Anda di halaman 1dari 8

Makalah Sumber-sumber Konflik

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu organisasi hampir dapat dipastikan akan menghadapi konflik, baik bersifat eksternal
maupun bersifat internal, dan dapat bersifat postif maupun negative.
Konflik sering terjadi di dalam organisasi dan sekitar dua puluh persen waktu manajer
digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan konflik atau dampaknya.
Salah satu pengetahuan dan keterampilan yang perlu dikuasai oleh para pemimpin, manajer,
dan administrator- bahkan setiap warga Negara- adalah konflik dan manajemen konflik.
Konflik selalu menjadi tantangan bagi setiap individu maupun organisasi. Setiap individu
bahkan kelompok selalu berusaha menghindari adanya suatu konflik yang mungkin akan
menghambat tujuan suatu organisasi. Salah satu upaya seorang manajer dalam meminimalisir
konflik yaitu dengan mengenali sumber-sumber pemicu adanya sebuah konflik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian konflik?
2. Apa saja sumber-sumber konflik?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian konflik.
2. Untuk mengetahui sumber-sumber konflik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KONFLIK
Konflik dapat diartikan sebagai suasana batin yang berisi kegelisahan karena pertentangan
dua kepentingan atau lebih, yang mendorong berbuat suatu kegiatan yang yang saling
bertentangan pada waktu yang bersamaan.1[1]
Daniel Webster, mengemukakan definisi konflik sebagai (1) persaingan atau pertentangan
antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain; (2) keadaan atau perilaku yang bertentangan
(misalnya pertentangan pendapat, kepentingan, atau pertentangan antarindividu); (3) perselisihan
akibat kebutuhan, dorongan, keinginan, atau tuntutan yang bertentangan; (4) perseteruan.2[2]
Secara singkat konflik didefinisikan sebagai adanya oposisi atau pertentangan pendapat
antara orang-orang, kelompok-kelompok, atau organisasi-organisasi.3[3]
Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa konflik merupakan suatu
kondisi adanya pertentangan, perselisihan maupun perbedaan (pendapat, tujuan) baik antar
individu dengan individu maupun kelompok dengan kelompok dalam suatu organisasi.
Demikian penjelas singkat mengenai suatu konflik yang sering kali menjadi salah satu faktor
penghambat perkembangan atau tujuan yang hendak dicapai oleh suatu organisai.
B. SUMBER-SUMBER KONFLIK
Konflik selalu menjadi tantangan untuk perkembangan sebuah organisasi. Setiap organisasi
menginginkan agar selalu terhindar dari adanya konflik yang akan memicu adanya perpecahan di
dalam organisasi tersebut. Untuk menghindari adanya konflik maka perlu adanya antisipasi
konflik salah satu upaya tersebut yaitu dengan mengenali sumber-sumber penyebab konflik.
Berikut beberapa sumber penyebab konflik, yaitu:
1. Keterbatasan sumber
Dalam suatu organisasi, sumber-sumber yang dimaksud tersebut mengacu pada anggran.
Fasilitas kerja, jabatan, kesempatan untuk erkarier, dan sebagainya.
Manusia selalu mengalami keterbatasan sumber-sumber yang diperlukannya untuk
mendukung kehidupanny. Keterbatasan itu menimbulkan terjadinya kompetisi diantara manusia
untuk mendapatkan sumber yang diperlukannya dan hal ini menjadi pemicu atau sumber utama
munculnya suatu konflik.
2. Tujuan yang berbeda
Adanya perbedaan tujuan baik antara individu dengan individu maupun kelompok dengan
kelompok akan menjadi salah satu sumber pemicu adanya suatu konflik. Hal ini sesuai dengan
apa yang telah dikemukan oleh Hocker dan Wilnot (1978), konflik terjadi karena pihak-pihak
yang terkait konflik mempunyai tujuan yang berbeda.

1[1] Didin Kurniadin & Imam Machali, MANAJEMEN PENDIDIKAN: Konsep & Prinsip Pengelolaan
Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 263

2[2] Peg Pickering, How to Manage Conflict (Kiat Menangani Konflik), (Jakarta: Esensi Erlangga, 2006),
hlm. 1

3[3] Winardi, Manajemen Konflik: Perubhana dan Pengembangan, (Bandung: Mandar Maju, 1994), hlm.
1
Konflik bisa juga terjadi karena tujuan pihak yang terlibat konflik sama, tetapi cara untuk
mencapainya berbeda. Hal seperti ini banyak terjadi dalam dunia politikdan bisnis tidak
terkecuali dalam lingkup pendidikan.4[4]
3. Saling tergantung atau intepedensi tugas
Koflik terjadi karena pihak-pihak yang terlibat konflik memiliki tugas yang yang tergantung
satu sama lain. Jika saling ketergantungan tinggi, maka biaya resolusi konflik akan tinggi. Jika
saling ketergantungan rendah, maka biaya resolusi konflik akan rendah. Jika tidak ada saling
ketergantungan, maka konflik tidak akan terjadi. Jadi konflik terjadi diantara dua pihak yang
saling membutuhkan saling berhubungan dan tidak bisa meninggalkan satu sama lain tanpa
konsekuensi negatif.
Mengenai ketergantungan tugas diantara para pegawai ada beberapa bentuk ketergantungan.
Berikut adalah beberapa bentuk ketergantungan tersebut:
a) Ketergantungan Pol. Merupakan bentuk independen yang paling lemah. Unit kerja (pegawai)
bekerja secara independen, tetapi masih saling tergantung mengenai sumber dan hierarki atasan.
Unit-unit kerja harus berbagi sumber-sumber yang terbatas dengan unit yang lainnya.
b) Ketergantungan urutan. Interdependensi ini terjadi karena keluaran suatu unit kerja merupakan
masukan bagi unit lainnya. Jika jika suatu unit kerja terlambat menyelesaikan tugasnya, maka
akan menyebabkan keterlambatan unit kerja berikutnya dalam melaksanakan tugasnya.
c) Ketergantungan timbal balik. Ketergantungan jenis ini merupakan ketergantungan tinggi.
Disini, keluaran pekerjaan suatu unit kerja saling dipertukarkan bolak-balik kepada unit kerja
lainnya.
4. Diferensiasi organisasi
Salah satu penyebab terjadinya konflik di dalam organisasi adalah pembagian tugas dalam
birokrasi organisasi dan spesialisasi tenaga kerja pelaksananya. Berbagai unit kerja dalam
birokrasi organisasi berbeda formalitas strukturnya (formalitas tinggi versus formalitas rendah);
ada unit kerja yang berorientasi pada tugas dan ada yang berorientasi pada hubungan; dan
orientasi pada waktu penyelesaian tugas.5[5]
5. Ambiguitas yurisdiksi
Pembagian tugas yang tidak definitif akan menimbulkan ketidak jelasan cakupan tugas dan
wewenang unit kerja dalam organisasi. Dalam waktu yang bersamaan, ada kecenderungan pada
unit kerja untuk menambah dan memperluas tugas dan wewenangnya. Keadaan ini sering
menimbulkan konflik antarunit kerja atau atarpejabat unit kerja, konflik jenis ini banyak terjadi
pada organisasi yang baru terbentuk, dimana struktur organisasi dan pembagian tugas belum
jelas.
6. Sistem imbalan yang tidak layak
Di perusahaan, konflik terjadi antara karyawan dan amanjemen perusahan sering terjadi,
dimana manajemen perusahaan menggunakan sistem imbalan yang dianggap tidak adil atau tidak
layak oleh karyawan. Hal ini akan memicu konflik dalam bentuk pemogokan yang merugikan
karyawan (tidak mendapat upah), merugikan perusahaan (tidak melakukan produksi), merugikan
konsumen (tidak mendapatkan produk yang diperlukan ), dan merugikan pemerintah (tidak
mendapatkan pajak).

4[4] Wirawan, KONFLIK DAN MANAJEMEN KONFLIK: Teori, Aplikasi, dan Penelitian, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2010), hlm. 8

5[5] Ibid., hlm. 11


7. Komunikasi yang tidak baik
Komunikasi yang tidak baik sering kali menimbulkan konflik dalam organisasi. Faktor
komunikasi yang menyebabkan konflik, misalnya distorsi, informasi yang tidak tersedia dengan
bebas, dan penggunaan bahasa yang tidak dimengerti oleh pihak-pihak yang melakukan
komunikasi. Demikian pula, perilaku komunikasi yang berbeda sering kali menyinggung orang
lain, baik disengaja maupun tidak disengaja- dan disa menjadi penyebab timbulnya konflik.
Sebagai contoh, gaya bahasa berbicara atau budaya komunikasi suatu kelompok masyarakat
tertentu sering kali bisa menyinggung perasaan orang yang tidak memahaminya.
8. Adanya perlakuan yang tidak manusiawi, melanggar Hukum dan HAM
Dewasa ini, dengan berkembangnya masyarakat madani dan adanya undang-undang hak
asasi manusia di Indonesia, pemahaman dan sensitivitas anggota masyarakat terhadap hak asasi
manusia dan penegakan hukum semakin meningkat. Erlakuan yang tidak manusiawi dan
melanggar hak asasi manusia di masyarakat dan organisasi menimbulkan perlawanan dari pihak
yang mendapat perlakuan tidak manusiawi.6[6]

9. Beragam karakteristik sistem sosial


Di Indonesia, konflik dalam masyarakat sering terjadi karena anggotanya mempunyai
karakteristik yang beragam: suku, agama, dan ideologi. Karakteristik ini sering diikuti dengan
pola hidup yang ekskulsif satu sama lain yang sering menimbulkan konflik. Sebagai contoh,
konflik yang terjadi antara Suku Dayak dan Suku Madura di Kalimantan pada awal tahun 2002
berlatar belakang perbedaan etnis dan pola kehiduan. Konflik ini juga berlatar belakang
kecemburuan ekonomi dan perilaku eksklusif.
10. Pribadi orang
Adanya perbedaan setiap pribadi seseorang juga bisa menjadi salah satu sumber konflik. Ada
orang yang memiliki sifat kepribadian yang mudah menimbulkan konflik, seperti selalu curiga
dan berpikiran negative kepada orang lain, egois, sombong, ,erasa selalu paling benar, kurang
dapat mengendalikan emosinya, dan ingin menang sendiri. Sifat-sifat seperti ini mudah untuk
menyulut konflik jika berinteraksi dengan orang lain. Ada orang yang tidak dapat membedakan
posisinya sebagai pejabat dalam organisasi dengan posisinya sebagai individu atau pribadi.
11. Kebutuhan
Orang memiliki kebuthan yang berbeda satu sama lain atau mempunyai kebuthan yang sama
mengenai sesuatu yang terbatas jumlahnya. Kebutuhan merupakan pendorong terjadinya perilaku
manusia. Jika kebutuhan orang diabaikan atau terhambat, maka bisa memicu terjadinya
konflik.7[7]
12. Perasaan dan emosi
Setiap individu mempunyai perasaan dan emosi yang berbeda. Sebagian orang mengikuti
perasaan dan emosinya saat berhubungan dengan sesuatu atau orang lain. Orang yang sangat
dipengaruhi oleh perasaan dan emosinya menjadi tidak rasional (irasional) saat berinteraksi
dengan orang lain. Perasaan dan emosi tersebut bisa menimbulkan konflik dan menentukan
perilakunya saat terlibat konflik.
13. Pola pikir sebagian manusia Indonesia yang tidak mandiri

6[6] Ibid., hlm. 12

7[7] Ibid., hlm. 13


Tidak sedikit masyarakat Indonesia yang tidak mampu berdiri di atas kakinya sendiri.
Mereka lebih memilih daripada memberi, sehingga banyak sekali dari mereka yang terlalu
bergantung terhadap orang lain. Sehingga apabila orang lain atau lingkungan tidak mendukung
maka timbulah suatu konflik. Dewasa ini sebagian manusia Indonesia bermental pegemis,
pencuri, dan preman. mereka lebih mengutamakan haknya dan melupakan kewajibannya.
14. Budaya konflik dan kekerasan
Adanya kekerasan baik terhadap individu maupun kelompok mampu menyulut suatu konflik.
Sebagian orang bahkan kelompok lebih memilih menyelesaikan masalah dengan kekerasan
sehingga muncul konflik yang lebih besar dan lebih sulit untuk di selesaikan.8[8]
Demikian beberapa sumber konflik yang telah disebutkan oleh Wirawan dalam bukunya.
Dari beberapa sumber konflik tersebut, terlihat bahwa sumber konflik paling banyak berasal dari
diri individu sendiri.
Sumber-sumber konflik tersebut dapat dihindari baik oelh individu maupun kelompok dalam
organisasi untuk meminimalisir adanya suatu konflik yang mungkin menjadi hambatan
tercapinya tujuan suatu organisasi.

