MANAJEMEN KONFLIK
Konflik agama juga terjadi di Situbondo, Jawa Timur pada tanggal 10 Oktober 1996. Tahun
tersebut menjadi tahun yang bersejarah bagi masyarakat Situbondo khusus nya yang berada
di kecamatan Panji, Desa Kapongan, Kabupaten Situbondo.
Tragedi terjadi melibatkan sebagian besar masyarakat Situbondo. Sebelum adanya kejelasan,
awal dari persoalan yang hingga menyebabkan pembakaran terhadap beberapa gereja yang
ada di kota Situbondo. Beberapa sumber mengatakan bahwa konflik berawal dari debat dua
tokoh agama hingga membawa dendam antar pengikut mereka.
Ada pula sumber yang meyebutkan bahwa konflik berawal dari perbedaan akidah
pembelajaran islam individu dalam keluarga salah satu tokoh agama yang sangat termuka di
Kota Panji.
Pengelolaan Konflik
Penyebab Konflik
Konflik dapat terjadi hanya karena salah satu pihak memiliki aspirasi tinggi karena alternatif
yang bersifat integrative dinilai sulit didapat. Ketika konflik semacam ini terjadi, maka ia
akan semakin mendalam bila aspirasi sendiri atau aspirasi pihak lain bersifat kaku dan
menetap.
Aspirasi dapat mengakibatkan konflik karena salah satu dari dua alasan, yaitu masing-masing
pihak memiliki alasan untuk percaya bahwa mereka mampu mendapatkan sebuah objek
bernilai untuk diri mereka sendiri atau mereka percaya bahwa berhak memeiliki objek
tersebut. Pertimbangan pertama bersifat realistis, sedangkan pertimbangan kedua bersifat
idealis. Faktor Manusia: Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya kepemimpinannya,
Personil yang mempertahankan peraturan-peraturan secara kaku, dan timbul karena ciri-ciri
kepriba-dian individual, antara lain sikap egoistis, temperamental, sikap fanatik, dan sikap
otoriter. Faktor Organisasi Persaingan dalam menggunakan sumberdaya. Apabila sumberdaya
baik berupa uang, material, atau sarana lainnya terbatas atau dibatasi, maka dapat timbul
persaingan dalam penggunaannya. Ini merupakan potensi terjadinya konflik antar
unit/departemen dalam suatu organisasi.
Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi. Tiap-tiap unit dalam organisasi mempunyai
spesialisasi dalam fungsi, tugas, dan bidangnya. Perbedaan ini sering mengarah pada konflik
minat antar unit tersebut. Misalnya, unit penjualan menginginkan harga yang relatif rendah
dengan tujuan untuk lebih menarik konsumen, sementara unit produksi menginginkan harga
yang tinggi dengan tujuan untuk memajukan perusahaan.
Interdependensi Tugas. Konflik terjadi karena adanya saling ketergantungan antara satu
kelompok dengan kelompok lainnya. Kelompok yang satu tidak dapat bekerja karena
menunggu hasil kerja dari kelompok lainnya.
Perbedaan Nilai dan Persepsi. Suatu kelompok tertentu mempunyai persepsi yang negatif,
karena merasa mendapat perlakuan yang tidak “adil”. Para manajer yang relatif muda
memiliki presepsi bahwa mereka mendapat tugas-tugas yang cukup berat, rutin dan rumit,
sedangkan para manajer senior mendapat tugas yang ringan dan sederhana.
Kekaburan Yurisdiksional. Konflik terjadi karena batas-batas aturan tidak jelas, yaitu adanya
tanggung jawab yang tumpang tindih. Masalah “status”. Konflik dapat terjadi karena suatu
unit/departemen mencoba memperbaiki dan meningkatkan status, sedangkan unit/departemen
yang lain menganggap sebagai sesuatu yang mengancam posisinya dalam status hirarki
organisasi. Hambatan Komunikasi. Hambatan komunikasi, baik dalam perencanaan,
pengawasan, koordinasi bahkan kepemimpinan dapat menimbulkan konflik antar unit/
departemen.
Akibat Konflik
Munculnya konflik tidak selalu bermakna negatif, artinya jika konflik dapat dikelola dengan
baik, maka konflik dapat memberi kontribusi positif terhadap kemajuan sebuah organisasi.
Beberapa strategi mengatasi konflik antara lain adalah: Contending (bertanding) yaitu
mencoba menerapkan solusi yang lebih disukai salah satu pihak atau pihak lain;
With Drawing (menarik diri) yaitu memilih meninggalkan situasi konflik baik secara
fisik maupun psikologis. With drawing melibatkan pengabaian terhadap kontroversi.
2.
Pemetaan konflik salah satu teknik lanjutan untuk mengetahui situasi konflik yang terjadi
dalam masyarakat dengan mengambarkan profil secara sederhana dan mudah dipahami.
Dengan peta konflik akan terlihat dengan jelas rentetan peristiwa atau sejarah terjadinya
konflik, konteks, wilayah geografis, sumber daya alam, isu-isu intemmal dan ekstemal, serta
dinamika konflik dalam suatu wilayah tertentu. Melalui pemetaan konflik, dapat diketahui
dengan lebih mudah dan akurat dengan hal-hal berikut.
ldentitas para pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
konflik. b. Jenis relasi para pihak yang terlibat dalam konlik.
MODUL IPEM4309