Anda di halaman 1dari 4

Nama : Dicky Ramdana

NIM : 202010170311218
Kelas : Akuntansi 2E

JAWABAN UTS SEMESTER GENAP


MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

1.
A. Hakikat dan Fungsi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Pada hakikatnya, pendidikan pancasila dan kewarganegaraan diselenggarakan untuk
mendidik generasi bangsa berikutnya agar memiliki budi pekerti yang baik sebagai
warga negara yang berlandaskan nilai-nilai luhur Pancasila. Dengan begitu, akan
tercipta masyarakat yang bermoral serta berbudi pekerti luhur dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Fungsi dari pelaksanaan Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan diantaranya:
• Untuk menciptakan generasi muda bangsa agar memiliki budi pekerti yang luhur
sesuai nilai-nilai luhur Pancasila.
• Untuk membentuk generasi muda bangsa yang cinta akan tanah airnya serta
bersedia untuk ikut dalam usaha bela negara demi mempertahankan bangsa dan
negaranya.
• Untuk mengajarkan tentang pentingnya menjaga dan melestarikan identitas-
identitas nasional Indonesia sebagai jati diri bangsa di antara negara-negara lain di
dunia.
• Untuk mengajarkan, melestarikan, serta menerapkan wawasan nusantara sebagai
wawasan kebangsaan Indonesia dalam kehidupan.
B. Tolak Ukur Keberhasilan Pendidikan Pancasila yang telah dilakukan Indonesia dari
Masa Orla, Orba, dan Reformasi
• Adanya supremasi hukum dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
• Terjaminnya kebebasan berpendapat, kebebasan pers, dan kebebasan untuk
membentuk partai politik.
• Terciptanya keharmonisan dengan sikap saling menghormati dan toleransi antar
golongan/kelompok masyarakat.
• Terjaminnya kebebasan bagi seluruh kelompok masyarakat untuk melaksanakan
peribadatan sesuai agama yang dianut.
• Terciptanya rasa nasionalisme dan cinta tanah air pada seluruh individu dalam
masyarakat.

2.
A. Identitas Nasional
Identitas nasional adalah suatu ciri khas, penanda, atau jati diri dari suatu bangsa yang
dapat digunakan untuk membedakan antara bangsa yang satu dengan bangsa yang
lainnya. Identitas nasional ini sifatnya adalah buatan manusia/masyarakat dari bangsa
tersebut. Mereka membuat, membentuk, lalu menyepakati bahwa sesuatu yang mereka
buat tersebut merupakan identitas bersama yang akan digunakan untuk menunjukkan
eksistensi bangsa mereka dibandingkan dengan bangsa lainnya. Identitas nasional ini
dapat berupa bendera nasional, lagu kebangsaan, lambang negara, bahasa nasional,
semboyan dan falsafah bangsa, maupun kebudayaan-kebudayaan asli daerah yang telah
diterima secara nasional di negara tersebut.
B. Cara Mempertahankan/Menjaga agar Identitas Nasional Tetap Menjadi Jati Diri
Bangsa
Ada banyak strategi/cara yang dapat dilakukan untuk mempertahankan atau menjaga
agar identitas nasional tetap menjadi jati diri bangsa. Cara tersebut diantaranya:
• Menegaskan keberadaan identitas nasional seperti bendera, lagu kebangsaan,
lambang negara, bahasa nasional, dan falsafah serta semboyan bangsa dengan
memasukkannya ke dalam konstitusi negara agar mendapat legitimasi yang kuat
dalam menerapkannya di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan
dicantumkan ke dalam konstitusi, keberadaan identitas nasional tersebut akan
diketahui secara luas oleh warga negara serta dapat diamankan dari ancaman
pihak-pihak yang ingin mengganti identitas nasional tersebut sesuka hatinya.
• Mengembangkan dan menerapkan sikap-sikap patriotik dan cinta tanah air dalam
kehidupan sehari-hari.
• Menguatkan serta menyebarkan semangat nasionalisme bangsa dalam kehidupan.
• Mencintai dan melestarikan budaya-budaya bangsa yang ada di daerah.
• Mengembangkan sikap toleransi, saling menghormati dan menghargai dengan
budaya daerah yang berbeda.
• Tetap mempertahankan dan mengajarkan pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan agar nilai-nilai bangsa tidak hilang dan dilupakan generasi
bangsa berikutnya.
• Ikut serta dalam segala upaya bela negara.

3. Praktek Penerapan UUD 1945 sejak Orde Lama, Orde Baru dan Reformasi serta
Penyimpang-Penyimpangan Terjadi
A. Orde Lama
Penerapan:
• Penerapan pancasila masih mengalami gejolak dengan munculnya beberapa
pemberontakan yang ingin mengganti dasar negara.
• Pancasila ditetapkan menjadi dasar negara, namun pelaksanaannya banyak yang
diarahkan menuju ideologi lain. Hal ini ternyata malah menimbulkan kekacauan
di pemerintahan.
• Konstitusi sebagai pasangan dari dasar negara Pancasila beberapa kali
mengalami perubahan. Pada 1945-1950, UUD yang digunakan adalah UUD
1945. Pada 1950-1959, UUD yang digunakan adalah UUDS 1950. Pada 1959-
1966, UUD 1945 kembali digunakan sebagai konstitusi negara.
Penyimpangan:
• Pengarahan sistem pemerintahan menjadi demokrasi liberal pada tahun 1950an
yang justru menimbulkan kekacauan. Sistem ini pada implementasinya tidak
sesuai dengan sila ke 4 pancasila yang mengutamakan musyawarah dalam
mengambil keputusan. Yang terjadi pada saat itu justru ajang perebutan
kekuasaan pemerintahan dengan saling adu kekuatan faksi di parlemen.
• Penyimpangan ideologi bangsa dengan diakomodasinya konsep NASAKOM
(Nasionalisme, Agama, Komunisme) yang tidak sesuai dengan ideologi
pancasila. Ideologi komunisme tidak selaras dengan pancasila karena
komunisme mengesampingkan aspek agama dalam kehidupan, sedangkan
Pancasila justru mengutamakan aspek keagamaan dalam kehidupan. Hal itu
dibuktikan dengan penempatan sila Ketuhanan Yang Maha Esa pada sila
pertama.
• Penyelenggaraan pemerintahan pada masa demokrasi terpimpin di akhir orde
lama cenderung mengarah pada bentuk pemerintahaan yang otoritarian.
Kekuasaan praktis terpusat pada Presiden Soekarno yang dikukuhkan sebagai
Presiden Seumur Hidup.
B. Orde Baru
Penerapan:
• Pancasila ditetapkan sebagai asas tunggal kehidupan berbangsa dan bernegara.
• Konsisten menggunakan UUD 1945 sebagai konstitusi negara yang
berdampingan dengan dasar negara pancasila.
• Mampu diberantasnya pihak-pihak yang ingin mengganti ideologi pancasila
menjadi ideologi lain oleh pemerintah.
Penyimpangan:
• Pancasila dimaknai sebagai ideologi tunggal bangsa yang bersifat tertutup
sehingga penerapannya cenderung kaku dalam kehidupan. Pancasila seharusnya
diterapkan secara luwes sehingga bisa merasuk ke dalam sendi-sendi kehidupan
masyarakat
• Munculnya pemaknaan Pancasila sebagai asas tunggal sehingga siapapun yang
bersebrangan dengan penguasa akan dianggap melawan/menentang Pancasila
sehingga dapat diberantas oleh penguasa.
• Penggunaan pancasila sebagai alat bagi penguasa untuk menciptakan kekuasaan
yang absolut tanpa bisa dikritik oleh pihak manapun.
• Penyimpangan dalam bentuk pemerintahaan yang mana seharusnya didasarkan
pada demokrasi kerakyatan, namun nyatanya justru bersifat otoritarian dengan
kekuasaan praktis absolut berada pada presiden.
• Terjadi banyak pelanggaran HAM dalam tingkat yang beragam, mulai ringan
hingga berat yang dilakukan oleh aparat.
• Maraknya KKN dalam lingkar pemerintah/penguasa.
C. Reformasi
Penerapan:
• Pancasila menjadi dasar negara dan ideologi bangsa.
• Penerapannya di masyarakat sudah luwes, tidak sekaku rezim sebelumnya.
• Muncul berbagai macam ideologi lain melalui perkembangan teknologi yang
berdampingan dengan ideologi pancasila dalam kehidupan.
• Kepedulian masyarakat terhadap penerapan ideologi pancasila dalam
kehidupan sedikit berkurang.
Penyimpangan:
• Belum maksimalnya sistem pemerintahan demokratis yang didasarkan pada
permusyawaratan sesuai sila ke 4 pancasila.
• Masih maraknya praktik KKN dalam pemerintahan, baik di daerah maupun
pusat.
• Masih seringnya penguasa membuat kebijakan tanpa mengakomodasi aspirasi
dari masyarakat. Hal ini menimbulkan gejolak resistansi dari masyarakat yang
berujung demo.
• Masih gagalnya pemerintahan masa reformasi untuk menuntaskan kasus-kasus
pelanggaran HAM pada masa rezim sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai