Anda di halaman 1dari 23

BAB XII

URGENASI DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI


SISTEM ETIKA

A. Capaian Pembelajaran
Tujuan yang hendak dicapai dalam perkuliahan ini
adalah agar mahasiswa memiliki kemampuan sebagai
berikut.
1. Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai Dinamika dan
tantangan Pancasila sebagai sistem etika
2. Mahasiswa dapat menganalisis Alasan Esensi dan
urgensi Pancasila sebagai sistem etika

B. Materi

1. Dinamika dan Tantangan Pancasila Sebagai Sistem


Etika
Pancasila sebagai dasar negara dan sebagai
ideologi mempunyai nilai nilai yang harus diterapkan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara mempelajari isi dari sila-sila pancasila
menunjukkan bahwa pancasila mengandung nilai nilai
kehidupan bermasyarakat. Nilai nilai yang terkandung
dalam pancasila secara garis besar terbagi atas

Pendidikan Pancasila 267


beberapa tingkatan yang pertama adalah nilai dasar,
nilai instrumental, dan nilai praktis.selain nilai yang
terkandung di dalam pancasila terdapat juga moral, dan
norma diterimanya pancasila sebagai pandangan hidup
dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa
nilai nilai pancasila harus selalu dijadikan landasan
pokok, landasan fundamental bagi pengaturan serta
penyelenggaraan negara.

Meskipun pancasila terdiri atas lima sila


berbeda,tetapi kelimanya merupakan satu kesatuan
yang utuh setiap sila dari pancasila itu tidak dapat
berdiri sendiri. kelima sila itu bersama sama menyusun
satu pengertian yang utuh yaitu pancasila sebagai
dasar negara Indonesia.

Selain itu pancasila juga mempunyai fungsi untuk


mempersatukan bangsa Indonesia dengan nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya. bangsa Indonesia yang
memiliki berbagai macam suku bangsa, ras, agama,
dan berbagai macam kebudayaan sangat
membutuhkan sekali alat atau sarana untuk mengikat
keberagaman tersebut.

Dibawah ini pendapat tentang dinamika


bagaimana Pancasila sebagai system etika
penyelenggaraan pemerintah di Indonesia, yaitu:

a. Pada zaman orde lama, pemilu diselenggrakan


dengan semangat demokrasi yang diikuti banyak
partai politik,tetapi dimenangkan empat partai politik,
Pendidikan Pancasila 268
yaitu PNI, PARMUSI, PNU, dan PKI. Tidak dapat
dikatakan bahwa pemerintahan di zaman orde lama
mengikuti system etika Pancasila, bahkan ada
tudingan dari pihak Orde baru bahwa pemilihan
umum pada zaman orde lama dianggap terlalu liberal
karena pemerintahan Soekarno menganut system
demokrasi terpimpin, yang cenderung otoriter.

b. Pada zaman Orde Baru system etika Pancasila


diletakkan dalam bentuk penataran P-4. Pada zaman
Orde Baru itu pula muncul konsep manusia
Indonesia seutuhnya sebagai cerminan manusia
berperilaku dan berakhlak mulia sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila. Manusia Indonesia seutuhnya dalam
pandangan Orde Baru, artinya manusia sebagai
makhluk ciptaan Tuhan Yang Maah Esa, yang
secara kodrati bersifat monodualistik, yaitu makhluk
rohani sekaligus jasmani, dan makhluk individu
sekaligus makhluk social. Manusis sebagai makhluk
pribadi memiliki emosi yang memiliki pengertian,
kasih saying, harga diri, pengakuan, dan
tanggapanemosional dari manusia lain dalam
kebersamaan hidup. Manusia sebagai makhluk
social, memiliki tuntutan kebutuhan yang makin maju
dan sejahtera. Tuntutan tersebut hanya dapat
terpenuhi melalui kerjasama dengan orang lain, baik
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itulah,
sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan

Pendidikan Pancasila 269


social harus dikembangkan secara selaras, serasi,
dan seimbang.

c. Sistem etika Pancasila pada era reformasi


tenggelam dalam eforia demokrasi. Namun seiring
dengan perjalanan waktu, disadari bahwa demokrasi
tanpa dilandasi system etika politik akan menjurus
pada penyalahgunaan kekuasaan, serta
menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.

Implementasi Pancasila selalu mengalami pasang


surut. Masyarakat bangsa Indonesia dalam
menerapkan Pancasila tidak meningkat secara
signifikan, artinya implementasi dari nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan kadang diabaikan, kadang pula
dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat kita ketahui
dari history dalam upaya pemberdayaan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan masyarakat bangsa
Indonesia bahwa sejak awal kemerdekaan bangsa
Indonesia dengan gagap gempita mengagung-
agungkan Pancasila serta keberadaannya pun harus
dijadikan landasan dan pijakan perilaku bangsa
Indonesia. Namun eksistensi pengamalan nilai
Pancasila dalam kehidupan bangsa selalu mengalami
pasang surut walaupun peran tokoh bangsa Indonesia
sudah melakukan berbagai macam cara. Hal ini dapat
kita ketahui dari pidatonya bung Karno pada 1 Juni
1947 yang di catat dalam Buku disertai kata pengantar
Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat yang sebagaimana

Pendidikan Pancasila 270


diketahui sebelumnya, beliau menjadi Kaitjoo (Ketua)
Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan), serta gemuruh dalam
menyuarakan semangat Pancasila dilakukan pula
dalam penyiaran radio serta surat kabar.

Pemberdayaan Pendidikan Pancasila oleh


pemerintah guna meningkatkan pemahaman dan
kesadaran dengan mengimplementasikan nilai-nilai
Pancasila, hal ini dapat diketahui bahwa perubahan
yang terdapat dalam metode Pendidikan Pancasila
mulai digagas sejak 15 Juli 1959, artinya kedudukan
Pancasila dan fungsinya memang rill ingin benar-benar
diterapkan. Selanjutnya dapat dilihat penggagasan yang
dilakukan oleh pemerintah dalam bentuk buku yang
dilakukan pada tahun 1960 hal ini dibuktikan dengan
terbitnya buku yang berjudul “Manusia dan Masyarakat
Baru Indonesia” yang diterbitkan oleh Departemen P
dan K. Tujuan diterbitnya buku tersebut adalah ingin
menciptakan kesadaran dan membentuk manusia
Indonesia yang patriotik melalui peran Pendidikan.
Abdul Gani juga berpendapat bahwa Pancasila adalah
dorongan, motivasi dan juga sebagai petunjuk jalan
bagi bangsa Indonesia. Sebab dengan adanya
Leitmotive dan Leitstar, maka regulasi pemerintah tidak
akan kehilangan arah. Oleh karenanya Pancasila hadir
sebagainya untuk mempengaruhi pola pikir bangsa
Indonesia dalam menciptakan keadilan bagi seluruh
rakyat Indonesia, dan karena sebab itulah Pancasila
Pendidikan Pancasila 271
harus mampu diajarkan dengan baik dalam dunia
akademisi tanpa terkecuali di perguruan tinggi. Bentuk
tantangan terhadap Pancasila sebagai Sistem Etika,
yaitu :

