Anda di halaman 1dari 14

JELASKAN PERBEDAAN

GERAKAN MASYAKAT DI DUNIA


DAN GERAKAN MASYARAKAT
SIPIL INDONESIA
Nama kelompok :
Wika Sri Ningsih (E1041191072)
Yulius Rupinas (E1041191046)
Bima bahriansyah (E1041191078)
UTS Gusti Febry Maulana (E1041161034)
MASYARAKAT
SIPIL &
DEMOKRASI
Perbedaan gerakan masyarakat sipil
Indonesia dan di dunia
Yang membedakan gerakan masyarakat di Dunia dengan gerakan masyarakat sipil diIndonesia yang dapat di
lihat dari gerakan politik nya dimana pada masyarakat sipil di Indonesia yang asas kenegaraan nya menganut
asas demokrasi, dimana masyarakat atau bagian dari warga negara nya memiliki hak asasi dalam memilih
politik, lebih luas maksud dari hak asasi dalam memilih politik itu merupakan bagian dari hak turut serta dalam
pemerintahan. Negara-negara yang menganut demokrasi, pada umumnya mengakomoodir hak politik
warganya dalam suatu penyelenggaraan pemilihan umum maupun tidak langsung. Dimana gerakan masyarakat
sipil diIndonesia ikut dalam pemilihan politik.
Adapun kesluruhan penggunaan hak politik pada masyarakat sipil di Indonesia dibedakan atas dua kelompok
yaitu :
● Hak politik yang dicerminkan oleh tigkah laku politik masyarakat.Biasanya penggunaannya berupa hak
pilih dalam pemilihan umum, keterlibatan dalam organisasi politik dan kesertaan masyarakat dalam
gerakan politik seperti demonstrasi dan huru-hara.
● Hak politik yang dicerminkan dari tigkah laku politik elit. Dalam hal ini, tingkah laku elit dipahami
melalui tata cara memperlakukan kekuasaan, penggunaan kekuasaan dan bentuk hubungan kekuasaan antar
elit, dan dengan masyarakat.
Gerakan Masyarakat di Dunia
Kemudian untuk konsep gerakan masyarakat sipil didunia atau ditingkat internasional pertama kali muncul
pada tahun 1990-an. Masyarakat sipil memiliki pemahaman berbeda yang bergantung kepada periode waktu,
tempat, perspektif teoritis serta pemaknaan politik. Masyarakat sipil global dapat digolongkan menjadi tiga
kelompok mayoritas, yakni conformist, reformist dan radicals. Conformist merupakan kelompok kenegaraan
yang menjunjung tinggi dan memperjuangkan norma serta aturan yang telah. Reformist merupakan entitas
yang dimiliki negara bertujuan untuk memperbaiki rezim yang telah ada. Radicals merupakan kelompok
gerakan sosial yang bertujuan untuk merubah keseluruhan tatanan sosial yang ada. Konsep masyarakat sipil
internasional memiliki relevansi yang saling tumpang tindih dengan konsep nasionalisme. Hal ini dikarenakan
konsep masyarakat sipil global yang memiliki kecenderungan untuk membentuk adannya pluralisme dan
peleburan dalam tatanan internasional.
PERMASALAHAN, STARTEGI, DAN
PENCAPAIAN MASYARAKAT SIPIL INDONESIA
Kalau konsep di atas kita terapkan di Indonesia, maka bisa dikatakan bahwa secara historis kelembagaan
civil society telah muncul ketika proses transformasi akibat modernisasi terjadi dan menghasilkan
pembentukan sosial baru yang berbeda dengan masyarakat tradisional. Jadi akar-akar civil society di
Indonesia bisa dirunut secara historis semenjak terjadinya perubahan sosial ekonomi pada masa kolonial,
utamanya ketika kapitalisme merkantilis mulai diperkenalkan oleh Belanda. Ia telah ikut mendorong
terjadinya pembentukan sosial lewat proses industrialisasi, urbanisasi dan pendidikan modern. Hasilnya,
antara lain, adalah munculnya kesadaran baru di kalangan kaum elite pribumi yang kemudian mendorong
terbentuknya organisasi-organisasi sosial modern di awal abad ke-20. Gejala ini menandai mulai
bersemainya civil society di negeri ini. Dalam perjalanannya, pertumbuhan civil society Indonesia pernah
mengalami suatu masa yang cukup menjanjikan bagi pertumbuhannya. Hal ini terjadi pada masa
pascarevolusi (tahun 1950-an), pada saat organisasi-organisasi sosial dan politik dibiarkan tumbuh bebas
dan memperoleh dukungan kuat dari warga masyarakat yang baru saja merdeka. Tambahan pula, pada
periode ini, negara yang baru lahir belum memiliki kecenderungan intervensionis, sebab kelompok elite
penguasa berusaha keras untuk mempraktikkan sistem Demokrasi Parlementer.
