Anda di halaman 1dari 12

1.

Menganalisis proses perumusan dan penerapan pancasila sebagai dasar negara


Materi: Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara
Indikator: Fungsi dari Pancasila
Pancasila mempunyai fungsi utama sebagai dasar negara.
Contoh soal:
Dilihat dari fungsinya, Pancasila memunyai fungsi utama sebagai...
a) Pandangan hidup bangsa
b) Dasar negara
c) Perjanjian luhur bangsa
d) Falsafah bangsa

Indikator: Urutan usulan rumusan dasar negara yang diusulkan oleh Mr. Soepomo:
1) Persatuan
2) Kekeluargaan
3) Mufakat dan demokrasi
4) Musyawarah
5) Keadilan sosial
Contoh soal:

Materi: Sikap positif terhadap terhadap Pancasila dalam kehidupan masyarakat


Indikator: Contoh sikap positif terhadap pancasila dalam kehidupan masyarakat:
1) Percaya dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing.
2) Senantiasa mengembangkan sikap saling menghormati dan bekerja sama membina
kerukunan antarumat beragama dan penganut kepercayaan di lingkungan masyarakat.
3) Memperlakukan sesama manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya; mengakui
persamaan derajat, hak dan kewajiban; tenggang rasa, tidak semena-mena kepada
orang lain; gemar melakukan usaha kemanusiaan; dan menganggap bagian dari umat
manusia.
4) Cinta tanah air dan bangsa; mengutamakan persatuan dan kesatuan; dan menjunjung
tinggi kebudayaan nasional.
5) Aktif dalam kegiatan kemasyarakatan; menyadari hak dan kewajibannya; dan
bermusyawarah dilandasi semangat kekeluargaan, akal sehat, sesuai hati nurani dan
beritikad baik melaksanakan keputusan bersama.
6) Berpartisipasi membangun masyarakat di bidang sosial, ekonomi, dan budaya.
Materi: Penerapan pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara
Indikator: Kelebihan pancasila sebagai ideologi negara dibandingkan dengan ideologi lain
Pancasila jika dibandingkan dengan ideologi-ideologi lain diantaranya, memuat nilai-nilai yang
universal dan menyeluruh, sesuai dengan Hak Asasi Manusia (HAM), sesuai dengan kodrat
manusia, menampung dan memberikan wadah bagi sesama golongan, serta merupakan
ideologi terbuka.

Indikator: Dimensi Pancasila sebagai ideologi bangsa:


1) Dimensi Idealisme: Bila dilihat dari dimensi idealisme maka ideologi memiliki cita cita
atau keinginan yang ingin dicapai di dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat,
bernegara, dan berbangsa.
2) Dimensi Pengembangan (Fleksibilitas): Dimensi fleksibilitas atau pengembangan hanya
mungkin bisa dimiliki secara wajar dan juga sehat oleh suatu ideologi yang demokratis
(terbuka).
3) Dimensi Realitas: Bila dilihat dari dimensi realitas maka ideologi memiliki makna bahwa
nilai dasar yang terkan- dung di dalamnya bersumber dari nilai hidup yang ada di dalam
masyarakat, terutama pada saat ideologi itu lahir.
Indikator: Hubungan Pancasila dengan sila yang lainnya
Pancasila saling berkaitan dan mengikat, sebab satu bagian dengan bagian lain tidak bisa
dipisahkan. Pancasila juga suatu kesatuan yang sifatnya majemuk tunggal, yaitu setiap sila
tidak bisa berdiri sendiri dan tidak saling bertolakan atau bertentangan. Susunan setiap sila
sifatnya hierarkis dan piramidal. Makna sifat piramidal dalam Pancasila adalah, apabila
dilihat dari urutannya, tingkat-tingkat dalam luas dan isi sifat setiap sila merupakan
pengkhususan dari sila yang sebelumnya. Sebagai contoh, sila pertama menjadi dasar dari
kemanusiaan, persatuan Indonesia, kerakyatan, dan keadilan sosial. Sementara, Ketuhanan
Yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang berkemanusiaan, membangun, memelihara,
mengembangkan persatuan, berkerakyatan serta berkeadilan sosial.