a. Pada masa orde lama adanya sikap otoriter dalam


pemerintahan, Terlihat pada era ini terselenggaranya
sistim demokrasi terpimpin, semua kebijakan dan
keputusan ada pada presiden. Sehingga tidak sesuai
dengan nilai Pancasila.
b. Pada masa orde baru terjadi adanya praktik korupsi,
kolusi dan nepotisme, dimana peristiwa ini sangatlah
merugikan Negara dan rakyat. Seningga pada saat
itu hilangnya kepercayaan rakyat terhadap
pemerintah. Kejadian ini tidak sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila yaitu keadilan social.
c. Pada masa reformasi, peristiwa eforia adanya
kebebasan politik hilangnya nilai moral, seperti
munculnya anarkisme, memaksakan kehendak
rakyat yang mengatasnamakan kebebasan
demokrasi.
Tantangan dan hambatan dalam
penyelenggaraan mata kuliah Pendidikan Pancasila
adalah, bagaimana membuat mata kuliah ini menjadi
menaraik dan efektif. Tantangan dan hambatan ini
muncul dar internal pergiuruan tinngi dan ekternal.
Tantangan yang muncul dari internal adalah kurangnya
sumber daya manusia yang benar-benar menguasai
mata kuliah ini, tantangan dari luar tidak adanya contoh
Pendidikan Pancasila 272
teladan dan panutan dari tokoh-tokoh politik, dan
banyaknya hidup yang hedon di masyarakat.

Mahfud MD (2012) menyatakan bahwa


permasalahan dalam penerapan etika saat ini
disebabkan kurangnya tanggung jawab masyarakat
terhadap kepedulian serta abai terhadap perkembangan
moralitas yang hampir ditemukan di setiap lini, sehingga
eksistensi masyarakat Indonesia dalam membangun
keharmonisan, persatuan susah dikondisikan.
Perkembangan etika sudah tidak terlalu dipentingkan
oleh masyarakat, etika sendiri mengalami pasang surut,
rasa kepedulian masyarakat sudah hampir luntur
seakan mengamini setiap perilaku-perilaku amoralitas
yang sebenarnya tidak mencerminkan keadaan
Indonesia. Tidak diragukan lagi jika kita mengklaim
bahwa ini merupakan salah satu dampak dari
globalisasi sehingga dengan mudah masyarakat
Indonesia terkontaminasi dengan kiblat-kiblat baru yang
tidak mencerminkan ke-Indonesiaan. Hal ini berimbas
kepada pemerosotan moral masyarakat, khususnya
kaulah pemuda Indonesia. Sedangkan dalam kancah
politik etika sudah lama tidak ditemukan eksistensinya.
Pemerintah seakan tidak peduli dengan moralitas
bangsa, buktinya masih banyak praktek-praktek kotor
yang dilakukan oleh pemerintah yang seharusnya
mereka menjadi teladan bagi generasi bangsa . Begitu
juga etika dalam kehidupan masyarakat sosial seakan-
akan sudah tidak lagi dikenal oleh kalangan
Pendidikan Pancasila 273
masyarakat, sebab globalisasi ini membentuk mindset
individu masyarakat yang artinya mereka sudah tidak
memperhatikan nilai moral yang harus dijaga sebagai
identitas bangsa yang beradab. Ternyata modernisasi
dan luasnya informasi mengakibatkan fatal bagi regulasi
politik sosial dan pemerintah, sebab dari ini terbentuklah
beberapa temuan-temuan baru, misalkan “politik
identitas dan hukum yang tak berdampak pada
kesejahteraan rakyat dan lain sebagainya”.

Problematika yang ditemukan saat ini disebabkan


karena adanya bermacam-macam krisis yang muncul di
permukaan, sedangkan masyarakat bangsa Indonesia
belum sepenuhnya siap menghadapi krisis multidimensi
tersebut, hingga dengan mudah dapat menghancurkan
persatuan dan kesatuan bangsa serta lunturnya etika
dalam politik, hal tersebut yang melatarbelakangi
adanya TAP MPR Nomor 6 tahun 2001 yang di
dalamnya mempertegas tentang etika kehidupan dalam
berbangsa. Ketidaksiapan bangsa Indonesia dalam
menghadapi krisis multidimensi menyebabkan
terjadinya banyak konflik, misalkan konflik sosial yang
tidak berkesudahan, demonstrasi yang tidak memihak
pada rakyat, serta banyak keinginan rakyat yang
ditumpangi oleh kepentingan yang tidak bertanggung
jawab. Ini cukup menjadi bukti bahwasannya Indonesia
memang tidak sedang baik-baik saja, mudah
terprovokasi, egosentris yang tinggi, jauh dari keadaan
beradab, nilai kesopanan sudah tidak lagi di perhatikan,
Pendidikan Pancasila 274
kejujuran sudah punah dari praktek sosial dan
pemerintahan, penegakan hukum tidak dapat
dipercaya. Hal ini disebabkan karena kesiapan bangsa
Indonesia dalam menghadapi krisis multidimensi tidak
ada (Pasaribu, 2013).

