Anda di halaman 1dari 24

OM SWASTYASTU

TUGAS PPKN
Penerapan Pancasila dari Masa ke Masa

Kelompok 2
Nama anggota :
 Gusti Ayu Siska Rahma Sari (11)
 I Dewa Made Bayu Permana Putra (13)
 I Putu Yoga Satwika (26)
 Ni Made Chantika Ananda Belva (32)
 Putu Ngurah Danan Jaya Pandita (38)
 
 
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Penerapan Pancasila dari masa ke masa :
Masa Orde Lama
Masa Orde Lama adalah masa pencarian bentuk penerapan pancasila
terutama dalam sistem kenegaraan. Terdapat tiga periode penerapan
Pancasila yang berbeda, yaitu periode 1945-1950, periode 1950-1959, dan
periode 1959-1966.
a.Periode 1945-1950
Ada upaya mengganti pancasila sebagai dasar Negara dan pandangan
hidup bangsa. Upaya-upaya tersebut terlihat dari munculnya gerakan-gerakan
pemberontakan.
Ada dua pemberontakan yang terjadi pada periode ini yaitu:
 Pemberontakan partai komunis Indonesia (PKI) di Madiun yang terjadi
pada tanggal 18 September 1948. Pemberontakan ini dipimpin oleh Muso
tujuan utamanya adalah mendirikan Negara Soviet Indonesia yang
berideologi komunis.
 Pemberontakan Darul Islam atau Tentara Islam Indonesia dipimpin oleh
Sekarmadji Marijan Kartosuwiryo. Pemberontakan ini ditandai dengan didirikannya
Negara Islam Indonesia (NII) oleh Kartosuwiryo pada tanggal 17 Agustus 1949.
Tujuan didirikan NII adalah untuk mengganti pancasila sebagai dasar Negara dengan
syariat Islam. Kartosuwiryo bersama para penggikutnya baru bisa ditangkap pada
tanggal 4 Juni1962.
b.Periode 1950-1959
Pada periode ini, dasar negara masih tetap Pancasila, akan tetapi dalam
penerapannya lebih diarahkan pada ideologi liberalisme. Hal tersebut dapat dilihat
dilihat dalam penerapan sila keempat yang tidak lagi berjiwakan musyawarah
mufakat, melainkan suara terbanyak(voting).
Pada periode ini, persatuan dan kesatuan mendapat tantangan yang berat dengan
munculnya pemberontakan Republik Maluku Selatan(RMS), Pemerintah
Revolusioner Republik Indonesia(PRRI), dan Perjuangan Rakyat Semesta(Permesta)
yang ingin melepaskan diri dari NKRI. Dalam bidang politik, demokrasi berjalan
lebih baik dengan terlaksananya PEMILU 1955 yang dianggap paling demokratis.
Namun anggota Konstituante hasil pemilu tidak dapat menyusun Undang-Undang
Dasar/UUD seperti yang diharapakan. Hal ini menimbulkan krisis politik, ekonomi,
dan keamanan, yang menyebabkan pemerintah mengeluarkan Dekrit Presiden 1959.

