Anda di halaman 1dari 13

REVIEW MATA KULIAH ETNISITAS, MULTIKULTURALISME DAN INTEGRASI

NASIONAL

PERTEMUAN KE-9

FAKTOR PENYEBAB KONFLIK VERTIKAL DAN HORIZONTAL

Nama : Oky Chandra Firmansyah


NIM : 20/467945/PMU/10551

DEFINISI KONFLIK

Istilah konflik ini secara etimologis berasal dari bahasa Latin "con" yang berarti bersama,
dan "fligere" yang berarti benturan atau tabrakan. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai
suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya
Dengan demikian konflik dalam kehidupan sosial berarti terjadinya benturan kepentingan,
pendapat, harapan yang harus diwujudkan dan sebagainya yang paling tidak melibatkan dua
pihak atau lebih, dimana tiap-tiap pihak dapat berupa perorangan, keluarga, kelompok
kekerabatan, satu komunitas, maupun satu organisasi sosial pendukung ideologi tertentu, satu
organisasi politik, suku bangsa maupun satu pemeluk agama tertentu.

De Dreu dan Gelfand (2008) menyatakan bahwa conflict as a process that begins when
an individual or group perceives differences and opposition between itself and another
individual or group about interests and resources, beliefs, values, or practices that matter to.
Dari definisi tersebut tampak bahwa konflik merupakan proses yang mulai ketika individu atau
kelompok mempersepsi terjadinya perbedaan atau opisisi antara dirinya dengan individu atau
kelompok lain mengenai minat dan sumber daya, keyakinan, nilai atau paktik-praktik lainnya.

Robbins (2001) menyebut konflik sebagai a process in which an effort is purposely made
by A to offset the efforts of B by some form of blocking that will result in frustrating B in
attaining his or her goals or furthering his or her interests. Dalam definisi ini tampak bahwa
konflik dapat terjadi ketika usaha suatu kelompok dihambat oleh kelompok lain sehingga
kelompok ini mengalami frustrasi.

Kondalkar (2007) yang mengutip pendapat Thomas menyatakan bahwa konflik sebagai
process that begins when one party perceives that another party has negatively affected
something that the first party cares about. Proses konflik bermula ketika satu partai
mempersepsi bahwa partai lain memiliki afeksi (perasaan) negatif.

Kondalkar (2007) juga melanjutkan bahwa conflict "as a disagreement between two or
more individuals or groups, with each individual or group trying to gain acceptance of its views
or objective over others. Dari pendapat ini Kondalkar melihat bahwa konfil merupakan

1
ketidaksetujuan (disagreement) antara dua atau lebih individu atau kelompok yang mana
masing-masing individu atau kelompok tersebut mencoba untuk bisa diterima pandangannya
atau tujuannya oleh individu atau keompok lain.

Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa konflik adalah suatu hasil
persepsi individu ataupun kelompok yang masing-masing kelompok merasa berbeda dan
perdebaan ini menyebabkan adanya pertentangan dalam ide ataupun kepentingan, sehingga
perbedaan ini menyebabkan terhambatnya keinginan atau tujuan pihak individu atau kelompok
lain.

Jenis-Jenis Konflik Dalam Organisasi

Kita dapat menjelaskan ada enam jenis dari konflik yaitu konflik dalam diri seseorang, konflik
antarpribadi, konflik interen antaranggota kelompok, konflik antar kelompok, konflik intra
organisasi, dan konflik antar organisasi.

1. Konflik dalam diri seseorang

Seseorang dapat mengalami konflik internal dalam dirinya karena ia harus memilih tujuan yang
saling bertentangan. Ia merasa bimbang mana yang harus dipilih atau dilakukan. Konflik dalam
diri seseorang juga dapat terjadi kerena tuntutan tugas yang melebihi kemampuannya.

2. Konflik antarindivïidu

Konflik antarindividu terjadi seringkali disebabkan oleh adanya perbedaan tentang isu tertentu,
tindakan, dan tujuan di mana hasil bersama sangat menentukan.