Faktor-faktor dari dalam negeri antara lain:


a. Sistem sentralisasi pemerintah di masa lalu yang
mengakibatkan terjadinya penumpukan kekuasaan di
pusat dan pengabaian kepentingan daerah.
b. Melemahnya penghayatan dan pengamalan ajaran
agama di kalangan aparatur, serta munculnya
pemahaman ajaran agama yang sempit dan keliru;
c. Tidak berjalannya penegakan hukum secara optimal,
dan lemahnya kontrol sosial dalam mengendalikan
perilaku yang menyimpang dari etika;

d. Tidak berkembangnya pemahaman dan


penghargaan atas kebhinnekaan dan kemajmukan
dalam kehidupan berbangsa;

e. Terjadinya ketidak-adilan ekonomi dalam lingkup


yang luas dan dalam kurun waktu yang panjang,
sehingga melewati ambang batas kesabaran
masyarakat;
f. Kurangnya keteladanan dalam sikap dan prilaku
sebagian pemimpin bangsa;
g. Meningkatnya prostitusi, pornografi, perjudian, serta
pemakaian, peredaran dan penyeludupan narkotika
h. Terjadinya pembatasan kemampuan budaya lokal,

Pendidikan Pancasila 275


daerah dan nasional dalam merespon pengaruh
negatif dari budaya luar.

Sementara faktor-faktor dari luar negeri meliputi:


a. Pengaruh globalisasi kehidupan;
b. Makin kuatnya intensitas intervensi kekuatan
global dalam perumusan kebijakan nasional.

Pokok-pokok Etika Kehidupan Berbangsa


mengacu kepada normanorma agama dan cita-cita
kesatuan dan persatuan bangsa, kemandirian,
keunggulan dan kejayaan bangsa. Perhatian terhadap
nilai-nilai tersebut oleh setiap aparatur sangat erat
kaitannya dengan latar belakang agama,sejarah,
budaya dan perkembangan kondisi sosial dan
lingkungan hidup seseorang. Trend dalam
pengembangan etika pemerintahan tampaknya dipicu
oleh permasalahan yang relatif sama yaitu korupsi.
Dalam hal ini di negara manapun tidak ada yang
menghalalkan korupsi, termasuk menerima suap.

Banyak kasus di berbagai negara maju di Asia,


Eropa dan Amerika,di mana salah seorang Pejabat
Tinggi Negara harus mengundurkan diri dari jabatan,
karena terbukti melakukan korupsi atau menerima suap.
Selain itu, Kode Etik lain yang juga sama antara lain:
larangan membocorkan rahasia negara, mendahulukan
kepentingan pribadi daripada kepentingan negara dan
masyarakat, dan kewajiban untuk mematuhi dan
Pendidikan Pancasila 276
melaksanakan ketentuan hukum dan peraturan
perundang- undangan, sertaketentuan lain yang
berlaku.

Mengapa kecenderungan adanya kesamaan


dalam pengaturan mengenai etika politik tersebut
muncul di berbagai negara. Hal ini,tampaknya berkaitan
erat dengan fungsi aparatur pemerintah dalammelayani
masyarakat, dimana kejujuran (fairness) dan netralitas
menjadi persyaratan yang memerlukan tingkat disiplin
tertentu yang kurang lebih sama di berbagai negara.

Melihat gambaran tersebut di atas, dapat


disimpulkan bahwa keberhasilan pemerintahan banyak
dipengaruhi oleh sikap dan perilaku pemerintah dan elit
politik itu sendiri. Jika pelaksana pemerintahan memiliki
pola tingkah laku yang baik, jujur, amanah dan dapat
dipercaya,maka sudah barang tentu hasil dari
pekerjaannya itu dapat diwujudkan dengan baik, karena
tidak ada kecurangan. Apa yang dikerjakan sesuai
dengan amanah rakyat dan dapat dipertanggung
jawabkan.

Begitu juga dengan kenyataan sebaliknya,


sebagaimana disebutkan di atas, bahwa krisis
multidimensi adalah menurunnya kepercayaan publik
kepada pemerintah, bentrok dengan pihak keamanan,
tawuran antar masyarakat, demonstrasi dimana-mana,
dan sebagainya. Semua hal tersebut akan memberi
pengaruh kepada keberhasilan pembangunan. Apakah

Pendidikan Pancasila 277


mungkin pelaksanaan negara dapat dicapai dengan
baik jikamasyarakat tidak menaruh kepercayaan
kepada pemerintah. Akibat pertama yang mungkin
muncul adalah hilangnya keseriusan pelaksana
pembangunan di lapangan, dan hal ini bermuara pada
kurang serius pelaksanaan dan tentu berakibat pada
rendahnya mutu pekerjaan.

Masyarakat yang sebelumnya dianggap sebagai


pengontrol pelaksanaan pembangunan di wilayahnya,
balik menjadi apatis dan tidak menghiraukan
pembangunan yang dilaksanakan. Akibatnya, bukan
mustahil akan terjadi pembangunan dengan mutu
seadanya dan bahkan muncul hal yang lebih buruk lagi,
yaitu masyarakat bahkan merusak pembangunan yang
dilaksanakan. Kebencian masyarakat yang tumbuh dan
berkembang terhadap pemerintah sangat berpengaruh
terhadap mutu pembangunan yang dilaksanakan oleh
pemerintah, bahkan mengancam keberhasilannya.

Solusi menguatkan etika adalah sebagaimana


dituangkan dalam Ketetapan Nomor VI/MPR/2001
dengan menentukan arah kebijakan untuk memperkuat
etika bernegara sebagai berikut :

a. Mengaktualisasikan nilai-nilai agama dan budaya


luhur bangsa dalam kehidupan pribadi, keluarga,
masyarakat, bangsa, dan negara melalui Pendidikan
formal, informal, dan nonformal dan pemberian
contoh keteladanan oleh para pemimpin negara,

Pendidikan Pancasila 278


pemimpin bangsa, dan pemimpin masyarakat.
b. Mengarahkan orientasi Pendidikan yang
mengutamakan aspek pengenalan menjadi
Pendidikan yang bersifat terpadu dengan
menekankan ajaran etika yang bersumber dari ajaran
agama dan budaya luhur bangsa serta Pendidikan
watak dan budi pekerti yang menekankan
keseimbangan antara kecerdasan intelektual,
kematangan emosional dan spritiual, serta amal
kebajikan.
c. Nilai-nilai etika Pancasila dijadikan target dalam
setiap pembangunan serta efektivitas kehidupan
manusia baik dalam tahap memulai atau
perencanaan implementasi pelaksanaan serta
evaluasi.

Berdasarkan alasan di atas menjadi urgensi


pentingnya untuk mengembalikan etika dalam
kehidupan masyarakat Indonesia sebab sudah terlalu
jauh penyimpangan-penyimpangan masyarakat dalam
mengabaikan Pancasila sebagai sumber pijakan hidup
dalam berbangsa dan bernegara

Atas dasar itu semua harus ada upaya untuk


membebaskan bangsa dari situasi dan lilitan bahaya
dari tidak diperhatikannya etika dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Untuk
menyelematkan negara dan bangsa dari kehancuran
akibat perilaku minim etika, sebaiknya kita harus segera
Pendidikan Pancasila 279
mengembalikan etika dan moral keadilan publik ke
dalam setiap bidang kehidupan kita.

2. Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika


a. Esensi Pancasila sebagai Sistem Etika
Hakikat Pancasila sebagai sistem etika terletak
pada hal-hal sebagai berikut:

1) Hakikat sila ketuhanan


Indonesia adalah Negara yang memiliki
agama, sebagai prinsisp-prinsip moral bangsa
bersumber dan keyakinan itu ada pada Tuhan.
Norma agama dijadikan sebagai prinsip dan
moral untuk dilaksanakan setiap pemeluknya.
2) Hakikat sila tindakan kemanusiaan
Nilai-nilai kemanusia sangan di tinggikan,
kehidupan pergaulan, cara bersikap dengan
sesama bersendikan rasa kemanusia yang adil
dan beradab, yakni dengan kearifan.
3) Hakikat sila persatuan
Hidup berdambingan dengan sesama
mementingkan kepentingan bersama diatas
kepentingan pribadi dengan mencapai rasa
persatuan dan kesatuan.
4) Hakikat sila kerakyatan
Musyawarah mufakat menjadi suatu
prinsip saling menghargai orang lain dalam tata
pergaulan.
5) Hakikat sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Pendidikan Pancasila 280
Indonesia
Tujuan tidak dijadikan sebagai hal yang
utama tetapi mengutamakan nilai keadilan itu
sendiri.

b. Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika


Permasalahaan yang dihadapi bangsa
Indonesia sangatlah banyak dan menjadi sebuah
tantangan dan hambatan, untuk itu Pancasila di
jadikan system etika untuk mengahdapi masalah
yang ada, masalah itu adalah: Masih terdapat kasus
korupsi yang melemahkan sendi kehidupan negara

1) Adaanya kasus terorisme sehingga


mengganggu integritas Negara.
2) Korupsi yang merajalela
3) Pelanggaran Hak asasi manusia dalam
kehidupan bernegara
4) Adanya kesenjaangan antara kelompok miskin
dan kaya serta terasingnya kaum marjinal
5) Adanya ketidakadilan dalam peradilan
6) Terjadinya pengingkaran kewajiban dalam
membayar pajak dan sebagainya.

c. Konsep Pancasila sebagai Sistem Etika


Hendaknya Pancasila jangan dijadikan sebagai
mitos, diperlukan adanya kajian kritis rasional,
sebagai nilai moral yang ada, seperti contohnya

Pendidikan Pancasila 281


bahwa tindakan korupsi dijadikan hal yang biasa
dalam nelancarkan keinginannya.

Bagian yang terpenting dari Pancasila dijadikan


sebagai system etika:

1) Sumber moral bagi bangsa Indonesia adalah


Pancasila, sebagai penentu sikap, prilaku serta
tindakan dan pergaulan baik nasional dan
internasional.
2) Penyelenggaraan pemerintahan bercermin
kepada Pancasila.
3) Pancasila Sebagai tempat penyaring
kebudayaab yang berkembang di segala bidang.

d. Menggali sumber tentang Pancasila sebagai


Sistem Etika
Sumber Historis, ada masa orde lama
mengenal nilai-nilai kemandirian yang di ajarkan oleh
Soekarno, namun Pancasila dijadikan system etika
belum ditegaskan saat itu.

Sumber Sosiologis, bangsa Indonesia memeilik


keanekaragaman, sehingga muncul kearifan local
dari setiap daerah, sehingga Pancasila dijadikan
sistem etika. Sumber Politis, dalam penyelenggran
pemerintah di Indonesia tentunya berpedoman
kepada nilai-nilai Pancasila. Dimana mengatur tata
cara, etika dalam politik, sedangkan perundang-
undangan dijadikan norma yang bersifat nyata
Pendidikan Pancasila 282
Hal-hal penting yang sangat urgen bagi
pengembangan Pancasila sebagai sistem etika
meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Sebagai tata pergaulan, yang mempunyai tujuan


baik di dalam dan luar negeri.
2) Sebagai penyaring untuk budaya yang masuk
dan berkembang di Indonesia, sehingga tidak
menjadi dampak globalisasi di masyarakat.
3) Sebagai pengambil keputusan yang dianalisis
agar kebijakan yang di ambil tidak melenceng
dari semangat kebangsaan Negara yang berjiwa
Pancasilais.
4) Sebagai sumber moral bagi sikap, perilaku,
kebijakan dan keputusan yang di ambil di oleh
warga Negara.

