Anda di halaman 1dari 5

“DEMOKRASI LIBERAL”

KELOMPOK 3:
1. ADIVA PUTRI
2. ARINDA TOURSABELLA
3. DHAFIN PUTRA
4. M. ALIF FATHAN
5. NURUL HUSNIAH LATIFAH
6. TRI AKBAR JUANSYAH
KELAS: XII IPA B

DEMOKRASI LIBERAL  (atau demokrasi konstitusional)


adalah sistem politik yang menganut kebebasan individu.
Secara konstitusional, ini dapat diartikan sebagai hak-hak individu dari
kekuasaan pemerintah. Dalam demokrasi liberal, keputusan-keputusan
mayoritas (dari proses perwakilan atau langsung) diberlakukan pada
sebagian besar bidang-bidang kebijakan pemerintah yang tunduk pada
pembatasan-pembatasan agar keputusan pemerintah tidak
melanggar kemerdekaan dan hak-hak individu seperti tercantum
dalam konstitusi.

Sistem Pemerintahan Periode 1950-1959

• Demokrasi liberal pertama kali


dikemukakan pada Abad
Lama periode : 15 Agustus Pencerahan oleh penggagas
1950 – 5 Juli 1959     teori kontrak sosial seperti Thomas
Hobbes, John Locke, dan Jean-Jacques
Bentuk Negara : Kesatuan     Rousseau. Semasa Perang Dingin,
istilah demokrasi liberal bertolak
Bentuk Pemerintahan belakang
:Republik     dengan komunisme ala Republik
Rakyat. Pada zaman sekarang
Sistem Pemerintahan :
demokrasi konstitusional umumnya
Parlementer     dibanding-bandingkan
dengan demokrasi
Konstitusi : UUDS 1950
langsung atau demokrasi partisipasi.

KELEBIHAN
 Kebebasan Individu yang Dijunjung Tinggi, Adanya kebebasan
pada tiap diri individu penghuni negara tentunya dapat
meningkatkan kreativitas dan inovasi pada negara tersebut. Selain
harus melindungi kebebasan individu, negara juga harus
mengakomodasi kepentingan warga negara tersebut. Kreativitas
dan inovasi tersebut dapat memajukan berbagai sektor dari suatu
negara.
 Kekuasaan Pemerintah yang Dibatasi, Sejarah mengajarkan
kita bahwa pada masa lalu terdapat banyak kesewenangan yang
dilakukan oleh para pemegang kekuasaan. Hal tersebut membatasi
gerak masyarakat dalam hidupnya. Kekuasaan pemerintah yang
dibatasi dalam demokrasi liberal menjadikan pemerintah tidak bisa
sewenang-wenang.
 Tingkat Pendapatan Penduduk yang Tinggi, umumnya
pendapat penduduk per kapita cukup tinggi. Hal ini dikarenakan
pada negara liberal pendapatan negara diperuntukkan bagi
kepentingan rakyat
 Timbul Persaingan untuk Maju, memiliki tingkat perekonomian
yang maju. Hal ini dikarenakan kegiatan ekonomi yang diserahkan
kepada warga negara sehingga di antara mereka saling berusaha
untuk memajukan usaha yang dimilikinya.
 Kontrol Sosial dalam Pers, Pada negara yang menganut sistem
demokrasi liberal, pers memiliki kebebasan yang penuh hingga ia
dapat menjadi agen kontrol sosial dengan jalan menyampaikan
kritik pada perseorangan, suatu golongan, lembaga, atau
pemerintah.

KEKURANGAN
• Tingkat Individualitas yang Tinggi, Dengan dijunjungnya
kebebasan individu, ternyata hal tersebut menyebabkan
meningkatnya ketidakpekaan sosial. Orang saling tidak
mempedulikan satu sama lain selama orang tersebut tidak
mengganggu dirinya.
• Besarnya Kesenjangan Sosial, Dalam suatu negara
demokrasi liberal, bukanlah suatu yang mengherankan ketika
terjadi kesenjangan sosial terutama antara si kaya dan si
miskin. Hal tersebut terjadi karena kaum kapitalis yang
menguasai modal mengeksploitasi para pekerja.
• Banyak Terjadi Gejolak Ekonomi, Karena setiap individu
bebas melakukan kegiatan ekonomi, seringkali terjadi gejolak
ekonomi yang disebabkan oleh gesekan antar para pelaku
usaha. Gejolak ekonomi dapat menyebabkan ketidakstabilan
dalam masyarakat.
• Kebebasan Pers yang Disalahartikan, Pers yang terlalu
bebas dan tidak dapat dikontrol oleh pemerintah dapat
menjadikannya mudah disetir oleh kepentingan tertentu dan
menyalahgunakan kewenangannya untuk memanipulasi
masyarakat.
Kenapa Demokrasi Liberal Digantikan?
Selama kurun waktu 1950-1959 sering kaliterjadi pergantian kabinet yang
menyebabkaninstabilitas politik. Parlemen mudah mengeluarkan mosi
tidak percaya terhadap kabinet sehingga koalisi partai yang ada di kabinet
menarik diri dan kabinet pun jatuh.

Setelah negara RI dengan UUDS 1950 dan sistem Demokrasi Liberal yang
dialami rakyat Indonesia selama hampir 9 tahun, maka rakyat Indonesia
sadar bahwa UUDS 1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak cocok,
karena tidak sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945.