3. Konflik antar anggota kelompok

Suatu kelompok dapat mengalami konflik subtantif atau konflik afektif. Konflik subtantif adalah
konflik yang terjadi karena latac belakang keahlian yang berbeda. Jika anggota dari suatu komite
mepghasilkan kesimpulan yang berbeda atas data yang sama dikatakan kelompok tersebut
mengalami konflik subtantif. Sedangkan konflik afektif adalah koflik yang terjadi didasarkan
atas tanggapan emosional terhadap suatu situasi tertentu.

4. Konflik antarkelompok

Konflik antar kelompok terjadi karena masing-masing kelompok ingin mengejar kepentingan
atau tujuan kelompoknya masing-masing. Misalnya konflik yang mungkin terjadi antara bagian
produksi dengan bagian pemasaran. Bagian misalnya menginginkan adanya jadwal produksi
yang standar sehingga pengawasan dapat dilakukan dengaa mudah. Sedangkan bagian
pemasaran menginginkan jadwal produksi yang fleksibel, sehingga mampu fluktuasi permintaan
pasar.

2
5. Konflik intraorganisasi

Konflik intraorganisasi meliputi empat subjenis,yaitu konflik vertikal, horisontal, linistaff, dan
konflik peran. vertikal terjadi antara manjer dengan bawahannya sependapat tentang cara terbaik
utuk menyelesaikan tugas. Konflik horizontal - terjadi antara karyawan atau temen yang
memiliki hirarkhi yang sama dalam organisasi. Konflik lini-staff yang sering terjadi karena
adanya pe persepsi tentang keterlibatan staff (staf ahli) dalam pengambilan keputusan oleh
manajer lini. Akhirnya konflik peran dapat terjadi karena seseorang memiliki lebíh dari satu
peran yang saling bertentangan. Misalnya saja seseorang sisi ia menjabat sebagai kepala
subbagian proses produksi dipihak laín ía menjabat sebagai serikat pekerja. Sementara itu
karyawan menuntut adanya kenaikan upah yang di kenaikan biaya hidup yang semakin
meningkat. Semetara dilain pihak kondísi perusahaan tidak memungkinkan memenuhi tuntutan
tersebut karena penesahaan sedang kesulitan finansial. Kondisí seperti itu dapat menyebakan
konflik yang dialami oleh kepala subbagian proses produksi karena sebagai kepala serikat
pekerja ia merasa mempunyai kewajiban moral untuk memperjuangkan kesejahteraan karyawan,
tetapi sebagai unsur pimpinan dalam perusahaan ia memiliki kewajiban menjaga kelangsungan
hidup dan perkembangan perusahaan.

6. Konflik antar organisasi

Konflik bisa juga terjadi antar organisasi karena mereka memilki saling ketergantungan satu
sama lain terhadap pemasok, pelanggan, maupun distributor. Seberapa jauh konflik terjadi
tergantung kepada seberapa besar tindakan suatu organisasi menyebabkan adanya dampak
negatif terhadap organisasi yang lainnya, atau mencoba mengendalikan sumber-sumber vital
organisasi.

Penyebab Konflik
Konflik merupakan sebuah proses interaksi sosial yang bersifat disosiatif akibat adanya
sejumlah perbedaan melatarbelakangi kehidupan bersama dalam masyarakat. Apabila perbedaan-
perbedaan itu tidak dinetralisasikan oleh masing-masing individu atau kelompok masyarakatnya,
maka akan timbul situasi konflik yang mengganggu stabilitas kehidupan bersama tersebut

Mulyadi dkk (2015: 42) menjelaskan faktor-faktor penyebab konflik yang terjadi dalam
masyarakat.