Contoh Pancasila sebagai Sistem Etika


Saat orde lama, Pancasila sebagai sistem etika
masih berbentuk Philosofische Grondslag di mana
Pancasila belum ditegaskan dalam sistem etika.
Namun, nilai moral telah menjadi pandangan hidup.
Kemudian, ketika orde baru Pancasila sebagai
sistem etika disosialisasikan melalui Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila yang
dijabarkan dalam butir-butir Pancasila.

Pendidikan Pancasila 283


Berikut ini adalah contoh Pancasila sebagai
sistem etika yang didasarkan pada butir-butir sila
Pancasila:

1) Percaya dan taqwa kepada Tuhan yang Maha


Esa dengan beribadah sesuai dengan agama
dan kepercayaannya
2) Saling menghormati dan bekerja sama antar
pemeluk agama sehingga terjadi kerukunan
3) Mengakui adanya kebebasan beribadah sesuai
agama dan kepercayaannya
4) Tidak memaksakan agama yang dianutnya
kepada orang lain
5) Tidak mengatasnamakan agama untuk
kepentingan sendiri atau kelompok yang memicu
adanya konflik.
6) Mengakui persamaan derajat, satus sosial dan
hak asasi manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa
7) Saling menghormati dan mencintai, tidak
memiliki stereotip negatif antar sesama manusia.
8) Tidak melakukan bullying, kekerasan, dan
diskriminasi kepada orang lain baik melalui
verbal maupun fisik
9) Aktif dalam kegiatan kemanusiaan seperti
penggalangan dana bagi korban bencana,
pemberian petisi terhadap penanganan
pelanggaran HAM, dan sebagainya
10) Rela berkorban dalam membela kebenaran dan
Pendidikan Pancasila 284
keadilan, mengorbankan tenaga, waktu dan
pikirannya untuk melindungi masyarakat yang
lemah.

11) Bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia


yang beraneka ragam budaya dan sumber daya
alamnya.
12) Mengurangi stereotip negatif antar masyarakat
yang berbeda suku, agama, ras dan
golongannya
13) Menempatkan persatuan di atas kepentingan
pribadi dan golongan sehingga menjaga
kedaulatan negara Indonesia tetap utuh
14) Meningkatkan solidaritas bersama dan
pergaulannya tanpa membeda-bedakan asal
dalam wadah Bhinneka Tunggal Ika
15) Meredam konflik dan mencegah adu domba atas
kepentingan pihak yang berusaha mengacaukan
persatuan Indonesia
16) Mengutamakan musyawarah ketika mengambil
keputusan bersama atas permasalahan yang
sedang dihadapi.
17) Menerima hasil keputusan dari adanya makna
musyawarah dengan tanggung jawab dan lapang
dada
18) Turut andil dalam menyampaikan gagasan, ktitik
dan sarannya kepada pemerintah sebagai input
atas kebijakan publik baik melalui media sosial,
instansi dan sarana lainnya.
Pendidikan Pancasila 285
19) Berpartisipasi dalam pemilu dengan jujur,
mengindari golput serta tidak memaksakan
pilihannya kepada orang lain
20) Menjalankan arti demonstrasi kepada pemerintah
dilakukan dengan akal sehat dan hati nurani
yang luhur. Menghindari kekerasan atau
anarkisme sehingga tidak mengganggu
ketertiban umum.
21) Mengutamakan gotong royong dan saling
membantu dalam menyelesaikan permasalahan
22) Tidak egois dalam menuntut hak tanpa
menjalankan kewajiban sebagai warga negara
23) Menghindari sikap boros, menghamburkan harta
dan energi serta tidak bergaya hidup mewah
24) Menghargai karya orang lain, tidak membajak
tulisan, lagu dan hak cipta milik orang lain untuk
memperkaya dan menguntungkan diri sendiri.
25) Memperjuangkan keadilan dalam penyelesaian
peradilan hukum, membela masyarkat yang
menjadi korban ketidakadilan hukum dari
penguasa dan pemilik modal.
Apa yang dilakukan setiap prang baik
perkataan maupun tindakan hendaknya sdengan
sikap moral yang disesuaikan dengan nilai-nilai
Pancasila. Jika setiap orang sudah memahminya
maka dapat dikatakan bahwa system etika Pancasila
dapat di amalkan dan dilaksanakan dalam kehidupan
sehari-hari. Dan tidak bisa di pungkiri bahwa
Pendidikan Pancasila 286
Paancasila sebagai etika dalam penyelenggaraan
pemerintah adalah sangat cocok.