Indikator: Kendala pemerintah dalam penerapan Pancasila pada masa orde lama
Masa Orde Lama dapat dikatakan sebagai masa pencarian bentuk implementasi Pancasila,
maka penerapannya pun berbeda-beda. Oleh karena itu, sempat terjadi beberapa
penyimpangan terhadap Pancasila pada masa Orde Lama.
1) Demokrasi Parlementer
Dalam kehidupan berpolitik, seperti pada sila keempat Pancasila yang mengutamakan
musyawarah dan mufakat, tidak dapat dilaksanakan karena demokrasi yang berlaku
saat itu adalah demokrasi parlementer.
2) Lebih Mengarah ke Ideologi Liberal
Pada periode 1950-1955, penerapan Pancasila lebih mengarah pada ideologi liberal.
Ideologi liberal lebih menekankan pada hak-hak individu, yang berarti memprioritaskan
kebebasan individu yang sebesar-besarnya dalam segala aspek. Hal ini tentu
menyimpang dari penerapan Pancasila yang mengutamakan keseimbangan antara hak
dan kewajiban.
3) Demokrasi Terpimpin
Memasuki periode 1956-1965, pemerintahan Orde Lama dikenal sebagai demokrasi
terpimpin. Sayangnya, demokrasi terpimpin justru tidak berada pada kekuasaan rakyat
seperti yang ada dalam nilai-nilai Pancasila. Kepemimpinan berada di bawah kuasa
Presiden Soekarno pribadi melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

2. Menganalisis kesejarahan UUD NRI Tahun 1945


Materi: Perumusanan dan Pengesahan UUD NRI Tahun 1945
Indikator: Hasil sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 sehari setelah proklamasi
kemerdekaan
Hasil dari sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945 adalah mengesahkan dan menetapkan UUD
1945, memilih Soekarno dan Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden, serta menentukan
tugas Komite Nasional Indonesia Pusat.
Materi: Pengesahan UUD NRI Tahun 1945
Indikator: Kesepakatan dasar dalam perubahan UUD NRI Tahun 1945
1. Tidak melakukan pengubahan terhadap Pembukaan Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945.
2. Tetap melakukan pertahanan terhdap Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Melakukan penegasan terhadap sebuah sistem pemerintahan presidensial.
4. Melakukan penjelasan terhadap Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang akan melakukan pemuatan terhadap berbagai macam hal normatif yang
dimana akan termasuk ke dalam sebuah pasal-pasal atau yang selanjutnya disebut
dengan sebutan batang tubuh.
5. Melakukan berbagai macam bentuk perubahan dengan cara menggunakan adendum.

Menelaah makna, kedudukan UUD NRI 1945 dangan lainnya dalam sistem hukum nasional
Materi: Kedudukan dan Makna Pembukaan UUD NRI Tahun 1945
Indikator: Siswa dapat menganalisis Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 sebagai kaidah
negara yang fundamental
1) Sumber hukum dari UUD 1945, karena Pembukaan UUD 1945 mempunyai hakikat dan
kedudukan yang tetap dan tidak berubah bagi negara yang dibentuk.
2) Menurut teori hukum, yang meletakkan dasar negara adalah PPKI sebagai pembentuk
negara yang pertama kali pada tanggal 17 Agustus 1945.
3) Pembentuk negara (PPKI) mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari pemerintah atau
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), sedangkan pemerintah dan MPR hanya
merupakan alat perlengkapan negara yang kedudukannya lebih rendah dari pembentuk
negara.
4) Secara hukum, semua produk hukum hanya bisa diubah/dihapus oleh ketentuan yang
lebih tinggi kedudukannya. Dengan demikian, pembukaan UUD 1945 hanya dapat
diubah oleh pembentuk negara (PPKI) yang pada saat ini sudah tidak ada lagi.

