Anda di halaman 1dari 6

UJIAN TENGAH SEMESTER

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Nama : Made Niken Listayani


NIM : 2218011004
Rombel : 13

Pertanyaan
1. Jelaskan dan uraikan akan pentingnya Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di
Perguruan Tinggi dan bagaimana pendapat anda mengenai relevansi Pendidikan
Kewarganegaraan dalam kehidupan bernegara sekarang ini?
2. Apa yang menyebabkan Demokrasi Pancasila pada masa Orde Baru dianggap gagal? Dan
berikan penjelasan apa saja yang membedakan Demokrasi Pancasila pada masa Orde Baru
dengan Orde Reformasi! Selanjutnya, uraikan pendapat kalian bagaimana kalian
memaknai dan mengimplementasikan Pancasila secara nyata di dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara!
3. Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang memiliki beragam kebudayaan sebagai
Identitas Nasional dan cerminan dari karakter bangsa.
a) Mengapa sejarah budaya bangsa dikatakan sebagai akar dari identitas nasional dan
mengapa identitas nasional dikatakan sebagai karakter bangsa? Jelaskan pendapat
kalian dan beri contohnya?!
b) Apa saja yang dapat kalian lakukan untuk mempertahankan identitas nasional sebagai
ciri khas Bangsa Indonesia?
Jawaban
1. Menurut pendapat saya, pemberian mata kuliah PKN masih sangat penting untuk diberikan
di zaman ini. Hal ini dikarenakan semakin tingginya jenjang pendidikan seseorang, maka
semakin besar juga tanggungjawab serta kewajiban yang harus dilakukannya. Pendidikan
kewarganegaraan penting diberikan untuk siapapun sejak usia sedini mungkin dan
setidaknya perlu diberikan lagi bagi seluruh mahasiswa mengenai dasar-dasar yang tidak
terlalu mengkhusus. Misalnya saja yang baru saja beberapa minggu lalu dipelajari yaitu
mengenai kewarganegaraan, identitas nasional, integrasi nasional, konstitusi, hakikat hak
dan kewajiban, demokrasi, supremasi hukum, dan hakikat wawasan nusantara. Dari materi
tersebut, mahasiswa yang notabene sudah memasuki usia dewasa (matang) dapat
memahami makna dari materi tersebut dengan lebih baik untuk kemudian bisa
diaplikasikan di masa depan.
Mahasiswa disebut sebagai agent of change, dengan dibekali berbagai pengetahuan
kewarganegaraan, maka bisa sekaligus mengawasi jalannya pemerintahan dan menjaga
hak masyarakat bila suatu saat ketidakadilan terjadi. Namun sebelum bisa mencapai hal
tersebut, tentunya mahasiswa perlu mengetahui identitas dirinya sendiri, identitas negara,
sistem konstitusi, hak dan kewajibannya sebagai warga negara, sistem demokrasi di
Indonesia, dan lainnya. Hal ini ditujukan agar mahasiswa dapat menjadi lebih bijak dalam
mengambil langkah kedepannya seperti misalnya demonstrasi yang cerdas dan berdasar
jelas, bukannya hanya berdasarkan rasa ingin ikut-ikutan saja. Jadi kesimpulannya,
pendidikan kewarganegaraan diperlukan untuk membangun rasa nasionalisme sedini
mungkin dan memberi pengetahuan dasar mengenai bagaimana idealnya sistem hukum dan
pemerintahan di Indonesia, sehingga sewaktu-waktu apabila terjadi ketidakadilan,
masyarakat tidak mudah dibodohi oleh para elit dan memiliki pondasi yang kuat untuk
membuktikan keresahannya.
2. Pancasila dianggap gagal ketika Orde Baru karena terdapat berbagai penyimpangan yang
bertolakbelakang dengan nilai-nilai luhur Pancasila pada masa Orde Baru ini. Beberapa
penyimpangan tersebut antara lain:
a) Adanya pelemahan prinsip demokrasi. Pada masa Orde Baru, pers tidak dapat
berpendapat dan mengkritik pemerintah secara bebas. Bahkan terdapat beberapa
wartawan yang justru menghilang tiba-tiba ketika mereka hendak menyelidiki suatu
kasus yang ‘melawan’ pemerintah. Demokrasi yang diberlakukan pada masa ini adalah