1. Faktor-faktor penyebab konflik secara umum


a. Perbedaan Antarindividu
Merupakan perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, pendapat atau ide yang
berkaitan dengan harga diri, kebanggaan, dan identitas seseorang. Misalnya, dalam

3
sebuah ruangan kantor ada karyawan yang terbiasa bekerja sambil mendengarkan musik
dengan suara keras, tetapi karyawan lebih menyukai bekerja dengan suasana yang
tenang, sehingga kebisingan merupakan hal yang mengganggu konsentrasi dalam
bekerja. Perbedaan perasaan dan kebiasaan tersebut menimbulkan rasa benci dan amarah
sebagai awal timbulnya suatu konflik.
b. Perbedaan kebudayaan
Kepribadian seseorang dibentuk dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Tidak
semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma-norma sosial yang sama. Apa yang
dianggap baik oleh suatu masyarakat belum tentu sama dengan apa yang dianggap baik
oleh masyarakat lain. Misalnya, seseorang yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga
dan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional bertemu dengan seseorang
yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang menjunjung tinggi
nilai-nilai modern, maka akan terdapat perbedaan nilai yang dianut oleh kedua belah
pihak sehingga dapat menimbulkan konflik.
c. Perbedaan kepentingan
Setiap individu ataupun kelompok sering kali memiliki kepentingan yang berbeda
dengan individu atau kelompok lainnya. Semua itu bergantung dari kebutuhan-
kebutuhan hidupnya. Perbedaan kepentingan ini menyangkut kepentingan ekonomi,
politik, sosial, dan budaya. Misalnya, seorang pengusaha menghendaki adanya
penghematan dalam biaya suatu produksi sehingga dengan terpaksa harus melakukan
rasionalisasi pegawai. Namun, para pegawai yang terkena rasionalisasi merasa hak-
haknya diabaikan sehingga perbedaan kepentingan tersebut menimbulkan suatu konflik.
d. Perubahan sosial yang terlalu cepat
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang kalah cepat seperti yang
sedang terjadi pada era globalisasi sekarang ini, mengakibatkan terjadinya perubahan
sosial budaya yang juga terlalu cepat. Perubahan itu antara lain terlihat pada fenomena-
fenomena sosial berikut ini
1) Cultural lag, yaitu ketertinggalan sistem nilai dan norma sosial. Tidak mampu
mengikuti perkembangan iptek, terutama di bidang materi
2) Cultural shock atau kegoncangan budaya, terutama terjadi dikalangan generasi muda

4
3) Westernisasi budaya atau budaya kebarat-baratan, terutama terjadi di kalangan
generasi muda
4) Cultural lost, yaitu hilangnya beberapa unsur sosial budaya tradisional, seperti
kegotong-royongan, kesetiakawanan sosial; hilangnya beberapa unsur teknologi
tradisional yang masih layak pakai; dan lain-lain
5) Konsumerisme, yaitu pemakaian barang-barang konsumsi terutama barang-barang
mewah secara berlebihan

Fenomena-fenomena tersebut tidak hanya terjadi di lingkungan masyarakat kota,


tetapi juga sering terjadi pada masyarakat desa. Akibatnya, sering terjadi konflik sosial
terutama antara generasi muda dan generasi tua.

e. Perbedaan etnis
Setiap etnis tertentu memiliki kepribadian yang melatarbelakangi kebudayaannya. Setiap
kebudayaan memiliki sistem nilai dan norma sosial yang mungkin berbeda dengan
kebudayaan lainnya.
Dalam masyarakat yang multikultural, sering terjadi pergesekan sistem nilai dan norma
sosial antara etnis yang satu dengan etnis yang lainnya. Ditambah dengan fenomena
primordialismenya dan etnosentrisme yang tumbuh pada masing-masing etnis, maka
akan tumbuh pertentangan-pertentangan yang memicu terjadinya konflik sosial.
Contohnya dalam merekrut kepegawaian, masing-masing lembaga akan
memprioritaskan etnisnya sendiri.
f. Perbedaan ras
Walaupun ras tidak ada kaitannya dengan etnis, ataupun ideologi kenegaraan, akan tetapi
dalam kasus-kasus tertentu sering terjadi konflik rasial. Konflik rasial didasari oleh
paham rasialisme atau diskriminasi ras. Di Indonesia konflik ras terjadi akibat adanya
kecemburuan sosial terhadap ras tertentu yang minoritas, tetapi memiliki akses ekonomi
yang besar dan kuat.
g. Perbedaan Agama
Agama sebenarnya bukan merupakan pencetus utama terjadinya suatu konflik sosial. Hal
ini disebabkan karena masing-masing umat tidak pernah mempertentangkan akidah dan
keyakinan agama masing-masing. Yang sering teerjadi, konflik agama merupakan

5
mutiara atau dampak negatif dari konflik yang sering terjadi sebelumnya. Misalnya,
konflik Poso dan Ambon. Semula konflik ini berawal dari konflik etnis akibat
primordialisme, etnosentrisme, dan kesenjangan sosial, akhirnya merembes kepada
keagamaan. Memang sentimen keagamaan sangat rentan terhadap isu-isu yang berbau
sara.

