Anda di halaman 1dari 17

SISTEM DEMOKRASI LIBERAL

Tokoh Penemu dan Sejarah Kemunculan


Demokrasi Liberal
1. Niccolo Machiavelli (Florence, 1469-1527)
Niccolo Machiavelli, seorang tokoh liberal yang lahir di Florence pada tahun
1469 dan wafat pada tahun 1527. Beliau merupakan salah satu tokoh
penemu paham liberal yang terkenal lewat karya sastranya yang berjudul “Il
Principe” (1513)”. Dalam karya sastra inilah Niccolo Machiavelli pertama kali
mengungkapkan pemikiran dan pendapatnya mengenai paham liberal, yang
akhirnya dikenal luas oleh masyarakat dunia.
Niccolo Machiavelli mengungkapkan pendapatnya bahwa orang yang mampu
memimpin suatu hukum dengan benar adalah orang yang mengesampingkan
dan menghilangkan ambisi serta keegoisannya dalam memberikan kebebasan
dirinya sendiri. Beliau juga menyatakan bahwa seluas-luasnya kebebasan
yang diberikan pada suatu individu, tetap saja membutuhkan adanya legitasi
dan regulasi yang bijak dari pemerintah.
Selain itu Niccolo Machiavelli juga mengemukakan
pemikiran lainnya yang masih berhubungan dengan
kebebasan dalam paham liberal, yakni :
1. Menurut Machiavelli, realisme adalah pusat gagasan
dalam pelajaran politis yang mengutamakan
kebebasan individu dibawah suatu prinsip.
2. Liberalisme adalah suatu ideologi dari kebebasan
individu dan aneka pilihan sukarela atau fakultatif.
2. Desiderius Erasmus (Belanda, 1466-1536)
Desiderius Erasmus lahir di Belanda tahun 1466 wafat
pada tahun 1536. Beliau tak hanya dikenal sebagai
seorang tokoh paham liberal namun juga seseorang
yang memiliki perikemanusiaan yang tinggi. Beliau
menuliskan dan menyampaikan pemikirannya tentang
paham liberal melalui karya sastranya yang berjudul
“De Libero Arbitrio Diatribe Sive Collatio (1524)”.
Lewat karya sastranya ini beliau melakukan suatu
penelitian perihal hal-hal yang dapat menghapuskan
adanya keterbatasan hidup sebagai bentuk aspirasi
terhadap kebebasan manusia.
Dari paham liberal yang dibawa oleh kedua tokoh,
Niccolo Machiavelli dan Desiderius Erasmus inilah
maka akhirnya muncul suatu sistem demokrasi yang
berlandaskan paham liberal, yang kemudian disebut
sebagai Sistem Demokrasi Liberal. Thomas Hobbes,
John Locke, dan Jean-Jacques merupakan tiga orang
penggagas “Teori Kontrak Sosial” pada suatu masa
yang dikenal dengan sebutan “Abad Pencerahan”.
Ketiga tokoh inilah orang-orang yang pertama kali
mengemukakan dan mengenalkan sistem demokrasi
liberal pada masyarakat dunia.
Pengertian Demokrasi Liberal
Secara sederhana, demokrasi liberal dapat diartikan sebagai
suatu pemerintahan berbentuk demokrasi dan menggunakan
paham liberal yang proses pelaksanaannya melalui
perwakilan.

Terdapat dua kamus Internasional yang juga menyebutkan


tentang pengertian demokrasi liberal, yaitu :
 Oxford Dictionary : suatu demokrasi yang berdasarkan pada
pengakuan terhadap hak individu dan kebebasannya.
 Cambridge Dictionary : suatu bentuk sistem perwakilan
demokrasi bekerja atas prinsip liberalisme, yaitu melindungi hak
individu dengan menuangkannya pada aturan.
Ciri-ciri Demokrasi Liberal
1. Sistem pemerintahan menganut paham demokrasi yang kemudian dituangkan ke dalam
konstitusi
2. Adanya wakil rakyat dalam lembaga pemerintahan yang sekaligus bertanggung jawab
untuk melakukan pengawasan dan membatasi kekuatan pemimpin negara
3. Kekuasaan tidak berpusat hanya pada satu tangan (satu pemegang kekuasaan)
4. Proses pengambilan suatu keputusan cenderung lambat, hal ini dikarenakan kekuasaan
yang tidak berpusat pada satu pemegang kekuasaan
5. Pengambilan suatu keputusan berdasarkan pada suara mayoritas
6. Dalam negara yang menganut paham demokrasi liberal, kekuasaan negara terletak pada
parlemen
7. Untuk mengambil suatu keputusan digunakan cara perhitungan suara terbanyak atau
dikenal dengan istilah voting
8. Pergantian pemimpin negara dan wakil rakyat di lembaga pemerintahan dilakukan oleh
rakyat
9. Negara yang menganut sistem demokrasi liberal tidak akan menjadikan agama sebagai
landasan hukum dan sosial
10. Peraturan perundangan membatasi kekuasaan lembaga eksekutif
11. Kekuasaan lembaga eksekutif juga dibatasi secara konstitusional
12. Alokasi sumber daya alam, sumber daya manusia dan negara dapat dikontrol dengan baik
13. Kebebasan yang sama diberikan pada setiap etnis dan agama yang ada dalam
memperjuangkan kepentingan mereka
Kelebihan Sistem Demokrasi Liberal
1. Kebebasan penuh untuk warga negara/rakyat
2. Rakyat di negara tersebut memiliki tingkat pendapatan
yangg tinggi
3. Pejabat pemerintahan tidak dapat melakukan
penyalahgunaan kekuasaan karena kekuasaan tidak hanya
berada pada satu pemegang kekuasaan
4. Pemerintah memberikan perhatian dan konsentrasi
terhadap rencana jangka pendek sehingga rencana jangka
pendek negara berjalan dengan baik
5. Memicu tumbuh dan berkembangnya bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi
6. Jika terjadi keadaan yang mendesak seperti perang, negara
lebih siap untuk menghadapinya dengan melakukan
persiapan yang matang.
1.Kekurangan
KehidupanSistem Demokrasi Liberal
sosial bermasyarakat kurang berjalan baik karena
tingkat individualitas yang tinggi
2. Rencana jangka panjang negara kurang mendapat perhatian dari
pemerintah
3. Demokrasi langsung tidak berjalan dengan baik, karena cara
pengambilan keputusan adalah melalui perhitungan suara
terbanyak (voting) dalam lembaga pemerintahan/parlemen
4. Dapat memicu timbulnya monopoli kekuasaan yang dilakukan
oleh sekelompok pejabat/pemangku kekuasaan yang bekerja
sama
5. Persentase kemungkinan terjadinya konflik antar etnis dan
agama lebih tinggi
6. Kemungkinan maraknya kejadian serangan terorisme lebih
tinggi, dengan latar belakang rasa tidak setuju dan puas dengan
keputusan yang diambil oleh anggota parlemen
7. Kebebasan penuh yang diberikan pada rakyat termasuk dalam
kehidupan sosial, memicu terjadi kebebasan pergaulan yang
tidak berbatas di kalangan remaja
SISTEM DEMOKRASI TERPIMPIN
Demokrasi terpimpin adalah sebuah sistem
demokrasi di mana seluruh keputusan serta pemikiran
berpusat pada pemimpin negara, kala itu Presiden
Soekarno. Konsep sistem Demokrasi Terpimpin
pertama kali diumumkan oleh Presiden Soekarno
dalam pembukaan sidang konstituante pada tanggal
10 November 1956.
Latar belakang dicetuskannya sistem demokrasi
terpimpin oleh Presiden Soekarno :
Dari segi keamanan nasional: Banyaknya gerakan separatis
pada masa demokrasi liberal, menyebabkan
ketidakstabilan negara.
Dari segi perekonomian : Sering terjadinya pergantian
kabinet pada masa demokrasi liberal menyebabkan
program-program yang dirancang oleh kabinet tidak dapat
dijalankan secara utuh, sehingga pembangunan ekonomi
tersendat.
Dari segi politik : Konstituante gagal dalam menyusun
UUD baru untuk menggantikan UUDS 1950.
Masa Demokrasi Terpimpin yang dicetuskan oleh
Presiden Soekarno diawali oleh anjuran Soekarno agar
Undang-Undang yang digunakan untuk
menggantikan UUDS 1950 adalah UUD 1945.
Namun usulan itu menimbulkan pro dan kontra di
kalangan anggota konstituante. Sebagai tindak lanjut
usulannya, diadakan pemungutan suara yang diikuti
oleh seluruh anggota konstituante.
Pemungutan suara ini dilakukan dalam rangka
mengatasi konflik yang timbul dari pro kontra akan
usulan Presiden Soekarno tersebut.
Hasil pemungutan suara menunjukan
bahwa :
 269 orang setuju untuk kembali ke UUD 1945
 119 orang tidak setuju untuk kembali ke UUD 1945
Melihat dari hasil voting, usulan untuk kembali ke
UUD 1945 tidak dapat direalisasikan. Hal ini
disebabkan oleh jumlah anggota konstituante yang
menyetujui usulan tersebut tidak mencapai 2/3
bagian, seperti yang telah ditetapkan pada pasal 137
UUDS 1950.
Bertolak dari hal tersebut, Presiden Soekarno
mengeluarkan sebuah dekret yang disebut Dekret
Presiden 5 Juli 1959. Isi Dekret Presiden 5 Juli 1959 :

