 19
orang siswa yang gemar bermain sepak bola, kemudian ada juga 8 orang siswa yang gemar
bermain basket dan sepak bola, serta ada juga 14 orang siswa yang tidak gemar olahraga. Maka
hitunglah berapa banyak siswa di dalam kelas tersebut ?
Jawaban nya :
Banyak siswa yang gemar bermain basket dan sepak bola ada 8 orang siswa. Banyak siswa
yang hanya gemar bermain basket ada 21 – 8 = 13 orang siswa. Banyak siswa yang hanya
gemar bermain sepak bola ada 19 – 8 = 11 orang siswa. Banyak siswa yang tidak gemar
berolahraga ada 14 orang siswa.
Maka himpunan tersebut dapat digambarkan dengan bentuk diagram venn seperti gambar
yang di bawah ini :
Jumlah total dari siswa nya ada :
S = 13 + 8 11 + 14
S = 46 orang siswa
Jadi, banyak siswa yang di dalam kelas tersebut ada = 46 orang siswa.