Faktor-faktor Penyebab Konflik di Indonesia


Dalam masyarakat Indonesia yang majemuk rawan terhadap terjadinya suatu konflik
sosial karena secara garis besar struktur sosial masyarakat Indonesia terbagi ke dalam berbagai
suku bangsa, agama, ataupun golongan yang beragam. Menurut J. Ranjabar (Mulyadi dkk, 2015:
44) hal-hal yang dapat menjadi penyebab terjadinya konflik pada masyarakat Indonesia adalah
sebagai berikut.

a. Apabila terjadi dominasi suatu kelompok terhadap kelompok lain. Contohnya adalah
konflik yang terjadi di Aceh dan Papua
b. Apabila terdapat persaingan dalam mendapatkan mata pencaharian hidup antara
kelompok yang berlainan suku bangsa. Contohnya, konflik yang terjadi di Sambas
c. Apabila terjadi pemaksaan unsur-unsur kebudayaan dari warga sebuah suku bangsa
terhadap warga suku bangsa lain. Contohnya konflik yang terjadi di Sampit
d. Apabila terdapat potensi politik yang terpendam, yang telah bermusuhan secara adat.
Contohnya konflik antarsuku di pedalaman Papua

Bentuk-bentuk Konflik
Secara garis besar berbagai konflik dalam masyarakat dapat diklasifikasikan ke dalam
beberapa bentuk konflik berikut ini (Mulyadi dkk, 2015: 44).

1. Berdasarkan sifatnya
a. Konflik destruktif merupakan konflik yang muncul karena adanya perasaan tidak
senang, rasa benci, dan dendam dari seseorang ataupun kelompok terhadap pihak lain.
Pada konflik ini terjadi bentokan-bentrokan fisik yang mengakibatkan hilangnya nyawa
dan harta bendaa. Contohnya, konflik Ambon, Poso, Kupang, dan Sambas
b. Konflik konstruktif merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflik ini muncul
karena adanya perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok dalam menghadapi suatu

6
permasalahan. Konflik ini akan menghasilkan suatu konsensus dari perbedaan pendapat
tersebut dan menghasilkan suatu perbaikan. Misalnya, perbedaan pendapat dalam
sebuah organisasi
2. Berdasarkan posisi pelaku yang berkonflik
a. Konflik vertikal merupakan konflik antarkomponen masyarakat di dalam satu struktur
yang memiliki hierarki. Contohnya, konflik yang terjadi antara atasan dengan bawahan
dalam sebuah kantor
b. Konflik horizontal merupakan konflik yang terjadi antara individu atau kelompok yang
memiliki kedudukan yang relatif sama. Contohnya, konflik yang terjadi antarorganisasi
massa
c. Konflik diagonal merupakan konflik yang terjadi karena adanya ketidakadilan alokasi
sumber daya ke seluruh organisasi sehingga menimbulkan pertentangan yang ekstrim.
Contohnya, konflik Aceh
3. Berdasarkan sifat pelaku yang berkonflik
a. Konflik terbuka, merupakan konflik yang diketahui oleh semua pihak. Contohnya,
konflik Palestina-Israel
b. Konflik tertutup merupakan konflik yang hanya diketahui oleh orang-orang atau
kelompok yang terlibat konflik

