Anda di halaman 1dari 14

REVIEW MATA KULIAH ETNISITAS, MULTIKULTURALISME DAN INTEGRASI

NASIONAL

PERTEMUAN KE-3

RAS, ETNIK, BUDAYA DAN DINAMIKA WILAYAH MASING-MASING DAERAH DI

INDONESIA

Nama : Oky Chandra Firmansyah


NIM : 20/467945/PMU/10551

Pendahuluan

Ada beberapa teori tentang asal orang Indonesia yakni:

1. Teori Nusantara bahwa asal usul bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri, bukan
dari luar. Teori ini didukung antara lain oleh Muhammad Yamin, Gorys Keraf, dan
J.Crawford. Teori ini dilandasi oleh beberapa argumen antara lain : Bangsa Melayu
merupakan bangsa yang berperadaban tinggi, dan merupakan keturunan dari Homo Soloensis
dan Homo Wajakensis.
Dalam teori Nusantara dinyatakan bahwa asal mula manusia yang menghuni
wilayah  Nusantara ini tidak berasal dari luar, melainkan dari wilayah Nusantara itu sendiri.
Mengikuti sudut pandang Multiregional Evolution Model , teori nusantara menyatakan
bahwa manusia  purba menjadi nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Indonesia
sendiri. Pendukung teori Nusantara adalah Mohammad Yamin, J. Crawford, K. Himly, Sutan
Takdir Alisjahbana dan Gorys Keraf . Berikut adalah argumen yang melandasi teori
Nusantara. 1.Bangsa Melayu merupakan bangsa yang berperadaban tinggi.
Peradaban tidak mungkin dapat dicapai apabila tidak melalui proses perkembangan dari
kebudayaan sebelumnya. 2.Bahasa Melayu memang memiliki kesamaan dengan bahasa
Champa (Kamboja), namun persamaan tersebut hanyalah suatu kebetulan saja. 3.Adanya
kemungkinan bahwa orang Melayu adalah keturunan dari   Homo soloensis dan Homo
Wajakensis. 4. Adanya perbedaan bahasa antara bahasa Austronesia yang berkembang di
Nusantara dengan bahasa Indo-Eropa yang berkembang di Asia Tengah. Berdasarkan hasil
penelitian Gregorius Keraf (Gorys Keraf) mengenai bahasa-bahasa  Nusantara sebagai mana

1
dipaparkan dalam bukunya yang berjudul Linguistik Bandingan   Historia (1984)
membuahkan teori baru mengenai asal usul bahasa dan bangsa Indonesia. Menurut teori
keraf, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari wilayah Indonesia sendiri  bukan dari
mana-mana, bukan pulau dari Asia Tenggara Daratan atau dari Semenanjung Malaka. Teori
Keraf ini didasarkan pada tiga landasan tinjau sebagai berikut. 1.Situasi geografis masa
lampau. 2.Pertumbuhan dan penyebaran umat manusia. 3.Teori migrasi bahasa dan
leksikostatistik.
2. Teori Yunnan bahwa asal-usul nenek moyang kita berasal dari Yunnan, China. Teori ini
didukung oleh Moh. Ali yang berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah
Mongol yang terdesak oleh bangsa-bangsa yang lebih kuat sehingga melakukan migrasi
penduduk dari Yunnan menuju Kepulauan Nusantara melalui orang Negrito, Proto Melayu
dan Deutro Melayu.
Dalam teori yunan disebutkan bahwa manusia-manusia purba di Indonesia yang
menjadi nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan, Cina bagian selatan. Beberapa
ahli yang mendukung teori Yunan adalah Dr. J.H.C. Kern, Robert Barron van Heine
Geldern, Prof. Dr. N.J Krom dan Moh. Ali. Menurut Moh. Ali bangsa Indonesia berasal dari
daerah Mongol yang terdesak ke selatan oleh bangsa-bangsa yang lebih kuat. Menurut
pendukung teori Yunan, pendapat mereka didasari oleh dua hal berikut. 1.Ditemukan kapak
tua di wilayah Nusantara yang memiliki kemiripan dengan kapak tua yang ada di kawasan
Asia Tengah. 2. Bahasa melayu yang berkembang di Nusantara memiliki kemiripan dengan
bahasa Champa yang ada di Kamboja. Hal tersebut membuka kemungkinan bahwa
penduduk di Kamboja berasal dari daratan Yunan dengan menyusuri Sungai Mekong.
Arus  perpindahan tersebut selanjutnya diteruskan ketika sebagian dari mereka
melanjutkan  perpindahan dan sampei ke Nusantara. Kedatangan manusia dari Yunan ke
kepulauan  Nusantara ini dengan melalui tiga gelombang utama (perpindahan orang
Negrito, Proto-Melayu, dan Deutro Melayu). Orang Negrito, Diperkirakan orang Negrito
sudah memasuki Nusantara sejak 1000 SM. Orang Negrito ini diyakini sebagai penduduk
paling awal di kepulauan Nusantara. Hal tersebut dibuktikan dengan penemuan arkeologi di
Gua Cha, Malaysia. Dalam  perkembangannya orang Negrito menurunkan orang Semang. Ciri fisik
orang Negrito yaitu  berkulit gelap, rambut keriting, hidung lebar, dan bibir tebal. Di Indonesia ras
negrito ini sebagian besar mendiami daerah papua. Keturunan ras ini terdapat di Riau (pedalaman)

