Pancasila adalah dasar negara yang dipergunakan oleh bangsa Indonesia dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara untuk ditaati aturan dan normanya. Sejarah Pancasila telah
melalui proses yang panjang, bahkan dimulai sebelum kemerdekaan Indonesia. Penetapan
Pancasila sebagai dasar negara bukanlah hal yang mudah mengingat luasnya wilayah Indonesia
dan keberagaman masyarakatnya. Lahirnya Ideologi Pancasila dikarenakan Pancasila memiliki
nilai-nilai yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang sudah melekat sejak zaman
nenek moyang. Melalui pertimbangan dari para pendiri negara, Pancasila dirumuskan
sedemikian rupa agar sesuai dengan nilai-nilai luhur dan cita-cita bangsa. Oleh karena itu
berpedoman pada nilai-nilai Pancasila sangatlah penting untuk diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari dalam berpikir, bertindak, dan berperilaku bagi setiap masyarakat
Indonesia.
Seiring dengan berkembangnya jaman, Pancasila mendapat tantangan-tantangan yang
terus berevolusi dan beberapa diantaranya bahkan mengancam keutuhan NKRI. Pancasila dibuat
atas kesepakatan untuk menyatukan keragaman suku, budaya, dan agama yang ada di Indonesia
tetapi tantangan-tantang baru kembali muncul. Penerapan Pancasila seringkali diwarnai dengan
berbagai pemberontakan oleh pihak-pihak yang menentang penetapan Pancasila sebagai dasar
negara Indonesia. Mereka memiliki pandangan bahwa terdapat ideologi lain yang lebih sesuai
untuk diterapkan, sehingga gerakan perlawanan pun muncul. Selama era orde lama pengingkaran
terhadap nilai-nilai Pancasila terjadi di dalam pemerintahan. Ideologi Pancasila yang seharusnya
dijalankan secara murni namun mulai terpengaruh oleh ideologi-ideologi lain yang tidak selaras
dengan nilai-nilai luhur bangsa. Upaya penggantian Pancasila bahkan muncul dari kelompok-
kelompok komunis yang sempat mengganggu ketenangan rakyat selama periode yang cukup
lama. Ketika Indonesia memasuki era Orde Baru dengan pemerintahan dan kepemimpinan baru,
awalnya menjadi harapan baru bagi terwujudnya pemerintahan yang mampu menjalankan dan
mempertahankan nilai-nilai Pancasila dari gempuran ideologi yang merusak moral bangsa.
Namun, realitanya, meskipun usaha tersebut dilakukan, implementasi Pancasila belum mampu
mencapai target yang diharapkan. Hingga tahun 1998, ketika situasi politik Indonesia semakin
kacau, tokoh-tokoh reformasi yang digerakkan oleh kaum muda dan pelajar menjadi titik awal
dari sejarah baru reformasi di Indonesia. Namun, meskipun terjadi perubahan di berbagai sektor,
ancaman terhadap ideologi bangsa masih tetap ada dan bermunculan dalam berbagai bentuk, baik
dari dalam maupun luar negeri, dan seringkali tidak disadari oleh masyarakat.
Oleh karena itu, generasi muda harus tetap memperhatikan dan menghargai sejarah
perkembangan dasar negara Indonesia. Berbagai dinamika yang dialami Pancasila dari masa ke
masa penting untuk dipahami dan dipelajari bersama. Kesadaran untuk terus mempertahankan
ideologi bangsa harus selalu tumbuh dalam setiap jiwa pemuda. Dengan harapan bahwa segala
bentuk peristiwa yang mengancam keberadaan ideologi Pancasila tidak akan terulang kembali,
dan adanya ancaman-ancaman baru dapat disadari dan diantisipasi sejak dini.
PEMBAHASAN
Pada masa Orde Lama di Indonesia, Pancasila dijadikan sebagai ideologi negara yang
dipegang teguh oleh pemerintah. Konsep Pancasila digunakan untuk mempersatukan bangsa
Indonesia dengan menekankan lima prinsip dasar: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Namun,
pada kenyataannya, implementasi Pancasila seringkali dipolitisasi dan digunakan untuk
kepentingan pemerintah, sementara kritik terhadap pemerintah atau pemikiran alternatif dapat
dianggap subversif dan dihukum.