Materi: Kedudukan dan fungsi UUD NRI tahun 1945


Indikator: Menjelaskan fungsi UUD NRI Th. 1945
1) Sebagai Alat Kontrol
Fungsi Undang-Undang Dasar 1945 yang pertama adalah sebagai alat kontrol dalam
kehidupan berbangsa. UUD 1945 sebagai alat kontrol ini berfungsi mengecek atau
menguji apakah perundang-undangan di bawahnya sudah sesuai atau bertentangan.
Sebagai contoh, saat ini, masyarakat bisa mengajukan pengujian suatu undang-undang
yang berisi pasal bermasalah ke Mahkamah Konstitusi. Kemudian, MK akan menguji
kesesuaian pasal itu dengan UUD 1945. Jika tidak sesuai, MK bisa memerintahkan
pencabutan pasal itu.
2) Sebagai Pengatur
Fungsi UUD 1945 yang kedua adalah sebagai pengatur. UUD 1945 berfungsi untuk
mengatur kekuasaan negara. Perannya dalam mengatur kekuasaan negara ini meliputi
cara menyusun, membagi, dan dilaksankaan, teman-teman. Semua lembaga negara
termasuk presiden harus selaras dan seusia dengan ketentuan yang ada dalam UUD
1945.
3) Sebagai Penentu
Fungsi utama Undang-Undang Dasar 1945 yang terakhir adalah sebagai alat penentu
dalam kehidupan berbangsa. Hal ini dimaksudkan bahwa UUD 1945 berperan sebagai
penentu hak dan kewajiban negara, warga negara, dan pemerintah. Ini artinya, hak dan
kewajiban yang dimiliki pemerintah, lembaga negara, dan warga negara ini ditentukan
dengan berpedoman pada UUD 1945.
Mensintesiskan isi alinea dan pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD NRI Th.
1945
Materi: Makna alinea Pembukaan UUD NRI tahun 1945
Indikator: Makna alinea pertama dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945
1) Kemerdekaan adalah hak segala bangsa.
2) Segala bentuk penjajahan di atas dunia harus dihapuskan.
3) Bangsa Indonesia adalah bangsa yang cinta damai, namun lebih cinta kemerdekaan dan
anti penjajahan, serta
4) Bangsa Indonesia berkewajiban membantu bangsa-bangsa lain yang ingin merdeka.

Indikator: Makna alinea kedua dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945
1) Mengungkapan cita-cita nasional Bangsa Indonesia, yaitu Negara Indonesia yang
berdaulat, adil, dan makmur.
2) Menujukkan adanya ketepatan dan ketajaman penilaian.

Materi: Pokok Pikiran Pembukaan UUD NRI tahun 1945


Indikator: Pokok Pikiran keempat Pembukaan UUD NRI dalam kehidupan sehari hari
1) Percaya dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa sesuai ajaran agamanya.
2) Menjalankan perintah agama sesual ajaran yang dianutnya.
3) Saling menghormati antarumat beragama.
4) Tidak memaksakan suatu agama atau keyakinan pada orang lain.
5) Tidak membeda-bedakan manusia berdasarkan suku, agama, warna kulit, tingkat
ekonomi, dan tingkat pendidikan.
6) Menyadari bahwa kita diciptakan sama oleh Tuhan.
7) Membela kebenaran dan keadilan.
8) Menyadari bahwa kita mempunyai hak dan kewajiban yang sama.
9) Tidak melakukan tindakan diskriminatif.

Indikator: Prinsip-prinsip negara Indonesia dalam pembukaan NRI tahun 1945 alinea
keempat
1) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
2) Memajukan kesejahteraan umum.
3) Mencerdaskan kehidupan bangsa.
4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan.

3. Mengidentifikasi norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat untuk


mewujudkan keadilan
Materi: Macam-macam norma dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
Indikator: Disajikan stimulus (ciri-ciri norma), peserta didik dapat menentukan ciri ciri norma
kesopanan
Norma kesopanan merupakan seperangkat aturan yang memandu tingkah laku manusia agar
sesuai dengan kaidah sopan santun.

Contoh: Norma kesopanan yang bisa membuat orang lain nantinya akan menghargai kamu.
Menghargai orang yang lebih tua, misalnya dengan menyapa, memberikan tempat duduk
kepada yang lebih tua.

Sanksi bagi pelanggar norma kesopanan tidak tegas, tetapi dapat diberikan oleh masyarakat
yang berupa cemoohan, celaan, hinaan, atau dikucilkan dan diasingkan dari pergaulan, serta
dipermalukan.

Norma sopan santun sangat penting untuk diterapkan, terutama dalam bermasyarakat,
karena norma ini sangat erat kaitannya terhadap masyarakat.
Materi: Pentingnya norma hukum dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
Indikator: Disajikan stimulus (gambar lalu lintas), peserta didik dapat menganalisis
pentingnya penerapan norma hukum dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Norma hukum merupakan peraturan hidup yang dibuat oleh lembaga kekuasaan negara yang
bertujuan mewujudkan ketertiban dan kedamaian dalam masyarakat menciptakan keadilan
dan kepastian hukum.

Norma ini bertujuan untuk menciptakan tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara yang tertib, aman, rukun, dan damai.

Sanksi dalam norma hukum ditentukan sesuai dengan peraturan yang ada. Sanksinya
bersifat mengikat, artinya bagi para pelaku yang melanggar akan dikenai sanksi seperti
dipenjara atau denda.

Contoh: Setiap warga negara Indonesia wajib membayar pajak, jika melanggar akan
dikenakan denda.

Memahami tata urutan peraturan per-undang-undangan dalam sistem hukum nasional


nasional di Indonesia
Materi: Tata urutan perundang-undangan di Indonesia
Indikator: Tata urutan peraturan perundang-undangan menurut UU no 12 tahun 2011

Materi: Proses pembuatan peraturan perundang-undangan Indonesia berdasarkan UUD NRI


Tahun 1945
Indikator: Disajikan stimulus (Alur proses pembuatan UU), Peserta didik dapat menjlaskan
proses pembuatan RUU menjadi UU
Proses Pembentukan Undang-Undang
Penyusunan undang-undang tentunya melalui berbagai proses yang tidak singkat seperti yang
dapat dilihat sebagai berikut:
1) UU disusun dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) oleh DPR, DPD, dan
pemerintah untuk jangka menengah dan tahunan berdasarkan skala prioritas
pembentukan RUU.
2) RUU sendiri dapat berasal dari DPR, presiden, atau DPD.
3) Setiap RUU yang diajukan harus dilengkapi dengan naskah akademik.
4) RUU dari DPR diajukan oleh anggota DPR, komisi, gabungan komisi, atau Badan Legislasi.
5) Selanjutnya RUU ditindaklanjuti dengan dua tingkat pembicaraan.
6) Pembicaraan tingkat I dilakukan dalam rapat komisi, rapat gabungan komisi, rapat
Badan Legislasi, rapat Badan Anggaran, atau rapat panitia khusus. Kegiatannya meliputi
pengantar musyawarah, pembahasan daftar inventarisasi masalah, dan penyampaian
pendapat mini.
7) Pembicaraan tingkat II dilakukan dalam rapat paripurna DPR yang berisi:
-Penyampaian laporan yang berisi proses, pendapat mini fraksi, pendapat mini DPD, dan
hasil pembicaraan tingkat I;
-Pernyataan persetujuan atau penolakan dari tiap-tiap fraksi dan anggota DPR secara
lisan yang diminta oleh pimpinan rapat paripurna; dan
-Pendapat akhir presiden yang disampaikan oleh menteri yang ditugaskan.
8) Bila tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah mufakat, keputusan diambil
dengan suara terbanyak.
9) RUU yang telah mendapat persetujuan bersama diserahkan kepada presiden untuk
disahkan menjadi UU dengan dibubuhkan tanda tangan, ditambahkan kalimat
pengesahan, serta diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
10) Apabila pembahasan RUU telah memasuki pembahasan daftar inventarisasi masalah
pada periode masa keanggotaan DPR saat itu, hasil pembahasan RUU tersebut
disampaikan kepada DPR periode berikutnya. Berdasarkan kesepakatan DPR, presiden,
dan/atau DPD, RUU tersebut dapat dimasukkan kembali ke dalam daftar Prolegnas
jangka menengah dan/atau Prolegnas prioritas tahunan.

Materi: Sifat-sifat kedaulatan dalam suatu negara


Indikator: Prinsip dan sifat kedaulatan yang harus dimiliki dalam suatu negara Indonesia
Prinsip kedaulatan:
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menganut teori kedaulatan rakyat.
1) Pelaksanaan Kedaulatan Rakyat secara Langsung oleh Rakyat
Pelaksanaan kedaulatan rakyat secara langsung diwujudkan melalui mekanisme
pemilihan umum.
2) Pelaksanaan Kedaulatan melalui Lembaga/Badan Negara
Di dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah diatur tugas, fungsi, dan
wewenang lembaga-lembaga negara pemegang kedaulatan rakyat. Lembaga-lembaga
tersebut adalah sebagai berikut.
a) Lembaga legislatif, yaitu MPR, DPR, dan DPD sebagai wakil rakyat di tingkat pusat
serta DPRD sebagai wakil rakyat di tingkat daerah provinsi dan kabupaten/kota.
b) Lembaga eksekutif, yaitu Presiden dan kabinetnya untuk tingkat pusat, Gubernur
untuk daerah provinsi, serta Bupati/Walikota untuk daerah kabupaten/kota.
c) Lembaga yudikatif, yaitu Mahkamah Agung. Mahkamah Konstitusi, dan Komisi
Yudisial.
d) Lembaga eksaminatif, yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang berwenang
memeriksa tanggung jawab keuangan negara.
Sifat kedaulatan:
a) Tidak dipecah-pecah, karena dalam suatu negara hanya terdapat satu kekuasaan yang
tertinggi.
b) Asli, karena kekuasaan yang tertinggi tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi.
c) Sempurna atau tidak terbatas, karena tidak ada kekuasaan yang lebih tinggi yang dapat
membatasi kekuasaan itu.

Materi: Dasar hukum pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam negara Indonesia


Indikator: Dasar hukum pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam negara Indonesia
Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 menentukan “kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan
sepenuhnya oleh MPR.” Konsekuensi dari pasal tersebut telah menempatkan MPR sebagai
organ negara yang super body dan merupakan lembaga tertinggi dalam negara.

Materi: Tugas dan wewenang DPR


Indikator: Menyimpulkan hak, tugas dan wewenang DPR
Hak Anggota DPR terdiri dari:
a) Hak mengajukan usul rancangan undang-undang;
b) Hak mengajukan pertanyaan;
c) Hak menyampaikan usul dan pendapat;
d) Hak memilih dan dipilih;
e) Hak membela diri;
f) Hak imunitas;
g) Hak protokoler;
h) Hak keuangan dan administratif
Tugas dan Wewenang
Menyusun dan membahas Rancangan Undang-Undang (RUU) Menerima RUU yang diajukan
oleh DPD (terkait otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran
dan penggabungan daerah; pengelolaan SDA dan SDE lainnya; serta perimbangan keuangan
pusat dan daerah), dan memberikan persetujuan terhadap perpu yang di buat oleh presiden.

Mengidentifikasi keberagaman suku, agama, ras dan antargolongan dalam Bingkai Bhinneka
Tunggal Ika
Materi: Faktor penyebab keberagaman masyarakat Indonesia. (hal. 66)
Indikator: Disajikan stimuluis (gambar ragam mata pencaharian) masyarakat Indonesia,
peserta didik dapat menganalisis faktor penyebab keberagaman masyarakat Indonesia.
a) Faktor sejarah
b) Faktor geografis
c) Faktor iklim
d) Faktor letak
e) Faktor agama

Materi: Makna Bhinneka Tunggal Ika


Indikator: mengaplikasikan makna Bhinneka Tunggal Ika dalam lingkungan kehidupan
berbangsa dan bernegara
Kata “Bhinneka” artinya beraneka ragam atau berbeda-beda, kata “Tunggal” artinya satu,
sedangkan “Ika” artinya itu. Secara harfiah, Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan menjadi
“Beraneka Satu Itu”, yang bermakna meskipun berbeda-beda, tetapi pada hakikatnya bangsa
Indonesia tetap satu kesatuan.
Makna Bhinneka Tungga Ika. Arti dari Bhinneka Tunggal Ika dalam konteks Persatuan
Indonesia adalah bahwa meskipun Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang
memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang berbeda-beda, namun keseluruhannya tetap
merupakan satu persatuan.

Indikator: Menjelaskan faktor penyebab masalah sosial


a) Faktor ekonomi
b) Faktor budaya
c) Faktor biologis
d) Faktor psikologis

Menganalisis prinsip persatuan dalam keberagaman suku, agama, ras, dan antar golongan
(SARA), sosial, budaya, ekonomi, gender dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika
Materi: Keberagaman dalam masyarakat Indonesia
Indikator: Mengaplikasikan sikap toleransi dalam keberagaman agama
a) Melaksanakan ajaran agama dengan baik.
b) Menghormati agama yang diyakini oleh orang lain.
c) Tidak memaksakan keyakinan agama kita kepada orang yang berbeda agama.

