Anda di halaman 1dari 12

REVIEW MATA KULIAH ETNISITAS, MULTIKULTURALISME DAN INTEGRASI

NASIONAL

PERTEMUAN KE-5

DINAMIKA BENTUK NEGARA & PEMERINTAHAN NEGARA NASIONAL

OTORITARIAN DAN NEGARA NASIONAL DEMOKRATIK

Nama : Oky Chandra Firmansyah


NIM : 20/467945/PMU/10551

Pendahuluan

Otoritarianisme merupakan adanya suatu bentuk organisasi sosial yang ditandai dengan


transfer kekuasaan. berbeda terhadap demokrasi dan individualisme. Dalam politik,
pemerintahan otoriter ialah adanya pemerintah di mana kekuatan pada bidang politik
terkonsentrasi terhadap seorang pemimpin. Otoritarianisme yakni biasanya disebut dengan
politik otoriter. Ini adalah bentuk pemerintahan yang ditandai dengan penekanan pada kekuasaan
hanya terdapat negara atau individu tersebut, terlepas dari tingkat kebebasan individu.
Otoritarianisme berbeda dari totaliterisme dalam sebuah lembaga ekonomi dan sosial yang tidak
berada di bawah kendali pemerintah. Sistem tersebut yakni biasanya bertentangan dengan
demokrasi, sampai sebuah kekuasaan pemerintah tersebut yakni pada umumnya dicapai dengan
tanpa melalui sistem pemilihan yang demokratis. Terdapat berbagai ciri-ciri dalam negara
otoriter beserta contoh, diantaranya ialah sebagai berikut.

Pertama, Tidak Dihargainya HAM (Hak Asasi Manusia). Dengan lamanya terhadap suatu
masa pemerintahan, dapat dipastikan bahwa hak-hak warganya akan secara bertahap dirusak.
Dalam jangka panjang, hak-hak terhadap masyarakat, yang sebenarnya mudah untuk diperoleh,
menjadi semakin sulit karena banyaknya dalam suatu pembatasan yang sudah ada. Hasilnya ialah
adanya protes atau demonstrasi oleh masyarakat, yang kemudian menjadi penyebab vertikal
pelanggaran HAM. Kemudian penyebab konflik horizontal antara oposisi dan pembela
pemerintah.

1
Kedua, Pemimpin Menjabat Dalam Waktu yang Lama. Negara otoriter menunjukkan
bahwa pemerintahannya cukup panjang. Dengan demikian, para pemimpin negara disebut
diktator. Misalnya, terdapat beberapa pemimpin negara, yaitu Moammer Kadafi dan juga kasus
besar yang berada di masa pemerintahan yakni Bashar Al Ashad.
Dan itu sebenarnya yakni telah memicu adanya suatu penyebab perang Amerika dengan Suriah,
karena pemerintah Bashar Al Ashad sama sekali tidak kooperatif dalam kemajuan dan
pertimbangannya.
Ketiga, Organisasi Baru Selalu Dicurigai. Negara otoriter berikutnya dicurigai sebagai
organisasi baru. Para pemimpin otoriter selalu takut dengan organisasi-organisasi ini. Akan tetapi
itu diyakini revolusi atau pemberontak negara. Karena itu, biasanya ada aturan yang mencegah
pembentukan suatu organisasi di suatu negara karena hal ini dikhawatirkan sebagai tanda
lahirnya gerakan oposisi lain, walaupun organisasi tersebut sebenarnya tidak terkait dengan
politik. Ini terjadi pada Korea Utara. Kim melarang seluruh komunitas untuk mendirikan
organisasi terhadap suatu komunitas.
Keempat, Kekuasan Tertinggi Berada di Tangan Pemimpin. Nama dalam sebuah
pemerintahan otoriter yakni tentu saja adanya seorang pemimpin yang akan mengendalikan dan
mengatur terhadap pemerintahan tersebut.
Kelima, Tidak Adanya Pemerataan Infrastruktur. Pemerintah yakni hanya fokus terhadap
pusat, jadi tentu saja daerah yang berbeda, terutama yang terletak di daerah terpencil, mengalami
kemunduran dalam infrastruktur. Mungkin ini juga memicu beberapa konflik lokal, misalnya
konflik Poso dan konflik Ambon.
Keenam, Kritik Terhadap Otoritarianisme. Kekuasaan adalah adanya sebuah faktor
penting terhadap suatu kehidupan. Dengan penggunaan energi yang tepat dan baik, banyak hal
dapat dicapai dan dapat berbagai keberhasilan dapat dicapai. Kesalahan otoritarianisme dan para
pengikutnya adalah melihat kekuasaan bukan sebagai sarana tetapi dalam tujuan tersebut.