Lewis A. Coser menyatakan bahwa dalam situasi tertentu, elemen konflik dapat
berbentuk realistis sekaligus nonrealistis. Misalnya, sikap perlawanan dalam aksi pemogokan
melawan majikan, tidak hanya timbul sebagai akibat dari ketegangan hubungan antara buruh dan
majikan. Sikap perlawanan itu juga dapat timbul karena ketidakmampuan menghilangkan rasa
permusuhan terhadap figur-figur yang berkuasa, misalnya figur ayah yang sangat otoriter.
Dengan demikian, energi agresif mungkin terbentuk lewat proses-proses interaksi lain sebelum
ketegangan dan konflik itu muncul.
Berdasarkan kedua bentuk konfik di atas, Lewis A. Coser membedakan konflik atas
konflik in-group dan konflik out-group. Konflik in-group adalah konflik yang terjadi
antaranggota dalam satu geng. Konflik out-group adalah konflik yang terjadi antara satu
kelompok dan kelompok lain. Sebagai contoh, konflik yang terjadi antara masyarakat Dayak dan
masyarakat Madura beberapa tahun lalu, atau antarkelompok agama di Maluku.

7
Soerjono Soekanto menyebutkan lima bentuk khusus konflik atau pertentangan yang
terjadi dalam masyarakat. Kelima bentuk konflik atau pertentangan itu adalah sebagai berikut

1. Konflik pribadi, konflik ini terjadi antara dua individu atau lebih karena perbedaan
pandangan dan sebagainya, biasanya juga timbul karena persoalan benci
2. Konflik rasial, konflik ini umumnya timbul akibat perbedaan-perbedaan ras, seperti
perbedaan ciri badan, kepentingan, dan kebudayaan. Biasanya, konflik ini terjadi dalam
masyarakat yang salah satu rasnya menjadi kelompok mayoritas. Sebagai contoh,
konflik antara orang kullit hitam dan kulit putih di Afrika Selatan
3. Konflik antara kelas-kelas sosial, konflik ini umumnya disebabkan karena perbedaan
kepentingn misalnya konflik akibat perbedaan kepentingan antara buruh dan majikan
4. Konflik politik, konflik ini terjadi akibat adanya perbedaan kepentingan atau tujuan-
tujuan politis seseorang atau kelompok, contohnya konflik antarpartai politik dalam
sebuah negara
5. Konflik internasional, umumnya, konflik ini terjadi karena perbedaan kepentingan yang
kemudian berpengaruh pada kedaulatan negara. Sebagai contoh, konflik antarnegara
mengenai suatu wilayah eksploitasi minyak di daerah perbatasan.

Dampak sebuah konflik

Menurut Lewis A. Coser, konflik merupakan peristiwa normal yang dapat memperkuat
struktur hubungan-hubungan sosial. Tidak adanya konflik dalam sebuah masyarakat tidak dapat
dianggap sebagai petunjuk kekuatan dan stabilitas hubungn sosial masyarakatnya. Konflik yang
diungkapkan dapat merupakan tanda hubungan sosial yang hidup dan dinamis. Sebenarnya,
masyarakat yang memperbolehkan terjadinya konflik adalah masyarakat yang cenderung
terhindar dari kemungkinan ledakan konflik dan kehancuran struktur sosial
Segi positif suatu konflik adalah sebagai berikut.
1. Konflik dapat memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau masih
belum tuntas ditelaah. Sebagai contoh, perbedaan pendapat tentang suatu

8
permasalahan dalam diskusi atau seminar biasanya bersifat positif. Perbedaan
pendapat justru dapat memperjelas dan mempertajam kesimpulan seminar tersebut
2. Konflik memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma, nilai-nilai, serta
hubungan-hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan dengan kebutuhan individu
atau kelompok
3. Konflik meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (in-group soliaruty)
yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lain. Willian F. Ogburn dan Mayer
Nimkoff mengatakan bahwa semakin besar permusuhan terhadap kelompok luar
semakin besar pula integrasi atau solidaritas intenal kelompok. Anggota-anggota
kelompok akan bersatu untuk menghadapi musuh bersama mereka
4. Konflik merupakan jalan untuk mengurangi ketergantungan antarindividu dan
kelompok
5. Konflik dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptkan
norma-norma baru
6. Konflik dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan antara
kekuatan-kekuatan yang ada di dalam masyarakat
7. Konflik memunculkan sebuah kompromi baru apabila pihak yang berkonflik berada
dalam kekuaran yang seimbang. Contohya, dua pihak yang berkonflik dapat
memutuskan untuk tidak melanjutkan konflik karena menyadari bahwa konflik tidak
akan pernah berakhir

Segi negatif suatu konflik adalah sebagai berikut.