Materi: Upaya menyelesaikan masalah yang muncul dalam keberagaman masyarakat


Indikator: Peserta didik dapat menemukan upaya pencegahan konflik dari keberagaman
sosial masyarakat
a) Membiasakan diri untuk membudayakan toleransi dan empati pada suku, agama, ras,
dan golongan yang berbeda.
b) Saling menghargai keberagaman yang ada di masyarakat.
c) Tidak memandang suku, agama, ras, dan golongan sendiri lebih baik dari orang lain.
d) Membentuk forum kerukunan antarsuku, antaragama, antarras, dan antargolongan.
e) Saling berdiskusi dan bekerja sama antarsuku, antaragama, antarras, dan
antargolongan.
f) Membangun karakter diri yang didasari dengan nilai-nilai yang berlaku di Indonesia.
g) Melestarikan dan mengembangkan nilai dan tradisi untuk membangun dan memperkuat
budaya bangsa.
h) Saling memperkenalkan kebudayaan dari masing-masing wilayah. Bisa melalui
pagelaran kesenian, pameran, hingga pertukaran budaya.
i) Tidak melakukan tindakan diskriminasi pada siapa pun.

Menganalisis bentuk-bentuk kerja sama dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat


Materi: Kerjasama dalam bidang sosial politik
Indikator: Menentukan tindakan kerjasama dalam bidang sosial politik
a) Memelihara dan mengembangkan semangat bermusyawarah dalam perwakilan.
b) Memelihara dan mengembangkan kehidupan demokrasi.
c) Memelihara serta mengembangkan kearifan dan kebijaksanaan dalam bermusyawarah

Materi: Kerjasama dalam bidang pertahanan dan keamanan Negara


Indikator: Memahami kerjasama dalam bidang kehidupan pertahanan dan keamanan negara
a) Masyarakat melakukan ronda.
b) Pemerintah melakukan kerjasama alih teknologi dalam pembuatan kapal selam.
c) Masyarakat mengikuti program bela negara.
d) Lembaga keamanan bekerjasama dengan pemerintah melindungi aset negara dari
serangan siber.

Menganalisis prinsip harmoni dalam keberagaman suku, agama, ras, dan antar golongan
(SARA), sosial, budaya, ekonomi, gender dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika
Materi: Permasalahan dan akibat yang muncul dalam keberagaman masyarakat Indonesia
Indikator: Menjelaskan permasalahan dan akibat yang muncul dalam keberagaman
masyarakat Indonesia
a) Konflik antar golongan
b) Konflik antar agama
c) Konflik antar suku
d) Konflik antar ras

Menganalisa makna dan arti kebangkitan nasional 1908 dalam perjuangan Kemerdekaan
Republik Indonesia
Materi: Semangat kebangkitan nasional 1908
Indikator: Menjelaskan ciri-ciri perjuangan bangsa Indonesia sebelum tahun 1908 dan
sesudah tahun 1908

Indikator: Menjelaskan tujuan didirikannya Budi Utomo


Tujuan dari Organisasi Budi Utomo adalah memajukan pendidikan dan meninggikan martabat
bengsa, kemudian menjadi cikal bakal gerakan yang bertujuan untuk kemerdekaan Indonesia.

Indikator: Menjelaskan tahap-tahap pembinaan persatuan dan kesatuan


Ada empat tahap pembinaan persatuan bangsa, yaitu:
 Perasaan senasib.
 Kebangkitan Nasional.
 Sumpah Pemuda.
 Proklamasi Kemerdekaan.
Memproyeksikan nilai dan semangat Sumpah Pemuda tahun 1928 dalam bingkai Bhineka
Tunggal Ika
Materi: Peristiwa Sumpah Pemuda
Indikator: Menjelaskan tujuan dari Kongres Pemuda II
 Melahirkan cita cita semua perkumpulan pemuda pemuda Indonesia.
 Membicarakan beberapa masalah pergerakan pemuda Indonesia.
 Memperkuat kesadaran kebangsaan dan memperteguh persatuan Indonesia.

Indikator: Memahami nilai luhur dalam peristiwa sumpah pemuda


Nilai dan semangat yang terkandung dalam peristiwa Sumpah Pemuda adalah sebagai
berikut.
 Sumpah Pemuda sebagai tonggak penegas perjuangan bangsa Indonesia.
 Sumpah Pemuda merupakan wujud nyata Semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
 Sumpah Pemuda merupakan manifestasi peran pemuda dalam perjuangan
kemerdekaan bangsa Indonesia.