Otoritarian atau yang lebih dikenal dengan otoriter. Yakni suatu bentuk pemerintahan
yang ditandai dengan kekuasaan yang hanya terdapat pada pemimpin dari pemerintahan itu atau
pada individu tersebut dengan mengesampingkan kebebasan yang ada. Sistem otoritarian
memberikan jalan pemerintahan yang memungkinkan menjaga aspek ketertiban sosial dan
stabilitas politik. Semua itu dicapai demi melakukan pembangunan dan penataan yang lebih
efisien dan cepat. Memang otoritarian akan membawa ke arah pemerintahan yang lebih mudah

2
dikontrol tetapi membawa konsekuensi kontrol yang sangat minim. Pemerintahan ini akan
seperti sistem imperial atau Otokrasi.
Otoritarian sendiri memiliki banyak ciri khas. Pertama sistem ini tidak menghargai HAM
(Hak Asasi Manusia). Masa pemerintahan yang cenderung lama, sangat dimungkinkan akan
adanya hak-hak warganya akan secara bertahap dirusak. Dalam jangka panjang, hak-hak
terhadap masyarakat yang sebenarnya mudah untuk diperoleh menjadi semakin sulit karena
banyaknya pembatasan dalam berbagai bidang. Hasilnya ialah adanya protes atau demonstrasi
oleh masyarakat yang kemudian menjadi penyebab vertikal pelanggaran HAM
Kata demokrasi berasal dari bahasa yunani yaitu “demos” dan “kratos”. Demos
mempunyai arti rakyat sedangkan kratos artinya pemerintahan. Sehingga dapat diartikan jika
demokrasi merupakan pemerintahan yang dilaksanakan dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat.
Sebagai negara yang menganut sistem pemerintahan negara kesatuan, Indonesia juga dapat
dikatakan sebagai negara demokratis. Negara demokrasi merupakan suatu negara yang menganut
sistem pemerintahan yang bertujuan menciptakan kedaulatan rakyat sebab kekuasaan serta
kedaulatan dipegang penuh oleh rakyat, dan dijalankan oleh pemerintah untuk menjalankan hak
dan wewenangnya atas nama rakyat. Demokrasi juga dapat diartikan sebagai sebuah sistem
pemerintahan di mana seluruh masyarakat negara memiliki hak serta kesempatan yang sama atau
setara dalam berkontribusi untuk pengambilan keputusan yang berpengaruh pada nasib hidup
orang banyak.

Bisa dikatakan jika rakyat memiliki kekuasaan tertinggi dalam proses pengambilan
keputusan hingga akhirnya memberikan dampak pada keseluruhan kehidupan. Maka tidak heran
jika sistem demokratis memberikan kesempatan kepada rakyatnya untuk turut berpartisipasi
secara aktif dalam hal penyusunan, perumusan, pengembangan serta penetapan undang – undang
baik secara langsung maupun melalui perwakilan rakyat.

Di dalam sistem demokrasi sudah tentu berpegang pada beberapa prinsip. Pertama,
Negara Berdasarkan Pada Konstitusi. Undang – undang atau konstitusi merupakan suatu norma
di dalam sistem politik dan hukum yang dibuat oleh pemerintah secara tertulis. Konstitusi
tersebut dijadikan landsan untuk menjalankan negara dan juga berfungsi sebagai batasan
kewenangan pemerintah untuk memenuhi hak rakyat.