1. Keretakan hubungan antarindividu dan persatuan kelompok


2. Kerusakan harta benda dan jatuhnya korban manusia
3. Berubahnya sikap kepribadian para individu, baik yang mengarah kepada hal-hal
positif atau negatif. Sebagai contoh, konflik memunculkan rasa benci, curiga, atau
menjadikan perkelahian sebagai solusi atas sebuah permasalahan dalam kelompok
remaja dan anak-anak

KONSEP ETNIK

9
Istilah etnik berasal daripada perkataan Yunani iaitu ethnos yang bermakna orang. Satu
kumpulan etnik ditafsirkan secara sosial atas dasar ciri-ciribudayanya. Etnisiti ialah rasa kekitaan
sesuatu kumpulan etnik tertentu. Ini bererti wujudnya satu kebudayaan atau sub-budaya yang
jelas di manaanggotanya merasa disatukan dengan satu sejarah, nilai, sikap dan tingkahlaku yang
sama.

Etnik sering berbeza dalam ciri-ciri budaya seperti adat resam, pola keluarga,pakaian,
pandnagan mengenai kecantikan, oreintasi politik, kegiatan ekonomi dan hiburan. Di Malaysia,
orang Melayu, Cina, India, Kadazan, Melanau, danpelbagai lagi boleh dianggap sebagai etnik.
Etnik pada daasarnya bersikap etnosentrik iaitu menganggap ciri-ciri budayanya sebagai wajar,
betul dan lebih utama daripada budaya etnik lain yang dipandang rendah dan ganjil, berada
ditahap rendah atau tidak bermoral.

Penggunaan istilah ras dan etnik sering kali digunakan secara berulanganwalaupun ia
membawa makna yang berbeza. Di Malaysia, kedua-dua istilah ras dan etnik sering kali
dicampuradukkan dan digunakan secara bertukar-tukar sehingga maknanya menjadi lebih kurang
sama. Orang Melayu, Cinaa dan Indiasepatutnya dikenali sebagai etnik juga dipanggil ras dalam
kehidupan seharian.

Ras ialah perbezaan dari segi ciri-ciri fizikal dalam kelompok manusia dan ciriyang
paling ketara serta sering digunakan untuk membezakan kumpulanmanusia ialah warna kulit.
Etnik pula dari segi bahasa boleh didefinasikansebagai kaum atau bangsa. Dari segi istilah pula
etnik boleh didefinisikansebagai kelompok manusia yang ditentukan melalui perbezaan ciri-ciri
budaya seperti adat resam, pakaian, bahasa, kegiatan ekonomi dan sebagainya.

Menurut Kamus Dewan, etnik ialah berkenaan bangsa manusia: ia juga tidakmemaksa
perubahan terhadap kepercayaan agama tertentu atau dalam membuang unsur.
Kumpulan etnik lazimnya bermula daripada satu konsep keterunan, iaitu sesuatu generasi
kumpulan etnik hari ini mempunyai nenek moyang yang sama, dan turun-temurun daripada
nenek moyang itu. Etnik dapat dikelaskan melalui perbezaan budaya. Selain itu, etnik juga dapat
dikelaskan mengikut demografi iaitu mengikut kedudukan geografi sempadan negeri. Contohnya 
di Sabah dan Sarawak terdapat pelbagaikumpulan etnik pada kedudukan geografi yang berbeza.

10
Perbezaan budaya bagi kumpulan etnik yang dikelaskan melalui demografi ini.
Dengan ini jelas memperlihatkan bahawa setiap satu etnik mempunyai perbezaan budaya dengan
etnik yang lain

TEORI-TEORI HUBUNGAN ETNIK

1. Segregasi

merupakan hubungan yang bersifat pemisahan di antara etnikdalam sesebuah negara. Pe
misahan berlaku dalam beberapa keadaan diantaranya dari segi kawasan tempat tinggal, sistem
persekolahan, pengangkutandan kemudahan awam.ia wujud sama ada didasari oleh undang-
undang atautidak seperti Dasar Apatheid di Afrika Selatan.