Indikator: Menjelaskan peristiwa Rengasdengklok


Sehari penuh Sukarno dan Hatta berada di Rengasdengklok. Namun, karena kedua tokoh
memiliki wibawa yang cukup besar, para pemuda enggan melakukan penekanan. Meski
rumusan proklamasi belum tertulis ketika berada di Rengasdengklok, namun Sukarno
didepan Singgi menyatakan kesediannya untuk mengadakan Proklamasi itu segera sesudah
kembali ke Jakarta. Golongan tua dan golongan muda tercapai kata sepakat bahwa
Proklamasi Kemerdekaan harus dilakukan di Jakarta. Dengan taruhan nyawa, Ahmad
Subardjo yang menjempur Sukarno dan Hatta untuk kembali ke Jakarta menjamin Proklamasi
Kemerdekaan akan diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945 selambat-lambatnya pukul
12.00 WIB.

4. Mengasosiasikan karakteristik daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia


Materi: Karakteristik Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
Indikator: Menyebutkan pengertian Otonomi Daerah menurut UU Nomor 2015 tentang
Pemerintahan Daerah
Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dan mengelola urusan dan kepentingan masyarakat daerah sendiri sesuai dengan undang-
undang yang telah dibuat.

Menginterprestasikan semangat dan komitmen kebangsaan kolektif untuk memperkuat


Negara kesatuan Republik Indonesia dalam konteks kehidupan siswa.
Materi: Semangat dan komitmen kebangsaan pendiri bangsa
Indikator: Menjelaskan tokoh-tokoh Pahlawan Negara Republik Indonesia

Indikator: Menyebutkan sikap-sikap yang sesuai untuk mengisi proklamasi kemerdekaan


 Mengikuti Upacara dengan Khidmat
 Memasang Bendera Merah Putih
 Melaksanakan Doa Bersama dengan Keluarga
 Menonton Film Bertema Kemerdekaan
 Mengikuti Lomba-lomba yang Digelar di Lingkungan
 Giat Belajar
 Menjaga dan Memelihara Semangat Persatuan dan Kesatuan
 Mempelajari Sejarah Indonesia
 Ikut Kegiatan Gotong Royong
 Rajin Beribadah
Indikator: Menunjukan sikap dan perilaku menjaga persatuan dan kesatuan NKRI
1. Bersikap patriotisme
2. Mencintai produk Indonesia
3. Melestarikan budaya Indonesia
4. Menciptakan kerukunan antraumat beragama
5. Hidup rukun dan gotong royong

Bela negara dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia


Materi: Makna Bela negara
Indikator: Menjelaskan perjuangan fisik Bangsa Indonesia dalam melawan penjajah Belanda
1) Pertempuran Lima Hari di Semarang
Pertempuran ini terjadi pada 15 Oktober hingga 20 Oktober 1945. Pertempuran ini
bermula dari tawanan Jepang yang kabur saat akan dipindahkan dari Cepiring ke Bulu.
Sesaat setelah tawanan kabur, Jepang melakukan serangan mendadak bahkan tersiar
kabar pula jika Resevoir Siranda atau cadangan air minum untuk warga Semarang telah
diracun oleh Jepang. Dr. Kariadi sebagai Kepala Laboratorium Rumah Sakit Purusara
pergi untuk mengecek kebenaran soal kabar tersebut. Dalam perjalanan, tiba-tiba Jepang
menembak Dr. Kariadi secara brutal. Para pahlawan Indonesia tidak terima karena
Jepang tidak mau menghormati bahkan mengakui kemerdekaan Indonesia. Akhirnya
pertempuran di Semarang tidak dapat dihindarkan. Banyak korban jiwa berjatuhan dalam
pertempuran tersebut. Sebagai bentuk penghargaan, di Semarang didirikan Monumen
Tugu Muda dan nama Dr. Kariadi diabadikan menjadi nama rumah sakit, yakni Rumah
Sakit Umum Pemerintah Dr. Kariadi.
2) Pertempuran Margarana di Bali
Pertempuran ini juga dikenal dengan istilah pertempuran puputan, yang berarti
pertempuran habis-habisan. Pertempuran Margarana terjadi pada 20 November 1946
dan dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai. Sebelum pertempuran ini terjadi, I Gusti Ngurah Rai
dan pasukannya menyerang markas Belanda di Tabanan pada 18 November 1946.
Pertempuran ini dimenangkan oleh I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya. Dua hari
setelahnya, Belanda melakukan aksi balas dendam atas kekalahannya di Tabanan.
Belanda mengerahkan seluruh pasukan untuk mengepung dan menyerang Bali. Saat
pertempuran tersebut terjadi, I Gusti Ngurah Rai menyerukan pertempuran puputan.
Prinsipnya Belanda harus angkat kaki dari Bali, jika ingin Bali dalam kondisi aman dan
damai.
3) Pertempuran Medan Area
Pertempuran ini terjadi pada 13 Oktober 1945. Pertempuran ini bermula dari aksi
seorang penghuni hotel di Jalan Bali, Kota Medan yang menginjak lencana merah putih.
Saat itu, para pemuda Indonesia di Medan bersatu dan melawan Sekutu serta NICA.
Mereka bertempur untuk merebut gedung pemerintahan yang diambil alih Jepang.
Pertempuran terus berlanjut hingga akhirnya, Sekutu dan NICA mengarahkan
kekuatannya untuk menyerang dan menduduki Kota Medan pada 10 Desember 1945.