demokrasi sentralistik dimana Soeharto memegang kekuasaan di legislatif, eksekutif,
dan yudikatif, sehingga semua keputusan harus berdasarkan persetujuannya terlebih
dahulu dan tidak ada pihak yang mampu untuk mengkritiknya.
b) Pancasila sebagai indoktrinasi untuk melanggengkan kekuasaan presiden. Hal ini
dibuktikan dengan Soeharto yang bisa menjabat hingga 20 tahun lamanya. Indoktrinasi
dilakukan dengan cara memberi pendidikan kewarganegaraan yang tidak semestinya
seperti melarang adanya kritik terhadap pemerintah, dll.
c) Maraknya KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme). Hal yang paling parah yang
membuktikan betapa banyaknya ketidakadilan yang terjadi yaitu terjadinya krisis
ekonomi dan moneter di Indonesia pada tahun 1997. Selain itu, Soeharto juga memecat
8 keppres untuk kemudian digantikan oleh keluarga dan orang-orang terdekatnya.
Masing-masing dari delapan keppres telah menciptakan terbukanya keran KKN untuk
pajak impor, pembebasan pajak bagi keluarga Soeharto, hingga pemberian hak
monopoli kepada Keluarga Cendana.
d) Adanya pembatasan hak politik. Saat itu, tiga partai besar (PPP, Golkar, PDIP) dibatasi
hak-haknya, dimana ini bertentangan dengan UUD 1945 mengenai hak dan kewajiban
warga negara. Saat itu pemilu juga tidak berlangsung dengan asas LUBERJURDIL,
pemilu hanya dijadikan sebagai formalitas untuk mengukuhkan kekuasaan Soeharto.
e) Pelanggaran HAM. Bukan hal yang asing bahwa Orde Baru identik dengan situasi
mencekam dimana siapapun dan kapanpun bisa saja seseorang dinyatakan menghilang
secara tiba-tiba aau bahkan ditemukan tidak bernyawa kemudian harinya. Hal ini
biasanya terjadi pada orang-orang yang mengkritik pemerintah. Pelanggaran HAM
juga dirasakan oleh warga non-pribumi dan Tionghoa dimana mereka dilarang
merayakan Hari Raya Imlek.
Lalu setelah Orde Baru berakhir, masa Reformasi pun datang. Meskipun sejatinya
masih terdapat beberapa penyelewengan di masa Reformasi, tetapi pada masa ini rakyat
dan pers sudah diberikan kebebasan untuk berpendapat dan mengkritik pemerintah. Tidak
ada partai politik yang dibatasi lagi haknya, pun pemilu diawasi dengan ketat
pelaksanaannya. Kekuasaan presiden dibatasi maksimal dua kali periode, dimana presiden
hanya memegang kekuasaan eksekutif saja, legislatif dan yudikatif berhak dan
berkewajiban dalam mengawasi presiden. Dan yang paling penting, tiada lagi pelanggaran
HAM. Semua orang berhak hidup dan wajib untuk melaksanakan perannya di masyarakat.
Bahkan, pada masa reformasi terdapat banyak sekali kebijakan dan pemberian bantuan
yang pro-rakyat. Namun sayangnya, KKN masih menjamur di dalam pemerintahan.
Aturannya sebenarnya sudah tegas, namun pelaksananya yang kurang tegas. Oleh karena
itu, masih banyak diperlukan pembenahan pada sistem pemerintahan di Indonesia.
Kemudian, adapun cara yang saya lakukan dalam memaknai dan mengimplementasi
Pancasila di kehidupan berbangsa, bermasyarakat, dan bernegara adalah dengan cara
menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dan menyesuaikan berbagai pelaksanaannya
dengan kehidupan di zaman sekarang. Pancasila merupakan kedudukan tertinggi di setiap
keputusan yang akan diambil sebab Pancasila mengandung nilai-nilai luhur yang
mengandung kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain. Adapun pelaksanaannya secara riil
dapat dilakukan dengan cara:
• Mempelajari dan memahami dasar-dasar sistem kewarganegaraan dengan
saksama
• Aktif dalam kegiatan sosial seperti melakukan bakti sosial, gotong royong, dan
lain-lain
• Belajar dan bekerja dengan giat untuk mengharumkan nama Indonesia dan
menjalankan roda perekonomian
• Tidak berfoya-foya dan terjerumus pergaulan negatif (paham konsep kesehatan
fisik, mental, dan seksual)
• Menyaring informasi yang beredar di Internet mengenai penyelewengan yang
dilakukan pemerintah
• Ikut meramaikan dan menyukseskan sistem demokrasi di Indonesia, misalnya
seperti ikut andil dalam pemilu dan pemilihan lainnya
• Menghormati dan menghargai sesama sebagai makhluk hidup ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa berikut dengan menjaga serta mengawasi pelaksanaan HAM di
Indonesia
• Membeli dan mencintai produk-produk karya anak bangsa
• Tidak merusak fasilitas umum dan menjaga keragaman budaya bangsa
Indonesia
3. Identitas Nasional Bangsa Indonesia
a) Sejarah budaya bangsa dikatakan sebagai identitas nasional karena nilai-nilai dan
proses terbentuknya identitas nasional bangsa Indonesia sudah dimulai sejak zaman
kerajaan, tepatnya zaman kerajaan Majapahit dan Sriwijaya. Bukti yang paling
mencolok yaitu istilah ‘Pancasila’ yang diambil dari kitab Sutasoma. Selain itu sejak
zaman kerajaan Majapahit, Indonesia sudah memiliki kepercayaan dan agama yang
berkembang. Pada zaman kerajaan pula, gotong royong sudah dilakukan. Selain itu,
bahasa, suku bangsa, masakan khas daerah, juga menjadi identitas nasional yang
dikembangkan berdasarkan arahan nenek moyang secara turun temurun. Hal ini juga
termasuk tarian daerah, rumah khas daerah, tradisi, kekayaan alam, dan kebudayaan
lainnya yang saat ini bahkan menajdi daya tarik tersendiri bagi turis asing. Oleh karena
itu, sejarah budaya bangsa adalah suatu cikal bakal dari identitas nasional bangsa
Indonesia.
Identitas nasional inipun dikatakan sebagai karakter bangsa. Sebab terutama
dengan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila, menggambarkan betapa
konsiderat Indonesia dalam menjaga segala keragaman yang dimilikinya. Hal itu
diwujudkan dengan tenggang rasa, rasa ketuhanan yang tinggi, gotong royong, sistem
demokrasi yang diawasi, serta upaya pemenuhan kesejahteraan bagi mereka yang
membutuhkan. Pada saat menyusun ideologi negara (sidang BPUPKI), para pendiri
bangsa berusaha menggali nilai-nilai yang ada dan hidup dalam masyarakat sejak
zaman dulu, dan sekiranya menjadi harapan seluruh bangsa. Dengan demikian karena
Pancasila digali dari pandangan hidup bangsa, maka Pancasila dapat dikatakan sebagai
karakter sesungguhnya bangsa Indonesia.
b) Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mempertahankan identitas nasional sebagai
ciri khas bangsa Indonesia adalah:
• Menjaga nilai luhur yang ada dalam Pancasila dan diterapkan di kehidupan
sehari-hari seperti misalnya saling menghormati dan menghargai dengan
sesama, tidak menindas hak dan kewajiban orang lain, paham bela negara,
saling membantu satu sama lain, tidak menyinggung SARA atau saling
tenggang rasa, tidak egois, paham makna kebebasan terbatas, mengawasi
jalannya pemerintahan dan ikut menyemarakkan proses demokrasi (ikut
pemilu), bekerja keras untuk mencapai kesejahteraan, berpikir sebelum
membuat keputusan yang besar, dan tidak gegabah dalam menyaring informasi
yang beredar.
• Menghormati berbagai identitas bangsa seperti bendera negara, lagu
kebangsaan, dll.
• Tidak merusak berbagai fasilitas umum terutama yang mengandung unsur
sejarah bangsa Indonesia
• Belajar dengan rajin untuk mempertahankan keberlangsungan bangsa
Indonesia kedepannya
• Melestarikan warisan budaya dan alam yang diberikan oleh leluhur sehingga
tetap menjadi ciri khas bangsa Indonesia kedepannya. Misalnya seperti
mempelajari tarian daerah, tradisi budaya masing-masing suku bangsa, dll.

Anda mungkin juga menyukai