Tak pelak lagi, ia menciptakan kekuatan masyarakat yang pada saatnya akan mampu untuk menjadi penyeimbang
atau pengawas terhadap kekuatan negara. Sayang sekali, iklim demikian tak berlangsung lama sehingga dapat
membuat civil society di negeri kita bisa memiliki akar yang kokoh. Yang terjadi justru sebaliknya. Civil society
yang mulai berkembang itu segeramengalami penyurutan terus menerus. Bahkan akibat dari krisis-krisis politik
pada level negara ditambah dengan kebangkrutan ekonomi dalam skala massif, distorsi-distorsi dalam manyarakat
pun meruyak. Hal ini pada gilirannya menghalangi kelanjutan perkembangan civil society.Malahan, ormas-ormas
dan lembaga-lembaga sosial berubah menjadi alat bagi merebaknya politik aliran dan pertarungan berbagai
ideologi. Dapat dikatakan bahwa ketika dasawarsa 1950-an berakhir dan dasawarsa 1960-an dimulai, civil society
yang baru berkembang di negeri kita telah mengalami kemandekan bahkan kemunduran.
Kondisi civil society demikian mencapai titik yang paling parah di bawah rezim Soekarno. Yang ditopang oleh upaya
penguatan negara, dilakukan dengan dukungan elite kekuasaan yang baru. Kendati demikian upaya ini harus menunggu
sampai munculnya Orde Baru untuk benar- benar berhasil. Di bawah rezim Demokrasi Terpimpin, politik Indonesia
didominasi oleh penggunaan mobilisasi massa sebagai alat legitimasi politik. Akibatnya, setiap usaha yang dilakukan
oleh anggota masyarakat untuk mencapai kemandirian berisiko dicurigai sebagai kontra-revolusi. Demikian pula,
menguatnya kecenderungan ideologisasi politik telah mempertajam polarisasi politik sehingga merapuhkan kohesi sosial.
Tumbangnya rezim Soekarno dan munculnya Orde Baru menunjuk- kan proses restrukturisasi politik, ekonomi dan
sosial mendasar yang membawa dampak-dampak tersendiri bagi perkembangan civil society di Indonesia. Pada dataran
sosial-ekonomi akselerasi pembangunan lewat industrialisasi telah berhasil menciptakan pertumbuhan ekonomi yang
belum pernah terjadi sebelumnya. Ia juga mendorong terjadinya perubah-an struktur sosial masyarakat Indonesia yang
ditandai dengan tergesernya pola-pola kehidupan masyarakat agraris. Kelas-kelas sosial baru dalam masyarakat tumbuh
dan berkembang, utamanya terbentuknya kelas menengah yang ada di wilayah urban. Demikian pula dengan semakin
tingginya tingkat pendidikan anggota masyarakat, maka tuntutan akan perbaikan kualitas kehidupan pun menjadi
semakin tinggi. Pada dataran politik, Orde Baru melanjutkan upaya sebelumnya untuk memperkuat posisi negara di
segala bidang. Ini tentu saja harus dibayar dengan merosotnya kemandirian dan partisipasi politik anggota masyarakat.
Penetrasi negara yang kuat dan jauh, terutama lewat jaringan birokrasi dan aparat keamanan, telah mengakibatkan
semakin menyempit- nya ruang-ruang bebas yang dulu pernah ada
Akibatnya, kondisi civil society dan pertumbuhannya di bawah Orde Baru menampilkan berbagai paradoks. Misalnya,
dengan semakin berkembangnya kelas menengah ia seharusnya semakin mandiri sebagai pengimbang kekuatan
negara seperti yang terjadi di negara-negara kapitalis Barat. Namun tidak demikian kenyataannya. Kelas menengah
yang tumbuh ternyata memiliki ciri yang berbeda dengan yang tumbuh di Barat akibat proses modernisasi, yakni
adanya ketergantungannya yang sangat tinggi terhadap negara. Hal ini terutama tampak pada kelas kapitalis Indonesia
yang berkembang melalui kedekatan dengan negara dan elite penguasa. Apa yang dikenal sebagai ersatz capitalism
(kapitalis semu) di Indonesia adalah perwujudan yang membedakannya dengan kelas kapitalis di Barat. Lebih dari itu
berbeda dengan di Barat, kelas menengah di negeri ini juga masih belum mampu mengatasi problem kultural yang
berbentuk keterkaitan primordial. Maka terjadilah pemilahan kelas menengah pribumi dan nonpribumi, Muslim dan
non-Muslim, bahkan Jawa dan non-Jawa. Walaupun ini sering diingkari atau ditutup-tutupi secara formal, dalam
kenyataan sulit diingkari bahwa pemilahan ini sangat berpengaruh terhadap munculnya solidaritas di kalangan para
anggotanya. Akibatnya, negara dengan mudah melakukan penetrasi dan pencegahan bagi timbulnya solidaritas kelas