2
yaitu suku Siak (Sakai) serta suku Papua Melanesoid yang mendiami Pulau Papua dan
Pulau Melanesia. Proto-Melayu, Diperkirakan migrasi Proto-Melayu ke kepulauan Nusantara sekitar
pada 2500 SM. Sebutan Proto-Melayu adalah untuk menyebutkan orang-orang yang
melakukan migrasi pada gelombang pertama ke Nusantara. Keturunan Proto-Melayu yaitu suku
Toraja, Dayak, Sasak, Nias, Rejang, dan Batak. Dalam hal bercocok tanam, orang Proto-
Melayu memiliki kemahiran yang lebih baik daripada orang Negrito. Deutro Melayu, Deutro Melayu
adalah sebutan untuk orang-orang yang melakukan migrasi  pada gelombang kedua. Diperkirakan
kedatangan Deutro Melayu ke Indonesia pada 1500 SM. Suku bangsa yang termasuk Deutro Melayu
antara lain Minangkabau, Aceh, Jawa, Melayu, Betawi, dan Manado
3. Teori Out of Taiwan didukung oleh Harry Truman bahwa dari keseluruhan bahasa yang
dipergunakan suku-suku di Nusantara memiliki rumpun yang sama, yaitu rumpun
Austronesia. Sementara itu, berdasarkan riset genetika mendapatkan hasil bahwa tidak ada
kecocokan kromosom antara manusia di Indonesia dengan manusia di daratan Cina.
Menurut teori Out of Taiwan, bangsa yang ada di Nusantara ini berasal dari Taiwan bukan dari
daratan Cina. Pendukung teori Out of Taiwan adalah Harry Truman Simanjuntak. Menurut
pendekatan linguistik, bahwa dari keseluruhan bahasa yang digunakan suku-suku di  Nusantara
memiliki rumpun yang sama yaitu rumpun Austronesia. Akar dari keseluruhan cabang bahasa yang
digunakan leluhur yang menetap di Nusantara  berasal dari rumpun Austronesia di Formosa atau
dikenal dengan rumpun Taiwan, selain hal tersebut menurut riset genetika yang dilakukan pada
ribuan kromosom tidak menemukan kecocokan pola genetika dengan wilayah Cina
4. Teori Out of Africa disebut sebagai Replacement Theory bahwa Homo Erectus tertentu di
Afrika adalah nenek moyang manusia modern yang berevolusi di suatu daerah di Afrika
kemudian keturunannya bergerak dengan cepat ke seluruh pelosok dunia.
Menurut teori Out of Afrika, manusia modern yang hidup sekarang ini berasal dari Afrika. Dasar
teori ini adalah dukungan ilmu genetik melalui penelitian DNA mitokondria gen  perempuan dengan
gen laki-laki. Menurut Max Ingman (ahli genetika dari Amerika Serikat), manusia modern yang ada
sekarang ini berasal dari Afrika antara kurun waktu 100-200 ribu tahun lalu. Dari Afrika mereka
menyebar ke luar Afrika. Dari hasil penelitian Max Ingman tersebut, tidak ada bukti yang
menunjukkan bahwa gen manusia modern bercampur dengan gen spesies manusia
purba. Diperkirakan manusia Afrika melakukan migrasi ke luar Afrika melakukan migrasi ke
luar Afrika sekitar 50.000-70.000 tahun silam. Tujuan migrasi tersebut menuju Asia Barat. Jalur yang
ditempuh ada dua yaitu mengarah ke lembah Sungai Nil, melintas Semenanjung Sinai lalu ke utara
melewati Arab Levant dan jalur kedua melewati Laut Merah. Setelah memasuki Asia ada beberapa

3
kelompok yang tinggal sementara di Timur Tengah, sedangkan kelompok lainnya melanjutkan
perjalanan dengan menyusuri pantai Semenanjung Arab menuju ke India, Asia timur, Indonesia.
bahkan sampai ke barat daya Australia. Bukti mengenai keberadaan manusia Afrika telah sampai ke
Australia adalah dengan ditemukan bahwa manusia Afrika telah berimigrasi hingga ke Australia
adalah dengan jejak genetik

Menurut Herawati terdapat 4 gelombang migrasi yang berkontribusi:

1. Gelombang awal, nenek moyang datang 50.000 tahun lalu melewati jalur selatan menuju
Pulau Kalimantan, Sumatera, dan Semenanjung Malaya.
2. Gelombang kedua kontribusi dari Asia daratan. Ini adalah kelompok yang berpindah ke
selatan masuk ke Nusantara dari daratan Asia melewati Semenanjung Malaya.
3. Gelombang ketiga ekspansi dari utara. 4.000 tahun lalu mereka bermigrasi dari daerah Cina
Selatan, menyebar ke Taiwan, sampai ke Sulawesi, dan Kalimantan. Mereka inilah yang
membawa Bahasa Austronesia.
4. Gelombang keempat terjadi pada zaman sejarah. Ini termasuk periode Indianisasi dan
Islamisasi di Kepulauan Nusantara.

Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya yang muncul pada abad ke-6, pada mulanya berpusat di sekitar Sungai
Batanghari, pantai timur Sumatra. Pada perkembangannya, wilayah kerajaan Sriwijaya meluas
hingga meliputi wilayah Kerajaan Melayu, Semenanjung Malaya, dan Sunda (kini wilayah Jawa
Barat). Catatan mengenai kerajaan-kerajaan di Sumatra didapat dari seorang pendeta Buddha
bernama I-Tsing yang pernah tinggal di Sriwijaya antara tahun 685-689 M. Pada tahun 692,
ketika I-Tsing, bias disimpilkan bahwa Sriwijaya telah menaklukan dan menguasai kerajaan-
kerajaan disekitarnya.
Dari Prasasti Kedukan Bukit (683), dapat diketahui bahwa Raja Dapunta Hyang berhasil
memperluas wilayah kekuasaannya dengan menaklukan daerah Minangatamwan, Jambi. Daerah
Jambi sebelumnya adalah wilayah kerajaan Melayu. Daerah itu merupakan wilayah taklukan
pertama Kerajaan Sriwijaya. Dengan dikuasainya wilayah Jambi, Kerajaan Sriwijaya memulai
peranannya sebagai kerajaan maritim dan perdagangan yang kuat dan berpengaruh di Selat
Malaka. Ekspansi wilayah Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 menuju ke arah selatan dan
meliputi daerah perdagangan Jawa di Selat Sunda.
Kerajaan Sriwijaya mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Raja Balaputradewa. Pada
masa itu, kegiatan perdagangan luar negeri ditunjang juga dengan penaklukan wilayah-wilayah
sekitar. Sepanjang abad ke-8, wilayah Kerajaan Sriwijaya meluas kea rah utara dengan

4
menguasai Semenanjung Malaya dan daerah perdagangan di Selat Malaka dan Laut Cina
Selatan. Sejarah tentang Raja Balaputradewa dimuat dalam dua prasasti, yaitu Prasasti Nalanda
dan Prasasti Ligor.
Raja kerajaan Sriwijaya yang terakhir adalah Sri Sanggrama Wijayatunggawarman. Pada masa
pemerintahan Sri Sanggrama Wijayatunggawarman, hubungan Kerajaan Sriwijaya dan kerajaan
Chola dari India yang semula sangat erat mulai renggang. Hal itu disebabkan oleh seranggan
yang dilancarkan Kerajaan Chola di bawah pimpinan Rajendracoladewa atas wilayah Sriwijaya
di semenanjung Malaya. Serangan-serangan tersebut menyebabkan kemunduran kerajaan
Sriwijaya.
Kerajaan Majapahit
Kerajaan bercorak Hindu yang terakhir dan terbesar di pulau Jawa adalah Majapahit. Nama
kerajaan ini berasal dari buah maja yang pahit rasanya. Ketika orang-orang Madura bernama
Raden Wijaya membuka hutan di Desa Tarik, mereka menenukan sebuah pohon maja yang
berubah pahit. Padahal rasa buah itu biasanya manis. Oleh karena itu mereka menamakna
permukiman mereka itu sebagai Majapahit. Daerah ini merupakan daerah yang diberikan Raja
Jayakateang dari Kerajaan Kediri kepada Raden Wijaya. Raja Wijaya adalah menantu Raja
Kertanegara dari kerajaan Singasari. Pada saat Kerajaan Singasari diserbu dan dikalahkan oleh
Jayakatwang, Raden Wijaya berhasil melarikan diri. Ia mencari perlindungan kepada Bupati
Madura yang bernama Arya Wiraraja. Dengan bantuan orang-orang Madura, ia membangun
pemuliman di Desa Tarik yang kemudian diberi nama Majapahit tersebut.
Pada tahun 1292, armada Cina yang terdiri dari 1.000 buah kapal dengan 20.000 orang prajurit
tiba di Tuban, Jawa Timur. Tujuan mereka adalah menghukum Raja Kertanegara yang
menyatakan tidak mau tunduk kepada Kaisar Kubilai Khan dari Cina. Mereka tidak mengetahui
bahwa Raja Kertanegara dari Singasari itu telah meninggal dikalahkan oleh Raja Jayakatwang
dari Kediri.
Melihat peluang ini, Raden Wijaya mengambil kesempatan untuk merebut kembali Kerajaan
Singasari. Ia menggabungkan diri dengan pasukan cina dan menyerang Raja Jayakatwang di
Kediri. Kerajaan Kediri tidak mampu menghadapi serangan itu. Raja Jayakatwang berhasil
dikalahkan. Kemenangan itu membuat pasukan Cina bergembira dan berpesta pora. Mereka
tidak menyaka kalau kesempatan itu dipakai oleh Raden Wijaya untuk balik menyerang mereka.
Pasukan Raden Wijaya berhasil mengusir armada Cina kembali ketanah airnya. Sejak saat itu
Kerajaan Majapahit dianggap sudah berdiri.
Raden Wijaya naik tahta sebagai Raja Majapahit pada tahun 1293 dengan gelar Sri Kertarajasa
Jayawardhana. Pada tahun 1295., berturut-turut pecah pembrontakan yang dipimpin oleh Rangga
lawe dan disusul oleh Saro serta Nambi. Pembrontakan-pembrontakan itu bisa dipadamkan.
Raden Wijaya wafat pada tahun 1309 dan mendapat penghormatan di dua tempat, yaitu Candi
Simping (Sumberjati) dan Candi Artahpura.
Setelah Raden Wijaya wafat, putera permaisuri Tribuwaneswari yang bernama Jayanegara
menggantikannya sebagai Raja Majapahit. Pada awal pemerintahannya Jayanegara harus