Tidak berlaku kembali UUDS 1950


Berlakunya kembali UUD 1945
Dibubarkannya konstituante
Pembentukan MPRS dan DPAS
Peranan PKI
Partai Komunis Indonesia (PKI) menyambut "Demokrasi
Terpimpin" Soekarno dengan hangat dan anggapan bahwa
PKI mempunyai mandat untuk mengakomodasi
persekutuan konsepsi yang sedang marak di Indonesia kala
itu, yaitu antara ideologi nasionalisme, agama (Islam) dan
komunisme yang dinamakan NASAKOM.
Pada tahun 1962, perebutan Irian Barat secara militer oleh
Indonesia yang dilangsungkan dalam Operasi Trikora
mendapat dukungan penuh dari kepemimpinan PKI, mereka
juga mendukung penekanan terhadap perlawanan penduduk
adat yang tidak menghendaki integrasi dengan Indonesia.
Keterlibatan Amerika Serikat

Di era Demokrasi Terpimpin, antara tahun 1959 dan tahun 1965,


Amerika Serikat memberikan 64 juta dollar dalam bentuk
bantuan militer untuk jenderal-jenderal militer Indonesia.
Menurut laporan di media cetak "Suara Pemuda Indonesia":
Sebelum akhir tahun 1960, Amerika Serikat telah melengkapi
43 batalyon angkatan bersenjata Indonesia. Tiap tahun AS
melatih perwira-perwira militer sayap kanan.
Di antara tahun 1956 dan 1959, lebih dari 200 perwira tingkatan
tinggi telah dilatih di AS, dan ratusan perwira angkatan rendah
terlatih setiap tahun.
Kepala Badan untuk Pembangunan Internasional di Amerika
pernah sekali mengatakan bahwa bantuan AS, tentu saja bukan
untuk mendukung Soekarno dan bahwa AS telah melatih
sejumlah besar perwira-perwira angkatan bersenjata dan orang
sipil yang mau membentuk kesatuan militer untuk membuat
Indonesia sebuah "negara bebas".
Dampak ke situasi politik
Era "Demokrasi Terpimpin" diwarnai kolaborasi antara
kepemimpinan PKI dan kaum borjuis nasional dalam
menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruh
dan petani Indonesia. Kolaborasi ini tetap gagal memecahkan
masalah-masalah politis dan ekonomi yang mendesak
Indonesia kala itu.
Pendapatan ekspor Indonesia menurun, cadangan devisa
menurun, inflasi terus menaik dan korupsi kaum birokrat
dan militer menjadi wabah sehingga situasi politik Indonesia
menjadi sangat labil dan memicu banyaknya demonstrasi di
seluruh Indonesia, terutama dari kalangan buruh, petani, dan
mahasiswa.

Anda mungkin juga menyukai