3
Kedua, Sistem Keadilan Tidak Memihak Dan Bebas. Pemeritah tidak boleh ikut campur
atau melakukan intervensi selama proses peradilan. Hal ini disebabkan karena pada
pemerintahan demokrasi menganut pradilan bebas. Artinya, saat proses peradilan harus netral
agar dapat melihat permasalahan secara jernih sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan
secara adil terhadap permasalahan yang terjadi.

Ketiga, Terjadi Pergantian Pemerintahan. Berdasarkan pada pengertian demokrasi,


pergantian pemerintahan harus dilakukan berkala sehingga mengurangi terjadinya
penyalahangunaan wewenang atau kekuasaan, korupsi, kolusi, serta nepotisme (KKN). Sebab hal
ini pernah terjadi di Indonesia saat masa pemerintahan orde baru.

Keempat, Adanya Kebebasan Berpendapat Dan Berserikat. Pada sistem pemerintahan


demokrasi, setiap rakyat mempunyai hak untuk membentuk organisasi atau berserikat serta
mempunyai hak dalam menyampaikan pendapat. Akan tetapi perlu diingat jika dalam
menyampaikan pendapat harus dilakukan secara bijak.

Kelima, Kebebasan Pers. Salah satu cara bagi rakyat untuk menyampaikan pendapatnya
kepada pemerintah dapat dilakukan melalui pers. Pada sistem demokrasi pers mempunyai
kebebasan dalam menyampaikan kritik dan juga saran kepada pemerintah dalam pembuatan
kebijakan. Dapat dikatakan juga jika pers berfungsi sebagai media sosialisasi semua program
pemerintah kepada masyarakat. Oleh karena itu, pentingnya komunikasi antara pemerintah dan
rakyat bisa terjalin dengan baik.

Keenam, Hak Asasi Manusia Terjamin. Hak Asasi Manusia atau HAM menjadi fokus
utama di dalam sistem demokrasi. Oleh karena itu pemerintah dan segala intansi pemerintahan
harus dapat menghormati serta menghargai HAM dan juga memberikan tindakan tegas bagi
siapapun pihak yang melanggar Hak Asasi Manusia.

Ketujuh, Semua Rakyat Memiliki Kedudukan Yang Sama Di Mata Hukum. Dalam
melaksanakan penegakan hukum harus dapat dilakukan dengan memperhatikan keadilan dan
kebenarannya tanpa memihak pada apapun. Hal ini berarti bahwa setiap warga negara memiliki
kedudukan yang sama dalam hukum. Dan apabila ada yang melanggar hukum harus mendapat
hukuman secara tegas sesuai pelaggarannya

4
Ada 3 pokok bentuk negara yaitu monarchi, oligarchi, dan demokrasi. Montesquieu
menyusun teori Trias Politica yakni kekuasaan negara dibagi menjadi 3 jenis yaitu legislatif,
eksekutif, dan yudikatif. Sedangkan Mr. dr. R. Kranenburg membagi pengertian mengenai istilah
bentuk negara menjadi 3 yakni:

- Monarchi adalah jika yang memegang pemerintahan itu 1 orang.


- Oligarchi adalah jika yang memegang pemerintahan itu beberapa orang, dan
- Demokrasi adalah jika yang memegang pemerintahan ialah rakyat.

Menurut Prof.Dr.Mohammad Mahfud MD.,S.H.,S.U sistem pemerintahan dibedakan 2


yakni:

a. Sistem Presidensil, Sistem Pemerintahan yang terpusat pada kekuasaan presiden sebagai
kepala Pemerintahan/Negara.
b. Sistem Pemerintahan Parlementer, Sistem Pemerintahan dimana parlemen memiliki
peranan penting dalam pemerintahan.
c. Sistem Pemerintahan Otoritarian, Pemerintah dapat melaksanakan pembangunan dan
merintis modernisasi bagi negara maupun rakyatnya, dan menawarkan jalan yang efisien
dalam proses pengambilan keputusan politik.

Ciri- ciri Negara Otoritarian antara lain:

 Pemimpin menjabat dalam waktu yang lama, tidak dihargainya HAM, tidak adanya
pemerataan infrastruktur;
 Organisasi baru selalu dicurigai, kekuasan tertinggi berada di tangan pemimpin, selalu
bermasalah dengan rakyatnya;
 Tidak adanya pemilihan umum, kondisi ekonomi rakyat yang memprihatinkan, penjagaan
perbatasan yang ketat, dan adanya sugesti tersendiri dari Pemerintah pusat.

Great Leap Forward and Cultural Revolution pada tahun 1958, dalam upaya memperkenalkan
bentuk komunisme yang lebih dan bertujuan mobilisasi massa tenaga kerja untuk meningkatkan
produksi pertanian dan industry. Program ambisius Mao ini berdampak pada bencana ekonomi

5
yang direncanakan pada abad ke-20. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan ini
adalah:

 Tenaga kerja produktif di bidang agraris ditransfer seluruhnya ke bidang industri,


menyebabkan otomatis tidak ada petani yang menanam tanaman untuk stok bahan pangan;
dan
 Angka-angka statistik yang tidak sesuai kenyataan di lapangan dan menyebabkan program
ini menuai bencana yang lebih besar.

Joseph Stalin pada tahun 1929 posisinya sebagai pemimpin Uni Soviet menjadi terlaksana.
Stalin melakukan kampanye teror politik besar-besaran. Pembersihan, penahanan, dan tidak
terhitungnya pemimpin partai, industrial, dan militer yang hilang pada masa terror.

Adolf Hitler menjadi tokoh utama Jerman Nazi, Perang Dunia II di Eropa, dan Holocaust.
Setelah ditunjuk sebagai kanselir pada tahun 1933, ia mengubah Republik
Weimar menjadi Reich Ketiga, sebuah kediktatoran satu partai yang didasarkan pada ideologi
Nazisme yang totalitarian dan otokratik.

Hun Sen mengatur pemerintahannya dengan menaikkan jabatan sejumlah orang berdasarkan
kesetiaan kepada dirinya bukan kesetiaan kepada militer, gendarmerie, dan institusi kepolisian
yang secara resmi. Berhasil menyingkirkan Pemerintah Lon Nol dukungan AS dan membunuh
seperempat warga Kamboja pada periode 1975-1979.

Soekarno Presiden pertama Republik Indonesia yang menjabat pada periode 1945–1967.
memiliki peranan penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.
Soekarno lebih mementingkan kepentingan pribadi dan kelompok, dibandingkan dengan
kepentingan masyarakat. Soekarno juga dinilai sebagai seorang yang dictator dan otoriter.

Soeharto Pemimipin yang sangat diktator, Presiden Soeharto melarang terbit 7 surat kabar.
Selain sisi positifnya kepemimpinan Soeharto juga dinilai dengan banyaknya penyimpangan
tindakan korupsi, sehingga kemakmuran hanya dinikmati oleh orang-orang disekitarnya, tidak
merata kepada masyarakat miskin.

6
Sistem Pemerintahan Demokrasi, Adalah Pemerintahan yang diselenggarakan dari rakyat,
untuk rakyat, dan oleh rakyat. Dimana rakyat memiliki hak untuk menyuarakan pendapatnya.
Sehingga tidak ada sistem Pemerintahan yang otoriter. Jika ada perbedaan pendapat, maka
diselesaikan dengan cara musyawarah, atau dengan perhitungan jumlah suara untuk memilih
opsi tertentu.
Menurut Almadudi prinsip-prinsip demokrasi terdiri dari:

1. Kedaulatan rakyat, Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah,


kekuasaan mayoritas;

2. Hak-hak minoritas, jaminan HAM, pemilihan yang bebas, adil dan jujur, persamaan di
depan hukum;

3. Proses hukum yang wajar, pembatasan Pemerintah secara konstitusional, pluralisme


sosial, ekonomi, dan politik, nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat.