5
menghadapi sisa pemberontakan yang meletus dimasa ayahnya masih hidup. Selain
pembrontakan Kuti dan Sumi, Raja Jayanegara diselamatkan oleh pasukan pengawal
(Bhayangkari) yang dipimpin oleh Gajah Mada ia kemudian diungsikan ke Desa Bedager.
Raja Jayanegara wafat tahun1328 karena dibunuh oleh salah seorang anggota dharmaoutra yang
bernama Tanca. Oleh karena ia tidak mempunyai putra ia kemudian digantikan oleh adik
perempuannya Bhre Kahuripan yang bergelar Tribuanatunggadewi Jayawishnuwardhani.
Suaminya bernama Cakradhara yang berkuasa di Singasari dengan gelar Kertawerdhana.
Dari kitab Negarakertagama, digambarkan adanya beberapa pemberontakan di masa
pemerintahan Ratu Tribuanatunggadewi. Pembrontakan yang paling berbahaya adalah
pemberontakan di Sadeng dan Keta pada tahun 1331. Namun pemberontakan itu pemberontakan
itu dapat dipadamkan oleh Gajah Mada. Setelah itu Gajah Mada bersumpah di hadapan Raja dan
para pembesar kerajaan bahwa ia tidak akan amukti palapa (memakan buah palapa), sebelum ia
dapat menundukan Nusantara.
Pada tahun 1334, lahirlah putra mahkota Kerajaan Majapahit yang diberi nama Hayam Wuruk.
Pada tahun 1350, Ratu Tribuanatunggadewi mengundurkan diri setelah berkuasa 22 tahun. Ia
wafat pada tahun 1372. Pada tahun 1350, Hayam Muruk dinobatkan sebagai raja Majapahit dan
bergelar Sri Rajasanagara. Gajah Mada diangkat sebagai Patih Hamangkubumi. Dibawah
pemerintahan Hayam Wuruk dan Gajah Mada, Kerajaan Majapahit mencapai puncak
kejayaannya. Kerajaan Majapahit menguasai wilayah yang sangat luas. Hampir seluruh wilayah
Nusantara tunduk pada Majapahit.
Gajah Mada meninggal tahun 1364. Meninggalnya Gajah Mada menjadi titik tolak kemunduran
Majapahit. Setelah Gajah Mada tidak ada negarawan yang kuat dan bijaksana. Keadaan semakin
memburuk setelah Hayam Wuruk juga meninggal pada tahun 1389. Hayam Wuruk tidak
memiliki putra mahkota. Tahta kerajaan Majapahit diberikan pada menantunya yang bernama
Wikramawardhana (suami dari putri mahkota Kusumawardhani). Hayam Wuruk sebenarnya
memiliki putra yang bernama Bhre Wirabhumi. Namun, dia bukan anak dari permaisuri sehingga
tidak berhak mewarisi tahta Kerajaan Majapahit.
Meskipun demikian, Wirabhumi tetap diberi kekuasaan di wilayah kekuasaan di wilayah
Kerajaan sebelah Timur, yaitu Blambangan. Dengan cara tersebut, kemungkinan perpecahan
antara Bhre Wirabhumi dan Wikramawardhana berhasil diredam. Masalah kembali timbul ketika
tahta Kerajaan Majapahit kembali kosong setelah Kusumawardhani meninggal dunia pada tahun
1400. Wikramawardhana berniat untuk menjadi pendeta dan menunjuk putrinya, Suhita, menjadi
ratu Kerajaan Majapahit.
Pada tahun 1401, pecah perang antara keluarga Wikramawardhana dan Wirabhumi yang dikenal
sebagai Perang Paregreg. Perang Paregreg baru berakhir pada tahun 1406 dengan terbunuhnya
Bhre Wirabhumi. Parang saudara ini semakin melemahkan Kerajaan Majapahit. Satu demi satu
daerah kekuasaannya melepaskan diri. Tidak ada lagi raja yang kuat dan mampu memerintah
kerajaan yang demikian luas. Menurut catatan. Kerajaan Majapahit runtuh sekitar tahun 1500-an
yang didasarkan pada tahun bersimbol Sirna Ilang Kertaning Bhumi

6
Kerajaan Mataram Kuno
Di wilayah Jawa Tengah, pada sekitar abad ke-8, perkembangan sebuah Kerajaan Mataram
Kuno. Pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno disebut Bhumi Mataram yang terletak di
pedalaman Jawa Tengah. Daerah tersebut memiliki banyak pegunungan dan sungai seperti
Sungai Bogowonto, Sungai Progo, dan Bengawan Solo. Pusat pemerintahan Kerajaan Mataram
Kuno juga sempat berpindah ke Jawa Timur. Perpindahan Kerajaan Mataram Kuno dari Jawa
Tengah ke Jawa Timur disebabkan oleh dua hal.
Selama abad ke-7 sampai ke-9, terjadi serangan-serangan dari Sriwijawa ke Kerajaan Mataram
Kuno. Besarnya pengaruh Kerajaan Sriwijaya itu menyebabkan Kerajaan Mataram Kuno
semakin terdesak ke wilayah timur.
Terjadinya Letusan Gunung Merapi yang dianggap sebagai tanda pralaya atau kehancuran dunia.
Kemudian, letak kerajaan di Jawa Tengah dianggap tidak layak lagi untuk ditempati.
Pengganti Raja Indra adalah Raja Samaratungga. Pada masa kekuasaannya, dibangun Candi
Borobudur. Namun, sebelum Candi tersebut selesai dibangun, Raja Samaratungga meninggal
dunia, dalam sebuah perang saudara. Balaputradewa kemudian melarikan diri ke Kerajaan
Sriwijaya dan menjadi raja disana

MASUKNYA AGAMA HINDU dan BUDHA DI INDONESIA

Persebaran agama dan budaya Hindu-Budha dari India ke Indonesia melalui jalur lalu lintas
perdagangan dan pelayanan. Sejak awal abad 1 M Indonesia telah menjalin hubungan dagang
dengan negara lain. Hal ini, dikarenakan letak geografis Indonesia yang sangat strategis sehingga
memungkinkan hubungan dagang dengan negara lain. Pelayaran di Indonesia awalnya dilakukan
hanya sebagai lalu lintas utama penghubung antarpulau tetapi kemudian hal tersebut mendorong
adanya aktivitas perdagangan. Pelayaran perdagangan tersebut akhirnya dilakukan bukan hanya
di Indonesia saja. Hal ini disebabkan karena :

 Setelah ditemukan jalur melalui laut antara Romawi dan Cina maka perlayaran dan
perdagangan Asia semakin ramai. Sehingga wilayah yang dilalui jalur perlayaran dan
perdagangan tersebut ikut aktif dalam perdagangan. Indonesia sebagai wilayah yang
strategis menjalin hubungan dengan Cina dan India. Wilayah Indonesia yang berada di
sebelah Timur India menyebabkan para pelaut India lebih mudah mencapai Indonesia dan
terbentuklah perdagangan antara India dan Indonesia.
 Didukung adanya pola angin musim yang berubah arah setiap 6 bulan.
 Didukung adanya perluasan kekuasaan kerajaan Cina yang membawa kekuasaannya ke
Asia Tenggara mendorong timbul perdagangan maritim di Asia Barat ke Cina Selatan
melalui Indonesia. Perdagangan di Asia Barat didukung oleh para pedagang India.
 Barang perdagangan: emas, kayu cendana, rempah-rempah, kayu wangi, kapur barus, dan
kemenyan dari India sampai Indonesia.

7
Melalui perdagangan tersebut berkembanglah kebudayaan Asing termasuk India serta
Agama Hindu dan Budha yang dianut oleh sebagian besar pedagang India. Agama tersebutlah
yang kemudian dianut oleh raja-raja di Indonesia yang selanjutnya mempengaruhi segala aspek
kehidupan masyarakat di Indonesia

Adapun prosesnya sebagai berikut.

Masuknya Agama Hindu ke Indonesia :

Para pendeta dari India mempunyai misi/tugas khusus untuk menyebarkan agama Hindu, pada
akhirnya sampai juga mereka ke Indonesia melalui jalur perdagangan. Setiba di Indonesia
mereka akan melakukan upacara pengembalian kasta agar mereka memiliki hak untuk
menyebarkan ajaran agama. Selanjutnya mereka akan menemui penguasa lokal (kepala suku).
Jika penguasa lokal tersebut tertarik dengan ajaran Hindu maka para pendeta bisa langsung
mengajarkan dan menyebarkannya. Adapula penguasa lokal yang kemudian dinobatkan jadi raja
serta diHindukan, sehingga jika rajanya beragama Hindu maka akan lebih mudah untuk
menyebarkan agama Hindu di daerahnya.

Proses ini tidak dapat terjadi hanya satu kali langsung diterima tetapi membutuhkan proses yang
lama.

Masuknya Agama Budha ke Indonesia :

Dalam ajaran agama budha juga terdapat misi khusus untuk menyebarkan agama Budha, misi
tersebut dikenal dengan Dharmadhuta. Untuk menjalankan misinya tersebut maka pendeta
Budha melalui jalur pelayaran dan perdagangan menuju ke Indonesia. Setibanya di Indonesia
mereka akan menemui raja/ penguasa lokal setempat guna meminta izin untuk menyebarkan
agama Budha. Selanjutnya mereka mulai mengajarkan dan menyebarkan agama Budha, jika
pengusa lokal tertarik dan memutuskan untuk menganut ajaran agama Budha itu akan menjadi
semakin mudah bagi perkembangan agama Budha di daerah tersebut. Jikapun raja tidak tertarik
menganut agama Budha tapi memberi izin pada para pendeta tersebut untuk menyebarkan agama
Budha maka mereka akan mendirikan perkumpulan umat/ jemaat Budha yang disebut Sangha.

Dari keempat teori yang ada menurut para ahli tidak ada yang cocok menyatakan proses
perkembangan agama dan budaya Hindu-Budha di Indonesia sehingga mereka mengemukakan
suatu teori baru untuk menjelaskan proses perkembangan agama Hindu-Budha di Indonesia yaitu
Teori Arus Balik.

Teori Arus Balik sepakat bahwa yang membawa masuk agama dan budaya Hindu-Budha di
Indonesia adalah para pendeta India, tetapi yang menyebarkan agama Hindu-Budha ke rakyat
Indonesia bukan para pendeta India melainkan orang Indonesia yang diutus oleh raja Indonesia
untuk mempelajari agama dan budaya para pendeta India di negara asalnya yaitu India. Setelah
utusan tersebut menguasai ajaran agama maka mereka akan kembali ke Indonesia dan
menyampaikan pada raja. Raja yang telah mendapat laporan selanjutnya akan meminta utusan

8
tersebut menyebarkan dan mengajarkan pengetahuan yang di peroleh dari India tersebut pada
penduduk/ rakyat kerajaan tersebut. Maka semakin berkembanglah ajaran agama baik Hindu
maupun Budha dan terbentuklah kerajaan yang berciri baik itu Hindu maupun Budha.