Pancasila memainkan peran penting pada masa Orde Lama di Indonesia dalam beberapa hal:
1. Dasar Ideologis Negara: Pancasila dijadikan sebagai ideologi negara yang mempersatukan
dan mengidentifikasi karakter bangsa Indonesia. Hal ini menjadi dasar bagi
penyelenggaraan negara, kebijakan pembangunan, dan pengaturan kehidupan masyarakat.
1. Persaingan Ideologi: Terutama dengan maraknya pengaruh ideologi komunis yang dianggap
bertentangan dengan Pancasila, seperti yang diwakili oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).
2. Kesenjangan Sosial: Meskipun Pancasila menekankan kesatuan dan keadilan sosial, namun
kesenjangan sosial masih menjadi masalah yang perlu diatasi di masyarakat.
3. Korupsi dan Nepotisme: Praktik korupsi dan nepotisme merajalela di berbagai lapisan
pemerintahan, yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila seperti kejujuran dan keadilan.
4. Ketegangan Agama: Tantangan terkait dengan perbedaan agama dan keyakinan, yang
memerlukan upaya lebih lanjut dalam membangun harmoni antaragama.
5. Pengaruh Asing: Ada juga tantangan terkait dengan pengaruh asing, khususnya dari negara-
negara Barat, yang dianggap dapat mengancam kedaulatan dan keutuhan Pancasila sebagai
ideologi negara.
Pada era orde baru sebenarnya telah mulai dijalankannya sistem pemilihan umum dengan
azas langsung, umum, bebas dan rahasia. Tetapi sejak tahun 1971 sampai 1997 tidak ada
pergantian kekuasaan pada level pucuk pemerintahan dan hanya menteri-menteri saja yang
mengalami perubahan di sana-sini. Selama lebih dari tiga puluh tahun Soeharto menjadi pemimpin
di Indonesia ini tanpa sekali pun ada pergantian.Hal ini tdak sesuai dengan sila keempat pancasila
karena tidak memberikan kesempatan bagiorang lain yang mampu untuk dapat menduduki
jabatan sebagai presiden RepublikIndonesia. Kekuasaan seakan-akan dimonopoli oleh
kelompok yang itu-tu saja serta tidakada transparansi dalam pemerintahan.
Era orde baru terkenal dengan stabilitas politiknya. Salah satu penyebab dari
terbentuknyakestabilan politik ini adalah karena kurangnya terbukanya kesempatan dan kebebasan
bagirakyat untuk mengeluarkan pendapat.Tentu masyarakat tidak akan lupa mengenai kasus
diberhentikannya izin beredar darimajalah tempo pada orde baru. Alasan dibalik pencabutan
izin peredaran majalah tempoadalah karena pada saat itu majalah tempo menerbitkan sebuah edisi
majalah dengan salahsatu artikelnya memuat tentang kritik terhadap pemerintahan orde baru.
Pemberitaan dankritik yang terdapat di majalah tersebut dianggap sebagai ancaman bagi
negara.Hal tersebut dianggap sebagai ancaman karena apabila arikel tersebut dibaca
olehmasyarakat, maka akan terjadi guncangan di masyarakat yang akhirnya akan
mengakibatkankestabilitasan negara dapat terganggu. Akhirnya pemerintah membuat
keputusan untumembredel majalah tempo tersebut pada tahun 1882 dan 1994.Dengan adanya
kasus dari majalah tempo tersebut, setiap bentuk pemberitaan yang adahubungannya dengan
pemerintah, harus diteliti terlebih dahulu sebelum izin edar.Hal tersebut mrugikan masyarakat
karena membuat masyarakat sulit untuk melakukankontrol terhadap pemerintahan. Adanya
pembredelan terhadap koran tempo tersebut tentusaja melanggar salah satu sila dari Pancasila yaitu
sila keempat mengenai kebebasan setiaporang untuk mengeluarkan pendapat di muka umum
Pada pemerintahan orde baru diharapkan dapat membersihkan segala kegiatan KKN
yangterjadi pada era orde lama. Tetapi ternyata pada pemerintahan Presiden Soeharto ini, praktik
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) justru menjadi kasus yang paling terkenal dandikenang
oleh masyarakat sampai saat ini. Sampai-sampai era orde baru selalu diidentikkanmasyarakat
dengan KKN. Tidak dapat dipungkiri bahwa praktik KKN yang terjadi di era inisangat
merajalela.Salah satu contoh praktik KKN yang terjadi di era orde baru yaitu praktik KKN
yangdilakukan sendiri oleh mantan presiden Soeharto yang menempatkan
keluarganya,“Keluarga Cendana”, di posisi-posisi penting pada perusahaan-perusahaan
besar diIndonesia pada waktu itu. Bahkan PBB dan Bank Dunia melaporkan bahwa mantan
presidentersebut tercatat sebagai pemimpin yang terkorup di dunia.Sampai sekarang praktik KKN
di Indonesia masih tetap berlangsung terutama di kalanganelite. Praktik KKN memang suatu
permasalahan yang tidak mudah untuk diselesaikan. Perlutindakan yang tegas dan perlu dicabut
dari akar-akarnya untuk dapat meberantas korupsi itusendiri. Praktik KKn ini tentu saja
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila karena dapatmerugikan negara dan hajat hidup orang
banyak.
