Anda di halaman 1dari 29

PEMBAHASAN KISI-KISI PPKN

KELAS IX

1. Masalah-masalah dalam penerapan pancasila pada awal kemerdekaan

Pada awal kemerdekaan ditetapkan tiga periode penerapan Pancasila, yaitu:

1. Periode 1945 sampai 1950

Pada periode ini, penerapan Pancasila sebagai dasar negara dan juga suatu pandangan
hidup bangsa mengalami berbagai permasalahan.Muncul beberapa upaya yang
dilakukan beberapa kelompok untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara dan
pandangan hidup bangsa.Upaya mengganti Pancasila tersebut terlihat dari munculnya
beberapa gerakan pemberontakan untuk mengganti Pancasila.

Terdapat dua pemberontakan besar yang terjadi pada periode ini, yaitu:

a. Pemberontakan Pantai Komunis Indonesia (PKI)

Pemberontakan PKI terjadi di Madiun pada 18 September 1948 yang dipimpin oleh
Muso.

Tujuan dari lahirnya pemberontakan ini, yaitu untuk mendirikan Negara Soviet
Indonesia dengan menggunakan ideologi komunis. Nah, pemberontakan ini bertujuan
mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi komunis, akan tetapi pemberontakan
tersebut bisa digagalkan.
“Permasalah pertama yang muncul adalah adanya pemberontakan PKI yang ingin
mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi komunis tahun 1948.”

  b. Pemberontakan Darus Islam/Tentara Islam Indonesia

Pemberontakan ini dimulai saat terbentuknya Negara Islam Indonesia (NII) oleh
Kartosuwiryo pada 17 Agustus 1949.

Tujuan didirikannya NII adalah untuk mengganti ideologi Pancasila dengan syariat
Islam. Upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam mengatasi pemberontakan
ini memakan waktu yang lama. Kartosuwiryo dan para pengikutnya baru bisa
tertangkap pada 4 Juni 1962.

2. Periode 1950-1959
Pada periode 1950-1959 Pancasila masih menjadi dasar negara, tetapi penerapannya
lebih kepada ideologi liberal.

Terjadi perubahan penerapan pada sila keempat yang menggunakan suara terbanyak
daripada berjiwa musyawarah dan mufakat. Sama seperti periode sebelumnya,
terdapat pemberontakan yang terjadi pada periode ini, yaitu:

“DI/TII melakukan pemberontakan pada 1949 untuk mengganti ideologi Pancasila


dengan syariat Islam.”

a. Pemberontakan Republik Maluku Selatan

Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) bertujuan untuk membentuk negara


sendiri yang meliputi pulau seram, Buru, dan Ambon. Pemberontakan RMS dipimpin
oleh Cristian Robert Steven Soumokil.

b. Perjuangan Rakyat Semesta

Pemberontakan ini dipimpin oleh Sjarifuddin Prawiranegara dan Ventje Sumual di


Sumatra dan Sulawesi pada 1957 sampai 1958.

Tujuan adanya pemberontakan ini yaitu untuk mengoreksi pemerintah pusat dibawah
pimpinan Soekarno sebagai presiden.

3. Periode 1956-1965

Pada periode ini, kita mengenal istilah periode demokrasi terpimpin, di mana
demokrasi berada pada kekuasan pribadi presiden Soekarno. Nah, pada periode ini
muncul beberapa penyimpangan penafsiran Pancasila di dalam konstitusi, yang
membuat Soekarno menjadi otoriter. Soekarno diangkat menjadi presiden seumur
hidup dan menggabungkan Nasionalis, Agama, dan Komunis (Nasakom) yang
ternyata tidak cocok untuk Indonesia.

2. Penyimpangan dalam penerapan pancasila pada masa orde lama

Pada masa Orde Lama, Pancasila mengalami ideologisasi. Artinya, Pancasila


berusaha untuk dibangun, dijadikan sebagai keyakinan dan citra bangsa
Indonesia.Masa Orde Lama dapat dikatakan sebagai masa pencarian bentuk
implementasi Pancasila, maka penerapannya pun berbeda-beda. Oleh karena itu,
sempat terjadi beberapa penyimpangan terhadap Pancasila pada masa Orde Lama.
Memasuki periode 1956-1965, pemerintahan Orde Lama dikenal sebagai demokrasi
terpimpin. Sayangnya, demokrasi terpimpin justru tidak berada pada kekuasaan rakyat
seperti yang ada dalam nilai-nilai Pancasila. Kepemimpinan berada di bawah kuasa
Presiden Soekarno pribadi melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Oleh karena itu,
terjadi berbagai penyimpangan penafsiran terhadap Pancasila dalam konstitusi.
Akibatnya, Presiden Soekarno menjadi pemimpin yang otoriter. Bentuk otoriter ini
juga dapat terlihat setelah MPRS mengangkat Soekarno sebagai presiden seumur
hidup. Selain itu, Presiden Soekarno juga mencetuskan konsep politik baru, yakni
Nasakom (Nasionalisme, Agama, dan Komunisme) yang tidak sesuai dengan
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Konsep Nasakom berlaku sejak 1959
hingga era Orde Baru pada 1966. Alasan Soekarno mencetuskan konsep Nasakom
adalah sebagai upaya untuk menyatukan perbedaan ideologi politik di Indonesia pada
masa Orde Lama.

3. Kelemahan dan kelebihan dalam penerapan pancasila pada masa orde baru

Kelebihan Penerapan Pancasila pada Masa Orde Baru

1. Dibentuknya sejumlah lembaga negara sesuai dengan UUD 1945.

2. Angka kemiskinan menurun dan kebutuhan pangan masyarakat tercukupi.

3. Pembangunan ekonomi berjalan dengan baik serta pertumbuhan ekonomi yang


tinggi.

4. Kedaulatan rakyat sepenuhnya ditegakkan melalui pelaksanaan pemilihan umum


yang enggak terlaksana pada masa orde lama.

5. Suksesnya program-program pembangunan masyarakat di berbagai bidang, seperti


program belajar, transmigrasi, dan sebagainya.

Kelemahan Penerapan Pancasila pada Masa Orde Baru

1. Munculnya kesenjangan sosial dalam masyarakat Indonesia.

2. Maraknya KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme).

3. Banyaknya pelanggaran HAM yang terjadi.

4. Pemerintah orde baru cenderung bersifat otoriter, yaitu presiden memiliki


kekuasaan yang sangat besar dalam mengatur jalannya pemerintahan.
5. Demokrasi enggak terlaksana dan Golongan Karya (Golkar) dianggap menjadi alat
politik untuk mencapai stabilitas yang diinginkan.

4. Tantangan-tantangan yang dihadapi dalam penerapan pancasila pada masa


reformasi

Dengan demikian, Tantangan terbesar dalam penerapan pancasila pasca reformasi


antara lain adalah tindakan KKN, munculnya ideologi baru yang asing, pengaruh
globalisasi yang berlebihan, serta menurunnya rasa persatuan dan kesatuan. 

5. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam keterbukaan ideologi pancasila

1. Memiliki nilai dasar yang mencakup ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,


kerakyatan, dan keadilan. Kelima hal ini adalah pedoman yang fundamental
dan memiliki sifat universal, mengandung cita-cita negara, dan tujuan yang
baik dan benar.
2. Terdapat nilai instrumental yang mencakup arahan, kebijakan, strategi,
sasaran, dan lembaga yang melaksanakannya.

Konsep ini merupakan perkembangan dari yang sebelumnya dasar. Berkatnya,


penyesuaian pelaksanaan dari sesuatu yang dasar akan lebih jelas untuk bisa
menyelesaikan masalah yang terjadi.

3. Memiliki nilai praksis yang berarti realisasi dari instrumental yang sifatnya
nyata dan dapat digunakan untuk kehidupan bernegara.Dengan nilai ini,
Pancasila dapat melakukan pengembangan serta perubahan agar bisa sesuai
jika diterapkan dalam kondisi masyarakat Indonesia yang berubah.

6. Nilai-nilai yang terkandung dalam keterbukaan ideologi pancasila

a. Nilai dasar
b. Nilai instrumental
c. Nilai praktis

7. Contoh perwujudan nilai-nilai yang terkandung dalam keterbukaan ideologi


pancasila

a. Contoh Perilaku Perwujudan Nilai Ketuhanan

Nilai yang terkandung dalam sila pertama Pancasila adalah nilai ketuhanan.
Contoh sikap perilaku manusia sebagai warga negara yang mencerminkan nilai
dasar Pancasila yang pertama yaitu:
1. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaannya
2. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
3. Tidak melakukan penistaan terhadap suatu agama. Penistaan terhadap agama
adalah perilaku menghina atau merendahkan agama, contohnya melakukan
pembakaran rumah ibadah
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa
5. Mengembangkan sikap saling menghormati, bekerja sama, dan tolong-
menolong antar pemeluk agama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa
6. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain
7. Menjalankan perintah agama sesuai ajaran agama yang dianut, misalnya
dengan rajin beribadah
8. Melaksanakan sikap toleran
9. Menghormati orang yang merayakan hari besar keagamaannya
10. Mempersilahkan teman untuk melaksanakan ibadah dengan nyaman

b. Contoh Perilaku Nilai Kemanusiaan

Nilai yang terkandung dalam sila ke-2 Pancasila adalah nilai kemanusiaan.
Contoh perilaku yang mencerminkan nilai kemanusiaan dalam Pancasila yaitu:

1. Mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban asasi setiap manusia tanpa
membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, warna
kulit, kedudukan sosial, dan sebagainya
2. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai harkat dan martabatnya sebagai
makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
3. Mengembangkan sikap saling mencintai dan mengasihi antara sesama
manusia
4. Tidak semena-mena terhadap orang lain
5. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan seperti bakti sosial, memberikan
bantuan ke panti asuhan, dan membantu korban bencana alam
6. Senang membantu teman yang sedang mengalami kesusahan
7. Mengembangkan sikap tenggang rasa
8. Menjunjung tinggi hak asasi manusia
9. Mengembangkan sikap saling menghormati dan bekerjasama dengan bangsa
lain
10. Membela kebenaran dan keadilan
11. Berteman tanpa membeda-bedakan latar belakang
12. Tidak memihak dalam menyelesaikan masalah
13. Menjenguk teman yang sakit
14. Membantu orang lain yang kesusahan tanpa pandang latar belakang
15. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban antara
sesama manusia
16. Mengembangkan sikap tenggang rasa

c. Contoh Perilaku Nilai Persatuan

Nilai yang terkandung dalam sila ketiga Pancasila adalah nilai persatuan.
Contoh perilaku yang mencerminkan perwujudan nilai persatuan dalam
kehidupan sehari-hari yaitu :

1. Mengembangkan sikap bangga dan cinta tanah air


2. Mengutamakan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan
negara di atas kepentingan pribadi atau golongan
3. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara
4. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang berlandaskan
Bhineka Tunggal Ika
5. Melaksanakan kegiatan gotong-royong membersihkan sekolah, lingkungan
rumah, dan lingkungan sekitar
6. Mempelajari dan menghormati kebudayaan daerah lain
7. Menghargai kebudayaan asli daerah sendiri
8. Menghargai karya dan produk-produk buatan dalam negeri

d. Contoh Perilaku Nilai Kerakyatan

Nilai yang terkandung dalam sila keempat Pancasila adalah nilai kerakyatan.
Contoh perilaku yang mencerminkan perwujudan nilai dasar kerakyatan dalam
kehidupan sehari-hari yaitu:

1. Mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara di atas kepentingan


pribadi saat bermufakat
2. Melaksanakan musyawarah saat ingin membuat keputusan yang berdampak
bagi kelompok atau masyarakat
3. Menghormati dan menghargai pendapat orang lain
4. Tidak memaksakan kehendak dan pendapat diri sendiri kepada orang lain
5. Menggunakan hak pilih dengan mengikuti pemilu
6. Bermusyawarah dan menggunakan hak pilih dalam pemilihan ketua OSIS
7. Berjiwa besar dalam menerima keputusan hasil musyawarah
8. Melaksanakan keputusan bersama secara ikhlas dan bertanggung jawab

e. Contoh Perilaku Nilai Keadilan

Nilai yang terkandung dalam Pancasila sila ke-5 adalah nilai keadilan.
Contoh perilaku yang mencerminkan perwujudan nilai dasar keadilan dalam
kehidupan sehari-hari yaitu:

1. Menghargai hak dan kewajiban orang lain karena semua orang memiliki
kedudukan yang sama di muka hukum
2. Membantu melaksanakan pembangunan nasional, baik dari sisi pendidikan,
budaya, sosial, politik, ekonomi, kesehatan, dan lain-lain
3. Menikmati hasil pembangunan masyarakat Indonesia dengan bertanggung
jawab
4. Menghukum dan mengadili sebuah tindakan sesuai undang-undang yang
berlaku tanpa pandang jabatan dan latar belakang

5. Peduli terhadap penderitaan yang dialami orang lain


6. Menjaga keseimbangan hak dan kewajiban sehari-hari
7. Tidak bergaya hidup mewah
8. Menghargai hasil karya orang lain
9. Bekerja keras
10. Memberi pertolongan kepada orang lain
11. Tidak menggunakan hak milik pribadi untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan
12. Melakukan kegiatan yang membantu mewujudkan kemajuan merata dan
berkeadilan sosial

8. Sama dengan nomor 7


9. Dimensi yang dimiliki oleh pancasila sebagai ideologi terbuka

1. Dimensi Pancasila Yang Idealistas


Dimensi idealitas memiliki maksud bahwa di dalam Pancasila ada nilai-nilai dasar
sebagai pedoman hidup dan cita-cita. Cita-cita tersebut diwujudkan untuk mencapai
masa depan negara yang lebih baik. Nilai-nilai dasar dimensi pancasila  tersebut
bersifat sistematis, menyeluruh dan juga rasional. Nilai-nilai dasar tersebut yang
terkandung dalam Pancasila adalah ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan
dan keadilan. Idealisme yang ada dalam dimensi Pancasila bisa memberikan harapan,
semangat dan motivasi untuk masyarakat sehingga bisa mewujudkan cita-cita
bersama. Dimensi pancasila yang idealis membuat ideologi sebuah bangsa menjadi
kuat dan tangguh dalam perannya sebagai bentuk negara.

2. Dimensi Pancasila Yang Normatif


Dimensi normatif memiliki maksud bahwa nilai-nilai dasar di dalam Pancasila
diajarkan dalam norma yang merupakan norma dari kenegaraan. Pancasila ada di
dalam pembukaan UUD 1945, hal ini merupakan norma tertib hukum yang paling
tinggi di negara Indonesia. Pancasila dan UUD 1945 juga merupakan pokok kaidah
negara fundamental. Hal ini berarti bahwa ideologi Pancasila bisa dijabarkan dalam
langkah-langkah operasional.

3. Dimensi Pancasila Yang Realitas


Dimensi realitas memiliki maksud bahwa nilai-nilai yang ada di dalam Pancasila
berakar dari masyarakat dan juga hidup di dalam masyarakat itu sendiri. Selain
dimensi-dimensi yang ada di atas, Pancasila harus bisa dijabarkan dalam masyarakat
secara konkrit atau nyata. Pancasila harus dijabarkan dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari.

10. Contoh perwujudan nilai-nilai pancasila dalam berbagai bidang

A. Perwujudan Nilai-Nilai Pancasila dalam Bidang Ekonomi

Sistem perekonomian di Indonesia harus dikembangkan dengan sistem ekonomi yang


didasari oleh nilai-nilai Pancasila.

Landasan penerapan sistem ekonomi yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila


ditegaskan dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 33, yang
menyatakan beberapa hal berikut:

a. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

b. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup
orang banyak, dikuasai oleh negara.

c. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

d. Perekonomian nasional, diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan


prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Berbagai wujud sistem ekonomi, baik yang sudah ada dalam masyarakat Indonesia
maupun sebagai bentuk pengaruh asing, bisa terus dikembangkan selama sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila.

Saat ini masyarakat sudah mengenal bank, supermarket, mal, bursa saham,


perusahaan, dan sebagainya.

B. Perwujudan Nilai-Nilai Pancasila dalam Bidang Sosial Budaya

Perwujudan nilai-nilai pancasila dalam bidang sosial budaya berhubungan dengan


berkembangnya sistem nilai sosial dan budaya di masyarakat.

Hal ini membuat kita harus sadar dan terus mengarahkan agar nilai sosial dan budaya
yang ada tetap sesuai dengan pancasila.

Contoh nilai sosial yang sesuai dengan pancasila, seperti musyawarah dan gotong
royong. Kedua nilai ini harus dipertahankan di tengah perkembangan nilai sosial di
masyarakat.

Tak hanya dipertahankan, nilai sosial itu juga harus diajarkan dan diwariskan pada
generasi muda agar tidak hilang.

Selain itu, budaya yang ada di setiap daerah juga harus diwariskan.

Tak hanya untuk melestarikan budaya, hal ini juga berguna untuk mencegah
perkembangan budaya yang bertentangan dengan nilai pancasila.

Selanjutnya, kita juga harus bisa menghargai budaya, ras, dan kepercayaan orang lain
dan tidak membeda-bedakannya.

C. Perwujudan Nilai-Nilai Pancasila dalam Bidang Pertahanan dan Keamanan

Perwujudan nilai-nilai pancasila dalam bidang pertahanan dan keamanan tertulis


dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Namun ada beberapa pasal yang secara khusus menjelaskan tentang maksud dari
perwujudan nilai-nilai pancasila tersebut.

Pasal-pasal itu adalah pasal 27 ayat 3 dan pasal 30 ayat 1.

Pasal 27 ayat 3 UUD 1945 berbunyi, "Setiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam upaya pembelaan negara”.
Kemudian pasal 30 ayat 1 UUD 1945 berbunyi, “Tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara”.

Dari isi kedua pasal di atas kita mengetahui kalau nilai-nilai pancasila dalam bidang
pertahanan dan keamanan bisa diwujudkan dengan membela negara.

Bahkan sebagai warga negara Indonesia kita berhak dan juga wajib untuk berjuang
dalam mempertahankan keamanan negara.

D. Perwujudan Nilai-Nilai Pancasila dalam Bidang Politik dan Hukum

1. Pengembangan Lembaga Negara

Salah satu bentuk perwujudan nilai-nilai pancasila dalam bidang politik dan hukum
adalah keberadaan lembaga negara.

Lembaga negara memiliki tugas untuk menjalankan pemerintahan negara yang sesuai
dengan UUD 1945.

Dalam praktiknya, lembaga negara juga harus dikembangkan. Perkembangan lembaga


negara disesuaikan dengan kebutuhan negara dan masyarakat di dalamnya.

Di Indonesia pernah melakukan pengembangan pada lembaga negara. Ada tiga


lembaga baru yang tertulis dalam Amandemen UUD 1945.

Ketiga lembaga baru itu adalah Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Mahkamah
Konstitusi (MK), dan Komisi Yudisial (KY).

2. Menjunjung Tinggi Hak Asasi Manusia

Indonesia tentunya merupakan negara yang menjunjung tinggi dan menghargai Hak
Asasi Manusia (HAM).

Hal itu karena HAM berhubungan juga dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam
pancasila sebagai dasar negara.

Hak asasi manusia yang dijunjung tinggi meliputi penyeimbangan pelaksanaan hak
dan kewajiban warga negaranya.

Tentunya pelaksanaan hak asasi manusia ini juga harus sesuai dengan isi pancasila.

3. Penerapan Demokrasi
Sistem demokrasi yang dianut oleh Indonesia adalah demokrasi pancasila. Artinya
demokrasi ini bertumbuh dari nilai dan tradisi budaya bangsa.

Sistem demokrasi di Indonesia meliputi:

Demokrasi yang mengutamakan musyawarah mufakat dan kekeluargaan.


Demokrasi yang tidak berdasarkan dominasi mayoritas maupun tirani minoritas.

Sistem yang mengutamakan kekeluargaan, bukan sistem yang saling menjatuhkan


atau mengutamakan kepentingan individu dan golongan.
Contoh perwujudan sistem demokrasi di Indonesia adalah adanya pemilihan umum
yang dilakukan untuk memilih pemimpin.

4. Pemberlakuan Hukum

Hukum nasional yang berlaku di Indonesia harus bersumber pada nilai-nilai Pancasila
sebagai akar dari segala sumber hukum.

Peraturan perundang-undangan yang berlaku, tidak boleh bertentangan dengan nilai-


nilai Pancasila.

Hukum bisa disusun berdasarkan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat
Indonesia maupun dari luar.

Meski begitu, hukum yang akan diberlakukan harus tetap sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila.

11. Sama dengan nomor 10


12. Sama dengan nomor 10
13. Sama dengan nomor 10
14. Sama dengan nomor 10
15. Sama dengan nomor 10
16. Contoh perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila dalam berlalu lintas

 menaati peraturan lalu lintas


 menghormati pengguna lain
 tidak melanggar peraturan

17. Makna yang terkandung dalam setiap alinea pembukaan UUD 1945

1. Alinea Pertama Pada alinea pertama Pembukaan UUD 1945 ini menunjukkan
keteguhan dan tekad bangsa Indonesia untuk menegakkan kemerdekaan dan
menentang penjajahan. Pernyataan ini tidak hanya tekad bangsa untuk merdeka,
tetapi juga berdiri di barisan paling depan untuk menghapus penjajahan di muka
bumi. Secara umum, alinea ini memuat dua dalil, yakni: objektif dan subjektif.
Secara objektif, didalilkan bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan
karena tidak sesuai dengan peri kemanusian dan peri keadilan, dan kemerdekaan
merupakan hak asasi semua bangsa di dunia. Dalil itu menjadi alasan bangsa
Indonesia untuk berjuang memperoleh dan mempertahankan kemerdekaan, serta
membantu perjuangan bangsa lain yang masih terjajah untuk memperoleh
kemerdekaan. Sementara kandungan dalam dalil subjektif yaitu aspirasi bangsa
Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan. Bangsa Indonesia telah berjuang
selama ratusan tahun untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Perjuangan
ini didorong oleh penderitaan rakyat Indonesia selama penjajahan dan kesadaran
akan hak sebagai bangsa untuk merdeka.

2. Alinea Kedua Alinea ini menunjukkan kebanggaan dan penghargaan atas


perjuangan bangsa Indonesia selama merebut kemerdekaan. Ini juga berarti
kesadaran bahwa, kemerdekaan dan keadaan sekarang tidak dapat dipisahkan dari
keadaan sebelumnya. Artinya, kemerdekaan yang diraih merupakan perjuangan
para pendahulu bangsa Indonesia. Mereka telah berjuang dengan mengorbankan
jiwa raga demi kemerdekaan bangsa dan negara. Selain itu, ada pula kesadaran
bahwa kemerdekaan bukanlah akhir dari perjuangan bangsa Indonesia.
Kemerdekaan yang diraih harus mampu mengantarkan rakyat Indonesia menuju
cita-cita nasional, yaitu negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan
makmur. Negara yang ”merdeka” berarti negara yang terbebas dari penjajahan
bangsa lain. Dan ”Bersatu”, artinya menghendaki bangsa Indonesia bersatu dalam
negara kesatuan bukan bentuk negara lain.

3. Alinea Ketiga Alinea ketiga memuat makna bahwa kemerdekaan didorong oleh
motivasi spiritual, yaitu kemerdekaan yang dicapai oleh bangsa Indonesia
merupakan berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa. Dengan demikian, hal
tersebut merupakan perwujudan sikap dan keyakinan bangsa Indonesia terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Alinea ketiga juga secara tegas menyatakan kembali
kemerdekaan Indonesia yang telah diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945.
Melalui alinea ketiga ini, bangsa Indonesia menyadari bahwa tanpa rahmat Tuhan
Yang Maha Kuasa, bangsa Indonesia tidak akan merdeka. Kemerdekaaan yang
dicapai tidak semata-mata hasil jerih payah perjuangan bangsa Indonesia, tetapi
juga atas kuasa Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, alinea ketiga Pembukaan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga memuat motivasi riil dan material,
yaitu keinginan luhur bangsa supaya berkehidupan yang bebas. Kemerdekaan
merupakan keinginan dan tekad seluruh bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa
yang bebas merdeka. Bebas dari segala bentuk penjajahan, bebas dari penindasan,
bebas menentukan nasib sendiri.

4. Alinea Keempat Negara Indonesia yang merdeka 17 Agustus 1945 memiliki


tujuan negara yang hendak diwujudkan, yaitu "melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial." Keempat
tujuan negara tersebut merupakan arah perjuangan bangsa Indonesia setelah
merdeka, yang kesemuanya tercantum dalam alinea keempat UUD 1945. Selain
mencantumkan tujuan bangsa Indonesia setelah merdeka, dalam alinea keempat
juga terdapat ketentuan diadakannya Undang-Undang Dasar; bentuk negara—
yaitu bentuk republik yang berkedaulatan rakyat; dan dasar negara—yakni
Pancasila

18. Sama dengan nomor 17


19. Sama dengan nomor 17
20. Sama dengan nomor 17
21. Pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945

 Pokok Pikiran Persatuan


Pokok pikiran ini berbunyi bahwa “ Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan”. Pokok pikiran
tersebut jelas menyatakan bahwa negara siap melindungi bangsanya serta seluruh
wilayah Indonesia dari paham-paham individualistic ataupun golongan.

 Pokok Pikiran Keadilan Sosial


Pokok pikiran yang kedua berbunyi “Negara ingin mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia”. Hal ini merupakan pancaran sila kelima Pancasila yang
dimaksudkan supaya masyarakat memiliki pengertian dan kesadaran akan hak-hak
dan kewajiban yang dimiliki oleh setiap individu. Pokok pikiran pembukaan UUD
1945 ini dibuat dengan berpedoman kepada pasal 27 – 34 UUD 1945.

 Pokok Pikiran Kedaulatan Rakyat


Pokok pikiran ketiga, merupakan pancaran dari sila keempat Pancasila yang terfokus
pada kedaulatan rakyat. Sebagai negara yang menerapkan system demokrasi dan
musyawarah mufakat, maka diharapkan kedaulatan rakyat dan permusyawaratan/
perwakilan dapat berjalan di Indonesia dengan lancar sesuai dengan kaidah
kedaulatan rakyat yaitu kedaulatan dipegang oleh rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-undang. Pokok pikiran ini di ciptakan atas dasar pada pasal 1 ayat 2-3 dan
pasal 27 UUD 1945.

 Pokok Pikiran Ketuhanan


Pokok pikiran yang keempat, merupakan pancaran dari sila pertama sekaligus kedua
dari Pancasila. Pokok pikiran ini berbunyi bahwa “Negara berdasarkan atas
Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”.
Secara tersirat pokok pikiran ini menegaskan kepada pemerintah dan perangkat
hukum lainnya untuk tetap menerapkan budi pekerti kemanusiaan yang baik dan
ketaqwaan terhadap Tuhan.

22. Arti penting pokok pikiran pembukaan UUD 1945


Arti penting pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 adalah sebagai sumber hukum tertinggi yang mengatur
mengenai hukum tertulis yang ada di Indonesia, serta berperan penting dalam
kehidupan berbangsa dalam masyarakat.

23. Penjabaran pokok-pokok pikiran Pembukaan UUD 1945 dalam Pasal-Pasal


UUD1945
(sama dengan nomor 21)

24. Contoh sikap positif yang mencerminkan pokok pikiran Pembukaan UUD 1945
dalam berbagai lingkungan

1. Pokok Pikiran Persatuan

Berikut adalah sikap positif terhadap pokok pikiran persatuan:

- Menjaga kerukunan di lingkungan keluarga.

- Bermain dengan siapa saja dan tidak membeda-bedakan teman di sekolah.

- Membantu dalam menyelesaikan masalah yang terjadi lingkungan.

- Tidak mementingkan kepentingan sendiri dan memikirkan kepentingan bersama.

2. Pokok Pikiran Keadilan Sosial

Berikut adalah sikap positif terhadap pokok pikiran keadilan sosial:


- Bersikap adil pada anggota keluarga, seperti ayah, ibu, kakak, adik, dan saudara
lainnya.

- Menaati seluruh peraturan yang berlaku, baik di sekolah, rumah, atau lingkungan
lainnya.

- Menjalankan kewajiban untuk membayar pajak dengan benar dan tepat waktu.

3. Pokok Pikiran Kedaulatan Rakyat

Berikut adalah sikap positif terhadap pokok pikiran kedaulatan rakyat:

- Menyelesaikan masalah dengan bermusyawarah, baik di lingkup keluarga, sekolah,


dan lingkungan lainnya.

- Saling menghargai pendapat saat sedang berdiskusi.

- Ikut serta dalam pemilihan di lingkungan. Misalnya, pemilihan ketua kelas, ketua
osis, dan lain-lain.

- Bagi yang sudah cukup umur, ikut serta dalam pelaksanaan pemilihan umum
(pemilu).

4. Pokok Pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa

Berikut adalah sikap positif terhadap pokok pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa:

- Taat beribadah sesuai agama dan kepercayaan masing-masing.

- Mengingatkan anggota keluarga untuk beribadah.

- Menghargai orang lain yang memiliki agama dan kepercayaan yang berbeda.

- Tidak memaksakan orang lain untuk menganut agama dan kepercayaan yang kita
miliki.

25. Sama dengan nomor 24

26. Sama dengan nomor 24

27. Sama dengan nomor 24

28. Sikap positif terhadap aturan berlalu lintas


 menaati rambu rambu lalu lintas
 menghormati pengguna jalan yg lain
 pejalan kaki berjalan di trotoar
 pejalan kaki saat menyebrang di ZEBRACROSS
 pengendara motor wajib menggunkn helm

29. Bentuk pelanggaran dalam berlalu lintas

30. Bentuk kedaulatan negara

 Kedaulatan ke luar yakni kedaulatan negara untuk melakukan hubungan atau kerja
sama dengan negara lain untuk kepentingan bangsa dan negara.
 Kedaulatan ke dalam dari negara Indonesia tampak pada pembukaan Undang-
Undang Dasar (UUD) 1945 yang memuat tujuan negara.

31. Sifat-sifat kedaulatan

1. Permanen

Permanen berarti kedaulatan tetap ada selama negara itu tetap berdiri.

2. Asli
Artinya, kedaulatan tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi.

3. Bulat

Maksud bulat dalam kedaulatan adalah kedaulatan tidak dapat dibagi-bagi karena
akan mengaburkan sifat kedaulatan sebagai kekuasaan tertinggi.

4. Tidak terbatas

Terakhir yakni tidak terbatas. Berarti kedaulatan tidak dapat dibatasi oleh apapun
dan oleh siapapun.

32. Teori-teori kedaulatan dari ahli kenegaraan

1. Kedaulatan Tuhan

Menurut teori Kedaulatan Tuhan, kekuasaan tertinggi dalam suatu negara hanya
satu yaitu Tuhan. Oleh karena itu, negara dan pemerintah negara harus mewakili
Tuhan dalam menjalankan hukum Tuhan di dunia.

Teori yang dikemukakan oleh Agustinus dan Thomas Aquino ini meyakini bahwa
lahirnya suatu negara hanya dapat terjadi apabila dikehendaki oleh Tuhan. Ciri
khas negara yang menganut paham ini adalah ia tidak membedakan urusan negara
dari urusan agama, atau sebaliknya. Negara yang menganut paham ini dikenal
juga dengan negara teokrasi.Seorang raja atau penguasa dianggap akan dianggap
sebagai wakil Tuhan. Negara yang menganut teori ini adalah Jepang.

2. Kedaulatan Negara

Teori selanjutnya adalah teori Kedaulatan Negara. Menurut teori ini, kekuasaan
tertinggi dalam suatu negara berada pada negara itu sendiri.Negara dipandang
sebagai sumber kekuasaan. Kehendak negara dimuat dalam perundang-undangan
dan dijadikan sebagai sumber hukum yang utama.

Hukum dibuat untuk kepentingan negara dan negara tidak dibatasi oleh hukum.
Teori ini berkembang pada abad 15 dengan tokohnya Georg Jellinek. Adapun
negara yang menganut Kedaulatan Negara adalah Rusia pada masa kepemimpinan
JosephStalin.

3. Kedaulatan Raja

Kedaulatan Raja adalah teori kedaulatan di mana kekuasaan tertinggi dipegang


oleh raja. Sebab, raja dianggap sebagai keturunan dewa.
Raja berkuasa secara mutlak atau absolut. Dengan demikian, raja dapat berbuat
sesuai kehendaknya atau tirani dan tidak tunduk pada konstitusi.Teori ini
dicetuskan oleh Jean Bodin dan Hegel. Sementara contoh negara yang menganut
Kedaulatan Raja adalah Prancis dan Jerman pada masa Adolf Hitler.

4. Kedaulatan Hukum

Kemudian terdapat pula Kedaulatan Hukum. Kedaulatan Hukum artinya


kekuasaan tertinggi dalam suatu negara adalah hukum. Oleh karena itu, negara,
pemerintah, pengadilan, dan rakyat seluruhnya harus tunduk pada hukum.

Pemegang kekuasaan atau penyelenggara negara harus tunduk sepenuhnya kepada


hukum. Tokoh teori ini adalah Krabbe, Immanuel Kant, dan Kronenberg.

5. Kedaulatan Rakyat

Teori kedaulatan terakhir adalah Kedaulatan Rakyat. Menurut teori ini, kedaulatan
berada di tangan Rakyat dan negara menempatkan rakyat pada kedudukan yang
tertinggi.

33. Teori kedaulatan yang dianut oleh bangsa Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara yang mengadopsi teori kedaulatan rakyat. Hal
ini tertuang dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi: Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.

34. Prinsip-prinsip kedaulatan yang dianut bangsa Indonesia

Prinsip-prinsip kedaulatan Republik Indonesia menurut UUD 1945 adalah:

1. Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik.

2. Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang


dasar.

3. Negara Indonesia adalah negara hukum.

4. Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan Dewan Perwakilan


Rakyat.

5. Menteri-menteri diangkat dan diberhentikan oleh presiden.

6. MPR hanya dapat memberhentikan presiden dan/atau wakil presiden dalam masa
jabatannya menurut UUD.
35. Prinsip demokras pancasila yang dianut oleh bangsa Indonesia

1. Berdasar pada Ketuhanan Yang Maha Esa

Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang menolak liberalisme dan


sekularisme. Namun, demokrasi jenis ini menganut paham religius atau menolak
atheisme.

2. Menjunjung Tinggi Hak Asasi Manusia (HAM)

Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang menjunjung tinggi HAM. Hal


tersebut sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 dan Batang Tubuh UUD 1945
Pasal 26-34, pasal 28J hasil amandemen kedua oleh MPR, dan tercantum dalam
Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM.

3. Berkedaulatan Rakyat

Sistem politik yang dianut dalam Demokrasi Pancasila berdasar pada kedaulatan
rakyat. Hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat 2 UUD 1945 yang menyatakan
bahwa "Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar."
4. Didukung oleh Kecerdasan Warga Negara

Peran warga negara yang cerdas diperlukan dalam mendukung sistem demokrasi
yang sehat. Peran tersebut merupakan bentuk partisipasi politik warga negara.
Harapannya, produk dan hasil keputusan politik negara memiliki nilai positif
dibandingkan apabila dengan warga negara yang berpendidikan rendah.

5.Menganut Sistem Pembagian Kekuasaan

Sistem pembagian kekuasaan yang dianut Indonesia bertumpu pada kekuasaan


legislatif, eksekutif, yudikatif, dan eksaminatif. Lembaga tersebut berfungsi
sebagai landasan untuk mengelola negara yang demokratis, agar terhindar dari
kekuasaan yang terpusat.

6. Menerapkan Prinsip Rule of Law\

Demokrasi Pancasila juga menerapkan prinsip rule of law, yakni hukum sebagai
panglima dalam sistem politik demokrasi jenis ini. Indonesia adalah negara
hukum, sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 ayat 3 UUD 1945.

7.Menjamin Otonomi Daerah


Prinsip Demokrasi Pancasila selanjutnya adalah menjamin otonomi daerah. Dalam
hal ini, otonomi daerah sebagai suatu keharusan. Maka, pada masa reformasi
keluarlah UU No. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah. Peraturan tersebut
kemudian diperbarui dengan UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah.

8. Berkeadilan Sosial

Pilar yang berlandaskan Pancasila lainnya adalah sistem politik yang dibangun
hendaknya mampu menciptakan masyarakat yang modern dan berkeadilan.
Sebagaimana menjadi amanat Pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat.

9. Mengusahakan Kesejahteraan Rakyat

Demokrasi Pancasila merupakan sarana untuk mencapai kesejahteraan rakyat.


Sehingga, nilai-nilai yang terkandung dalam demokrasi tidak menjatuhkan usaha
dalam mensejahterakan rakyat.

10. Sistem Peradilan yang Merdeka, Bebas, dan Tidak Memihak

Prinsip Demokrasi Pancasila memberikan sistem peradilan yang merdeka, bebas,


dan tidak memihak. Untuk menjamin berjalannya sistem tersebut, maka
dibentuklah kekuasaan yudikatif.

36. Kelebihan yang dimiliki oleh demokras pancasila

 selalu menghargai hak-hak asasi manusia


 selalu menjunjung tinggi hukum
 selalu bermusyawarah dalam mengambil keputusan
 bebas, terbuka, dan jujur untuk mencapai tujuan bersama

37. Pelaksanaan demokrasi secara langsung dan tidak langsung

Demokrasi langsung adalah paham demokrasi yang mengikut sertakan setiap warga
negara dalam permusyawaratan untuk menentukan kebijaksanaan umum negara.
Demokrasi tidak langsung adalah demokrasi yang dilaksanakan melalui sistem
perwakilan.

38. Asas-asas dalam pemilu sebagai wujud pelaksanaan kedaulatan rakyat


Aturan mengenai Pemilu ini telah beberapa kali mengalami perubahan. Aturan
pertama ditetapkan dalam PP Nomor 9 Tahun 1954. Aturan terbaru diatur dalam UU
Nomor 7 Tahun 2017. Berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan
Umum, asas-asas Pemilu di Indonesia terdiri dari 6 hal, berikut penjelasannya:

1. Langsung

Asas langsung mengandung makna bahwa rakyat sebagai pemilih memiliki hak untuk
memberikan suaranya secara langsung tanpa ada perantara dan sesuai dengan
kehendak hati nurani.

2. Umum

Asas umum dalam Pemilu yakni memberikan jaminan kesempatan bagi semua warga
negara Indonesia yang telah memenuhi persyaratan sebagai pemilih sebagaimana
ditetapkan dalam undang-undang. Pemilu dilakukan tanpa adanya diskriminasi atau
hal yang berhubungan dengan suku, ras, agama, dan antar golongan.

3. Bebas

Asas bebas artinya setiap warga negara bebas menentukan pilihannya sesuai dengan
kehendak hati nurani dan tanpa paksaan dari siapa pun. Keamanan kebebasan ini juga
dijamin oleh undang-undang.

4. Rahasia

Asas rahasia mengandung pengertian bahwa dalam memberikan suara, pilihan dari
setiap warga negara (sebagai pemilih) akan mendapatkan jaminan dan tidak akan
diketahui oleh pihak manapun.

5. Jujur

Asas jujur yaitu setiap penyelenggara Pemilu, aparat pemerintah, peserta Pemilu,
pengawas Pemilu, pemantau Pemilu, pemilih, dan semua pihak yang terlibat dalam
Pemilu harus bersikap dan berbuat jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

6. Adil

Asas adil dalam Pemilu artinya setiap pemilih berhak mendapatkan perlakuan yang
adil dan bebas dari kecurangan dari pihak manapun.
39. Pelaksanaan demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, demokrasi pancasila
pada orde baru dan demokrasi pancasila pada masa reformasi

Secara umum, periode demokrasi dapat dibagi menjadi empat yakni:

 Demokrasi Parlementer/Liberal (1950-1959)


 Demokrasi Terpimpin (1959-1966)
 Demokrasi Pancasila (1966-1998)
 Reformasi (1998-kini)

40. Ciri-ciri sistem pemerintahan yang dianut oleh satu negara

a. sistem pemerintahan presidensial

Ciri-ciri sistem pemerintahan presidensial adalah:

 Pemerintahan dan negara dipimpin langsung oleh presiden.


 Presiden selain berkedudukan sebagai kepala negara sekaligus sebagai kepala
pemerintahan.
 Presiden mempunyai wewenang mengangkat para menteri yang merupakan
bawahannya.
 Menteri bertanggung jawab langsung kepada presiden.
 Presiden dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum atau pemilu,
sehingga presiden dalam masa jabatannya tidak bisa dijatuhkan oleh parlemen.
 Sebagai penyeimbang, presiden juga tidak dapat membubarkan parlemen.
 Presiden bertanggung jawab terhadap konstitusi.

b. sistem pemerintahan Parlemen

Ciri-ciri sistem pemerintahan presidensial adalah:

 Parlemen memiliki kuasa sebagai perwakilan dan lembaga legislatif.


 Anggota parlemen terdiri dari orang partai politik yang memenangkan
pemilihan umum.
 Pemerintahan terdiri dari para meneteri dan perdana menteri sebagai
pemimpin kabinet.

41. Sistem pemerintahan Indonesia sesuai dengan UUD 1945

Sistem pemerintahan Indonesia adalah presidensil


42. Tiga kekuasaan negara menurut Mostesquieu

Montesquieu mengemukakan teori pemisahan kekuasaan negara dibagi ke dalam


tiga kekuasaan, yaitu : pertama, kekuasaan legislatif yang membentuk undang-
undang; kedua, kekuasaan eksekutif yang melaksanakan undang-undang; dan
yang ketiga, kekuasaan yudikatif yang bertugas untuk menjalankan kehakiman.

43. Lembaga-lembaga negara pelaksana kedaulatan rakyat menurut UUD 1945

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat atau MPR

 Mengubah dan menetapkan UUD.


 Melantik presiden dan wakil presiden.
 Memberhentikan presiden dan wakil presiden dalam masa jabatannya
menurut UUD.

2. Presiden

 Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri.


 Mengajukan RUU. 
 Membentuk Perpu.
 Membentuk RAPBN.
 Memegang kekuasaan tertinggi atas angkatan perang.
 Mengangkat duta dan konsulat.
 Menerima duta dari negara lain.
 Memberikan grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi.
 Memberi gelar dan tanda jasa. 

3. Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR

 Menetapkan RAPBN bersama presiden.


 Menetapkan RUU.
 Mengawasi jalannya pemerintahan.

4. Badan Pemeriksa Keuangan atau BPK

 BPK berkewajiban memeriksa tanggung jawab keuangan negara.


 Hasil pemeriksaan BPK dilaporkan kepada DPR, DPD, dan DPRD.

5. Makhamah Agung atau MA

 Mengawasi jalan UU.


 Memberi sanksi atas pelanggaran UU. 
 Mengadili pada tingkat kasasi. 

6. Makhamah Konstitusi atau MK

 Menguji kekuatan UU terhadap UUD.


 Memutus sengketa kewenangan lembaga negara.
 Memutuskan pembubaran partai politik.

7. Dewan Perwakilan Daerah atau DPD


 Mengajukan RUU kepada DPR berkaitan dengan otonomi daerah.
 Ikut membahas UU yang berkaitan dengan daerah.
 Memberikan masukan kepada DPR atas RUU APBN pajak, pendidikan,
dan agama.
 Mengawasi pelaksanaan UU yang berkaitan dengan otonomi daerah.

8. Komisi Pemilihan Umum atau KPU


 Merencanakan penyelenggaraan pemilu.
 Menetapkan organisasi dan tata cara semua tahapan pelaksanaan pemilu.
 Mengoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua tahapan
pelaksanaan pemilu.
 Penetapan peserta pemilu.
 Menetapkan daerah pemilihan, jumlah kursi, dan calon anggota DPR,
DPRD, DPD Provinsi, dan DPRD kabupaten atau kota.
 Melakukan evaluasi dan pelaporan pemilu.
 Melaksanakan tugas dan kewenangan lain yang diatur undang-undang

9. Komisi Yudisial
 Mengawasi perilaku hakim agung.
 Mengusulkan pengangkatan hakim agung.
 Mengusulkan nama calon hakim agung. 
 Ikut menjaga dan menegakkan kehormatan dan martabat hakim.

44. Tugas dan wewenang presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan

1. Tugas Presiden Sebagai Kepala Negara


 Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan
Angakatan Udara berdasarkan Uundang-undang Pasal 10
 Presiden memilih dan memutuskan pengangkatan duta dan konsul berdasarkan
Undang-undang Pasal 13 ayat 1
 Menerima dan menempatkan duta negara lain dengan memerhatikan
pertimbangan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) berdasarkan Undang-
undang Pasal 13 ayat 1

2. Tugas Presiden Sebagai Kepala Pemerintahan


 Memegang kekuasaan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Dasar Pasal
4 ayat 1
 Menetapkan peraturan pemerintahan untuk menjalankan Undang-Undang
sebagaimana mestinya berdasarkan Undang-undang Pasal  3 ayat 2
 Mengangkat dan memberhentikan para menteri berdasarkan Undang-undang
Pasal 17 ayat 2
 Mengesahkan rancangan Undang-Undang yang telah disetujui bersama untuk
menjadi Undang-Undang, berdasarkan Undang-undang Pasal 2 ayat 4
 Merancang Undang-undang Anggran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
yang kemudian diajukan presiden untuk dibahas bersama DPR dengan
memperhatikan pertimbangan DPD, berdasarkan Undang-undang Pasal 23
ayat 2
 Meresmikan anggota BPK yang dipilih oleh DPR dengan memperhatikan
pertimbangan DPD, berdasarkan Undang-undang Pasal 23F ayat 1
 Memberikan persetujuan dan menetapkan Hakim Agung yang pencalonannya
diusulkan oleh komisi yudisial dan DPR, berdasarkan Undang-undang Pasal
24A ayat 3
 Mengangkat dan memberhentikan anggota yudisial dengan persetujuan DPR,
berdasarkan Undang-undang Pasal 24B ayat 3
 Menetapkan anggota hakim konstitusi di MK yang diajukan oleh MA, DPR,
dan Presiden, berdasarkan Undang-Undang Pasal 24C ayat 3

3. Wewenang Presiden
 Berhak mengajukan Rancangan Undang-Undang kepada DPR untuk akhirnya
ditindaklanjuti, berdasarkan Undang-Undang Pasal 5 ayat 1
 Dapat menyatakan perang,membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara
lain melalui persetujuan DPR, berdasarkan Undang-Undang Pasal 11 ayat 1
 Dapat membuat perjanjian internasional lainnya yang dapat menimbulkan
akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan
beban keuangan negara dan/atau mengharuskan pembentukan dan perubahan
UU dengan persetujuan DPR, berdasarkan Undang-Undang Pasal 11 ayat 2
 Berwenang menyatakan keadaan bahaya yang syarat-syarat dan akibatnya
dalam keadaan bahaya telah ditetapkan dalam Undang-Undang, wewenang
presiden  berdasarkan Undang-Undang Pasal 12
 Berwenang memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan
pertimbangan Mahkamah Agung, berdasarkan Undang-Undang Pasal 14 ayat
1
 Berwenang memberi amnesti dan abolasi dengan memperhatikan
pertimbangan DPR, berdasarkan Undang-Undang Pasal 14 ayat 2
 Berwenang memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang
telah diatur dalam Undang-Undang, wewenang presiden berdasarkan Undang-
Undang Pasal 15
 Membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat
dan pertimbangan kepada Presiden yang kemudian telah diatus dalam
Undang-Undang, wewenang presiden berdasarkan Undang-Undang Pasal 16
 Berwenang menetapkan peraturan pemerintan penganti Undang-Undang jika
dalam hal genting yang memaksa, berdasarkan Undang-Undang Pasal 22 ayat
1

45. Fungsi-sungsi DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat menurut UUD 1945

Terkait dengan fungsi legislasi, DPR memiliki tugas dan wewenang:

 Menyusun Program Legislasi Nasional (Prolegnas)


 Menyusun dan membahas Rancangan Undang-Undang (RUU)
 Menerima RUU yang diajukan oleh DPD (terkait otonomi daerah; hubungan pusat
dan daerah; pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah; pengelolaan
SDA dan SDE lainnya; serta perimbangan keuangan pusat dan daerah)
 Membahas RUU yang diusulkan oleh Presiden ataupun DPD
 Menetapkan UU bersama dengan Presiden
 Menyetujui atau tidak menyetujui peraturan pemerintah pengganti UU (yang
diajukan Presiden) untuk ditetapkan menjadi UU 

Terkait dengan fungsi anggaran, DPR memiliki tugas dan wewenang:

 Memberikan persetujuan atas RUU tentang APBN (yang diajukan Presiden)


 Memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU tentang APBN dan RUU terkait
pajak, pendidikan dan agama
 Menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara yang disampaikan oleh BPK
 Memberikan persetujuan terhadap pemindahtanganan aset negara maupun
terhadap perjanjian yang berdampak luas bagi kehidupan rakyat yang terkait
dengan beban keuangan negara 

Terkait dengan fungsi pengawasan, DPR memiliki tugas dan wewenang:


 Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN dan kebijakan
pemerintah
 Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang disampaikan oleh DPD
(terkait pelaksanaan UU mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah, pengelolaan SDA dan SDE lainnya, pelaksanaan APBN,
pajak, pendidikan dan agama)

46. Hak-hak DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat menurut UUD 1945

Hak Anggota DPR terdiri dari:

 hak mengajukan usul rancangan undang-undang;


 hak mengajukan pertanyaan;
 hak menyampaikan usul dan pendapat;
 hak memilih dan dipilih;
 hak membela diri;
 hak imunitas;
 hak protokoler;
 hak keuangan dan administratif;
 hak pengawasan;
 hak mengusulkan dan memperjuangkan program pembangunan dapil;
 hak melakukan sosialisasi undang-undang.

47. Tugas dan wewenang MPR

Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan
anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur
lebih  lanjut dengan undang-undang.  MPR mempunyai tugas dan wewenang, yaitu :

 Mengubah dan menetapkan undang-undang dasar;


 Melantik presiden dan wakil presiden berdasarkan hasil pemilihan umum dalam
sidang paripurna MPR;
 Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk
memberhentikan presiden dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya setelah
presiden dan atau wakil presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan
penjelasan di dalam sidang paripuma MPR;
 Melantik wakil presiden menjadi presiden apabila presiden mangkat, berhenti,
diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa
jabatannya;
 Memilih wakil presiden dari dua calon yang diajukan presiden apabila terjadi
kekosongan jabatan wakil presiden dalam masa jabatannya selambat-lambatnya
dalam waktu enam puluh hari;
 Memilih presiden dan wakil presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan
dalam masa jabatannya, dari dua paket calon presiden dan wakil presiden yang
diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang paket calon
presiden dan wakil presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam
pemilihan sebelumnya, sampai habis masa jabatannya selambat-lambatnya dalam
waktu tiga puluh hari;
 Menetapkan peraturan tata tertib dan kode etik MPR.

48. Tugas dan wewenang MA

Berikut tugas dan wewenang Mahkamah Agung Republik Indonesia:

 Memeriksa dan memutus permohonan kasasi (Pasal 20 ayat 1 UU Nomor 48


Tahun 2009).
 Memeriksa dan memutus sengketa tentang kewenangan mengadili (Pasal 28 ayat
1 UU Nomor 14 Tahun 1985).
 Memeriksa dan memutus permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan tetap (Pasal 28 ayat 1 UU Nomor 14 Tahun
1985).
 Menguji peraturan perundang-undangan di bawah UU terhadap UU (Pasal 20 ayat
1 huruf b UU Nomor 48 Tahun 2009).
 Meminta keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan dengan teknis peradilan
dari semua badan peradilan yang berada di bawahnya (Pasal 32 ayat 3 UU Nomor
3 Tahun 2009).
 Memberi petunjuk, teguran, atau peringatan kepada pengadilan di semua badan
peradilan yang berada di bawahnya (Pasal 32 ayat 4 UU Nomor 3 Tahun 2009)
 Memberi keterangan, pertimbangan, dan nasehat masalah hukum kepada lembaga
negara dan lembaga pemerintahan apabila diminta (Pasal 22 UU Nomor 48 Tahun
2009).
 Memberi pertimbangan hukum atas permohonan grasi dan rehabilitasi (Pasal 35
UU Nomor 5 Tahun 2004).
 Melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan pada semua
badan peradilan yang berada di bawahnya dalam menyelenggarakan kekuasaan
kehakiman (Pasal 24 ayat 1 UU Nomor 48 Tahun 2009).
 Melakukan pengawasan internal atas tingkah laku hakim (Pasal 32A UU Nomor 3
Tahun 2009).
 Mengawasi pelaksanaan tugas administrasi dan keuangan (Pasal 32 ayat 2 UU
Nomor 3 Tahun 2009).

49. Tugas dan wewenang MK

Tugas dan wewenang MK tertuang dalam Pasal 24C ayat (1) UUD NRI 1945. Tugas
dan wewenang tersebut antara lain:

 Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk
menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar.

 Memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya


diberikan oleh Undang-Undang Dasar.

 Memutus pembubaran partai politik.

 Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum (pemilu).

50. Hubungan DPR dan Presiden

Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR. Selain itu juga,


setiap rancangan undang-undang harus dibahas bersama oleh DPR dan presiden untuk
mendapat persetujuan bersama. Presiden juga memiliki peran untuk mengesahkan
rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama untuk menjadi undang-
undang.

Anda mungkin juga menyukai