Jadi kesimpulan proses masuk dan berkembangnya agama dan budaya Hindu-Budha ke
Indonesiaadalah sebagai berikut.

Agama Budha

Agama Budha masuk ke Indonesia dibawa oleh para pendeta didukung dengan adanya misi
Dharmadhuta, kitab suci agama Budha ditulis dalam bahasa rakyat sehari-hari, serta dalam
agama Budha tidak mengenal sistem kasta. Para pendeta Budha masuk ke Indonesia melalui 2
jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan, yaitu melalui jalan daratan dan lautan. Jalan darat
ditempuh lewat Tibet lalu masuk ke Cina bagian Barat disebut Jalur Sutra, sedangkan jika
menempuh jalur laut, persebaran agama Budha sampai ke Cina melalui Asia Tenggara.
Selanjutnya sampai ke Indonesia mereka akhirnya bertemu dengan raja dan keluarganya serta
mulai mengajarkan ajaran agama Budha, pada akhirnya terbentuk jemaat kaum Budha. Bagi
mereka yang telah mengetahui ajaran dari pendeta India tersebut pasti ingin melihat tanah tempat
asal agama tersebut secara langsung yaitu India sehingga mereka pergi ke India dan
sekembalinya ke Indonesia mereka membawa banyak hal baru untuk selanjutnya disampaikan
pada bangsa Indonesia. Unsur India tersebut tidak secara mentah disebarkan tetapi  telah
mengalami proses penggolahan dan penyesuaian. Sehingga ajaran dan budaya Budha yang
berkembang di Indonesia berbeda dengan di India.

Agama Hindu

Para pendeta Hindu memiliki misi untuk menyebarkan agama Hindu dan melalui jalur
perdagangan akhirnya sampai di Indonesia. Selanjutnya mereka akan menemui penguasa lokal
(kepala suku). Jika penguasa lokal tersebut tertarik dengan ajaran Hindu maka para pendeta bisa
langsung mengajarkan dan menyebarkannya. Dalam ajaran agama Hindu konsepnya adalah
seseorang terlahir sebagai Hindu bukan menjadi Hindu maka untuk menerima ajaran agama
Hindu orang Indonesia harus di-Hindu-kan melalui upacara Vratyastoma dengan pertimbangan
kedudukan sosial/ derajat yang bersangkutan (memberi kasta). Hubungan India-Indonesia
berlanjut dengan adanya upaya para kepala suku/ raja lokal untuk menyekolahkan anaknya/
utusan khusus ke India guna belajar budaya India lebih dalam lagi. Setelah kembali ke tanah air
mereka kemudian menyebarkan kebudayaan India yang sudah tinggi. Bahkan tak jarang mereka
mendatangkan para Brahmana India untuk melakukan upacara bagi para penguasa di Indonesia,
seperti upacara Abhiseka, merupakan upacara untuk mentahbiskan seseorang menjadi raja. Jika
di suatu wilayah rajanya beragama Hindu maka akan memperkuat proses penyebaran agama
Hindu bagi rakyat di daerah tersebut

9
Sejarah Masuknya Islam Ke Indonesia

Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijrah atau abad ke tujuh/ke delapan
masehi. Ini mungkin didasarkan pada penemuan batu nisan seorang wanita muslimah yang
bernama Fatimah binti Maimun di Leran dekat Surabaya yang bertahun 475 H atau 1082 M.
Sedangkan menurut laporan seorang musafir Maroko Ibnu Batutah yang mengunjungi Samudra
Pasai dalam perjalanannya ke Negeri Cina pada 1345M, Agama islam yang bermadzhab Syafi’I
telah mantap disana selama seabad. Oleh karena itu, abad XIII biasanya dianggap sebagai masa
awal masuknya agama Islam ke Indonesia.
Islam datang ke wilayah-wilayah tersebut dapat diterima dengan baik, karena Islam
datang dengan membawa prinsip-prinsip perdamaian, persamaan antara manusia (tidak ada
kasta), menghilangkan perbudakan dan yang paling penting juga adalah masuk kedalam Islam
sangat mudah hanya dengan membaca dua kalimah syahadat dan tidak ada paksaan.
Menurut kesimpulan “Seminar Masuknya Islam ke Indonesia” di Medan tahun 1963, Islam
masuk ke Indonesia sudah semenjak abad pertama Hijriyah (abad ke-7 M).
“Seminar Masuknya Islam di Indonesia” tersebut menghasilkan keputusan sebagai berikut:
1) Menurut sumber-sumber yang kita ketahui, islam untuk pertama kalinya telah masuk ke
Indonesia pada abad pertama hijrah (abad ke 7/8 M) dan langsung dari Arab.
2) Daerah yang pertama didatangi oleh Islam ialah pesisir Sumatera dan bahwa setelah
terbentuknya masyarakat Islam, maka raja Islam yang pertama berada di Aceh.
3) Mubaliq-mubaliq Islam pertama yang datang ke Indonesia merangkap sebagai saudagar.
4) Penyiaran itu di Indonesia dilakukan secara damai.
5) Kedatangan Islam membawa kecerdasan dan peradaban yang tinggi dalam membentuk
kepribadian bangsa Indonesia dalam menahan penderitaan dan perjuangan melawan
penjajahan bangsa asing.