menengah yang solid. Setiap upaya dari elemen-elemen dalam kelas menengah untuk memperluas kemandiriannya
akan segera dihentikan, antara lain, dengan memanipulasi sekat-sekat primordial ini.
PERMASALAHAN, STARTEGI, DAN
PENCAPAIAN MASYARAKAT SIPIL
Gerakan masyarakat di dunia memiliki INDONESIA
sesutau aturan seperti memiliki hal apa yang ingin mereka lakukan
selagi hal yang dilakukan tidak masuk dalam kriminalitas atau bisa dikatakan gerakan masyarakat di dunia
memiliki kebebasan dalam melakukan segala aktifitas atau bisa dikatakan dengan politik liberal. Sistem Politik
Demokrasi Liberal merupakan salah satu sistem politik yang populer pasca perang dingin. Perubahan geo
politik yang mempercepat arus globalisasi mengakibatkan banyak negara mengadopsi sistem politik
demkrokarsi liberal. Hal itu karena sistem politik ini lebih mengedepankan kebebasan individu dan kedaulatan
rakyat.
Sistem Politik Demokrasi Liberal adalah sebuah sistem politik yang memberikan keleluasaan kepada rakyat
secara luas. Masyarakat bebas secara individu maupun golongan untuk berserikat. Artinya dalam sistem
demokrasi liberal kebebesan individu menjadi pioner utama dalam kehidupan sosial. Di sisi lain keputusan
pemerintah tidak boleh melanggar kebebasan dan hak-hak individu sebagaimana tercantum dalam konstitusi.
Demokrasi liberal ini berakar pada teori kontrak sosial yang lahir pada masa pencerahan oleh seorang pemikir
seperti Jean-Jacques Rousseau, John Locke dan Thomas Hobbes.
Pasca perang dingin ada pergeseran yang signifikan pada situasi politik dan ekonomi. Arus industrialisasi
menjamah di berbagai negara sehingga ekonomi melintas batas tanpa mengenal teritori.Keuntungan kekuatan
ekonomi dan sumber daya dimanfaatkan negara maju untuk menyebarkan Ideologinya. Tentu salah satunya
sistem politik demokrasi liberal.  Hal ini yang membuat gerakan masyarakat seperti apatis tidak perduli apa
yang mereka lakukan pada lingkungan sekitar
Permasalahan yang terjadi yaitu rendahnya tingkat kesejahteraan rakyat pada masa demokrasi liberal karena
pemerintah terlalu fokus pada perkembangan politik sehingga tidak terlalu memperhatikan pekembangan
ekonomi.
Maraknya berbagai pemberontakan di daerah pada masa demokrasi liberal karena berbagai ketidakpuasan
daerah atas penyelenggaraan pemerintahan di pusat sehingga mengganggu keamanan dan memperburuk
pertumbuhan ekonomi
Tingginya tingkat kesenjangan sosial antara orang kaya dan orang miskin pada masa demokrasi liberal.
Kesenjangan sosial ini dipicu oleh karena maraknya praktik korupsi baik dari oknum pemerintahan maupun
dari oknum partai.
Berbelit – berbelitnya kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang berkuasa pada masa demokrasi liberal.
Strategi yang dilakukan suatu negara didunia terhadap gerakan masrayakat adalah dengan melakukan suatu
kebijakan yang berpangruh terhadap kemajuan masyarakat negara di dunia serta melakukan suatu kegiatan
yang didalam kegiatanya mempengaruhi system kehidupan bermasyarakat pada suatu negara seperti contoh
melakukan pertemuan dari berbagai negara untuk menciptakan kerja sama agar dapat menimbulkan dampak
yang baik bagi seluruh masyarakat di negara itu dan menjaga keharmonisan pada setiap negara agar
terciptanya kedamaian pada negara itu
GAMBAR GERAKAN
MASYARAKAT SIPIL DI
INDONESIA
GAMBAR GERAKAN MASYARAK DI
DUNIA
SUMBER DATA
BUKU DEMOKRASI DAN CIVIL SOCIETY KARYA
MUHAMMAD AS HIKAM

Adam Michnik, “The Two Faces of Europe” dalam Writing


on the East Selected Essay on Estern Europe, The New
Yorker Review of Books, 1990.

Adam Schwartz, Indonesia: Nation in Waiting, London,


Roudledge, 1994.

http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/index.php?option=co
m_content&view=article&id=2941:hak-politik-warga-nega
ra-sebuah-perbandingan-konstitusi&catid=100&Itemid=18
0

http://mochamad-arya-seta-fisip14.web.unair.ac.id/
artikel_detail-170149-Kosmopolitanisme%20Nasionalisme
%20dan%20Fundamentalisme-Nasionalisme%20Dan
%20Masyarakat%20Sipil%20Internasional.html

Anda mungkin juga menyukai