Pemerintah membentuk suatu operasi yang diberi nama Operasi Pemberantasan Kejahatan(OPK)
atau yang lebih dikenal dengan sebutan Petrus (Penembak Misterius)
yangberanggotakan aparat militer. Keahasiaan para personil dari operasi ini sangat
rahasia.Bahkan sampai sekarang, masih belum diketahui siapa-siapa saja yang menjadi anggota
darioperasi ini. Tujuan dari operasi ini adalah memberantas preman-preman yang sudah tidakdapat
ditangani oleh kepolisian. Bahkan polisi pun tidak dapat menangani preman-premanyang menjadi
target utama operasi ini karena pengaruh tokoh-tokoh preman tersebut.Seperti yang terjadi di
Yogyakarta sekitar tahun 1980-an, banyak preman-preman yangmenjadi korban dari
petrus ini. Para preman yang menjadi sasaran petrus ini biasanyalangsung ditembak
mati seketika sasaran tersebut ditemukan kemudian di buang ke tempatyang mudah ditemukan oleh
penduduk.Adanya operasi ini memberikan shock teraphy bagi preman-preman yang lain supaya
segeramenyerahkan diri sebelum menjadi sasaran petrus yang selanjutnya. Walaupun
sukses menekan angka kriminalitas, operasi ini tidak sesuai dengan sila kedua pancasila
yaitukemanusiaan yang adil dan beradab. Pembunuhan yang dilakukan terhadap preman-
premantersebut dinggap kurang manusiawi karena caranya yang terlalu brutal.
B. Kelebihan Pancasila Pada Masa Orde Baru
1) Sukses Transmigrasi
Dilaksanakannya transmigrasi pada era orde baru merupakan salah satu kelebihan
yangterjadi pada era tersebut. Transmigrasi dilaksanakan dalam upaya untuk
memeratakanpendduk di Indonesia agar tidak hanya tinggal di daerah-daerah tertentu
saja. Denganadanya transmigrasi tingkat kemiskinan di Pulau Jawa juga dapat teratasi
denganmemindahkan sebagian penduduknya ke luar Pulau Jawa dan memberikan
tunjangansebagai modal mereka untuk hidup di tempat yang baru dan juga agar
mereka yangmelakukan transmigrasi dapat mendapatkan lahan yang layak untuk bertani.
Beberapa pulauyang menjadi tujuan transmigrasi pada era orde baru, antara lain
Sumatra, Papua,Kalimantan, dan Sulawesi.Terdapat dua jenis transmigrasi yang dilaksanakan
pada era ode lama, yaitu transmigrasiumum dan transmigrasi spontan. Transmigrasi umum
adalah transmigrasi yang seluruhbiayanya ditanggung oleh pemerintah. Bagi mereka yang
mengikuti transmigrasi umum ini,mereka akan mendapatkan tanah sebesar dua hektar di tempat
mereka akan tinggal, rumah,alat pertanian, dan mendapatkan uang tunjangan selama dua tahun dari
pemerintah.Sedangkan pada pelaksanaan transmigrasi spontan, pemerintah hanya menyediakan ang
bagitransmigran untuk melakukan perjalanan dari daerah asal menuju daerah baru yang
akanditinggali. Kebutuhan-kebutuhan lain dari transmigran yang melakukan
transmigrasispontan ini dibebankan kepada mereka sendiri.Pelaksanaan program ini merupakan
salah satu hal yang sesuai dengan pancasila yaitu silake lima. Hal itu dibuktikan dengan upaya
pemerintah untuk memberikan kehidupan yanglayak bagi rakyatnya.