8[8] Ibid., hlm. 14


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konflik merupakan suatu kondisi adanya pertentangan, perselisihan maupun perbedaan
(pendapat, tujuan) baik antar individu dengan individu maupun kelompok dengan kelompok
dalam suatu organisasi.
Salah satu upaya untuk meminimalisir adanya suatu konflik yaitu dengan mengenali sumber-
sumber konflik itu sendiri. Berikut beberapa sumber konflik menurut Wirawa dalam bukunya
yang berjudul Konflik dan Manajemen Konflik, yaitu:
1. Keterbatasan sumber
2. Tujuan yang berbeda
3. Saling tergantung atau intedepensi tugas
4. Diferensiasi organisasi
5. Ambiguitas yurisdiksi
6. Sistem imbalan yang tidak layak
7. Komunikasi yang tidak baik
8. Adanya perlakuan yang tidak manusiawi, melanggar Hukum dan HAM
9. Beragam karakteristik sistem sosial
10. Pribadi orang
11. Kebutuhan
12. Perasaan dan emosi
13. Pola pikir sebagian manusia Indonesia yang tidak mandiri
14. Budaya konflik dan kekerasan
Demikian beberapa sumber pemicu konflik yang perlu diketahui dan dihindari untuk
mencegah adanya suatu konflik.
B. Saran
Setiap individu maupun kelompok termasuk juga peserta didik harus mampu mengenali
sumber-sumber pemicu konflik untuk menghindari adanya konflik.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniadin, Didin & Machali, Imam., MANAJEMEN PENDIDIKAN: Konsep & Prinsip Pengelolaan
Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012

Pickering, Peg., How to Manage Conflict (Kiat Menangani Konflik), Jakarta: Esensi Erlangga, 2006

Winardi, Manajemen Konflik: Perubhana dan Pengembangan, Bandung: Mandar Maju, 1994

Wirawan, KONFLIK DAN MANAJEMEN KONFLIK: Teori, Aplikasi, dan Penelitian, Jakarta:
Salemba Humanika, 2010

A. Kesimpulan

Manajemen Konflik adalah suatu cara atau proses mengambil langkah-langkah oleh
para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil yang
positif dengan melakukan pendekatan, komunikasi dan evaluasi untuk mendapatkan
penyempurnaan untuk mendukung tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam Manajemen konflik ada 2 aspek yang bisa muncul yaitu aspek positif dan
aspek negatif. Konflik bisa di sebabkna oleh beberapa hal yang mengakibatkan ke dua
aspek (posif/negatif) tersebut bisa terjadi, diantaranya :
 Batasan pekerjaan yang tidak jelas
 Hambatan komunikasi
 Tekanan waktu
 Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal
 Pertikaian antar pribadi
 Perbedaan status
 Harapan yang tidak terwujud
Agar konflik tidak jadi berlarut-larut maka konflik dapat dicegah atau dikelola
dengan :
 Disiplin
 Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan
 Komunikasi
 Mendengarkan secara aktif

Dalam mengelola konflik tidak bisa begitu saja tapi di perlukan teknik atau keahlian
untuk mengelola konflik seperti pendekatan dalam resolusi konflik tergantung pada :
 Konflik itu sendiri
 Karakteristik orang-orang yang terlibat di dalamnya
 Keahlian individu yang terlibat dalam penyelesaian konflik
 Pentingnya isu yang menimbulkan konflik
 Ketersediaan waktu dan tenaga
Dalam menyelesaikan konflik kita membutuhkan beberapa metode. Metode yang
sering digunakan untuk menangani konflik adalah :
 Mengurangi konflik;

Anda mungkin juga menyukai