Anda di halaman 1dari 9

·

Penerapan pancasila dari masa ke masa,


mulai dari orde lama hingga sekarang

Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia,


menjadi acuan hidup di setiap sendi-sendi kehidupan
masyarakat Indonesia. Pancasila lahir sejak 1 Juni 1945 atas
pemikiran panjang Ir. Sukarno beserta seluruh anggota
BPUPKI.Dalam pelaksanaannya, Pancasila sebagai Ideologi
kehidupan bangsa Indonesia tentu tidak selalu berjalan
mulus. Banyak ditemukan kendala hingga penyelewengan
dalam penerapannya dari masa ke masa.

Selama 75 tahun Indonesia mendeklarasikan


kemerdekaannya, terdapat 3 masa inti yang telah Indonesia
melewati, yakni masa Order Lama, masa Order Baru, dan
masa Orde Reformasi hingga saat ini. Berikut akan dijelaskan
penerapan nilai-nilai Pancasila dari masa ke masa.

Masa Orde Lama

Masa orde lama terjadi selama 20 tahun lamanya,


dimulai sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun
1945 hingga berakhir di tahun 1966.Dalam masa orde lama
ini terdiri atas 3 periode penerapan Pancasila:

Tahun 1945-1950

Tahun 1950-1959

Tahun 1956-1965

Tahun 1945-1950

Pada awal-awal kemerdekaan, terdapat beberapa oknum


yang sengaja ingin mengubah ideologi Pancasila sebagai
dasar hidup bangsa Indonesia melalui beberapa
pemberontakan. Salah satunya adalah pemberontakan Darul
Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TIII) yang dipimpin oleh
Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo. Ia membentuk NII. Tujuan
utama didirikannya Negara Islam Indonesia (NII) adalah
untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara dengan
syariat islam. Namun, akhirnya usaha penggantian tersebut
dapat digagalkan.

Tahun 1950-1959

Masa Orde baru terjadi pada tahun 1955 hingga 1960.


Pada periode ini dasar negara tetap Pancasila, akan tetapi
penerapannya lebih diarahkan kepada ideologi liberal. Hal
tersebut dapat dilihat dalam penerapan sila keempat yang
tidak lagi berjiwakan musyawarah mufakat, melainkan
menggunakan suara terbanyak (voting).Pada periode ini
persatuan dan kesatuan NKRI mendapat tantangan yang berat
dengan munculnya beberapa pemberontakan, diantaranya
Republik Maluku Selatan (RMS), Pemerintah
Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), dan Perjuangan
Rakyat Semesta (Permesta) yang ingin berusaha melepaskan
diri dari NKRI.

Kesimpulan yang ditarik dari penerapan Pancasila


selama periode ini adalah Pancasila diarahkan sebagai
ideologi liberal yang ternyata tidak menjamin stabilitas
pemerintahan.

Tahun 1956-1965

Terjadi beberapa kasus yang cukup mencekam. Lagi-


lagi, PKI berusaha untuk menggeser ideologi Indonesia yang
akan digantikan dengan ideologi komunis. Hingga meletuslah
tragedi G30S/PKI yang dipimpin oleh D.N Aidit.

Masa Orde Baru


Masa Orde Baru dalam pemerintahan dimulai dengan
masa transisi yang singkat yaitu pada tahun 1966-
1968.Jenderal Soeharto dipilih menjadi Presiden Republik
Indonesia. Era yang kemudian dikenal sebagai Orde Baru
dengan mengusung konsep Demokrasi Pancasila.

Soeharto dikenal sebagai tokoh utama Masa Orde Baru,


prestasinya mampu membubarkan PKI dari kancah politik
Indonesia yang cukup mengancam stabilitas
nasional.Soeharto memberikan secercah harapan kepada
masyarakat akan penerapan Pancasila sesuai dengan
semestinya. Namun pada kenyataannya, antara masa order
lama dan baru tetap sama saja. Sistem pemerintah pun tetap
bersifat diktator.

Masa Reformasi

Pada masa ini, keinginan untuk mengubah Ideologi


Pancasila sudah menipis. Masyarakat lebih dihadapkan
dengan gaya hidup bebas mengikuti perkembangan zaman
disertai dengan munculnya globalisasi.

Masyarakat terutama generasi muda tidak terlalu


memperdulikan penerapan Pancasila dalam kehidupannya.
Hal yang cukup dikhawatirkan adalah jika muncul kehadiran
ideologi lain yang berhasil disusupi oleh kemajuan teknologi
saat ini dan berhasil menaruh hati kepada generasi muda.