Sistem Negara Nasional Otoritarian didasarkan pada kekuatan otoritas atau kekuasaan
monolitik yang dipegang oleh pemimpinnya. Lebih menekankan pada aspek tertib sosial dan
stabilitas politik daripada mengumbar kebebasan yang lebih banyak melahirkan ketidakstabilan
politik.
Sistem Negara Demokratik Ditandai dengan ketidakpuasan oleh warga negara kepada
Pemerintah sebelumnya. Karena demokrasi juga bisa tidak dipercaya dan akan tergantikan oleh
sistem lainnya, jika tidak terpenuhinya keadilan dan kesejahterahan bagi seluruh rakyat

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak
setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi
mengizinkan warga negara berpartisipasi—baik secara langsung atau melalui perwakilan dalam
perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi sosial,
ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan
setara. Demokrasi juga merupakan seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan beserta
praktik dan prosedurnya. Demokrasi mengandung makna penghargaan terhadap harkat dan
martabat manusia. Kata ini berasal dari bahasa Yunani (dēmokratía) "kekuasaan rakyat" yang
terbentuk dari (dêmos) "rakyat" dan (kratos) "kekuatan" atau "kekuasaan" pada abad ke-5 SM
untuk menyebut sistem politik negara-kota Yunani, salah satunya Athena; kata ini merupakan

7
antonim dari (aristocratie) "kekuasaan elit".

Secara teoretis, kedua definisi tersebut saling bertentangan, namun kenyataannya sudah tidak
jelas lagi. Sistem politik Athena Klasik, misalnya, memberikan kewarganegaraan demokratis
kepada pria elit yang bebas dan tidak menyertakan budak dan wanita dalam partisipasi politik.
Di semua pemerintahan demokrasi sepanjang sejarah kuno dan modern, kewarganegaraan
demokratis tetap ditempati kaum elit sampai semua penduduk dewasa di sebagian besar negara
demokrasi modern benar-benar bebas setelah perjuangan gerakan hak suara pada abad ke-19
dan 20. Kata demokrasi (democracy) sendiri sudah adasejak abad ke-16 dan berasal dari
bahasa Prancis Pertengahan dan Latin Pertengahan lama. Konsep demokrasi lahir dari Yunani
kuno yang dipraktikkan dalam hidup bernegara antara abad ke IV SM sampai dengan abad ke
VI SM. Demokrasi yang dipraktikkan pada waktu itu adalah demokrasi langsung (direct
democracy), artinya hak rakyat untuk membuat keputusan-keputusan politik dijalankan secara
langsung oleh seluruh rakyat atau warga negara (Wikipedia, 2020).

Demokrasi sangat menjunjung pendapat dan kebebasan. Kedaulatan rakyat menjadi


tiang penyangga demokrasi. Kekuasaan absolut dari pemimpin dibatasi oleh parlemen yang
merupakan perwakilan dari rakyat. Undang-undang juga menjadi garis acuan dari apa yang
akan diputuskan pemimpin. Pergantian pemimpin yang dipimpin langsung oleh rakyat dengan
periode tertentu menawarkan pergantian yang teratur. Dengan adanya kepemimpinan yang
berganti maka tidak akan ada kekuasaan yang absolut. Tokoh-tokoh yang berganti maka akan
berganti pula orang-orang yang memanfaatkan kekuasaan. Kritik rakyat akan menjadi kontrol
yang masif didengar para penguasa.
Dewasa ini sebagian besar negara di dunia banyak menganut sistem Demokrasi. Bahkan
negara-negara yang awalnya Otoritarian cenderung lengser karena dorongan rakyat yang begitu
besar. Negara-negara yang menganut sistem Monarki tetapi dalam pelaksanaanya cenderung
demokrasi. Raja menjadi simbol dalam mempersatukan rakyat tetapi pelaksanaan sistem
pemerintahan dilaksanakan oleh Perdana Menteri. Inggris menjadi salah satu contoh yang
pemerintahannya dilaksanakan oleh perdana menteri dan dipilih dalam suatu pemilihan umum
yang dilaksanakan diseluruh wilayahnya.

8
Perkembangan konsep demokrasi tidak dapat dilepaskan dari sejarah munculnya
deklarasi Kemerdekaan Amerika pada tahun 1776 dan Perancis tahun 1789. dalam
perkembangan konsep demokrasi, tidak dapat dilepaskan dari adanya persmaan hak di depan
hukum dan perlindungan hak-hak asasi manusia yang kemudian berkembang dengan pembagian
dan pemisahan kekuasaan antara eksekutif, legislatif dan judikatif. Hal ini juga tidak dapat
dilepaskan munculnya konsep Negara hukum. Istilah Negara hukum antara Negara Negara yang
menganut system hukum continental dan Negaranegara Anglo Saxon itu berbeda, yaitu
Rechtsstaat, untuk yang menganut sistem hukum kontinental dan di negara-negara Anglo Saxon,
menggunakan istilah Rule of Law. D e m o k r a si d i I n d o n e si a berkembang seiring
dengan pergolakan politik yang terjadi setelah kemerdekaan. Perubahan-perubahan konsep
demokrasi terjadi mulai dari dekokrasi terpimpin, demokrasi parlementer sampai ke demokrasi
presidensiil. Namun pada dasarnya, peranan pemerintahan dalam menjalankan demokrasi masih
sangat dominant, karena dalam UUD 1945 beserta Amandemennya, mamsih nampak kekuasaan
pemerintahan tetap lebih besar dibanding kekuasaan lainnya.

FASISME

Fasisme adalah suatu paham yang mengedepankan bangsa sendiri dan memandang
rendah bangsa lain. Dengan kata lain, fasisme adalah suatu sikap nasionalisme yang berlebihan.
Fasisme dapat menghambat proses multikulturalisme karena bersifat Ultra Nasionalis, Rasis,
Militeris, dan Imperialis. 1 Fasisme berasal dari filsafat radikal yang muncul dari revolusi
industri yakni sindikatisme. Eksponen sindikatisme adalah George Sorel (1847-1922). Penganjur
sindikatisme menginginkan reorganisasi masyarakat menjadi: asosiasi-asosiasi yang mencakup
seluruh industri, atau sindikat-sindikat pekerja. Dianjurkan agar ada sindikat-sindikat pabrik baja
yang dimiliki dan dioperasikan oleh para pekerja di dalam industri batu bara.

Tidak seperti komunisme, fasisme tidak memiliki landasan prinsipil yang baku atau
mengikat perihal ajarannya. Apalagi dewasa ini dapat dipastikan, bahwa fasisme tidak memiliki
organisasi yang menyatukan berbagai prinsip fasis yang bersifat universal. Namun demikian,
bukan berarti fasisme tidak memiliki ajaran. Setidaknya para pelopor fasisme meninggalkan
jejak ajaran mereka perihal fasisme. Hitler menulis Mein Kampft, sedangkan Mussolini menulis
Doktrine of Fascism. Ajaran fasis model Italia-lah yang kemudian menjadi pegangan kaum fasis
didunia, karena wawasannya yang bersifat moderat. Menurut Ebenstein, unsur-unsur pokok