Dalam pelaksanaan di kehidupan masyarakat


apakah sudah melaksanakan nilai-nilai Pancasila,
apakah sudah sesuai dengan etika dan moral yang
di inginkan. Jika sudah menjiwa dan
melaksankannya maka sudah terjawan tantangan
tersebut, maka dapat dikatakan Pancasila sebagai
system etika sudah dapat terselesaikan dan teruji.

C. Latihan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pancasila sebagai
sistem etika masih berbentuk sebagai Philosofische
grondslag atau weltanschaung ?
2. Jelaskan analisa saudara/i mengapa harus Pancasila
sebagai etika ?
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan dinamika
Pancasila sebagai sistem etika ?
4. Jelaskan Perwujudan Pancasila jika dikaitkan dengan
konteks Pancasila sebagai etika ?
5. Berikan analisa saudara/i tentang hal-hal apa saja yang
mendasar bagi pengembangan Pancasila sebagai
sistem etika ?

D. Referensi
Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum. Direktorat Jenderal
Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian
Pendidikan Pancasila 287
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik
Indonesia 2016

Bernard L. Tanya dkk. 2015. Pancasila Bingkau Hukum


Indonesia. Yogyakarta: Genta Publishing

Direktorat Jendera Pembelajaran dan Kemahasiswaan.


2016. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Kementerian Riset, Teknologi, dan
PENDIDIKAN Tinggi RI

Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya. 2015. Sejarah


Pemikiran Indonesia Modern. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan

H.M. Tama Sembiring, Prof., Drs., SH, MM., dkk, Manur


Pasaribu, SH., dan H. Chairul Alam, Drs., MM.,
2012. Filsafat dan Pendidikan Pancasila. Yatama
Printing, Jakarta.

Muzayin. 1992. Ideologi Pancasila (Bimbingan ke Arah


Penghayatan dan Pengamalan bagi Remaja).
Jakarta: Golden Terayon Press
Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode
2009-2014 (2013). Empat Pilar Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara. Jakarta: Sekretariat
Jenderal MPR RI
Sastrapratedja, M. 2001. Pancasila sebagai Visi dan
Referensi Kritik Sosial. Yogyakarta: Penerbitan
Universitas Sanata Dharma

Pendidikan Pancasila 288


Saswinadi Sasmojo dkk (eds.), 1991. Menerawang Masa
Depan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni.
Penerbit ITB, Bandung

Soeprapto, Bahar, S dan Arianto, L. 1995. Cita Negara


Persatuan Indonesia.Jakarta: BP-7 Pusat
Sulaiman, A. (2015). Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. (T. Redaksi, Ed). Bandung:cv.
Arfino Raya

Suseno, Franz Magnis. (2001). Etika Politik: Prinsip-prinsip


Moral Dasar Kenegaraan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan
Berbangsa

Pendidikan Pancasila 289

Anda mungkin juga menyukai