Penerapan Pancasila sebelum Reformasi 1998


mengalami berbagai cobaan, semisal munculnya berbagai
pemberontakan di era Orde Lama, atau upaya penyalagunaan
Pancasila atas nama kekuasaan pada rezim Orde Baru. Di era
Reformasi 1998 seiring lengsernya Soeharto dari kursi
kepresidenan dan selanjutnya, penerapan Pancasila juga
terhalang banyak godaan. Berakhirnya Orde Baru membuka
pintu gerbang kebebasan bagi rakyat Indonesia, nyaris di
semua lini kehidupan.
Ai Tin dan Asep Sutisna dalam buku ajar PPKN (2018)
mengungkapkan, penerapan Pancasila kini mendapatkan
tantangan dari kondisi masyarakat Indonesia yang benar-
benar mendapat kebebasan. Di satu sisi, adanya kebebasan
merupakan hal yang positif, semisal dengan munculnya
kreativitas dari anak-anak bangsa. Namun, ada juga beberapa
sisi negatifnya. Sebagai contoh adalah terjadinya pergaulan
bebas, cara interaksi yang tak beretika, penyalagunaan
narkoba dan minuman keras, anarkisme-vandalisme, konflik
horizontal, serta hal-hal lain yang dapat mengancam
keutuhan bangsa.
Penerapan Pancasila di Era Digital Prof. Dr. Ir. Reni
Mayerni, M.P. dalam Focus Group Discussion (FGD) tentang
"Mencari Bentuk Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam
Era Globalisasi" pada 9 Maret 2020, seperti dikutip dari
laman resmi Lembaga Ketahanan Nasional RI, mengatakan,
Pancasila merupakan ideologi terbuka. Sebagai ideologi
terbuka, Pancasila bisa memadukan beberapa nilai baru
dalam kehidupan bernegara.
Namun, kendati sifatnya terbuka, Pancasila harus dijaga
kemurniannya agar tidak terancam oleh ideologi-ideologi
lain. Kedatangan ideologi lain tidak terlepas dari
perkembangan teknologi informasi, seperti berbagai platform
sosial media (sosmed), merebaknya media online, dan lain-
lain. Oleh karena itu, penerapan Pancasila sebaiknya
memanfaatkan teknologi agar menarik perhatian generasi
muda serta masyarakat untuk lebih bisa memaknai dan
mengamalkannya
.
Rektor UIN Antasari, Mujiburrahman, melalui tulisan
"Pembinaan nilai-nilai Pancasila Zaman Now" dalam situs
resmi Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin,
menyebutkan, media sosial, misalnya, tidak boleh disia-
siakan dan selayaknya dimanfaatkan untuk
menginformasikan ideologi Pancasila. Mempraktikkan Nilai-
nilai Pancasila Penerapan nilai-nilai Pancasila juga diajarkan
melalui pendidikan sekolah. Salah satunya lewat mata
pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PKN)
agar generasi muda tidak melupakan Pancasila.
Melalui mata pelajaran PKN dengan kurikulum
terbaru, Pancasila bukan hanya diajarkan melalui teori,
namun juga praktik di kehidupan nyata sehari-hari. Pancasila
selalu diterapkan sesuai dengan perkembangan zaman. Di
masa reformasi hingga saat ini, masyarakat tetap dapat
menjalankan nilai-nilai Pancasila dengan memaksimalkan
hasil kemajuan teknologi informasi. Oleh karena itu, cita-cita
dari nilai asli masyarakat Indonesia dapat terus berkembang
agar masyarakat dapat mencapai keadilan dan kemakmuran
sejalan dengan Pancasila dan UUD 1945.

Selama kurun waktu 74 tahun, sejak dilahirkan,


pengamalan nilai-nilai Pancasila mengalami pasang surut
sesuai situasi bangsa. Namun upaya untuk mempertahankan
Pancasila sebagai dasar negara terus dilakukan.“Di tengah
derasnya arus perubahan dunia dan dinamika bangsa,
Pancasila diharapkan lebih hadir mengisi relung nalar anak
bangsa.
Radikal terorisme yaitu cara berpikir yang memaklumi,
menerima dan menyetujui tindakan kekerasan untuk suatu
tujuan tertentu. Kemudian, radikalisasi adalah transfer cara
berpikir yang mentoleransi kekerasan untuk tujuan tertentu
dari orang kepada orang lain atau dari kelompok kepada
kelompok lain. Sedangkan narasi radikal terorisme adalah
intoleransi, anti Pancasila, anti NKRI, anti Pemerintah,
mudah mengkafirkan, menganggap kelompoknya yang paling
benar, dan membolehkan penggunaan kekerasan untuk tujuan
tertentu.

Radikal dalam arti stipulatif berdasarkan Undang-


Undang Nomor 5 Tahun 2018, radikalisme adalah sikap
negatif yang ingin merombak sistem NKRI dengan sistem
lain, Ada tiga tingkatan radikalisme yakni takfiri yang
menganggap orang lain yang berbeda keyakinan adalah kafir.
Kemudian jihadis, dimana menyikapi orang lain yang
berbeda dengan tindakan kekerasan dan membunuhnya
dengan anggapan bahwa yang dilakukan adalah Jihad.
Terakhir, ideologis yaitu mewacanakan ideologi baru
melalui lembaga pendidikan, diskusi, brosur, dan lain-lain
Karena itu Pancasila adalah solusi. Para pendiri bangsa yang
terdiri dari berbagai latar belakang agama, pada saat itu telah
menyepakati Pancasila sebagai dasar negara, ideologi dan
falsafah hidup bangsa yang menjadi pedoman dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Anak muda melakukan pengamalan ideologi Pancasila
dengan menggunakan media kekinian, secara aplikatif dan
massif, serta melibatkan influencer. Kemudian,
mengembangkan praktek keagamaan yang terbuka, moderat,
toleran dan inklusif, sehingga terbangun persaudaraan,
toleransi, kerukunan, dan harmoni di bumi pertiwi sesuai
semboyan negara Bhineka Tunggal Ika.
“Diharapkan anak-anak muda juga mampu
meningkatkan kewaspadaan terhadap lingungsung dan
perilaku yang mengikis rasa nasionalisme, moral dan etika,
utamanya radikalisme dan terorisme,”

Anda mungkin juga menyukai