9
fasisme terdiri dari tujuh unsur: Pertama, ketidak percayaan pada kemampuan nalar. Bagi
fasisme, keyakinan yang bersifat fanatik dan dogmatic adalah sesuatu yang sudah pasti benar dan
tidak boleh lagi didiskusikan. Terutama pemusnahan nalar digunakan dalam rangka “tabu”
terhadap masalah ras, kerajaan atau pemimpin. Kedua, pengingkaran derajat kemanusiaan. Bagi
fasisme manusia tidaklah sama, justru pertidaksamaanlah yang mendorong munculnya idealisme
mereka. Bagi fasisme, pria melampaui wanita, militer melampaui sipil, anggota partai
melampaui bukan anggota partai, bangsa yang satu melampaui bangsa yang lain dan yang kuat
harus melampaui yang lemah. Jadi fasisme menolak konsep persamaan tradisi yahudi-kristen
(dan juga Islam) yang berdasarkan aspek kemanusiaan, dan menggantikan dengan ideology yang
mengedepankan kekuatan. Ketiga, kode prilaku yang didasarkan pada kekerasan dan
kebohongan. Dalam pandangan fasisme, negara adalah satu sehingga tidak dikenal istilah
“oposan”. Jika ada yang bertentangan dengan kehendak negara, maka mereka adalah musuh
yang harus dimusnahkan. Dalam pendidikan mental, mereka mengenal adanya indoktrinasi pada
kamp-kamp konsentrasi. Setiap orang akan dipaksa dengan jalan apapun untuk mengakui
kebenaran doktrin pemerintah. Hitler konon pernah mengatakan, bahwa “kebenaran terletak pada
perkataan yang berulang-ulang”. Jadi, bukan terletak pada nilai obyektif kebenarannya.
Keempat, pemerintahan oleh kelompok elit. Dalam prinsip fasis, pemerintahan harus dipimpin
oleh segelintir elit yang lebih tahu keinginan seluruh anggota masyarakat. Jika ada pertentangan
pendapat, maka yang berlaku adalah keinginan si-elit. Kelima, totaliterisme. Untuk mencapai
tujuannya, fasisme bersifat total dalam meminggirkan sesuatu yang dianggap “kaum pinggiran”.
Hal inilah yang dialami kaum wanita, dimana mereka hanya ditempatkan pada wilayah 3 K
yaitu: kinder (anak-anak), kuche (dapur) dan kirche (gereja). Bagi anggota masyarakat, kaum
fasis menerapkan pola pengawasan yang sangat ketat.

Fasisme mencapai kesuksesan pertama kalinya di Italia. Mussolini mengambil


keuntungan dari tekanan-tekanan sosial dan kerinduan di kalangan rakyat Italia akan perubahan.
Setelah perang, Mussolini memobilisasi para mantan tentara, pengangguran dan mahasiswa,
dengan slogan-slogan yang meneriakkan kembalinya masa-masa kejayaan Romawi kuno.
Mussolini mengorganisir para pendukungnya, yang dikenal sebagai "Kemeja Hitam" dalam
sebuah format semimiliter, dan memiliki metode-metode yang dibangun dengan kekerasan.
Mereka mulai melakukan penyerangan-penyerangan di jalan-jalan terhadap kelompokkelompok
yang mereka anggap sebagai saingan mereka. Dengan berbagai unjuk salam, lagu, seragam, dan

10
pawai resmi yang bergaya Romawi, mereka membangkitkan emosi kaum tak terpelajar dan tak
punya hak suara. Pada tanggal 29 Oktober 1922, 50.000 militan fasis di bawah komando enam
jendral berbaris memasuki Roma. Karena sang raja sadar apa yang dapat dilakukan oleh
kekuatan yang menentangnya ini, dan bahwa tidak ada yang dapat ia lakukan untuk melawan
mereka, ia mengajak Mussolini untuk membentuk sebuah pemerintahan. Sebagai hasil
perkembangan selanjutnya, kaum fasis Italia akhirnya berkuasa. Tak lama setelah itu, Mussolini
melarang semua partai-partai politik lain. Beberapa pemimpin oposisi dibuang ke pengasingan di
luar negeri, dan yang lainnya dipenjara.