Kesimpulan yang ditarik dari penerapan Pancasila selama periode ini adalah
Pancasila diarahkan sebagai ideologi liberal yang ternyata tidak menjamin stabilitas
pemerintahan.
c.Periode 1959-1966
Periode ini dikenal sebagai periode demokrasi terpimpin. Demokrasi dimaknai
bukan berada pada kekuasaan rakyat sehingga yang memimpin adalah nilai-nilai
Pancasila tetapi berada pada kekuasaan pribadi Presiden Soekarno. Terjadilah
berbagai penyimpangan penafsiran terhadap Pancasila dalam konstitusi. Akibatnya,
Soekarno menjadi otoriter, diangkat dan komunis (Nasakom), yang ternyata tidak
cocok bagi NKRI. Terbukti adanya kemerosotan moral di sebagian masyarakat yang
tidak lagi hidup bersendikan nilai-nilai Pancasila dan berusaha untuk menggantikan
Pancasila dengan Ideologi lain.
Pada periode ini terjadi Pemberontakan PKI pada tanggal 30 September 1965
yang dipimpin oleh D.N Aidit. Tujuan pemberontakan ini adalah kembali
mendirikan Negara Soviet di Indonesia serta mengganti Pancasila dengan paham
komunis. Pemberontakan ini dapat digagalkan.Semua pelakunya berhasil ditangkap
dan dijatuhi hukuman sesuai dengan perbuatannya.
Masa Orde Baru
Era demokrasi terpimpin di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno mendapat
tamparan yang keras ketika terjadi peristiwa tanggal 30 September 1965, yang
disinyalin didalangi oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Pembentrokan PKI
tersebut membawa akibat yang teramat fatal bagi partai itu sendiri, yakni
tersisihkannya partai tersebut dari arena perpolitikan Indonesia. Begitu juga
dengan Presiden Soekarno yang berkedudukan sebagai pemimpin besar revolusi
dan panglima angkatan perang Indonesia secara pasti sedikit demi sedikit
kekuasaannya dikurangi bahkan dilengserkan dari jabatan Presiden pada tahun
1967, sampai pada akhirnya ia tersingkir dari arena perpolitikan nasional.
Harapan rakyat tersebut tidak sepenuhnya terwujud. Hal tersebut disebabkan
tidak adanya perubahan yang lebih baik dari kehidupan politik Indonesia. Antara
orde Baru dan orde Lama sebenarnya sama saja (sama-sama otoriter). Dalam
perjalanan politik pemerintahan Orde Baru, kekuasaan Presiden merupakan pusat
dari seluruh proses politik di Indonesia. Lambang Kepresidenan merupakan
pengontrol utama lembaga negar lainnya, baik yang bersifat suprastruktur
(DPR,MPR,DPA,BPK,dan MA) maupun yang bersifat infrastruktur (LSM,Partai
Politik,dan sebagainya). Selain itu, Presiden Soeharto juga mempunyai sejumlah
legalitas yang tidak dimiliki oleh siapapun seperti Pengembangan Supersemar,
Mandataris MPR, Bapak Pembangunan dan Panglima Tertinggi ABRI.
Masa Reformasi
Kebebasan yang mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia saat ini meliputi
berbagai macam bentuk mulai dari kebebasan berbicara, berorganisasi, berekspresi
dan sebagainya. Kebebasan tersebut disatu sisi dapat memacu kreatifitas masyarakat,
tetapi disisi lainnya juga dapat mendatangkan dampak negatif yang dapat merugikan
bangsa Indonesia itu sendiri. Banyak hal negatif yang timbul sebagai akibat
penerapan konsep kebebasan yang tanpa batas, seperti munculnya pergaulan bebas,
dan pola atau cara komunikasi yang tidak beretika dapat memicu terjadinya
perpecahan dan sebagainya.
Tantangan lain dalam penerapan Pancasila di era Reformasi adalah menurunnya
rasa persatuan dan kesatuan diantara sesama warga bangsa saat ini. Hal ini ditandai
dengan adanya konflik di beberapa daerah, tawuran antar pelajar, tindak kekerasan
yang dijadikan sebagai alat untuk menyelesaikan permasalahan dan
sebagainya.Peristiwa-peristiwa tersebut telah banyak menelan korban jiwa antar
sesama warga bangsa dalam kehidupan masyarakat, seolah-olah wawasan
kebangsaan yang dilandasi oleh nilai-nilai Pancasila yang lebih mengutamakan
kerukunan telah hilang dari kehidupan masyarakat Indonesia.
Kemudian, selain dua tantangan tersebut, saat ini bangsa Indonesia dihadaokan pada
perkembangan dunia yang sangat cepat dan mendasar, serta berpacunya pembangunan
bangsa-bangsa. Dunia saat ini sedang terus bergerak mencari tata hubungan baru, baik
dilapangan politik, ekonomi, maupun pertahanan keamanan walaupun bangsa-bangsa di
dunia semakin menyadari bahwa mereka saling membutuhkan dan saling tergantung satu
dengan yang lain, namun persaingan antar kekuatan-kekuatan besar dunia dan perebutan
pengaruh masih berkecamuk. Salah satu cara untuk menanamkan pengaruh kepada
negara lain adalah melalui penyusupan ideologi, baik pengaruh kepada negara lain
adalah melalui penyusupan ideologi, baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Kewaspadaan dan kesiapan harus selalu kita tingkatkan untuk menanggulangi
penyusupan ideologi lain yang tidak sesuai dengan Pancasila. Hal ini lebih penting
artinya, karena bangsa kita termasuk bangsa yang sedang berkembang. Masyarakat yang
kita cita-citakan belum terwujud secara nyata, belum mampu memberikan kehidupan
yang lebih baik sesuai cita-cita bersama. Keadaan ini sadar atau tidak sadar, terbuka
kemungkinan bagi bangsa kita untuk berpaling dari Pancasila dan mencoba membangun
masa depannya dengan diilhami oleh suatu pandangan hidup atau dasar negara yang lain.
Hakikat Ideologi Terbuka

Ideologi merupakan istilah yang berasal dari Yunani. Terdiri dari dua kata, yaitu idea dan
logos. Idea artinya gagasan, konsep, pengertian dasar, dan cita cita serta kata logos yang
berarti ilmu. Kata idea berasal dari kosakata bahasa Yunani yaitu“eidos”yang berarti
bentuk. Disamping itu, ada pula kata idein, yang berarti melihat.
Dengan demikian , secara harfiah ,ideologi merupakan ilmu tentang pengertian-pengertian
dasar.
Ciri khas dari ideologi terbuka adalah nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari
luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan masyarakat itu sendiri.
Dasarnya adalah dari konsensus masyarakat, tidak diciptakan oleh negara, melaikan
ditemukan dalam masyarakat itu sendiri. Ideologi terbuka memiliki banyak sekali
keunggulan dibandingkan dengan ideologi tertutup. Yaitu :
Ideologi terbuka :
 Sistem pemikiran yang terbuka.

 Nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil
dari harta kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat itu sendiri.
 Dasar pembentukan ideologi bukan keyakinan ideologis sekolompok orang, melainkan
hasil musyawarah dan kesepakatan dari masyarakat sendiri.
 Tidak diciptakan oleh Negara, melainkan oleh masyarakat itu sendiri sehingga ideologi
tersebut adalah milik seluruh rakyat atau anggota masyarakat.
 Tidak hanya dibenarkan, melainkan dibutuhkan oleh seluruh warga masyarakat. 

Ideologi Tertutup :
 Sistem pemikiran yang tertutup.

 Cenderung untuk memaksakan dan mengambil nilai - nilai ideologi dari luar
masyarakatnya yang tidak sesuai dengan keyakinan dan pemikiran masyarakatnya.
 Dasar pembentukannya adalah cita-cita atau keyakinan ideologis perseorangan atau
satu kelompok orang.
 Pada dasarnya ideologi tersebut diciptakan oleh negara, dalam hal ini penguasa negara
yang mutlak harus diikuti oleh seluruh warga masyarakat.
 Pada hakikatnya ideologi tersebut hanya dibutuhkan oleh penguasa Negara untuk
melangengkan kekuasaannya dan cenderung memiliki nilai kebenaran hanya dari
sudut pandang penguasa saja.
Kedudukan Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
Seperti kita ketahui, budaya masyarakat Indonesia dalam mencapai kata sepakat
ditentukan melalui musyawarah dan kosensus dari masyarakat. Oleh karena itu,
bentuk dari proses pemikiran dari suatu masyarakat terbuka menjadi suatu dasar
kepribadian bangsa Indonesia sekaligus sebagai bagian dari konsep perumusan
Pancasila sebagai dasar negara.
Sistem pemikiran yang terbuka ini yang kemudian disebut dengan ideologi
terbuka. Ideologi terbuka sangat bertolak belakang dengan ideologi tertutup.
Pada ideologi tertutup cita-cita merupakan sekelompok orang saja, dipaksakan,
bersifat totaliter, pluralisme pandangan dan kebudayaan serta hak asasi ditiadakan.
Isi ideologi tertutup tidak hanya nilai-nilai dan cita-cita, tetapi juga menuntut konkret
dan operasional yang kurang mutlak.
Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat
reformatif, dinamis, dan terbuka. Maksudnya adalah bahwa ideologi Pancasila
memiliki sifat aktual dinamis antisipatif yang senantiasa dapat menyesuaikan dengan
perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika
perkembangan aspirasi masyarakat.
Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar yang
terkandung di dalamnya, namun mengeksplisitkan wawasannya secara lebih konkret,
sehingga memiliki kemampuan yang reformatif untuk memecahkan masalah-
masalah aktual yang senantiasa berkembang seiring dengan aspirasi masyarakat,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta zaman.
Dalam ideologi terbuka, terdapat cita-cita dan nilai-nilai yang mendasar yang
bersifat tetap. Dengan demikian, penjabaran ideologi dilaksanakan dengan
interpretasi yang kritis dan rasional. Sebagai salah satu contoh keterbukaan ideologi
Pancasila adalah dalam kaitannya dengan ekonomi (misalnya ekonomi kerakyatan),
demikian pula dalam kaitannya dengan pendidikan, hukum, kebudayaan, iptek,
hankam, dan bidang lainnya.
Nilai-nilai Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka

Berdasarkan ciri-ciri ideologi terbuka tersebut di atas, nilai-nilai yang terkadung dalam


ideologi Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah sebagai berikut.
a. Nilai Dasar
Yaitu hakikat kelima sila Pancasila yang meliputi Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan,
kemanusiaan, kerakyatan, dan keadilan. Nilai dasar tersebut merupakan esensi dari sila-sila
Pancasila yang bersifat universal sehingga dalam nilai dasar tersebut terkandung cita-cita,
tujuan, dan nilai-nilai yang bauk dan benar. Nilai dasar ideologi tersebut tertuang dalam
pembukaan UUD 1945.
Oleh karena Pembukaan UUD 1945 memuat nilai-nilai dasar ideologi Pancasila, maka
pembukaan UUD 1945 merupakan suatu norma dasar yang merupakan tertib hukum tertinggi,
sebagai sumber hukum positif sehingga dalam negara memiliki kedudukan sebagai pokok
kaidah negara yang fundamental.
Sebagai ideologi terbuka nilai dasar inilah yang bersifat tetap dan melekat pada kelangsungan
hidup negara sehingga engubah Pembukaan Pembukaan UUD 1945 yang memuat nilai dasar
Pancasila tersebut sama halnya dengan pembubaran negara. Adapun nilai dasar tersebut
kemudian dijabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945 yang di dalamnya terkandung lembaga-
lembaga penyelenggara negara, hubungan antar lembaga penyelenggara negara beserta tugas
dan wewenangnya.
b. Nilai Instrumental
Yang merupakan arahan, kebijakan strategi, sasaran, serta lembaga
pelaksanaannya. Nilai instrumental ini merupakan eksplisitasi, penjabaran lebih
lanjut dari nilai-nilai dasar ideologi Pancasila.
c. Nilai Praksis
Nilai praksis merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu realisasi
pengamalan yang bersifat nyata, dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat,
berbangsa dan bernegara. Dalam realisasi praksis inilah penjabaran nilai-nilai
Pancasila senantiasa berkembang dan selalu dapat dilakukan perubahan dan
perbaikan (reformasi) sesuai perkembangan zaman, ilmu pengetahuan serta aspirasi
masyarakat.
  
Dimensi Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka

Pancasila sebagai ideologi terbuka merupakan cerminan bangsa Indonesia yang


senantiasa terbuka dalam setiap dimensi kehidupan. Menurut Dr. Alfian, kekuatan
ideologi tergantung pada tiga dimensi yang dikandungnya, yaitu sebagai berikut :
1. Dimensi Realita
Perkembangan aspirasi dan pemikiran masyarakat Indonesia dalam mewujudkan cita-
citanya untuk hidup berbangsa dan bernegara secara nyata dan hidup dalam masyarakat
atau bangsanya. Misalnya, munculnya ideologi Pancasila pertama kali hingga kini.
2. Dimensi Fleksibilitas
Pancasila mempunyai sifat keluesan, dalam menjawab tantangan zaman di masa kini
maupun menghadapi masa depan tanpa harus kehilangan kepribadian dan arah tujuan
kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Dimensi Idealisme
Keterbukaan untuk menerima kemajuan zaman yang lebih baik yang sesuai
dengan nilai-nilai Idealisme. Pancasila tumbuh seiring dengan gerak perkembangan
bangsa melalui perwujudan dan pengamalan di kehidupan sehari-hari.
SEKIAN TUGAS DARI KELOMPOK KAMI BERAKHIR
BILA TERDAPAT KESALAHAN KATA DAN
PENYAMPAIAN MOHON MAAF DAN
PEMALKUMANNYA
AKHIR KATA KAMI UCAPKAN
OM SANTIH SANTIH SANTIH OM

Anda mungkin juga menyukai