Akomodasi

merupakan proses di mana etnik menyedari norma dan nilai mereka


antara satu sama lain, namun mereka tetap mempertahankan budaya hidup masing-masing.
Namun, mereka hidup secara harmoni dan menghormati antara satu sama lain. Di peringkat
pemerintahan pusat, setiap etnik mempunyai wakil dalam hal
ekonomi dan pendidikan, mereka saling bergantungan.Negara Swtzerland adalah negara yang me
mepunyai hubungan etnikakomodasi kerana etniketnik Jerman, Perancis dan Itali, saling membu
at penyesuaian antara mereka.

2. Akulturasi

Ia merupakan satu proses penerimaan unsur kebudayaan di kalangan individu atau


kelompok dari sesuatu kebudayaan lain yang berlainan. Akulturasi terjadi apabila satu kelompok
manusia dengan suatu kebudayaan yang tertentu dihadapkan unsur-unsur dari suatu kebudayaan
asing yang berbeza sehingga unsur-unsur kebudayaan
unsur kebudayaan asing itu akhirnya diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri. Berbeda
dengan proses asimilasi, proses akulturasi tidak menyebabkan kehilangan identiti asal
masyarakat yang menerima.

Namun kejayaan akulturasi bergantung kepada:

11
1. Unsur kebudayaan asing yang mudah diterima seperti budaya kebendaan seperti pakaian dan
kebudayaan tersebut memberi manfaat yang besar.

2. Unsur kebudayaan asing berbentuk bukan kebendaan sukar diterima seperti ideology,
pemikiran dan sebagainya.

3. Asimilasi

merupakan satu proses percantuman dan penyatuan di antara etnik


yang berlainan budaya sehingga membentuk satu kelompok dengan kebudayaan dan
individu ke dalam etnik yang lain. Asimilasi yang sempurna  penghapusan penuh perbezaan. Di
Malaysia, apa yang beerlaku ke atas masyarakat Jawa, masyarakat Cina Kelantan, Baba dan
Nyonya, antara contoh berlakunya proses asimilasi

Proses asimilasi berlaku apabila terdapatnya:

1. Etnik yang berbeza budaya.

2. Individu di dalam atau di antara etnik sering berinteraksi.

3. Interaksi berlaku dalam tempoh yang lama.

Kejayaan asimilasi bergantung kepada:

1. Kesanggupan etnik minoriti menghilangkan identiti mereka dan menerima identiti etnik


lain.

2. Kesanggupan etnik majoriti menerima etnik lain.

3. Perbezaan saiz kelompok majoriti dan minoriti tidak besar atau kelompok minoriti adalah


kecil.

4. Terdapat banyak persamaan budaya antara etnik.

5. Penguasaan dalam sesuatu bidang khususnya oleh etnik minoriti akan proses asimilasi.

Faktor penghalang asimilasi ialah:

1. Kurangnya pengetahuan kebudayaan sehingga menimbulkan perasaan takutterhadap


budaya lain.

12
2. Timbul perasaan bahawa budaya etnik lebih tinggi dari etnik lain.

3. Adanya perbezaan kepentingan antara etnik yang terlibat

4. Amalgamasi

merupakan satu proses yang terjadi apabila budaya atau ras bercampur untuk membentuk jenis-


jenis budaya dan ras yang baru. Cara utama dalam menentukan proses amalgamasi terjadi
ialah perkahwinan campur antara etnik.

DAFTAR PUSTAKA
1. Dhiilah. (2011). Makalah Individu Dan Masyarakat. Bahan Diskusi

(online). http://14april92.blogspot.com/2012/01/makalah-individu-dan masyarakat.html. Diakses,

11 Desember 2016

2. http://mascondro212.blogspot.com/2014/02/konflik-antar-suku-bangsa-dan

3. upaya_16.html://mascondro212.blogspot.com/2014/02/konflik-antar-suku

13

Anda mungkin juga menyukai