Beberapa Teori Masuknya Islam ke Indonesia


Proses masuknya agama Islam ke Indonesia tidak berlangsung secara revolusioner, cepat,
dan tunggal, melainkan berevolusi, lambat-laun, dan sangat beragam. Menurut para sejarawan,
teoriteori tentang kedatangan Islam ke Indonesia dapat dibagi menjadi:
1. Teori Mekah
Teori Mekah mengatakan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia adalah
langsung dari Mekah atau Arab. Proses ini berlangsung pada abad pertama Hijriah atau
abad ke-7 M. Tokoh yang memperkenalkan teori ini adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau
HAMKA, salah seorang ulama sekaligus sastrawan Indonesia. Hamka mengemukakan
pendapatnya ini pada tahun 1958, saat orasi yang disampaikan pada dies natalis Perguruan
Tinggi Islam Negeri (PTIN) di Yogyakarta. Ia menolak seluruh anggapan para sarjana Barat
yang mengemukakan bahwa Islam datang ke Indonesia tidak langsung dari Arab.

Pandangan HAMKA ini hampir sama dengan Teori Sufi yang diungkapkan oleh A.H. Johns
yang mengatakan bahwa para musafirlah (kaum pengembara) yang telah melakukan islamisasi

10
awal di Indonesia. Kaum Sufi biasanya mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya untuk
mendirikan kumpulan atau perguruan tarekat.

2. Teori Gujarat
Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari
Gujarat pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Gujarat ini terletak di India bagain barat,
berdekaran dengan Laut Arab. Teori Gujarat kemudian juga dikembangkan oleh J.P. Moquetta
(1912) yang memberikan argumentasi dengan batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang wafat pada
tanggal 17 Dzulhijjah 831 H/1297 M di Pasai, Aceh. Menurutnya, batu nisan di Pasai dan
makam Maulanan Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur, memiliki bentuk
yang sama dengan nisan yang terdapat di Kambay, Gujarat. Moquetta akhirnya berkesimpulan
bahwa batu nisan tersebut diimpor dari Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh orang Gujarat atau
orang Indonesia yang telah belajar kaligrafi khas Gujarat. Alasan lainnya adalah kesamaan
mahzab Syafei yang di anut masyarakat muslim di Gujarat dan Indonesia

3. Teori Persia
Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari
daerah Persia atau Parsi (kini Iran). Pencetus dari teori ini adalah Hoesein Djajadiningrat,
sejarawan asal Banten. Dalam memberikan argumentasinya, Hoesein lebih menitikberatkan
analisisnya pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan
Indonesia. Tradisi tersebut antara lain: tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyuro sebagai hari
suci kaum Syiah atas kematian Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad, seperti yang berkembang
dalam tradisi tabut di Pariaman di Sumatera Barat. Istilah “tabut” (keranda) diambil dari bahasa
Arab yang ditranslasi melalui bahasa Parsi.

4. Teori Cina
Teori Cina mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya di
Jawa) berasal dari para perantau Cina. Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya Arus Cina-
Islam-Jawa menyatakan, menurut kronik masa Dinasti Tang (618-960) di daerah Kanton,
Zhang-zhao, Quanzhou, dam pesisir Cina bagian selatan, telah terdapat sejumlah
pemukiman Islam. Teori Cina ini bila dilihat dari beberapa sumber luar negeri (kronik) maupun
lokal (babad dan hikayat), dapat diterima.
Bukti-bukti lainnya adalah masjid-masjid tua yang bernilai arsitektur Tiongkok yang didirikan
oleh komunitas Cina di berbagai tempat, terutama di Pulau Jawa. Pelabuhan penting sepanjang
pada abad ke-15 seperti Gresik, misalnya, menurut catatan-catatan Cina, diduduki pertama-tama
oleh para pelaut dan pedagang Cina

Awal Masuknya Agama Kristen Di Indonesia

11
Agama Katolik untuk pertama kalinya masuk ke Indonesia pada bagian pertama abad
ketujuh di Sumatera Barat.Fakta ini ditegaskan kembali oleh (Alm) Prof. Dr. Sucipto
Wirjosuprapto.Untuk mengerti fakta ini perlulah penelitian dan rentetan berita dan kesaksian
yang tersebar dalam jangka waktu dan tempat yang lebih luas.Berita tersebut dapat dibaca dalam
sejarah kuno karangan seorang ahli sejarah Shaykh Abu Salih al-Armini yang menulis buku
"Daftar berita-berita tentang Gereja-gereja dan pertapaan dari provinsi Mesir dan tanah-tanah di
luarnya". yang memuat berita tentang 707 gereja dan 181 pertapaan Serani yang tersebar di
Mesir, Nubia, Abbessinia, Afrika Barat, Spanyol, Arabia, India dan Indonesia. Dengan terus
dilakukan penyelidikan berita dari Abu Salih al-Armini kita dapat mengambil kesimpulan kota
Barus yang dahulu disebut Pancur dan saat ini terletak di dalam Keuskupan Sibolga di Sumatera
Barat adalah tempat kediaman umat Katolik tertua di Indonesia. Di Barus juga telah berdiri
sebuah Gereja dengan nama Gereja Bunda Perawan Murni Maria (Gereja Katolik Indonesia seri
1, diterbitkan oleh KWI)

Proses masuknya agama kristen ke Indonseia terjadi dalam dua gelombang, yaitu:

Pertama, masuk sejak zaman kuno.Menurut Cosmas Indicopleustes dalam bukunya


Topograhica Christina,diceriterakan pada abad ke-6 sudah ada komunitas Kristiani di India
Selatan, di pantai Malabar, dan Sri Langka.Dari Malabar itu agama Kristen menyebar ke
berbagai daerah. Pada tahun 650 agama Kristen sudah mulai berkembang di Kedah
(Semenanjung Malaya) dan sekitarnya.Pada abad ke-9 Kedah berkembang menjadi pelabuhan
dagang yang sangat ramai di jalur yang menghubungkan India-Aceh-Barus-Nias melalui Selat
Sunda-Laut Jawa dan terus ke Cina.Jalur inilah yang disebut sebagai jalur penyebaran agama
Kristen dari India ke Nusantara.Diberitahukan bahwa agama Kristen mulai tumbuh di Barus
(Fansur).Di daerah ini terdapat gereja yang dikenal Gereja Bunda Perawan Murni
Maria.Disebutkan juga di dekat Barus terdapat desa tua yang dinamakan Desa Janji Mariah.
Dari uraian tersebut maka dapat dijelskan
bahawa agama Kristen (Katolik dan Protestan) masuk dengan cara damai melalui kegiatan
pelayaran dan perdagangan.Agama ini tumbuh di daerah-daerah pantai di Semenanjung Malaya
dan juga pantai barat di Sumatera.Penganut agama Kristen hidup dikota-kota pelabuhan sambil
beraktivitas sebagai pedagang.Mereka kemudian juga membuat pemukiman di daerah itu.

12
Kedua, dengan datangnya bangsa Barat ke Indonesia pada abad ke 16.Kedatangan bangsa
semakin mempercepat penyebaran agama Kristen ke Indonesia.Telah diterangakan bahwa pada
abad ke 16 telah terjadi penjelajahan samudera untuk menemukan dunia baru oleh karena itu
zaman ini sering disebut The Age of Discovery dengan semboyan gold, glory, gospel telah
memotivasi dan semboyan itu maka penyebaran agama Kristen oleh orang Portugis tidak terlepas
dari kepentingan ekonomi dan politik.Setelah menguasai Malaka tahun 1511 Portugis kemudian
meluaskan ekploitasi ke Kepulauan Maluku dengan maksud memburu rempah-rempah. Pada
tahun 1512 pertama kali bangsa Portugis mendarat di Hitu (Ambon) Kepulauan Maluku.Pada
waktu itu perdagangan di Pulau Igis ramai.Melalui perdagangan itu pula Islam sudah
berkembang di Maluku Kemudian bangsa Portugis datang untuk menyebarkan agama Katolik
dibeberapa daerah di Kepulauan Maluku. Para penyebar agama Katolik di awali oleh para pastor
(padre berarti imam dalam bahasa Portugis).Pastor yang terkenal adalah Pastor Franciscus
Xaverius SJ dari ordo Yesuit dan Metteo Ricci.Ia aktif mengunjungi desa-desa sepanjang Pantai
Leitimor, Kepulauan Lease, Pulau Ternate, Halmahera Utara, dan Morotai.Franciscus Xaverius
dan Motteo Ricci juga dikenal sebagai penyebar Katolik di India, Cina dan Jepang. Usaha
penyebaran Katolik dilanjutkan oleh pastor lain.Kemudian di Nusa tenggara Timur seperti
Flores, Solor, dan Timor agama Katolik berkembang tidak terputus sampai sekarang.
Berikutnya agama Kristen berkambang di Maluku
terutama setelah VOC menguasai Ambon.Pada waktu itu para zending aktif menyebarkan agama
baru ini dengan semangat piesme, yaitu menekankan pertobatan orang-orang Kristen.Penyebaran
ini lebih intensif saat Raffles berkuasa.Katolik dan Kristen berkembang di Indonesia
Timur.Beberapa penyebar agama Kristen terkenal dari negeri Belanda seperti Dr. Nomensen,
Sbastian Danchaerts dan Heurnius yang berjasa di daerah Tapanuli, Ambon, Jakarta,
Kalimantan, Sulawesi Selatan dan pulau lainnya. Agama Katolik berkembang di Minahasa
setelah Portugis singgah pada abad ke-16 yang dipimpin oleh pastor Diogo de Magelhaens dan
Pedro de Mascarenhas.Peristiwa ini terjadi pada tahun 1563, yang dikatakan sebagai tahun
masuknya Katolik di Sulawesi Utara.Tercatat pada waktu itu telah tercatat dan raja menyatakan
masuk agama Katolik.Misalnya Raja Babotehu bersama 1500 rakyatnya telah di babtis oleh
Magelhaens

Daftar Pustaka:

13
1. https://www.garudacitizen.com/sejarah-bahasa-indonesia-dan-asal-usulnya/

2. Poesponegoro, marwati djoened, dan notosusanto, nugroho. 2007. Sejarah Nasional


Indonesia. Balai Pustaka. Yogyakarta

3. Gamal, Komandoko.2010.Ensiklopedia Pelajar dan Umum; Buku Serba Tahu tentang Pengetahuan
Umum Indonesia dan Dunia.Yogyakarta : Pustaka Widyatama.
4. Soedjipto, Abimanyu.2014. Kitab Sejarah Terlengkap; Kearifan Raja-raja Nusantara Sejarah dan
Biografinya.Yogyakarta : Laksana.
5. Poesponegoro dan Notosusanto. 1990.Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka.
6. http://www.melayuonline.com.Kerajaan Kutai Martapura I Melayu online (diakses pada tanggal
20 Maret 2017 pukul 13.47)

14

Anda mungkin juga menyukai