Hitler memperoleh kekuasaan dengan cara yang sama. Gerakan Nazi lahir pada awal
tahun 1920-an, dan melakukan tindakan kekerasan pertamanya pada „putsch‟ di Aula Bir
Munich. Pada tanggal 8 November 1923, Hitler menggerebek sebuah pertemuan di Aula Bir
Munich di mana Komisaris Negara Bavaria, Gustav von Kahr sedang berpidato di depan satuan-
satuan militer, tidak ada bedanya dengan sebuah geng terorganisir, dan 600 polisi. Hitler
memasuki pertemuan dalam kemarahan yang meluap-luap dan mengambil alih tempat itu.
Seraya menembakkan peluru ke langit-langit, ia berkata bahwa dirinya sedang mengumumkan
revolusi nasional. Tetapi kup ini adalah sebuah kesalahan. Hitler ditangkap dan hidup dalam
pengasingan selama sembilan bulan. Meski demikian, pada tahun-tahun berikutnya, kaum Nazi
tumbuh makin kuat dengan meneror lawan-lawannya dan menghasut kebencian anti-Semit.
Pada akhirnya, Partai Nazi menjadi sebuah partai penting di parlemen. Selama hal ini
berlangsung, tentu saja, kaum Nazi seringkali melakukan cara-cara ilegal, sebagaimana partai
Fasis Italia. Pada tanggal 30 Januari 1933, Hitler diangkat menjadi kanselir. Jabatan itu diberikan
kepadanya oleh Presiden Hindenburg yang sudah tua, yang menyadari bahwa pertumbuhan
kekuatan Gerakan Sosialis nasional semakin mengancam, dan karenanya, Hitler dijadikan
kanselir untuk mencegah perang sipil. Ketika Hitler kembali mencalonkan diri dalam pemilihan
umum pada bulan Maret, sebagaimana semua pemerintahan fasis, kaum Nazi melakukan teror,
intimidasi, dan kecurangan. Setelah pemilihan umum, parlemen Jerman segera meloloskan
Undang-Undang Pembolehan, yang membuat Hitler menjadi diktator Jerman selama empat
tahun. Dengan demikian, kekuasaan pemerintahan dan penegakan hukum berada di tangan
Hitler. Namun, tak lama kemudian, kekuasaannya meningkat lebih jauh lagi. Pada bulan Agustus
1934, saat wafatnya Hindenburg, jabatan presiden dan kanselir disatukan, dengan Hitler sebagai
pemegang keduanya. Hitler memberlakukan kebijakan-kebijakan seperti yang dilakukan

11
Mussolini. Selain pemaksaan yang tak berperikemanusiaan, Hitler juga menggunakan berbagai
metode yang tidak demokratis. Misalnya, ia melarang semua partai oposisi, dan melarang semua
perserikatan dagang, sehingga menghapuskan sepenuhnya kebebasan individu.

Dari apa yang telah diuraikan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa fasisme itu
merupakan sebuah paham yang mengedepankan bangsa sendiri dan memandang rendah bangsa
lain atau paham yang mempunyai rasa nasionalis yang berlebihan. Paham fasisme muncul
semenjak perang dunia II, yang mana penganutnya adalah Jerman, Italia, dan Jepang. Meskipun
kelihatannya paham ini sudah tidak ada seiring berakhir nya perang dunia II, tetapi sampai saat
sekarang ternyata masih ada yang dikenal dengan nama Neo Nazi. Fasisme mempunyai doktrin-
doktrin tertentu yang apabila diperhatikan sangat bertentangan dengan prinsip demokrasi.
Pemerintahan cenderung diktator kepada rakyatnya. Dalam bidang ekonomi, negara dijadikan
sebagai korporasi. Segala yang berkaitan dengan ekonomi dikuasai dan diatur oleh negara,
namun modal tetap dikuasai oleh swasta. Dalam usaha memperoleh kekuasaan hampir semuanya
dilakukan dengan cara kekerasan. Ini berlaku baik di Jerman, Italia, maupun Spanyol. Di
Indonesia ada juga paham fasisme ini tetapi tidak sampai tataran negara. Hanya berbentuk
organisasi yang didirikan pada tahun 1933, atau pada zaman penjajahan Belanda.

Daftar Pustaka:

1. Wikipedia. (2020, Maret 20). Demokrasi. Retrieved Maret 25, 2020, from
Wikipedia.org: https://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi
2. Amien Rais, Pengantar Dalam Demokrasi dan Proses Politik, LP2ES, Jakarta.1986.
3. Moh. Mahfud MD, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, Rineka, Jakarta.2003
4. http://sejarah.kompasiana.com/2010/08/29/fasisme-di-indonesia/
5. blogspot.com/2010/02/pengertian-fasisme-adalah-suatu-paham.html

12

Anda mungkin juga menyukai