Indikator: Menyebutkan bentuk-bentuk bela negara


 Pendidikan Kewarganegaraan
 Pelatihan Dasar Kemiliteran
 Pengabdian sebagai Tentara Nasional Indonesia
 Pengabdian Sesuai dengan Profesi
Indikator: Menyebutkan perwujudan bela negara
Bidang Politik
 Memilih pemimpin yang baik dan dapat dipercaya dalam pemilihan umum.
 Menghormati konstitusi dan hukum yang berlaku untuk menjaga stabilitas negara.
 Menjaga keutuhan negara dan merespons tindakan yang dapat merusak persatuan
bangsa.
 Mengikuti proses demokrasi dan pengambilan keputusan yang benar dan adil.
 Membayar pajak dengan patuh untuk membiayai program-program pemerintah dan
pembangunan nasional.

Bidang ekonomi
 Menggunakan produk dalam negeri untuk mendukung pertumbuhan ekonomi lokal dan
nasional.
 Berusaha memajukan sektor ekonomi kecil dan menengah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
 Menjaga stabilitas ekonomi dengan membayar pajak dan mematuhi peraturan
perpajakan yang berlaku.
 Berpartisipasi dalam program-program pemerintah untuk mengurangi pengangguran dan
kemiskinan.
 Menjaga kestabilan harga pasar dengan cara yang baik.

Bidang sosial budaya


 Menghargai keragaman budaya dan menjunjung tinggi toleransi serta persatuan bangsa.
 Membantu masyarakat yang membutuhkan seperti anak yatim, lansia, atau korban
bencana alam.
 Berpartisipasi dalam kegiatan sosial atau keagamaan untuk memperkuat hubungan
sosial di antara masyarakat.
 Menjaga lingkungan hidup dengan cara membuang sampah pada tempatnya,
menghemat energi, dan mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya.
 Memajukan pendidikan dan penelitian untuk menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas dan berdaya saing tinggi.

Bidang Hukum
 Mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku serta menghindari pelanggaran hukum
yang dapat merugikan masyarakat dan negara.
 Melaporkan tindakan kriminal atau kejahatan yang terjadi di sekitar lingkungan tempat
tinggal atau kerja.
 Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kampanye atau sosialisasi yang diselenggarakan
pemerintah untuk memperkuat kesadaran hukum di masyarakat.
 Berpartisipasi dalam proses pengadilan sebagai saksi atau warga negara yang terkait
dengan kasus hukum tertentu.
 Menghormati hak asasi manusia dan menentang diskriminasi apapun bentuknya, serta
membela hak-hak masyarakat yang tidak terwakili.

Bidang Pertahanan dan Keamanan


 Mengikuti pelatihan wajib sebagai anggota Resimen Mahasiswa atau Anggota
Pertahanan Sipil untuk mendukung pertahanan dan keamanan nasional.
 Mendaftar sebagai relawan atau donatur dalam kegiatan kemanusiaan seperti bencana
alam atau krisis kemanusiaan.
 Melakukan upaya pencegahan terorisme dan ekstremisme dengan melapor apabila
melihat tanda-tanda yang mencurigakan atau membantu pemerintah dalam upaya
pencegahan terorisme.
 Menghormati pekerjaan dan tugas-tugas para petugas keamanan seperti TNI, Polisi, dan
lainnya serta membantu mereka dalam menjalankan tugas keamanan dan pertahanan
negara.
 Menjaga keamanan lingkungan tempat tinggal dan melaporkan kejadian-kejadian yang
dapat membahayakan keamanan dan ketertiban lingkungan setempat.

Anda mungkin juga menyukai