Periode “Supersemar” dan TAP MPRS no. XXXVII/MPRS/1968 merupakan demokrasi pancasila,
sebab semua bentuk penyelenggaraan negara berlangsung atas dasar nilai-nilai pancasila.Pancasila
pada Era Orde Baru memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut:
1. Mengutamakan musyawarah mufakat
2. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat
3. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain
4. Selalu diliputi oleh semangat kekeluargaan
5. Adanya rasa tanggung jawab dalam melaksankan hasil keputusan musyawarah
6. Dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur
7. Keputusan dapat dipertanggungjawabkan kepada tuhan Yang Maha Esa berdasarkan nilai
kebenaran dan keadil
Orde baru berkehendak ingin melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni
dankonsekuen sebagai kritik terhadap orde lama yang telah menyimpang dari
Pancasilamelalui P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) atau Ekaprasetia
Pancakarsa.Orde Baru berhasil mempertahankan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara
sekaligusberhasil mengatasi paham komunis di Indonesia. Akan tetapi, implementasi dan
aplikasinyasangat mengecewakan. Beberapa tahun kemudian kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan ternyata tidak sesuai dengan jiwa Pancasila. Pancasila ditafsirkan sesuai
kepentingan kekuasaan pemerintah dan tertutup bagi tafsiran lain. Demokratisasi
akhirnya tidakberjalan, dan pelanggaran HAM terjadi dimana-mana yang dilakukan
oleh aparat pemerintah atau negara.Pancasila selama Orde Baru diarahkan menjadi ideologi
yang hanya menguntungkan satugolongan, yaitu loyalitas tunggal pada pemerintah dan
demi persatuan dan kesatuanhak-hak demokrasi dikekang.Sedangkan pada era
reformasieksistensi Pancasila sejauh inimasih banyak dimaknai sebagai konsepsi politik
yang substansinya belum mampudiwujudkan secara riil.Orde baru muncul dengan tekad untuk
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murnidan konsekuen. Semangat tersebut
muncul berdasarkan pengalaman sejarah daripemerintahan sebelumnya yang telah
menyimpang dari Pancasila serta UUD 1945 demikepentingan kekuasaan. Akan tetapi, yang
terjadi sebenarnya adalah tidak jauh berbedadengan apa yang terjadi pada masa orde lama,
yaitu Pancasila tetap pada posisinya sebagaialat pembenar rezim otoritarian baru di bawah
Soeharto.Seperti rezim otoriter pada umumnya lainnya, ideologi sangat diperlukan orde baru
sebagaialat untuk membenarkan dan memperkuat otoritarianisme negara.Sehingga Pancasila
olehrezim orde baru kemudian ditafsirkan sedemikian rupa sehingga membenarkan
danmemperkuat otoritarianisme negara. Maka dari itu Pancasila perlu disosialisasikan
sebagaidoktrin komprehensif dalam diri masyarakat Indonesia guna memberikan legitimasi
atassegala tindakan pemerintah yang berkuasa.dalam diri masyarakat Indonesia. Adapun
dalampelaksanaannya upaya indroktinisasi tersebut dilakukan melalui berbagai cara, mulai
daripengkultusan Pancasila sampai dengan Penataran P4.Upaya pengkultusan terhadap pancasila
dilakukan pemerintah orde baru guna memperolehkontrol sepenuhnya atas Pancasila dan
UUD 1945.Pemerintah orde baru menempatkanPancasila dan UUD 1945 sebagai sesuatu
yang keramat sehingga tidak boleh diganggugugat. Penafsiran dan implementasi Pancasila
sebagai ideologi terbuka, serta UUD 1945 sebagai landasan konstitusi berada di tangan negara.
Pengkultusan Pancasila juga tercermin.
Dari penetapan Hari Kesaktian Pancasila setiap tanggal 1 Oktober sebagai peringatan
ataskegagalan G 30 S/PKI dalam upayanya menggantikan Pancasila dengan ideologi komunis.Pada
masa Orde Baru, Pelaksanaan Pancasila tidak sebaik yang diharapkan. Di Orde Barumasih saja
terjadi berbagai penyimpangan dalam pelaksanaan Pancasila. Diantaranyaadalah:
1. Presiden Soeharto menjabat selama 32 tahun.
2. Terjadi penafsiran sepihak terhadap Pancasila oleh rezim Orde Baru melalui programP4.
3. Adanya penindasan ideologis, sehingga orang-orang yang mempunyai gagasankreatif
dan kritis menjadi takut.
4. Adanya penindasan secara fisik seperti pembunuhan terhadap orang di Timor-Timur,Aceh, Irian
Jaya, kasus Tanjung Priok, pengrusakan/penghancuran pada kasus 27 Julidan seterusnya.
5. Perlakuan diskriminasi oleh negara juga dirasakan oleh masyarakat non
pribumi(keturunan) dan masyarakat golongan minoritas. Mereka merasa diasingkan,
bahkanacapkali mereka hanya dijadikan sebagai kambing hitam jika ada masalah,
ataudiperas secara ekonomi.
6. Pancasila Digunakan Sebagai Alat Politis
7. Diterapkannya demokrasi sentralistik, demokrasi yang berpusat pada pemerintah .selain itu
presiden juga memegang kendali terhadap lembaga legislative, eksekutifdan yudikatif sehingga
peraturan yang di buat harus sesuai dengan persetujuannya.
8. Presiden melemahkan aspek-aspek demokrasi terutama pers karena dinilai
dapatmembahayakan kekuasaannya.
C. Pancasila Pada Masa Reformasi Sampai Sekarang
Tantangan ini muncul karena adanya pandangan bahwa Pancasila dianggap sudah ketinggalan
zaman atau tidak lagi relevan dengan kondisi sosial, ekonomi, dan politik yang berkembang.
Beberapa pihak mungkin menganggap bahwa nilai-nilai Pancasila tidak lagi dapat
mengakomodasi kebutuhan dan tantangan zaman modern. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan
komitmen terhadap implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Agama:
Tantangan dalam ranah agama mencakup konflik antaragama, intoleransi, dan radikalisme. Ini
disebabkan oleh kurangnya pemahaman yang komprehensif terhadap agama-agama lain,
ketidakadilan dalam perlakuan terhadap minoritas agama, serta penyebaran paham radikal yang
bertentangan dengan prinsip-prinsip Pancasila.
3. Politik:
Di sisi politik, Pancasila menegaskan prinsip demokrasi, keadilan sosial, dan kesejahteraan
rakyat. Namun, tantangan politik saat ini mencakup korupsi, dominasi oligarki politik, polarisasi
politik yang meruncing, dan ketidakadilan dalam distribusi kekuasaan. Ketidakstabilan politik ini
dapat mengancam stabilitas negara dan menghambat pencapaian tujuan Pancasila dalam
membangun negara yang berkeadilan dan sejahtera bagi semua warganya.
Tantangan ini mencakup berbagai bentuk pelanggaran hak asasi manusia seperti penindasan
politik, kekerasan terhadap aktivis, diskriminasi terhadap minoritas, atau penggunaan kekerasan
oleh aparat keamanan. Pelanggaran hak asasi manusia merusak prinsip kemanusiaan dalam
Pancasila serta mengancam keadilan dan kesejahteraan masyarakat secara umum.
5. Korupsi:
Praktik korupsi yang merajalela di berbagai sektor, termasuk pemerintahan, bisnis, dan
masyarakat umum, merupakan tantangan serius bagi prinsip keadilan sosial dalam Pancasila.
Korupsi merugikan kepentingan masyarakat, menghambat pembangunan yang berkelanjutan, dan
memperburuk ketimpangan ekonomi. Hal ini juga menggerus kepercayaan masyarakat terhadap
lembaga negara dan demokrasi.
Tantangan ini terkait dengan meningkatnya diskriminasi dan intoleransi terhadap minoritas etnis,
agama, atau gender. Intoleransi tersebut bertentangan dengan prinsip persatuan dalam
keberagaman Pancasila serta mengancam harmoni sosial. Perlindungan terhadap hak-hak
minoritas dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya toleransi dan pluralisme
menjadi kunci untuk menciptakan masyarakat yang inklusif dan harmonis.
Jadi meskipun terdapat berbagai tantangan, Pancasila tetap menjadi pemersatu bangsa dan
pedoman bagi Indonesia di masa Reformasi dan seterusnya. Upaya pelestarian dan penguatan
Pancasila harus terus dilakukan agar nilai-nilainya tetap tertanam dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
KESIMPULAN