Akhirnya Presiden menganggap bahwa keadaan ketatanegaraan Indonesia


membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara serta
merintangi pembangunan semesta berencana untuk mencapai
masyarakat adil dan makmur; sehingga pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden
Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Isi Dekrit Presiden


 Pembubaran Konstituante
 Tidak berlakunya UUDS 1950 dan berlakunyakembali UUD 1945
 Pembentukan MPRS dan DPAS dengan dikeluarkannya dekrit
tersebut maka berakhirpula lah masa demokrasi liberal yang
kemudian berganti manjadi demokrasi terpimpin.

Kenapa Sering Ganti Kabinet?


Pada tahun 1950-1959, Indonesia sering terjadi pergantian kabinet yang
dimana kemudian menyebabkan instabilitas politik. Apabila parlemen
pada waktu itu telah mengeluarkan sebuah mosi terhadap
ketidakpercayaan pada sebua kabinet hingga pada koalisi partai yang
berada pada kabinet tersebut menarik diri terhadap kabinet dan kemudian
kabinet tersebut pun jatuh.

Kemudian, Presiden Soekarno sebagaimana adalah seorang Presiden dan


Republik Indonesia tidak memiliki sebuah kekuasaan terhadap hal
tersebut kecuali untuk pembentukan formatur guna untuk membentuk
sebuah kabinet baru untuk negara Republik Indonesia Serikat. Hal
tersebut kemudian membuat hal rumit seperti melakukan negosisasi
ulang terhadap kabinet selanjutnya.

Kenapa Indonesia memakai Demokrasi Liberal?


Karena pelaksanaan demokrasi liberal sesuai dengan konstitusi yang
berlaku saat itu, yakni Undang Undang Dasar Sementara 1950. Kondisi ini
bahkan sudah dirintis sejak dikeluarkannya maklumat pemerintah tanggal
16 Oktober 1945 dan maklumat tanggal 3 November 1945, tetapi
kemudian terbukti bahwa demokrasi liberal atau parlementer yang meniru
sistem Eropa Barat kurang sesuai diterapkan di Indonesia.

Tahun 1950 sampai 1959 merupakan masa berkiprahnya parta-partai


politik. Dua partai terkuat pada masa itu (PNI & Masyumi) silih berganti
memimpin kabinet. Sering bergantinya kabinet sering menimbulkan
ketidakstabilan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan keamanan.

KRONOLOGI JADI UUDS

Bentuk negara Republik Indonesia Serikat {RIS} yang diterapkan di


Indonesia ternyata tidak sesuai dengan cita-cita kesatuan dan persatuan
bangsa Indonesia yang tertuang dalam Proklamasi Kemerdekaan 17
agustus 1945. Oleh karena itu, pada bulan Januari 1950, mulai muncul
gerakan untuk mengubah bentuk negara RIS menjadi Negara Kesatuan
Republik Indonesia {NKRI}.

Pada tanggal 20 Februari 1950, pemerintah mengusulkan undang-undang


{RUU} tentang tata cara perubahan susunan kenegaraan RIS kepada
DPR_RIS. Usulan Rancangan Undang-Undang {RUU} tersebut kemudian
disahkan oleh DPR_RIS menjadi Undang-Undang Darurat nomoe 11 tahun
1950 tanggal 8 Maret 1950. Undang-undang inilah yang kemudia
digunakan sebagai dasar hukum penggabungan negara-negara bagian
dan satuan kenegaraan RIS.

Pada tanggal 5 April 1950, hampir seluruh negara bagian dan satuan-
satuan kenegaraan otonomi tealah bergabung dengan Republik Indonesia.
Penggabungan ini dipelopori oleh negara Madura dan negara Jawa Timur
yang memahami kehendak rakyatnya, kecuali bagian Indonesia Timur dan
bagian Sumatra Timur. Namun demikian, dengan pendekatan dan ajakan
pemerintah RIS terhadap Negara Sumatra Timur {NST} dan Negara
Indonesia Timur {NIT} agar bergabung kembali dengan Negara Kesatuan
Republik Indonesia {NKRI}. 

Usaha pemerintah berhasil mengajak kedua negara bagian tersebut


bergabung dan

mengawali penyelenggaraan konferensi bersama, Konferensi bersama


yang

pertama dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 1950 antara pemerintah RIS,


RI, dan NIT

sedangkan konferensi kedua dilaksanakan pada tanggal 19 Mei 1950


antara RIS dan RI. Hasil konferensi ini kemudian dituangkan dalam
“Piagam Persetujuan”. 
maka pada tanggal 19 Mei 1950 keduanya mencapai persetujuan, yakni
pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia {NKRI} sesuai dengan
Proklamasi 17 Agustus 1945.

Akhhirnya, panitia telah berhasil menyusun UUD, yang kemudian terkenal


dengan nama Undang-Undang Dasar Sementara 1950 {UUDS 1950}

Pada tanggal 15 Agustus 1950, presiden Soekarno menandatangani


Rancangan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan. 

Setelah ditandantangani presiden Soekarno, UUDS 1950 mulai berlaku


tanggal 17 Agustus 1950 dan sekaligus menandai secara resmi
pembubaran RIS dan kembali ke NKRI. Kembalinya NKRI, sebagaimana
bunyi Bab 1 Pasal 1 UUDS 1950, menyatakan bahwa RI yang merdeka dan
berdaulat adalah suatu negara hukum yang demokratis dan berbentuk
kesatuan. Pada pasl 2 dipertegas lagi bahwa RI meliputi seluruh wilayah
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai